1. Tinjauan Umum
Ali Ardeshir Larijani (علی لاریجانیAli LarijaniBahasa Persia; lahir 3 Juni 1958) adalah seorang politikus Iran dan mantan perwira militer di Korps Garda Revolusi Islam. Ia menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Islam Iran dari tahun 2008 hingga 2020. Sejak tahun 2020, ia menjadi anggota Dewan Penentu Kebijaksanaan, setelah sebelumnya menjabat dari tahun 1997 hingga 2008. Larijani juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi dari 15 Agustus 2005 hingga 20 Oktober 2007, di mana ia berperan sebagai negosiator utama untuk isu-isu keamanan nasional, termasuk program nuklir Iran. Ia adalah salah satu tokoh konservatif yang kemudian bergeser ke arah moderat dalam politik Iran, dikenal karena pandangannya yang pragmatis dalam negosiasi internasional. Larijani telah mengajukan diri sebagai kandidat dalam beberapa pemilihan presiden Iran, termasuk pada tahun 2005, 2021, dan 2024, namun ia didiskualifikasi dalam dua pemilihan terakhir oleh Dewan Penjaga.

2. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Ali Larijani berasal dari keluarga ulama terkemuka di Iran, yang membentuk fondasi intelektual dan spiritualnya sejak usia dini.
2.1. Kelahiran dan Keluarga
Ali Larijani lahir di Najaf, Kerajaan Irak (sekarang Irak) pada tanggal 3 Juni 1958, dari orang tua Persia Iran. Keluarganya adalah keluarga bangsawan religius Syiah yang berbasis di Amol di Provinsi Mazandaran. Ayahnya adalah seorang ulama terkemuka, Ayatollah Mirza Hashem Amoli. Orang tuanya pindah ke Najaf pada tahun 1931 karena tekanan dari penguasa saat itu, Reza Shah, tetapi kembali ke Iran pada tahun 1961.
Ali Larijani adalah salah satu dari lima bersaudara yang semuanya memiliki peran penting dalam politik dan akademisi Iran. Saudara-saudaranya termasuk:
- Sadegh Larijani (mantan Ketua Peradilan dan anggota Dewan Penjaga)
- Mohammad-Javad Larijani (Sekretaris Markas Besar Hak Asasi Manusia Peradilan dan penasihat tinggi Pemimpin Tertinggi)
- Bagher Larijani (anggota fakultas di Universitas Ilmu Kedokteran Tehran)
- Fazel Larijani (mantan atase kebudayaan Iran di Ottawa)
Ia juga merupakan sepupu dari Ahmad Tavakkoli, karena ibu Larijani dan ibu Tavakkoli adalah bersaudara. Selain itu, ia adalah menantu dari Ayatollah Morteza Motahhari, seorang ulama dan cendekiawan terkemuka.
2.2. Pendidikan dan Perkembangan Intelektual Awal
Larijani adalah lulusan seminari Qom, pusat pendidikan keagamaan Syiah yang penting. Selain pendidikan keagamaannya, ia juga memiliki latar belakang akademis yang kuat di bidang ilmu pengetahuan. Ia meraih gelar Sarjana Sains di bidang ilmu komputer dan matematika dari Universitas Aryamehr Teknologi (sekarang Universitas Teknologi Sharif).
Ia kemudian melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Tehran, di mana ia memperoleh gelar magister dan doktor dalam filsafat Barat. Awalnya, ia berencana untuk melanjutkan studi pascasarjana di bidang ilmu komputer, tetapi ia mengubah jurusannya setelah berkonsultasi dengan Morteza Motahhari. Larijani telah menerbitkan beberapa buku mengenai filsuf-filsuf Barat terkemuka seperti Immanuel Kant, Saul Kripke, dan David Lewis. Ia juga merupakan anggota fakultas di Fakultas Sastra dan Humaniora di Universitas Tehran.
3. Karier dan Pelayanan Publik
Karier Ali Larijani di pemerintahan Iran sangat luas, mencakup berbagai posisi penting di militer, media, budaya, keamanan nasional, dan legislatif.
3.1. Dinas Militer dan Jabatan Pemerintahan Awal
Larijani adalah seorang mantan komandan di Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), di mana ia mencapai pangkat Brigadir Jenderal. Ia bertugas di IRGC dari tahun 1981 hingga 1993 dan berpartisipasi dalam Perang Iran-Irak.
Setelah dinas militernya, ia memegang beberapa jabatan pemerintahan awal. Ia menjabat sebagai wakil menteri tenaga kerja dan urusan sosial. Kemudian, ia diangkat sebagai wakil menteri informasi dan teknologi komunikasi. Dari tahun 1986 hingga 1989, ia menjabat sebagai Wakil Menteri Garda Revolusi untuk Urusan Hukum dan Parlemen. Setelah itu, pada tahun 1989, ia menjadi Wakil Menteri Pertahanan untuk Urusan Parlemen. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Gabungan IRGC hingga tahun 1992.
3.2. Kepemimpinan Media dan Budaya
Pada 11 Agustus 1992, Ali Larijani diangkat sebagai Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam di bawah Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, menggantikan Mohammad Khatami. Ia menjabat posisi ini hingga 15 Februari 1994.
Pada 13 Februari 1994, ia diangkat sebagai Kepala Penyiaran Republik Islam Iran (IRIB), menggantikan Mohammad Hashemi Rafsanjani. Ia memimpin IRIB selama sepuluh tahun, hingga 23 Mei 2004, sebelum digantikan oleh Ezzatollah Zarghami. Pada Agustus 2004, ia diangkat sebagai penasihat keamanan untuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
3.3. Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi
Pada 15 Agustus 2005, Larijani diangkat sebagai Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC) oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad, menggantikan Hassan Rouhani. Dalam perannya sebagai sekretaris, ia secara efektif berfungsi sebagai negosiator utama Iran untuk isu-isu keamanan nasional, termasuk program nuklir Iran. Ia juga merupakan salah satu dari dua perwakilan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, Ali Khamenei, di dewan tersebut, bersama Hassan Rouhani.

Pada 25 April 2007, sebagai utusan nuklir utama Iran, Larijani menyatakan harapannya akan "ide-ide baru" dari pejabat senior Uni Eropa, Javier Solana, dalam pembicaraan untuk menyelesaikan kebuntuan antara penolakan Tehran untuk membekukan program nuklirnya dan tuntutan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa agar Iran melakukannya. Pengunduran dirinya dari posisi sekretaris diumumkan pada 20 Oktober 2007 oleh Gholam-Hossein Elham, juru bicara pemerintah Iran, yang menyebutkan bahwa Presiden Ahmadinejad sebelumnya menolak pengunduran dirinya. Analis Iran menyatakan bahwa Larijani memiliki perbedaan pandangan dengan Ahmadinejad mengenai cara melanjutkan negosiasi dengan rekan-rekan Eropanya, dan ia mendukung pendekatan yang lebih pragmatis.
3.4. Ketua Parlemen Iran
Pada pemilihan parlemen Maret 2008, Larijani memenangkan kursi dari Qom. Pada Mei 2008, ia menjadi Ketua Parlemen Iran. Ia terpilih kembali sebagai ketua parlemen pada tahun berikutnya. Ia juga terpilih kembali dalam pemilihan tahun 2012 sebagai kandidat peraih suara tertinggi di distrik Qom. Ia terpilih untuk masa jabatan lain sebagai ketua parlemen pada 5 Juni 2012 dan dilantik pada 11 Juni 2012. Ia terpilih kembali sebagai ketua Majelis baru pada Mei 2016.
Pada 21 Juni 2009, Larijani mengisyaratkan bahwa pihak berwenang memihak salah satu kandidat tanpa memperjelas kandidat mana yang dimaksud. Setelah pemilihan, Larijani dilaporkan mengucapkan selamat kepada kandidat presiden Mir Hossein Mousavi karena ia, yang memiliki "akses ke informasi dan berita rahasia", percaya Mousavi telah memenangkan pemilihan. Namun, pada 22 Oktober 2012, dalam pertemuan tanya jawab dengan mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi Iran, Larijani membantah tuduhan bahwa ia telah mengucapkan selamat kepada Mousavi.
3.5. Anggota Dewan Penentu Kebijaksanaan
Sejak 28 Mei 2020, Ali Larijani menjabat sebagai anggota Dewan Penentu Kebijaksanaan. Ia sebelumnya juga telah menjadi anggota dewan ini dari 17 Maret 1997 hingga 28 Mei 2008. Dewan ini memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan strategis negara, terutama dalam menyelesaikan perselisihan antara Parlemen dan Dewan Penjaga. Selain itu, ia juga merupakan anggota Dewan Tertinggi Revolusi Kebudayaan. Pada 29 Mei 2020, ia diangkat sebagai penasihat Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.
4. Aktivitas Politik dan Pemilu
Karier politik Ali Larijani ditandai oleh partisipasinya dalam pemilihan umum dan evolusi afiliasi serta pandangan ideologisnya.
4.1. Pencalonan Presiden
Larijani adalah kandidat presiden dalam pemilihan presiden Iran 2005, di mana ia menempati peringkat keenam dengan meraih 5.83% suara. Ia dianggap sebagai kandidat presiden terpenting dari aliansi konservatif untuk pemilihan tersebut, didukung oleh Masyarakat Insinyur Islam (ISE) dan kelompok konservatif lainnya. Namun, ia terbukti menjadi yang paling tidak populer di antara tiga kandidat konservatif utama, yang lainnya adalah Mahmoud Ahmadinejad (pemenang) dan Mohammad Bagher Ghalibaf.
Pada Mei 2021, Larijani mengumumkan pencalonannya dalam pemilihan presiden Iran 2021. Namun, Dewan Penjaga, dalam keputusan yang mengejutkan baik kaum konservatif maupun reformis, mendiskualifikasi dirinya. Mengingat karier panjang Larijani sebagai orang dalam Republik Islam yang telah menjadi bagian dari eselon atas kekuasaan sejak revolusi 1979, diskualifikasinya adalah kemungkinan yang bahkan tidak dapat dibayangkan oleh para penentangnya. Dewan Penjaga tidak mengumumkan alasan pelarangannya.
Pada Mei 2024, Larijani kembali mengajukan permohonan pencalonannya untuk presiden dalam pemilihan presiden Iran 2024. Namun, seperti sebelumnya, ia kembali didiskualifikasi oleh Dewan Penjaga.
4.2. Afiliasi Politik dan Ideologi
Larijani dianggap mempertahankan keanggotaan dan pandangan Partai Koalisi Islam (Motalefeh) saat berada di kabinet Akbar Hashemi Rafsanjani (1992-1994). Cendekiawan Iran, Mehdi Moslem, dalam bukunya tahun 2002, "Factional Politics in Post-Khomeini Iran", menyatakan bahwa Larijani adalah anggota Motalefeh dan bagian dari 'sayap kanan tradisional'. Payam Mohseni, seorang peneliti di Belfer Center for Science and International Affairs, mengklasifikasikan Larijani sebagai tokoh utama dalam kubu 'sayap kanan teokratis', yang tokoh-tokoh terkemuka lainnya adalah Mahmoud Hashemi Shahroudi dan Mohammad Reza Mahdavi Kani.
Larijani adalah salah satu pemimpin Koalisi Pervasif Principlist dalam pemilihan parlemen Iran 2008, dan pemimpin Front Persatuan Principlist. Selama pemilihan parlemen Iran 2016, Larijani adalah pemimpin faksi Pengikut Wilayat, meskipun ia didukung oleh Daftar Harapan reformis dan menyatakan dirinya mencalonkan diri sebagai kandidat independen.
Ia juga digambarkan sebagai politikus tengah-kanan yang "perlahan menjauhkan diri dari kubu Principlist Iran" dan sebagai "konservatif yang berubah menjadi moderat". Ia dikenal memiliki rekan-rekan dekat, termasuk menteri dalam negeri Abdolreza Rahmani Fazli, Behrouz Nemati (juru bicara dewan pimpinan parlemen), dan Kazem Jalali (kepala pusat penelitian parlemen).
Berikut adalah riwayat pemilu Ali Larijani:
Tahun | Pemilihan | Suara | % | Peringkat | Catatan |
---|---|---|---|---|---|
2005 | Presiden | 1.713.810 | 5.83 | 6 | Kalah |
2008 | Parlemen | 239.436 | 73.01 | 1 | Menang |
2012 | Parlemen | 270.382 | 65.17 | 1 | Menang |
2016 | Parlemen | 191.329 | 40.31 | 2 | Menang |
2021 | Presiden | - | Didiskualifikasi | ||
2024 | Presiden | - | Didiskualifikasi |
5. Citra Publik dan Evaluasi
Menurut jajak pendapat yang dilakukan pada Maret 2016 oleh Information and Public Opinion Solutions LLC (iPOS) di kalangan warga Iran, Larijani memiliki tingkat persetujuan 45% dan tingkat ketidaksetujuan 34%, sehingga memiliki popularitas bersih +11%. Sekitar 11% pemilih tidak mengenali namanya.
6. Kehidupan Pribadi
Aspek kehidupan pribadi Ali Larijani mencakup keluarganya dan catatan kesehatannya.
6.1. Keluarga dan Kerabat
Ali Larijani menikah dengan Farideh Motahhari dan memiliki empat anak. Putrinya, Fatemeh Ardeshir-Larijani, diketahui menempuh pendidikan di University Hospitals Cleveland Medical Center di Amerika Serikat.
Keluarga Larijani secara keseluruhan dikenal sebagai salah satu dinasti politik paling berpengaruh di Iran, dengan banyak anggota keluarga yang memegang posisi kunci di berbagai cabang pemerintahan dan lembaga keagamaan.
6.2. Kesehatan
Pada 2 April 2020, Ali Larijani dinyatakan positif COVID-19 dan ditempatkan dalam karantina.
7. Aktivitas Internasional
Ali Larijani telah terlibat aktif dalam diplomasi internasional, terutama dalam negosiasi program nuklir Iran dan berbagai kunjungan kenegaraan.
Sebagai kepala negosiator nuklir Iran dari tahun 2005 hingga 2007, ia memainkan peran sentral dalam pembicaraan dengan negara-negara Barat mengenai program nuklir Iran. Ia dikenal karena pendekatan pragmatisnya dalam negosiasi tersebut.

Larijani juga telah melakukan beberapa kunjungan ke luar negeri untuk memperkuat hubungan diplomatik Iran. Pada tahun 2010, ia mengunjungi Nagasaki, Jepang, di mana ia melihat Museum Bom Atom Nagasaki. Ia menyatakan bahwa museum tersebut "bermakna dan berharga dalam menyadarkan dunia akan kejahatan perang yang dilakukan oleh Amerika Serikat". Ia juga menekankan bahwa "jika ada satu saja bom nuklir di dunia, itu akan menjadi ancaman bagi seluruh umat manusia. Semua senjata pemusnah massal harus dilarang." Dalam pertemuan dengan Wali Kota Nagasaki, Tomihisa Taue, ia menyampaikan bahwa Iran tidak akan memproduksi senjata nuklir. Ia juga pernah mengunjungi Hiroshima dan berziarah ke Kuil Meiji di Jepang.

Selain itu, ia telah bertemu dengan berbagai pemimpin dunia lainnya. Pada tahun 2016, ia bertemu dengan Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarović. Pada tahun 2017, ia mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Swedia Stefan Löfven di gedung Parlemen Tehran. Pada tahun 2019, ia menerima kunjungan kehormatan dari Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Keterlibatannya dalam pertemuan-pertemuan tingkat tinggi ini menunjukkan perannya yang signifikan dalam diplomasi internasional Iran.
