1. Kehidupan Awal dan Karier Awal
Amadou Gon Coulibaly menunjukkan bakat dan keterlibatannya dalam ranah politik sejak usia muda, meniti pendidikan yang solid dan segera memasuki dunia profesional dan pemerintahan.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Amadou Gon Coulibaly lahir pada tanggal 10 Februari 1959 di Abidjan, sebuah kota yang pada saat itu merupakan bagian dari Afrika Barat Prancis, dan kini menjadi pusat ekonomi Pantai Gading. Informasi mengenai masa kecilnya tidak terlalu rinci dalam sumber-sumber yang tersedia, tetapi ia kemudian tumbuh menjadi salah satu figur politik paling berpengaruh di negaranya.
1.2. Pendidikan dan Aktivitas Politik Awal
Pada awal tahun 1990-an, Amadou Gon Coulibaly memulai karier profesionalnya sebagai penasihat teknis untuk Alassane Ouattara yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri. Pengalaman ini menandai awal keterlibatannya dalam lingkaran pemerintahan tingkat tinggi.
Selain itu, ia juga memiliki pengalaman legislatif sebagai anggota Majelis Nasional. Ia menjabat sebagai anggota parlemen dari tahun 1995 hingga 1999, dan kemudian kembali terpilih untuk periode dari tahun 2011 hingga wafatnya. Sepanjang kariernya, Coulibaly juga memegang jabatan eksekutif lokal sebagai Wali Kota Korhogo, sebuah kota penting di Pantai Gading.
Pada periode Oktober 2002 hingga Februari 2010, Coulibaly dipercaya untuk memimpin sektor pertanian sebagai Menteri Pertanian. Peran-peran awal ini membentuk fondasi yang kuat bagi karier politiknya yang semakin menanjak.
2. Karier Politik Utama
Karier politik Amadou Gon Coulibaly mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan Presiden Alassane Ouattara, di mana ia memegang beberapa jabatan kunci yang sangat berpengaruh terhadap arah pemerintahan Pantai Gading.

2.1. Sekretaris Jenderal Kepresidenan
Setelah Alassane Ouattara menjadi presiden, Amadou Gon Coulibaly ditunjuk sebagai sekretaris jenderal kepresidenan. Ia mengemban jabatan ini dari tahun 2011 hingga Januari 2017, memainkan peran vital dalam administrasi kepresidenan dan menjadi salah satu tangan kanan terdekat Presiden Ouattara. Posisi ini memberinya pengaruh besar dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan di tingkat tertinggi pemerintahan.
2.2. Perdana Menteri Pantai Gading
Pada 10 Januari 2017, Presiden Ouattara menunjuk Amadou Gon Coulibaly sebagai Perdana Menteri Pantai Gading. Komposisi pemerintahan barunya diumumkan keesokan harinya, pada 11 Januari. Kabinet baru ini secara umum memiliki kemiripan dengan pemerintahan sebelumnya di bawah Daniel Kablan Duncan, dengan sebagian besar menteri utama mempertahankan posisi mereka. Namun, kabinet Coulibaly lebih ramping, terdiri dari 28 menteri, dibandingkan dengan 35 menteri di pemerintahan sebelumnya.
Pada 19 Juli 2017, Coulibaly juga diberi tanggung jawab tambahan untuk portofolio kementerian anggaran. Pada Juli 2018, ketika Presiden Ouattara membubarkan pemerintahan di tengah ketegangan dalam koalisi yang berkuasa, Coulibaly kembali ditunjuk untuk membentuk pemerintahan baru, menunjukkan kepercayaan kuat Presiden Ouattara terhadap kepemimpinannya dan kemampuannya menjaga stabilitas politik.
2.3. Aktivitas Kepemimpinan Partai dan Pencalonan Presiden
Pada Kongres Biasa Ketiga Rally of the Republicans (RDR), partai yang berkuasa di Pantai Gading, yang diadakan pada September 2017, Amadou Gon Coulibaly ditunjuk sebagai Wakil Presiden Pertama partai tersebut. Posisi ini semakin mengukuhkan perannya sebagai figur kunci dalam struktur politik Pantai Gading.
Pada persiapan pemilihan umum presiden Pantai Gading 2020, Coulibaly diumumkan sebagai kandidat dari partai yang berkuasa. Ia segera menjadi salah satu kandidat favorit untuk memenangkan pemilihan tersebut, menunjukkan popularitas dan kepercayaan yang besar dari partainya serta sebagian besar pemilih.
3. Aktivitas Publik Lainnya
Selain peran-peran eksekutif dan legislatifnya di Pantai Gading, Amadou Gon Coulibaly juga terlibat aktif dalam berbagai lembaga publik dan internasional, terutama di bidang keuangan dan pembangunan global. Dari tahun 2017 hingga 2020, ia menjabat sebagai anggota ex officio dewan gubernur dari beberapa organisasi internasional terkemuka, antara lain:
- Dana Moneter Internasional (IMF)
- Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), sebuah lembaga yang merupakan bagian dari Kelompok Bank Dunia
- Bank Dunia
Keterlibatannya dalam lembaga-lembaga ini menunjukkan pengakuan atas keahliannya di bidang ekonomi dan tata kelola, serta perannya dalam upaya kerja sama internasional untuk pembangunan dan stabilitas ekonomi global.
4. Kesehatan dan Kematian
Amadou Gon Coulibaly telah memiliki riwayat masalah kesehatan, termasuk operasi jantung yang ia jalani pada tahun 2012. Pada 2 Mei 2020, ia terbang ke Prancis untuk menjalani pemeriksaan jantung dan untuk beristirahat. Ia kembali ke Pantai Gading pada 2 Juli 2020.
Namun, pada 8 Juli 2020, ia merasa tidak enak badan saat menghadiri rapat kabinet mingguan. Ia segera dilarikan ke rumah sakit, tetapi meninggal dunia di sana pada hari yang sama akibat serangan jantung. Ia meninggal pada usia 61 tahun, tak lama setelah kembali ke negaranya dan beberapa bulan sebelum pemilihan umum presiden yang akan datang, di mana ia menjadi kandidat utama.
5. Penilaian dan Warisan
Kematian mendadak Amadou Gon Coulibaly pada usia 61 tahun secara signifikan memengaruhi lanskap politik Pantai Gading, terutama mengingat posisinya sebagai kandidat presiden terkemuka dari partai yang berkuasa untuk pemilihan umum 2020. Sepanjang kariernya, Coulibaly dikenal sebagai sekutu dekat dan loyal dari Presiden Alassane Ouattara, memainkan peran krusial dalam pemerintahan dan memimpin kabinet selama tiga setengah tahun.
Warisan Amadou Gon Coulibaly mencakup upaya-upaya dalam stabilitas pemerintahan dan kontinuitas kebijakan di bawah kepemimpinan Ouattara. Perannya sebagai perdana menteri, penasihat utama, dan pimpinan partai menunjukkan dedikasinya terhadap tata kelola dan pengembangan negara. Meskipun ia tidak dapat menyelesaikan pencalonan presidennya, kontribusinya terhadap politik Pantai Gading dan statusnya sebagai figur sentral dalam Rally of the Republicans tetap menjadi bagian penting dari sejarah politik kontemporer negara tersebut. Kematiannya yang tak terduga menciptakan kekosongan politik dan memicu pertanyaan mengenai suksesi kepemimpinan di Pantai Gading.