1. Gambaran Umum
Prancis, secara resmi Republik Prancis (République françaiseRepublik FronsezBahasa Prancis), adalah sebuah negara maju yang terletak di Eropa Barat, dengan berbagai wilayah dan teritori seberang laut yang tersebar di seluruh dunia. Negara ini memiliki lanskap geografis yang beragam, mulai dari dataran pantai hingga pegunungan tinggi seperti Alpen dan Pyrenees. Sejarah Prancis mencakup periode yang sangat panjang, dimulai dari pemukiman prasejarah, penaklukan oleh Romawi yang membentuk budaya Galia-Romawi, hingga pembentukan kerajaan Franka yang menjadi cikal bakal negara Prancis modern. Periode monarki yang panjang, ditandai oleh tokoh-tokoh seperti Clovis I dan Louis XIV, menyaksikan konsolidasi kekuasaan dan perkembangan budaya yang signifikan, namun juga diwarnai oleh konflik internal seperti Perang Agama Prancis dan ketidaksetaraan sosial yang memuncak pada Revolusi Prancis tahun 1789. Revolusi ini, dengan semboyan "Liberté, égalité, fraternitéKebebasan, Kesetaraan, PersaudaraanBahasa Prancis," membawa perubahan fundamental bagi struktur sosial dan politik Prancis serta menyebarkan gagasan demokrasi liberal ke seluruh dunia, meskipun diikuti oleh periode Pemerintahan Teror yang kontroversial. Era Napoleon Bonaparte membawa Prancis ke puncak kekuatan militer dan politik di Eropa, menyebarkan reformasi hukum dan administratif, tetapi juga menyebabkan perang berkepanjangan dan jutaan korban jiwa. Abad ke-19 dan awal abad ke-20 ditandai oleh ekspansi kolonial yang luas, pembangunan industri, serta keterlibatan dalam dua Perang Dunia yang membawa kehancuran besar namun juga kemenangan. Pasca-Perang Dunia II, Prancis memainkan peran kunci dalam pendirian Uni Eropa dan mengembangkan program nuklir independen di bawah Charles de Gaulle, seraya menghadapi tantangan dekolonisasi, terutama Perang Aljazair yang brutal dan berdampak pada hak asasi manusia. Secara politik, Prancis adalah republik semi-presidensial kesatuan dengan tradisi demokrasi yang kuat, meskipun dinamika politik kontemporer menunjukkan pergeseran lanskap dengan munculnya kekuatan-kekuatan baru dan tantangan terhadap nilai-nilai demokrasi liberal. Ekonominya termasuk yang terbesar di dunia, terdiversifikasi dengan sektor jasa, industri manufaktur terkemuka (dirgantara, otomotif, barang mewah), pertanian yang produktif, dan sektor pariwisata yang signifikan, dengan penekanan pada dampak sosial dari kebijakan ekonomi dan upaya mencapai keadilan sosial. Kebijakan energi Prancis sangat bergantung pada tenaga nuklir, yang berkontribusi pada emisi karbon yang relatif rendah namun juga menimbulkan perdebatan tentang keamanan dan limbah serta keberlanjutan lingkungan. Secara demografis, Prancis adalah negara dengan populasi yang menua namun tetap menunjukkan pertumbuhan, didukung oleh angka kelahiran yang relatif tinggi untuk standar Eropa dan imigrasi berkelanjutan yang membentuk masyarakat multikultural. Tantangan sosial terkait integrasi sosial imigran, kesetaraan, dan hak asasi manusia, khususnya bagi kelompok minoritas dan rentan, tetap menjadi fokus penting. Budaya Prancis, yang mencakup seni rupa, arsitektur, sastra, filsafat, musik, sinema, mode, dan kuliner, memiliki pengaruh global yang mendalam dan merupakan bagian integral dari identitas nasionalnya, dengan penekanan pada pelestarian warisan dan aksesibilitas publik terhadap budaya.
2. Etimologi
Nama "Prancis" berasal dari bahasa Latin Francia, yang secara harfiah berarti "tanah bangsa Franka" atau "Frankland". Terdapat berbagai teori mengenai asal usul nama Franka. Salah satunya adalah bahwa nama tersebut berasal dari kata Proto-Jermanik frankon yang berarti lembing atau tombak, karena kapak lempar khas bangsa Franka dikenal sebagai francisca.
Etimologi lain menyatakan bahwa dalam salah satu bahasa Jermanik kuno, kata frank berarti "bebas", yang merujuk pada status orang merdeka, bukan budak. Kata ini masih digunakan dalam bahasa Prancis modern sebagai franc, yang juga digunakan sebagai terjemahan dari "Franka" dan merupakan nama mata uang lokal Prancis sebelum penggunaan euro pada tahun 2000-an. Ada dugaan bahwa makna "bebas" diadopsi karena setelah penaklukan Galia, hanya bangsa Franka yang bebas dari pajak, atau secara lebih umum karena mereka memiliki status sebagai orang merdeka berbeda dengan pelayan atau budak. Etimologi dari kata Franka yang direkonstruksi, *FrankFrankfrk, sendiri tidak pasti. Secara tradisional, kata ini diturunkan dari kata Proto-Jermanik frankōnfrankonRumpun Bahasa Jermanik yang diterjemahkan sebagai 'lembing' atau 'tombak', meskipun senjata-senjata ini mungkin dinamai karena penggunaannya oleh bangsa Franka, bukan sebaliknya.
Di Jerman, Prancis masih disebut Frankreich, yang berarti "Kerajaan Bangsa Franka". Untuk membedakannya dari Kekaisaran Franka Charlemagne, Prancis Modern disebut Frankreich, sedangkan Kerajaan Franka disebut Frankenreich.
Kata "Franka" telah digunakan sejak jatuhnya Roma hingga Abad Pertengahan. Sejak pengangkatan Hugh Capet sebagai "Raja Franka" (Rex FrancorumRaja Bangsa FrankaBahasa Latin), menjadi umum untuk merujuk pada Kerajaan Francia, yang kemudian menjadi Prancis. Raja-raja dari Dinasti Capetia merupakan keturunan dari wangsa Robertian, yang memiliki dua raja Franka, dan sebelumnya memegang gelar "Adipati Franka" (dux FrancorumAdipati Bangsa FrankaBahasa Latin). Wilayah Franka meliputi sebagian Prancis Utara modern, tetapi karena kekuasaan raja dilemahkan oleh para pangeran regional, sebutan ini kemudian ditetapkan pada wilayah kekuasaan kerajaan (domaine royal) sebagai sebutan singkat. Akhirnya, nama ini diambil untuk seluruh Kerajaan seiring dengan ditetapkannya kekuasaan sentral atas seluruh kerajaan.
3. Sejarah
Sejarah Prancis mencakup periode yang sangat panjang, dimulai dari pemukiman manusia paling awal hingga era kontemporer. Wilayah ini telah menyaksikan evolusi budaya prasejarah, penaklukan Romawi, pembentukan kerajaan-kerajaan Jermanik, pengembangan sistem feodal, perang agama yang merusak, munculnya monarki absolut, revolusi yang mengubah dunia, dua perang dunia, dan proses dekolonisasi serta integrasi Eropa. Masing-masing periode ini meninggalkan jejak yang mendalam pada identitas, masyarakat, dan politik Prancis, dengan dampak sosial dan perkembangan demokrasi yang menjadi sorotan penting.
3.1. Prasejarah dan Zaman Kuno

Jejak tertua manusia purba di wilayah yang sekarang menjadi Prancis berasal dari sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Neanderthal menduduki wilayah ini hingga era Paleolitikum Akhir tetapi secara perlahan digantikan oleh Homo sapiens sekitar 35.000 SM. Periode ini menyaksikan kemunculan lukisan gua di Dordogne dan Pyrenees, termasuk di Lascaux, yang diperkirakan berasal dari sekitar 18.000 SM. Pada akhir Zaman Es Terakhir (10.000 SM), iklim menjadi lebih sejuk; dari sekitar 7.000 SM, bagian Eropa Barat ini memasuki era Neolitikum, dan penduduknya mulai hidup menetap.
Setelah perkembangan demografi dan pertanian antara milenium ke-4 dan ke-3 SM, metalurgi muncul, awalnya mengolah emas, tembaga, dan perunggu, kemudian besi. Prancis memiliki banyak situs megalitik dari periode Neolitikum, termasuk situs batu Carnac (sekitar 3.300 SM).
Pada tahun 600 SM, orang Yunani Ionia dari Fokaia mendirikan koloni Massalia (sekarang Marseille). Suku-suku Kelt (Galia) menembus sebagian Prancis timur dan utara, menyebar ke seluruh negeri antara abad ke-5 dan ke-3 SM. Sekitar tahun 390 SM, kepala suku Galia Brennus dan pasukannya menuju Italia Romawi, mengalahkan Romawi dalam Pertempuran Allia, serta mengepung dan meminta tebusan dari Roma. Peristiwa ini melemahkan Roma, dan bangsa Galia terus mengganggu wilayah tersebut hingga tahun 345 SM ketika mereka menandatangani perjanjian damai. Namun, Romawi dan Galia tetap menjadi musuh selama berabad-abad.
Sekitar tahun 125 SM, wilayah selatan Galia ditaklukkan oleh Romawi, yang menyebut wilayah ini Provincia NostraProvinsi KitaBahasa Latin, yang kemudian berkembang menjadi Provence dalam bahasa Prancis. Julius Caesar menaklukkan sisa Galia dan mengatasi pemberontakan oleh kepala suku Galia Vercingetorix pada tahun 52 SM. Galia dibagi oleh Augustus menjadi beberapa provinsi dan banyak kota didirikan selama periode Galia-Romawi, termasuk Lugdunum (sekarang Lyon), ibu kota Galia. Pada 250-290 M, Galia Romawi mengalami krisis dengan perbatasan bentengnya diserang oleh kaum barbar. Situasi membaik pada paruh pertama abad ke-4, periode kebangkitan dan kemakmuran. Pada tahun 312, Kaisar Konstantinus I masuk Kekristenan. Umat Kristen, yang sebelumnya dianiaya, jumlahnya meningkat. Namun sejak abad ke-5, Invasi Barbar kembali terjadi. Suku-suku Teutonik menyerbu wilayah tersebut, Visigoth menetap di barat daya, Burgundi di sepanjang Lembah Sungai Rhine, dan Franka di utara.
3.2. Abad Pertengahan Awal (abad ke-5 hingga ke-10)

Pada akhir zaman kuno, Galia kuno terbagi menjadi kerajaan-kerajaan Jermanik dan wilayah Galia-Romawi yang tersisa. Orang Briton Kelt (Britonik), yang melarikan diri dari pemukiman Anglo-Saxon di Britania, menetap di Armorica barat; semenanjung Armorica kemudian dinamai Brittany dan budaya Kelt dihidupkan kembali.
Pemimpin pertama yang berhasil menyatukan semua suku Franka adalah Clovis I, yang memulai pemerintahannya sebagai raja Franka Salian pada tahun 481, dan berhasil mengalahkan pasukan terakhir gubernur Romawi pada tahun 486. Clovis menyatakan akan dibaptis menjadi seorang Kristen jika menang melawan Kerajaan Visigoth, yang konon menjamin kemenangan dalam pertempuran tersebut. Clovis berhasil merebut kembali wilayah barat daya dari tangan Visigoth dan dibaptis pada tahun 508. Clovis I adalah penakluk Jermanik pertama setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat yang beralih ke agama Kristen Katolik; oleh karena itu, Prancis diberi gelar "Putri Sulung Gereja" oleh kepausan, dan raja-raja Prancis disebut "Raja-Raja Prancis yang Paling Kristen".
Bangsa Franka memeluk budaya Kristen Galia-Romawi, dan Galia kuno dinamai ulang menjadi Francia ("Tanah Bangsa Franka"). Bangsa Franka Jermanik mengadopsi bahasa Romawi. Clovis menjadikan Paris sebagai ibu kotanya dan mendirikan Dinasti Merovingian, tetapi kerajaannya tidak bertahan setelah kematiannya. Bangsa Franka memperlakukan tanah sebagai milik pribadi dan membaginya di antara ahli waris mereka, sehingga empat kerajaan muncul dari kerajaan Clovis: Paris, Orléans, Soissons, dan Rheims. Raja-raja Merovingian terakhir kehilangan kekuasaan kepada para mayor istana mereka (kepala rumah tangga). Salah satu mayor istana, Charles Martel, berhasil mengalahkan invasi Umayyah ke Galia dalam Pertempuran Tours (732). Putranya, Pippin si Pendek, merebut mahkota Francia dari tangan Merovingian yang melemah dan mendirikan Dinasti Karolingian. Putra Pippin, Charlemagne, menyatukan kembali kerajaan-kerajaan Franka dan membangun sebuah kekaisaran yang membentang di Eropa Barat dan Tengah.
Diproklamasikan sebagai Kaisar Romawi Suci oleh Paus Leo III, dan dengan demikian membangun hubungan historis panjang pemerintah Prancis dengan Gereja Katolik, Charlemagne mencoba untuk menghidupkan kembali Kekaisaran Romawi Barat dan kemegahan budayanya. Putra Charlemagne, Louis yang Saleh, berhasil menjaga kesatuan kekaisaran; namun, pada tahun 843, kekaisaran tersebut dibagi di antara ketiga putra Louis, menjadi Francia Timur, Francia Tengah, dan Francia Barat. Francia Barat kira-kira setara dengan wilayah yang diduduki oleh Prancis modern dan merupakan pendahulunya.
Selama abad ke-9 dan ke-10, terancam oleh invasi Viking, Prancis menjadi negara yang terdesentralisasi: gelar dan tanah para bangsawan menjadi turun-temurun, dan otoritas raja menjadi lebih bersifat religius daripada sekuler, sehingga kurang efektif dan sering ditantang oleh para bangsawan. Dengan demikian, feodalisme terbentuk di Prancis. Beberapa bawahan raja menjadi begitu kuat sehingga mereka menjadi ancaman bagi raja. Setelah Pertempuran Hastings pada tahun 1066, William sang Penakluk menambahkan "Raja Inggris" ke dalam gelar-gelarnya, menjadi bawahan sekaligus setara dengan raja Prancis, yang menciptakan ketegangan yang berulang.
3.3. Abad Pertengahan Puncak dan Akhir (abad ke-10 hingga ke-15)

Dinasti Karolingian memerintah Prancis hingga tahun 987, ketika Hugh Capet dimahkotai sebagai raja Franka. Keturunannya menyatukan negara melalui perang dan pewarisan. Sejak tahun 1190, para penguasa Kapetia mulai disebut sebagai "raja-raja Prancis" daripada "raja-raja Franka". Raja-raja berikutnya memperluas domaine royal (wilayah kekuasaan langsung kerajaan) mereka hingga mencakup lebih dari separuh Prancis modern pada abad ke-15. Otoritas kerajaan menjadi lebih tegas, berpusat pada masyarakat yang dipahami secara hierarkis yang membedakan bangsawan, pendeta, dan rakyat jelata.
Kaum bangsawan memainkan peran penting dalam Perang Salib untuk memulihkan akses Kristen ke Tanah Suci. Ksatria Prancis merupakan mayoritas bala bantuan dalam 200 tahun Perang Salib, sedemikian rupa sehingga orang Arab menyebut tentara salib sebagai Franj. Tentara Salib Prancis mengimpor bahasa Prancis ke Levant, menjadikan bahasa Prancis Kuno sebagai dasar dari lingua franca ("bahasa Franka") negara-negara Tentara Salib. Perang Salib Albigensian dilancarkan pada tahun 1209 untuk melenyapkan kaum Cathar yang dianggap bidah di barat daya Prancis modern.
Sejak abad ke-11, Wangsa Plantagenet, penguasa County Anjou, membangun kekuasaannya atas provinsi-provinsi sekitarnya seperti Maine dan Touraine, kemudian membangun sebuah "kekaisaran" dari Inggris hingga Pyrenees, yang mencakup separuh Prancis modern. Ketegangan antara Prancis dan kekaisaran Plantagenet berlangsung selama seratus tahun, hingga Philip II dari Prancis menaklukkan sebagian besar kepemilikan kontinental kekaisaran tersebut antara tahun 1202 dan 1214, menyisakan Inggris dan Aquitaine untuk Plantagenet.
Charles IV dari Prancis meninggal tanpa ahli waris pada tahun 1328. Mahkota diserahkan kepada Philip dari Valois, bukan kepada Edward dari Plantagenet, yang kemudian menjadi Edward III dari Inggris. Selama masa pemerintahan Philip, monarki mencapai puncak kekuasaan abad pertengahannya. Namun, kedudukan Philip di atas takhta ditentang oleh Edward pada tahun 1337, dan Inggris serta Prancis memasuki Perang Seratus Tahun yang berlangsung pasang surut. Batas-batas wilayah berubah, tetapi kepemilikan tanah di Prancis oleh raja-raja Inggris tetap luas selama beberapa dekade. Dengan para pemimpin karismatik, seperti Joan of Arc, serangan balasan Prancis berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah kontinental Inggris. Prancis dilanda Wabah Hitam, yang menewaskan separuh dari 17 juta penduduknya.
3.4. Periode Modern Awal (abad ke-15 hingga 1789)

Renaisans Prancis menyaksikan perkembangan budaya dan standardisasi bahasa Prancis, yang menjadi bahasa resmi Prancis berdasarkan Ordonansi Villers-Cotterêts dan bahasa aristokrasi Eropa. Prancis menjadi saingan Wangsa Habsburg selama Perang Italia, yang akan menentukan sebagian besar kebijakan luar negeri mereka hingga pertengahan abad ke-18. Para penjelajah Prancis mengklaim tanah di Amerika, membuka jalan bagi ekspansi kekaisaran kolonial Prancis. Munculnya Protestanisme menyebabkan Prancis mengalami perang saudara yang dikenal sebagai Perang Agama Prancis. Perang ini memaksa kaum Huguenot melarikan diri ke wilayah-wilayah Protestan seperti Kepulauan Britania dan Swiss. Perang tersebut diakhiri oleh Edik Nantes yang dikeluarkan oleh Henry IV dari Prancis, yang memberikan beberapa kebebasan beragama kepada kaum Huguenot. Pasukan Spanyol Habsburg membantu pihak Katolik dari tahun 1589 hingga 1594 dan menyerbu Prancis pada tahun 1597. Spanyol dan Prancis kembali berperang habis-habisan antara tahun 1635 dan 1659. Perang Prancis-Spanyol (1635-1659) memakan korban 300.000 jiwa di pihak Prancis.
Di bawah Louis XIII, Kardinal Richelieu mempromosikan sentralisasi negara dan memperkuat kekuasaan kerajaan. Ia menghancurkan kastil-kastil para bangsawan yang menentang dan mengecam penggunaan tentara pribadi. Pada akhir tahun 1620-an, Richelieu telah membangun "monopoli kerajaan atas kekuatan". Prancis bertempur dalam Perang Tiga Puluh Tahun, mendukung pihak Protestan melawan Habsburg. Dari abad ke-16 hingga ke-19, Prancis bertanggung jawab atas sekitar 10% perdagangan budak transatlantik, sebuah periode kelam dalam sejarah hak asasi manusia.
Selama masa kecil Louis XIV, terjadi kekacauan yang dikenal sebagai Fronde. Pemberontakan ini didorong oleh para bangsawan feodal dan pengadilan berdaulat sebagai reaksi terhadap kekuasaan absolut kerajaan. Monarki mencapai puncaknya selama abad ke-17 dan masa pemerintahan Louis XIV, di mana Prancis semakin meningkatkan pengaruhnya. Dengan mengubah para bangsawan menjadi bangsawan istana di Istana Versailles, komandonya atas militer tidak tertandingi. "Raja Matahari" menjadikan Prancis sebagai kekuatan utama Eropa. Prancis menjadi negara Eropa dengan populasi terbanyak dan memiliki pengaruh luar biasa terhadap politik, ekonomi, dan budaya Eropa. Bahasa Prancis menjadi bahasa yang paling banyak digunakan dalam diplomasi, ilmu pengetahuan, dan sastra hingga abad ke-20. Prancis menguasai wilayah di Amerika, Afrika, dan Asia. Pada tahun 1685, Louis XIV mencabut Edik Nantes melalui Edik Fontainebleau, memaksa ribuan Huguenot mengasingkan diri, yang merupakan pukulan bagi kebebasan beragama dan keragaman. Ia juga menerbitkan Code Noir yang menyediakan kerangka hukum untuk perbudakan dan mengusir orang Yahudi dari koloni-koloni Prancis, yang memperburuk catatan hak asasi manusia pada masanya.
Di bawah perang Louis XV (memerintah 1715-1774), Prancis kehilangan Prancis Baru dan sebagian besar kepemilikan India setelah kekalahannya dalam Perang Tujuh Tahun (1756-1763). Namun, wilayah metropolitannya terus berkembang, dengan akuisisi seperti Lorraine dan Korsika. Pemerintahan Louis XV yang lemah, termasuk dekadensi istananya, mendiskreditkan monarki, yang sebagian membuka jalan bagi Revolusi Prancis.
Louis XVI (memerintah 1774-1793) mendukung Amerika dengan uang, armada, dan pasukan, membantu mereka memenangkan Perang Revolusi Amerika dari Britania Raya. Prancis membalas dendam, tetapi hampir bangkrut-faktor yang berkontribusi pada Revolusi. Beberapa pemikiran Abad Pencerahan terjadi di kalangan intelektual Prancis, dan terobosan ilmiah, seperti penamaan oksigen oleh Antoine Lavoisier (1778) dan balon udara panas pertama yang membawa penumpang oleh Montgolfier bersaudara (1783), dicapai oleh ilmuwan Prancis. Para penjelajah Prancis mengambil bagian dalam perjalanan eksplorasi ilmiah melalui ekspedisi maritim. Filsafat Pencerahan, di mana rasionalisme dianjurkan sebagai sumber utama legitimasi, merusak kekuasaan dan dukungan terhadap monarki dan merupakan faktor dalam Revolusi.
3.5. Revolusi Prancis (1789-1799)

Revolusi Prancis adalah periode perubahan politik dan sosial yang radikal yang dimulai dengan Etats Generaux tahun 1789, dan berakhir dengan kudeta 18 Brumaire pada tahun 1799 dan pembentukan Konsulat Prancis. Banyak gagasannya, seperti hak asasi manusia, kedaulatan rakyat, dan pemisahan kekuasaan, merupakan prinsip dasar demokrasi liberal modern, sementara nilai-nilai dan institusinya tetap menjadi pusat wacana politik modern.
Penyebabnya adalah kombinasi faktor sosial, politik, dan ekonomi, yang terbukti tidak mampu dikelola oleh Ancien Régime. Krisis keuangan dan tekanan sosial menyebabkan pada Mei 1789 diadakannya Etats Generaux, yang diubah menjadi Majelis Nasional pada bulan Juni. Penyerbuan Bastille pada 14 Juli menyebabkan serangkaian tindakan radikal oleh Majelis, di antaranya penghapusan feodalisme, kontrol negara atas Gereja Katolik di Prancis, dan deklarasi hak-hak. Tiga tahun berikutnya didominasi oleh perjuangan untuk kontrol politik, diperburuk oleh depresi ekonomi. Kekalahan militer setelah pecahnya Perang Revolusi Prancis pada April 1792 mengakibatkan pemberontakan 10 Agustus 1792. Monarki dihapuskan dan digantikan oleh Republik Prancis Pertama pada bulan September, sementara Louis XVI dieksekusi pada Januari 1793. Peristiwa ini menandai titik balik penting dalam sejarah Prancis menuju pemerintahan yang lebih demokratis, meskipun melalui jalan yang berdarah.
Setelah pemberontakan lain pada Juni 1793, konstitusi ditangguhkan dan kekuasaan beralih dari Konvensi Nasional ke Komite Keselamatan Publik. Sekitar 16.000 orang dieksekusi dalam Pemerintahan Teror, sebuah periode kelam yang menunjukkan sisi ekstrem revolusi dan pelanggaran hak asasi manusia atas nama keselamatan publik, yang berakhir pada Juli 1794. Dilemahkan oleh ancaman eksternal dan oposisi internal, Republik digantikan pada tahun 1795 oleh Direktori Prancis. Empat tahun kemudian pada tahun 1799, Konsulat Prancis merebut kekuasaan dalam kudeta yang dipimpin oleh Napoleon.
3.6. Era Napoleon dan abad ke-19 (1799-1914)


Napoleon menjadi Konsul Pertama pada tahun 1799 dan kemudian Kaisar Kekaisaran Prancis (1804-1814; 1815). Berbagai koalisi Eropa menyatakan perang terhadap kekaisaran Napoleon. Pasukannya menaklukkan sebagian besar benua Eropa dengan kemenangan cepat seperti pertempuran Jena-Auerstadt dan Austerlitz. Anggota keluarga Bonaparte diangkat menjadi raja di beberapa kerajaan yang baru didirikan.
Kemenangan-kemenangan ini menyebabkan penyebaran cita-cita dan reformasi revolusioner Prancis ke seluruh dunia, seperti sistem metrik, Kode Napoleon, dan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Namun, di sisi lain, pemerintahannya bersifat otoriter dan ambisi ekspansionisnya menyebabkan perang berkelanjutan yang merenggut banyak nyawa. Pada tahun 1812, Napoleon menyerang Rusia, mencapai Moskwa. Setelah itu, pasukannya hancur karena masalah pasokan, penyakit, serangan Rusia, dan akhirnya musim dingin. Setelah kampanye bencana ini dan pemberontakan monarki Eropa berikutnya terhadap pemerintahannya, Napoleon dikalahkan. Sekitar satu juta orang Prancis tewas selama Perang Napoleon. Setelah kembalinya yang singkat dari pengasingan (Seratus Hari), Napoleon akhirnya dikalahkan pada tahun 1815 di Pertempuran Waterloo, dan monarki Bourbon dipulihkan dengan batasan konstitusional baru.
Dinasti Bourbon yang telah kehilangan kepercayaan digulingkan oleh Revolusi Juli tahun 1830, yang mendirikan Monarki Juli yang konstitusional; pasukan Prancis memulai penaklukan Aljazair, sebuah tindakan kolonial yang berdampak panjang pada masyarakat Aljazair. Kerusuhan menyebabkan Revolusi Prancis tahun 1848 dan berakhirnya Monarki Juli. Penghapusan perbudakan dan pengenalan hak pilih universal laki-laki diberlakukan kembali pada tahun 1848, sebuah langkah maju bagi hak-hak sipil. Pada tahun 1852, presiden Republik Prancis, Louis-Napoléon Bonaparte, keponakan Napoleon I, diproklamasikan sebagai kaisar Kekaisaran Kedua, sebagai Napoleon III. Ia melipatgandakan intervensi Prancis di luar negeri, terutama di Krimea, Meksiko, dan Italia. Pemerintahan Napoleon III, meskipun membawa modernisasi, juga bersifat otoriter dan membatasi kebebasan politik. Napoleon III digulingkan setelah kekalahan dalam Perang Prancis-Prusia tahun 1870, dan rezimnya digantikan oleh Republik Ketiga Prancis. Pada tahun 1875, penaklukan Prancis atas Aljazair selesai, dengan sekitar 825.000 orang Aljazair tewas akibat kelaparan, penyakit, dan kekerasan, menyoroti sisi brutal kolonialisme Prancis.
Prancis memiliki kepemilikan kolonial sejak awal abad ke-17, tetapi pada abad ke-19 dan ke-20, kekaisarannya meluas pesat dan menjadi yang terbesar kedua setelah Kekaisaran Britania. Termasuk Prancis metropolitan, total luas wilayah mencapai hampir 13.00 M km2 pada tahun 1920-an dan 1930-an, 9% dari daratan dunia. Dikenal sebagai Belle Époque, pergantian abad ditandai dengan optimisme, perdamaian regional, kemakmuran ekonomi, serta inovasi teknologi, ilmiah, dan budaya. Pada tahun 1905, sekularisme negara secara resmi ditetapkan melalui undang-undang pemisahan gereja dan negara, sebuah langkah penting bagi kebebasan berkeyakinan.
3.7. Awal hingga pertengahan abad ke-20 (1914-1946)

Prancis diinvasi oleh Jerman dan dipertahankan oleh Britania Raya pada awal Perang Dunia I Agustus 1914. Sebuah kawasan industri kaya di utara diduduki. Prancis dan Sekutu Perang Dunia I muncul sebagai pemenang melawan Blok Sentral dengan pengorbanan manusia yang luar biasa. Perang tersebut menyebabkan 1,4 juta tentara Prancis tewas, 4% dari populasinya. Periode antarperang ditandai oleh ketegangan internasional yang intens dan reformasi sosial yang diperkenalkan oleh pemerintah Front Populer (misalnya, cuti tahunan, delapan jam kerja sehari, perempuan dalam pemerintahan), yang merupakan kemajuan signifikan dalam hak-hak pekerja.
Pada tahun 1940, Prancis diserbu dan dengan cepat dikalahkan oleh Jerman Nazi. Prancis dibagi menjadi zona pendudukan Jerman di utara, zona pendudukan Italia, dan wilayah yang tidak diduduki, yaitu sisa Prancis, yang terdiri dari Prancis selatan dan kekaisaran Prancis. Pemerintahan Vichy, sebuah rezim otoriter yang berkolaborasi dengan Jerman, memerintah wilayah yang tidak diduduki, sebuah periode kelam yang melibatkan pelanggaran hak asasi manusia dan kolaborasi dengan rezim Nazi. Prancis Merdeka, pemerintah dalam pengasingan yang dipimpin oleh Charles de Gaulle, didirikan di London untuk melanjutkan perjuangan demi pembebasan.
Dari tahun 1942 hingga 1944, sekitar 160.000 warga Prancis, termasuk sekitar 75.000 orang Yahudi, dideportasi ke kamp kematian dan kamp konsentrasi, sebuah tragedi kemanusiaan yang menjadi noda dalam sejarah Prancis. Pada tanggal 6 Juni 1944, Sekutu Perang Dunia II menyerbu Normandia, dan pada bulan Agustus mereka menyerbu Provence. Sekutu dan Perlawanan Prancis muncul sebagai pemenang, dan kedaulatan Prancis dipulihkan dengan Pemerintahan Sementara Republik Prancis (GPRF). Pemerintahan sementara ini, yang didirikan oleh de Gaulle, terus berperang melawan Jerman dan membersihkan para kolaborator dari jabatan. Pemerintahan ini melakukan reformasi penting, misalnya hak pilih diperluas ke perempuan dan pembentukan sistem jaminan sosial, yang merupakan langkah maju bagi kesetaraan dan kesejahteraan sosial.
3.8. Kontemporer (1946-sekarang)

Sebuah konstitusi baru menghasilkan Republik Keempat Prancis (1946-1958), yang menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang kuat (les Trente Glorieuses). Prancis adalah anggota pendiri NATO dan berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indochina Prancis, tetapi dikalahkan oleh Viet Minh pada tahun 1954. Prancis menghadapi konflik anti-kolonialis lain di Aljazair, yang saat itu merupakan bagian dari Prancis dan rumah bagi lebih dari satu juta pemukim Eropa (Pied-Noir). Prancis secara sistematis menggunakan penyiksaan dan represi, termasuk pembunuhan di luar hukum untuk mempertahankan kendali, yang merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan meninggalkan luka mendalam bagi kedua bangsa. Konflik ini hampir menyebabkan kudeta dan perang saudara.
Selama krisis Mei 1958 di Prancis, Republik Keempat yang lemah memberi jalan kepada Republik Kelima Prancis, yang mencakup kepresidenan yang diperkuat. Perang berakhir dengan Perjanjian Évian pada tahun 1962 yang menyebabkan kemerdekaan Aljazair, dengan harga yang mahal: antara setengah juta hingga satu juta kematian dan lebih dari 2 juta pengungsi internal Aljazair. Sekitar satu juta Pied-Noir dan Harki melarikan diri dari Aljazair ke Prancis. Sisa-sisa kekaisaran adalah departemen dan teritori seberang laut Prancis.
Selama Perang Dingin, de Gaulle mengejar kebijakan "kemerdekaan nasional" terhadap blok Barat dan Timur. Ia menarik diri dari komando militer terpadu NATO (sambil tetap berada dalam aliansi), meluncurkan program pengembangan nuklir dan menjadikan Prancis sebagai kekuatan nuklir keempat. Ia memulihkan hubungan Franco-Jerman yang ramah melalui Perjanjian Élysée untuk menciptakan penyeimbang Eropa antara lingkup pengaruh Amerika dan Soviet. Namun, ia menentang setiap pengembangan Eropa supranasional, lebih memilih negara-negara berdaulat. Pemberontakan Mei 1968 memiliki dampak sosial yang sangat besar; itu adalah momen penting ketika cita-cita moral konservatif (agama, patriotisme, penghormatan terhadap otoritas) bergeser ke cita-cita moral yang lebih liberal (sekularisme, individualisme, revolusi seksual), menandai perubahan signifikan dalam masyarakat Prancis. Meskipun pemberontakan itu gagal secara politik (partai Gaullis muncul lebih kuat dari sebelumnya), hal itu mengumumkan perpecahan antara Prancis dan de Gaulle, yang kemudian mengundurkan diri.
Di era pasca-Gaullis, Prancis tetap menjadi salah satu ekonomi paling maju di dunia tetapi menghadapi krisis yang mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi dan meningkatnya utang publik. Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Prancis telah menjadi yang terdepan dalam pengembangan Uni Eropa supranasional, terutama dengan menandatangani Perjanjian Maastricht pada tahun 1992, mendirikan zona euro pada tahun 1999 dan menandatangani Perjanjian Lisboa pada tahun 2007. Prancis telah sepenuhnya terintegrasi kembali ke dalam NATO dan sejak itu berpartisipasi dalam sebagian besar perang yang disponsori NATO. Sejak abad ke-19, Prancis telah menerima banyak imigran, seringkali pekerja asing laki-laki dari negara-negara Katolik Eropa yang umumnya kembali ke rumah ketika tidak dipekerjakan. Selama tahun 1970-an Prancis menghadapi krisis ekonomi dan mengizinkan imigran baru (kebanyakan dari Maghreb, di barat laut Afrika) untuk menetap secara permanen di Prancis bersama keluarga mereka dan memperoleh kewarganegaraan. Hal ini mengakibatkan ratusan ribu Muslim tinggal di perumahan umum bersubsidi dan menderita tingkat pengangguran yang tinggi, menyoroti tantangan integrasi sosial dan kesetaraan. Pemerintah memiliki kebijakan asimilasi imigran, di mana mereka diharapkan untuk mematuhi nilai-nilai dan norma-norma Prancis.
Sejak pemboman transportasi umum tahun 1995, Prancis telah menjadi sasaran organisasi Islamis, terutama serangan Charlie Hebdo pada tahun 2015 yang memicu demonstrasi publik terbesar dalam sejarah Prancis, mengumpulkan 4,4 juta orang, serangan Paris November 2015 yang mengakibatkan 130 kematian, serangan paling mematikan di tanah Prancis sejak Perang Dunia II dan yang paling mematikan di Uni Eropa sejak pemboman kereta Madrid tahun 2004. Opération Chammal, upaya militer Prancis untuk menahan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), menewaskan lebih dari 1.000 tentara ISIS antara tahun 2014 dan 2015.
4. Geografi
Prancis menawarkan beragam lanskap geografis, mulai dari dataran pantai di utara dan barat hingga pegunungan Alpen di tenggara, Massif Central di selatan-tengah, dan Pyrenees di barat daya. Negara ini juga memiliki sistem sungai yang luas, termasuk sungai-sungai utama seperti Seine, Loire, Garonne, dan Rhône. Iklimnya bervariasi dari iklim laut di barat hingga iklim kontinental dan Mediterania di wilayah lain, dengan iklim pegunungan di daerah dataran tinggi. Prancis juga memiliki sejumlah wilayah seberang laut dengan karakteristik geografis dan iklim yang unik.
4.1. Lokasi dan perbatasan
Sebagian besar wilayah dan populasi Prancis terletak di Eropa Barat dan disebut Prancis Metropolitan. Wilayah ini berbatasan dengan Laut Utara di utara, Selat Inggris di barat laut, Samudra Atlantik di barat, dan Laut Mediterania di tenggara. Perbatasan daratnya terdiri dari Belgia dan Luksemburg di timur laut, Jerman dan Swiss di timur, Italia dan Monako di tenggara, serta Andorra dan Spanyol di selatan dan barat daya. Kecuali di timur laut, sebagian besar perbatasan darat Prancis secara kasar dibatasi oleh batas-batas alam dan fitur geografis: di selatan dan tenggara, masing-masing oleh Pyrenees, Alpen, dan Jura, dan di timur, oleh Sungai Rhine. Prancis Metropolitan mencakup berbagai pulau pesisir, yang terbesar adalah Korsika. Prancis Metropolitan sebagian besar terletak di antara garis lintang 41° dan 51° LU, dan garis bujur 6° BB dan 10° BT, di tepi barat Eropa, dan dengan demikian terletak di dalam zona iklim sedang utara. Bagian kontinentalnya mencakup sekitar 1.00 K km dari utara ke selatan dan dari timur ke barat.
Prancis Metropolitan mencakup 551.50 K km2, yang terbesar di antara anggota Uni Eropa. Total luas daratan Prancis, dengan departemen dan teritori seberang lautnya (tidak termasuk Daratan Adélie), adalah 643.80 K km2, atau 0,45% dari total luas daratan di Bumi. Prancis memiliki beragam lanskap, dari dataran pantai di utara dan barat hingga pegunungan Alpen di tenggara, Massif Central di selatan-tengah, dan Pyrenees di barat daya.
Karena banyaknya departemen dan teritori seberang laut yang tersebar di seluruh planet, Prancis memiliki zona ekonomi eksklusif (ZEE) terbesar kedua di dunia, mencakup 11.04 M km2. ZEE-nya mencakup sekitar 8% dari total permukaan semua ZEE di dunia.
4.2. Topografi dan hidrografi
Prancis Metropolitan memiliki beragam bentuk topografi dan lanskap alam. Selama pengangkatan Hercynian pada Era Paleozoikum, Massif Armorican, Massif Central, Morvan, pegunungan Vosges dan Ardennes, serta pulau Korsika terbentuk. Massif-massif ini membatasi beberapa cekungan sedimen seperti Cekungan Aquitaine di barat daya dan Cekungan Paris di utara. Berbagai rute lintasan alami, seperti Lembah Rhône, memungkinkan komunikasi yang mudah. Pegunungan Alpen, Pyrenees, dan Jura jauh lebih muda dan memiliki bentuk yang kurang terkikis. Dengan ketinggian 4.81 K m di atas permukaan laut, Mont Blanc, yang terletak di Alpen di perbatasan Prancis-Italia, adalah titik tertinggi di Eropa Barat. Meskipun 60% kotamadya diklasifikasikan memiliki risiko seismik (meskipun sedang).
Garis pantai menawarkan lanskap yang kontras: pegunungan di sepanjang French Riviera, tebing pantai seperti Côte d'Albâtre, dan dataran berpasir yang luas di Languedoc. Korsika terletak di lepas pantai Mediterania. Prancis memiliki sistem sungai yang luas yang terdiri dari empat sungai utama yaitu Seine, Loire, Garonne, Rhône, dan anak-anak sungainya, yang daerah aliran sungainya mencakup lebih dari 62% wilayah metropolitan. Rhône memisahkan Massif Central dari Alpen dan mengalir ke Laut Mediterania di Camargue. Garonne bertemu dengan Dordogne tepat setelah Bordeaux, membentuk muara Gironde, muara terbesar di Eropa Barat yang setelah sekitar 100 km bermuara ke Samudra Atlantik. Aliran air lainnya mengalir menuju Meuse dan Rhine di sepanjang perbatasan timur laut. Prancis memiliki 11.00 M km2 perairan laut dalam tiga samudra di bawah yurisdiksinya, di mana 97% berada di seberang laut.
4.3. Iklim


Sementara Prancis Metropolitan sebagian besar terletak di zona iklim sedang utara, wilayah ini memiliki iklim yang beragam. Sebagian besar wilayah dataran rendah Prancis Metropolitan (kecuali Korsika) berada dalam zona iklim laut, Cfb, Cwb, dan Cfc dalam klasifikasi iklim Köppen. Sebagian kecil wilayah yang berbatasan dengan cekungan Mediterania termasuk dalam zona Csa dan Csb. Karena luasnya wilayah Prancis Metropolitan, iklimnya tidak seragam, menghasilkan nuansa iklim berikut:
- Bagian barat Prancis memiliki iklim laut sepenuhnya - membentang dari Flanders hingga Negeri Basque pada jalur pantai selebar puluhan kilometer, sempit di utara dan selatan tetapi lebih lebar di Brittany, wilayah yang hampir seluruhnya berada dalam zona iklim ini. Iklim ini ditandai dengan musim dingin yang sejuk dan musim panas yang hangat, serta curah hujan yang merata sepanjang tahun.
- Iklim barat daya juga bersifat laut tetapi lebih hangat.
- Iklim barat laut bersifat laut tetapi lebih dingin dan lebih berangin.
- Jauh dari pantai, iklim masih bersifat laut tetapi karakteristiknya sedikit berubah. Cekungan sedimen Paris, bersama dengan cekungan yang dikelilingi pegunungan, memiliki variasi suhu yang lebih tinggi menurut musim dan curah hujan yang lebih sedikit pada musim gugur dan musim dingin. Oleh karena itu, sebagian besar wilayah memiliki iklim semi-laut dan membentuk zona transisi antara iklim laut sepenuhnya di dekat pantai dan iklim semi-kontinental di utara dan tengah-timur (Alsace, dataran Saône, tengah Rhône, Dauphiné, Auvergne, dan Savoy).


- Cekungan Mediterania dan lembah hilir Sungai Rhône memiliki iklim Mediterania karena pengaruh pegunungan yang mengisolasinya dari wilayah lain negara itu, dan karena angin Mistral dan Tramontane. Iklim ini memiliki musim panas yang panas dan kering, serta musim dingin yang sejuk dan lembap.
- Iklim pegunungan (atau Alpen) terbatas pada Alpen, Pyrenees, dan puncak-puncak Massif Central, Jura, dan Vosges. Daerah ini mengalami musim dingin yang sangat dingin dan bersalju, serta musim panas yang sejuk.
- Di wilayah seberang laut, terdapat tiga tipe iklim utama:
- Iklim tropis di sebagian besar wilayah seberang laut: Suhu tinggi yang konstan sepanjang tahun dengan musim kemarau dan musim hujan. Contohnya adalah Bora Bora di Polinesia Prancis.
- Iklim khatulistiwa di Guyana Prancis: Suhu tinggi yang konstan sepanjang tahun dengan curah hujan merata sepanjang tahun.
- Iklim subkutub di Saint Pierre dan Miquelon dan di sebagian besar Daratan Selatan dan Antarktika Prancis (seperti Kepulauan Kerguelen): Musim panas yang sejuk dan singkat serta musim dingin yang sangat dingin dan panjang.
Tebing di Étretat, Normandia, menunjukkan ciri khas pantai dengan iklim laut. Salju menyelimuti Mont-Blanc, mencerminkan iklim Alpen. Pemandangan Aiguille du Dru di musim dingin, contoh iklim Alpen. Lembah Maurienne di Pegunungan Alpen, menunjukkan lanskap iklim pegunungan.
4.4. Lingkungan

Prancis adalah salah satu negara pertama yang membentuk kementerian lingkungan, pada tahun 1971. Meskipun Prancis termasuk negara industri maju, namun hanya menempati peringkat ke-19 dalam emisi karbon dioksida, di bawah negara-negara yang lebih sedikit penduduknya seperti Kanada dan Australia. Hal ini disebabkan oleh keputusan Prancis untuk berinvestasi dalam tenaga nuklir setelah krisis minyak tahun 1973, yang kini menyumbang sekitar 75 persen dari produksi listriknya pada tahun 2011 dan menghasilkan lebih sedikit polusi. Menurut Indeks Kinerja Lingkungan 2020 yang dilakukan oleh Yale dan Columbia, Prancis adalah negara sadar lingkungan kelima di dunia.
Seperti semua negara anggota Uni Eropa, Prancis setuju untuk memotong emisi karbon setidaknya 20% dari tingkat tahun 1990 pada tahun 2020. Pada tahun 2009, emisi karbon dioksida per kapita Prancis lebih rendah daripada Tiongkok. Negara ini ditetapkan untuk memberlakukan pajak karbon pada tahun 2009; namun, rencana tersebut ditinggalkan karena kekhawatiran akan membebani bisnis Prancis.
Hutan menyumbang 31 persen dari luas daratan Prancis-proporsi tertinggi keempat di Eropa-yang mewakili peningkatan 7 persen sejak tahun 1990. Hutan Prancis termasuk yang paling beragam di Eropa, terdiri lebih dari 140 spesies pohon. Prancis memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan 2018 sebesar 4,52/10, menempatkannya di peringkat ke-123 secara global. Terdapat sembilan taman nasional dan 46 taman alam di Prancis. Taman alam regional (parc naturel régionalPNRBahasa Prancis) adalah sebuah badan publik di Prancis antara otoritas lokal dan pemerintah nasional yang mencakup wilayah pedesaan berpenghuni dengan keindahan luar biasa, untuk melindungi pemandangan dan warisan serta membangun pembangunan ekonomi berkelanjutan di daerah tersebut. PNR menetapkan tujuan dan pedoman pengelolaan pemukiman manusia, pembangunan ekonomi berkelanjutan, dan perlindungan lingkungan alam berdasarkan lanskap dan warisan unik setiap taman. Taman-taman ini mempromosikan program penelitian ekologi dan pendidikan publik ilmu alam. Hingga tahun 2019, terdapat 54 PNR di Prancis.
5. Politik
Prancis adalah negara demokrasi perwakilan yang diorganisir sebagai republik semi-presidensial kesatuan. Tradisi dan nilai-nilai demokrasi berakar kuat dalam budaya, identitas, dan politik Prancis. Konstitusi Republik Kelima disetujui melalui referendum pada 28 September 1958, membangun kerangka kerja yang terdiri dari cabang eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Konstitusi ini bertujuan untuk mengatasi ketidakstabilan Republik Ketiga dan Keempat dengan menggabungkan elemen-elemen sistem parlementer dan presidensial, sambil memperkuat otoritas eksekutif secara signifikan relatif terhadap legislatif.
5.1. Pemerintahan

Presiden sejak 2017

Perdana Menteri sejak 2024
Cabang eksekutif memiliki dua pemimpin. Presiden, saat ini Emmanuel Macron, adalah kepala negara, dipilih langsung melalui hak pilih universal orang dewasa untuk masa jabatan lima tahun. Perdana Menteri, saat ini François Bayrou, adalah kepala pemerintahan, yang ditunjuk oleh Presiden untuk memimpin pemerintahan. Presiden memiliki kekuasaan untuk membubarkan Parlemen atau mengelakkannya dengan mengajukan referendum langsung kepada rakyat; presiden juga menunjuk hakim dan pegawai negeri, merundingkan dan meratifikasi perjanjian internasional, serta menjabat sebagai panglima tertinggi Angkatan Bersenjata. Perdana menteri menentukan kebijakan publik dan mengawasi layanan sipil, dengan penekanan pada urusan dalam negeri. Dalam pemilihan presiden 2022, Macron terpilih kembali. Dua bulan kemudian, dalam pemilihan legislatif Juni 2022, Macron kehilangan mayoritas parlementernya dan harus membentuk pemerintahan minoritas.

Badan legislatif terdiri dari Parlemen Prancis, sebuah badan bikameral yang terdiri dari majelis rendah, Majelis Nasional, dan majelis tinggi, Senat. Anggota legislatif di Majelis Nasional, yang dikenal sebagai députés, mewakili daerah pemilihan lokal dan dipilih langsung untuk masa jabatan lima tahun. Majelis memiliki kekuasaan untuk memberhentikan pemerintah dengan suara mayoritas. Senator dipilih oleh sebuah dewan pemilih untuk masa jabatan enam tahun, dengan separuh kursi diajukan untuk pemilihan setiap tiga tahun. Kekuasaan legislatif Senat terbatas; jika terjadi ketidaksepakatan antara kedua majelis, Majelis Nasional memiliki keputusan akhir. Parlemen bertanggung jawab untuk menentukan aturan dan prinsip mengenai sebagian besar bidang hukum, amnesti politik, dan kebijakan fiskal; namun, pemerintah dapat merancang rincian spesifik mengenai sebagian besar undang-undang.
Dari Perang Dunia II hingga 2017, politik Prancis didominasi oleh dua kelompok yang berlawanan secara politik: satu sayap kiri, Seksi Prancis Internasional Pekerja, yang digantikan oleh Partai Sosialis (pada 1969); dan yang lainnya sayap kanan, Partai Gaullis, yang namanya berubah seiring waktu menjadi Reli Rakyat Prancis (1947), Uni Demokrat untuk Republik (1958), Reli untuk Republik (1976), Uni untuk Gerakan Populer (2007) dan Republikan (sejak 2015). Dalam pemilihan presiden dan legislatif 2017, partai sentris radikal La République En Marche! (LREM) menjadi kekuatan dominan, menyalip baik Sosialis maupun Republikan. Lawan LREM dalam putaran kedua pemilihan presiden 2017 dan 2022 adalah partai sayap kanan yang sedang berkembang, Reli Nasional (RN). Sejak 2020, Ekologi Eropa - Hijau (EELV) telah berkinerja baik dalam pemilihan wali kota di kota-kota besar sementara di tingkat nasional, aliansi partai Kiri (NUPES) adalah blok pemilih terbesar kedua yang terpilih ke majelis rendah pada tahun 2022. RN populis sayap kanan menjadi partai oposisi terbesar di Majelis Nasional pada tahun 2022.
Para pemilih secara konstitusional diberdayakan untuk memberikan suara pada amandemen yang disahkan oleh Parlemen dan RUU yang diajukan oleh presiden. Referendum telah memainkan peran kunci dalam membentuk politik Prancis dan bahkan kebijakan luar negeri; para pemilih telah memutuskan hal-hal seperti kemerdekaan Aljazair, pemilihan presiden melalui pemungutan suara populer, pembentukan Uni Eropa, dan pengurangan masa jabatan presiden.
5.2. Pembagian administratif
Prancis dibagi menjadi 18 region (terletak di Eropa dan seberang laut), lima kolektivitas seberang laut, satu teritori seberang laut, satu kolektivitas khusus-Kaledonia Baru dan satu pulau tak berpenghuni yang langsung di bawah otoritas Menteri Seberang Laut Prancis-Pulau Clipperton.
5.2.1. Region dan Departemen

Sejak 2016, Prancis dibagi menjadi 18 region administratif: 13 region di Prancis metropolitan (termasuk Korsika), dan lima region seberang laut. Region-region ini selanjutnya dibagi lagi menjadi 101 departemen, yang diberi nomor terutama berdasarkan urutan abjad. Nomor departemen digunakan dalam kode pos dan sebelumnya digunakan pada plat nomor kendaraan. Di antara 101 departemen Prancis, lima (Guyana Prancis, Guadeloupe, Martinique, Mayotte, dan Réunion) berada di region seberang laut (ROM) yang secara bersamaan juga merupakan departemen seberang laut (DOM), menikmati status yang sama dengan departemen metropolitan dan dengan demikian termasuk dalam Uni Eropa.
Ke-101 departemen dibagi lagi menjadi 335 arondisemen, yang pada gilirannya dibagi lagi menjadi 2.054 kanton. Kanton-kanton ini kemudian dibagi menjadi 36.658 komune, yang merupakan kotamadya dengan dewan kotamadya terpilih. Tiga komune-Paris, Lyon, dan Marseille-dibagi lagi menjadi 45 arondisemen kotamadya. Region, departemen, dan komune dikenal sebagai jajahan teritorial, yang berarti mereka memiliki majelis lokal serta eksekutif. Arondisemen dan kanton adalah pembagian administratif.
5.2.2. Teritori dan Kolektivitas Seberang Laut
Selain 18 region dan 101 departemen, Republik Prancis memiliki lima kolektivitas seberang laut (Polinesia Prancis, Saint Barthélemy, Saint Martin, Saint Pierre dan Miquelon, serta Wallis dan Futuna), satu kolektivitas sui generis (Kaledonia Baru), satu teritori seberang laut (Daratan Selatan dan Antarktika Prancis), dan satu kepemilikan pulau di Samudra Pasifik (Pulau Clipperton). Kolektivitas dan teritori seberang laut merupakan bagian dari Republik Prancis, tetapi tidak membentuk bagian dari Uni Eropa atau area fiskalnya (kecuali Saint Barthélemy, yang memisahkan diri dari Guadeloupe pada tahun 2007). Kolektivitas Pasifik (COM) Polinesia Prancis, Wallis dan Futuna, dan Kaledonia Baru terus menggunakan franc CFP yang nilainya terkait erat dengan euro. Sebaliknya, lima region seberang laut sebelumnya menggunakan franc Prancis dan sekarang menggunakan euro.
5.3. Hubungan luar negeri

Prancis adalah anggota pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menjabat sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB dengan hak veto. Pada tahun 2015, Prancis digambarkan sebagai "negara dengan jaringan terbaik di dunia" karena keanggotaannya di lebih banyak institusi internasional daripada negara lain; ini termasuk G7, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Komunitas Pasifik (SPC), dan Komisi Samudra Hindia (COI). Prancis adalah anggota asosiasi dari Asosiasi Negara-Negara Karibia (ACS) dan anggota terkemuka dari Organisation internationale de la Francophonie (OIF) yang beranggotakan 84 negara berbahasa Prancis.
Sebagai pusat penting bagi hubungan internasional, Prancis memiliki majelis misi diplomatik terbesar ketiga, setelah Tiongkok dan Amerika Serikat. Prancis juga menjadi tuan rumah kantor pusat beberapa organisasi internasional, termasuk Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), UNESCO, Interpol, Biro Internasional untuk Ukuran dan Timbangan, dan OIF.
Kebijakan luar negeri Prancis setelah Perang Dunia II sebagian besar dibentuk oleh keanggotaan di Uni Eropa, di mana Prancis adalah salah satu anggota pendiri. Sejak tahun 1960-an, Prancis telah mengembangkan hubungan dekat dengan Jerman yang bersatu kembali untuk menjadi kekuatan pendorong paling berpengaruh di UE. Sejak tahun 1904, Prancis telah mempertahankan "Entente cordialeKesepakatan RamahBahasa Prancis" dengan Inggris Raya, dan telah terjadi penguatan hubungan antara kedua negara, terutama secara militer.
Prancis adalah anggota Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO), tetapi di bawah Presiden de Gaulle, Prancis mengecualikan diri dari komando militer gabungan, sebagai protes terhadap Hubungan Khusus antara Amerika Serikat dan Inggris, dan untuk menjaga kemandirian kebijakan luar negeri dan keamanan Prancis. Di bawah Nicolas Sarkozy, Prancis bergabung kembali dengan komando militer gabungan NATO pada 4 April 2009.
Prancis mempertahankan pengaruh politik dan ekonomi yang kuat di bekas jajahan Afrikanya (Françafrique) dan telah memasok bantuan ekonomi serta pasukan untuk misi penjaga perdamaian di Pantai Gading dan Chad. Dari tahun 2012 hingga 2021, Prancis dan negara-negara Afrika lainnya melakukan intervensi untuk mendukung pemerintah Mali dalam konflik Mali Utara.
Pada tahun 2017, Prancis adalah donor bantuan pembangunan terbesar keempat di dunia secara absolut, di belakang Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris Raya. Ini mewakili 0,43% dari PNB-nya, tertinggi ke-12 di antara negara-negara OECD. Bantuan diberikan oleh Badan Pembangunan Prancis pemerintah, yang terutama membiayai proyek-proyek kemanusiaan di Afrika sub-Sahara, dengan penekanan pada "pengembangan infrastruktur, akses ke layanan kesehatan dan pendidikan, pelaksanaan kebijakan ekonomi yang tepat, dan konsolidasi supremasi hukum dan demokrasi".
5.4. Militer

Angkatan Bersenjata Prancis (Forces armées françaisesBahasa Prancis) adalah pasukan militer dan paramiliter Prancis, di bawah Presiden Republik sebagai komandan tertinggi. Mereka terdiri dari Angkatan Darat Prancis (Armée de TerreBahasa Prancis), Angkatan Laut Prancis (Marine Nationale, sebelumnya disebut Armée de Mer), Angkatan Udara dan Antariksa Prancis (Armée de l'Air et de l'Espace), dan Gendarmerie Nasional (Gendarmerie nationale), yang berfungsi sebagai polisi militer dan polisi sipil di daerah pedesaan. Bersama-sama mereka termasuk angkatan bersenjata terbesar di dunia dan yang terbesar di UE. Menurut sebuah studi tahun 2015 oleh Crédit Suisse, Angkatan Bersenjata Prancis menduduki peringkat keenam militer terkuat di dunia, dan kedua terkuat di Eropa. Pengeluaran militer tahunan Prancis pada tahun 2023 adalah US$61,3 miliar, atau 2,1% dari PDB-nya, menjadikannya pembelanja militer terbesar kedelapan di dunia. Tidak ada wajib militer nasional sejak tahun 1997.
Prancis telah menjadi negara nuklir yang diakui sejak tahun 1960. Prancis adalah pihak dalam Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Kekuatan nuklir Prancis (sebelumnya dikenal sebagai "Force de Frappe") terdiri dari empat kapal selam kelas Triomphant yang dilengkapi dengan misil balistik yang diluncurkan dari kapal selam. Selain armada kapal selam, diperkirakan Prancis memiliki sekitar 60 misil udara-ke-darat jarak menengah ASMP dengan hulu ledak nuklir; 50 di antaranya dikerahkan oleh Angkatan Udara dan Antariksa menggunakan pesawat serang nuklir jarak jauh Mirage 2000N, sementara sekitar 10 dikerahkan oleh pesawat serang Super Étendard Modernisé (SEM) Angkatan Laut Prancis, yang beroperasi dari kapal induk bertenaga nuklir Charles de Gaulle (R91).
Prancis memiliki industri militer besar dan salah satu sektor kedirgantaraan terbesar di dunia. Negara ini telah memproduksi peralatan seperti pesawat tempur Rafale, kapal induk Charles de Gaulle, misil Exocet, dan tank Leclerc, di antaranya. Prancis adalah penjual senjata utama, dengan sebagian besar desain arsenalnya tersedia untuk pasar ekspor, kecuali perangkat bertenaga nuklir.
Satu unit intelijen Prancis, Direktorat Jenderal Keamanan Eksternal, dianggap sebagai komponen Angkatan Bersenjata di bawah otoritas Kementerian Pertahanan. Yang lainnya, Direktorat Jenderal Keamanan Internal beroperasi di bawah otoritas Kementerian Dalam Negeri. Kemampuan keamanan siber Prancis secara teratur diperingkat sebagai salah satu yang paling kuat dari negara mana pun di dunia.
Ekspor senjata Prancis mencapai total {{mata uang|EUR|27 miliar}} pada tahun 2022, naik dari {{mata uang|EUR|11,7 miliar}} pada tahun sebelumnya 2021. Selain itu, UEA sendiri menyumbang lebih dari {{mata uang|EUR|16 miliar}} senjata untuk total Prancis. Di antara perusahaan pertahanan Prancis terbesar adalah Dassault, Thales, dan Safran.
5.5. Hukum

Prancis menggunakan sistem hukum sipil, di mana hukum terutama berasal dari undang-undang tertulis; hakim tidak membuat hukum, tetapi hanya menafsirkannya (meskipun jumlah interpretasi yudisial di bidang tertentu membuatnya setara dengan hukum kasus dalam sistem hukum umum). Prinsip-prinsip dasar supremasi hukum diletakkan dalam Kode Napoleon (yang sebagian besar didasarkan pada hukum kerajaan yang dikodifikasikan di bawah Raja Louis XIV). Sesuai dengan prinsip-prinsip Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara, hukum seharusnya hanya melarang tindakan yang merugikan masyarakat.
Hukum Prancis dibagi menjadi dua bidang utama: hukum perdata dan hukum publik. Hukum perdata meliputi, khususnya, hukum sipil dan hukum pidana. Hukum publik meliputi, khususnya, hukum administrasi dan hukum konstitusional. Namun, dalam istilah praktis, hukum Prancis terdiri dari tiga bidang hukum utama: hukum sipil, hukum pidana, dan hukum administrasi. Hukum pidana hanya dapat mengatur masa depan dan bukan masa lalu (hukum pidana ex post facto dilarang). Meskipun hukum administrasi seringkali merupakan subkategori hukum sipil di banyak negara, hukum ini sepenuhnya terpisah di Prancis dan setiap badan hukum dipimpin oleh mahkamah agung tertentu: pengadilan biasa (yang menangani litigasi pidana dan perdata) dipimpin oleh Mahkamah Kasasi dan pengadilan administrasi dipimpin oleh Dewan Negara. Agar dapat berlaku, setiap undang-undang harus dipublikasikan secara resmi di Journal officiel de la République française.
Prancis tidak mengakui hukum agama sebagai motivasi untuk pemberlakuan larangan; Prancis telah lama menghapuskan hukum penistaan agama dan hukum sodomi (yang terakhir pada tahun 1791). Namun, "pelanggaran terhadap kesusilaan publik" (contraires aux bonnes mœursbertentangan dengan moral yang baikBahasa Prancis) atau mengganggu ketertiban umum (trouble à l'ordre publicgangguan terhadap ketertiban umumBahasa Prancis) telah digunakan untuk menekan ekspresi publik homoseksualitas atau prostitusi jalanan.
Prancis umumnya memiliki reputasi positif terkait hak-hak LGBTQ. Sejak tahun 1999, serikat sipil untuk pasangan homoseksual telah diizinkan, dan sejak tahun 2013, pernikahan sesama jenis dan adopsi LGBTQ adalah legal. Undang-undang yang melarang ujaran diskriminatif di media pers sudah ada sejak tahun 1881. Beberapa orang menganggap undang-undang ujaran kebencian di Prancis terlalu luas atau berat, merusak kebebasan berbicara.
Prancis memiliki undang-undang yang menentang rasisme dan anti-Semitisme, sementara Undang-Undang Gayssot tahun 1990 melarang penyangkalan Holocaust. Pada tahun 2024, Prancis menjadi negara pertama di Uni Eropa yang secara eksplisit melindungi aborsi dalam konstitusinya.
Kebebasan beragama dijamin secara konstitusional oleh Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara tahun 1789. Undang-undang Prancis tahun 1905 tentang Pemisahan Gereja dan Negara adalah dasar dari laïcité (sekularisme negara): negara tidak secara formal mengakui agama apa pun, kecuali di Alsace-Moselle, yang terus mensubsidi pendidikan dan pendeta Katolik, Lutheranisme, Calvinisme, dan Yudaisme. Meskipun demikian, Prancis mengakui asosiasi keagamaan. Parlemen telah mendaftarkan banyak gerakan keagamaan sebagai sekte berbahaya sejak tahun 1995 dan telah melarang pemakaian simbol-simbol agama yang mencolok di sekolah-sekolah sejak tahun 2004. Pada tahun 2010, Prancis melarang pemakaian cadar Islam yang menutupi wajah di depan umum; kelompok-kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch menggambarkan undang-undang tersebut sebagai diskriminatif terhadap Muslim. Namun, undang-undang tersebut didukung oleh sebagian besar penduduk.
6. Ekonomi

Prancis memiliki ekonomi pasar sosial yang ditandai dengan keterlibatan pemerintah yang cukup besar dan sektor yang beragam. Selama kurang lebih dua abad, ekonomi Prancis secara konsisten menduduki peringkat di antara sepuluh besar secara global; saat ini merupakan yang terbesar kesembilan di dunia berdasarkan paritas daya beli, terbesar ketujuh berdasarkan PDB nominal, dan terbesar kedua di Uni Eropa berdasarkan kedua metrik tersebut. Prancis dianggap sebagai kekuatan besar dengan kekuatan ekonomi yang cukup besar, menjadi anggota Kelompok Tujuh negara industri maju, Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), dan Kelompok Dua Puluh ekonomi terbesar.
Ekonomi Prancis sangat terdiversifikasi; layanan mewakili dua pertiga dari tenaga kerja dan PDB, sementara sektor industri menyumbang seperlima dari PDB dan proporsi pekerjaan yang serupa. Prancis adalah negara manufaktur terbesar ketiga di Eropa, di belakang Jerman dan Italia, dan menempati peringkat kedelapan di dunia berdasarkan output manufaktur, sebesar 1,9 persen. Kurang dari 2 persen PDB dihasilkan oleh sektor primer, yaitu pertanian; namun, sektor pertanian Prancis termasuk yang terbesar nilainya dan memimpin Uni Eropa dalam produksi keseluruhan.
Pada tahun 2018, Prancis adalah negara perdagangan terbesar kelima di dunia dan terbesar kedua di Eropa, dengan nilai ekspor mewakili lebih dari seperlima PDB. Keanggotaannya di zona euro dan pasar tunggal Eropa yang lebih luas memfasilitasi akses ke modal, barang, jasa, dan tenaga kerja terampil. Meskipun ada kebijakan proteksionis atas industri tertentu, khususnya di bidang pertanian, Prancis secara umum telah memainkan peran utama dalam mendorong perdagangan bebas dan integrasi komersial di Eropa untuk meningkatkan ekonominya. Pada tahun 2019, Prancis menduduki peringkat pertama di Eropa dan ke-13 di dunia dalam investasi asing langsung, dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat menjadi sumber utama. Menurut Bank Prancis (didirikan pada tahun 1800), penerima utama FDI adalah manufaktur, real estat, keuangan, dan asuransi. Wilayah Paris memiliki konsentrasi perusahaan multinasional tertinggi di daratan Eropa.
Di bawah doktrin Dirigisme, pemerintah secara historis memainkan peran utama dalam ekonomi; kebijakan seperti perencanaan indikatif dan nasionalisasi dikreditkan karena berkontribusi pada tiga dekade pertumbuhan ekonomi pascaperang yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dikenal sebagai Trente Glorieuses. Pada puncaknya pada tahun 1982, sektor publik menyumbang seperlima dari pekerjaan industri dan lebih dari empat perlima pasar kredit. Mulai akhir abad ke-20, Prancis melonggarkan peraturan dan keterlibatan negara dalam ekonomi, dengan sebagian besar perusahaan terkemuka sekarang dimiliki swasta; kepemilikan negara sekarang hanya mendominasi transportasi, pertahanan, dan penyiaran. Kebijakan yang bertujuan untuk mempromosikan dinamisme ekonomi dan privatisasi telah meningkatkan kedudukan ekonomi Prancis secara global: Prancis termasuk di antara 10 negara paling inovatif di dunia dalam Indeks Inovasi Bloomberg 2020, dan yang paling kompetitif ke-15, menurut Laporan Daya Saing Global 2019 (naik dua peringkat dari 2018).
Bursa saham Paris (La Bourse de ParisBahasa Prancis) adalah salah satu yang tertua di dunia, didirikan pada tahun 1724. Pada tahun 2000, bursa ini bergabung dengan bursa saham di Amsterdam dan Brussel untuk membentuk Euronext, yang pada tahun 2007 bergabung dengan bursa saham New York untuk membentuk NYSE Euronext, bursa saham terbesar di dunia. Euronext Paris, cabang Prancis dari NYSE Euronext, adalah pasar bursa saham terbesar kedua di Eropa. Beberapa contoh perusahaan Prancis paling berharga termasuk LVMH, L'Oréal, dan Société Générale.
Prancis secara historis telah menjadi salah satu pusat pertanian utama dunia dan tetap menjadi "kekuatan pertanian global"; Prancis adalah pengekspor produk pertanian terbesar keenam di dunia, menghasilkan surplus perdagangan lebih dari 7.40 B EUR. Dijuluki "lumbung benua lama", lebih dari separuh total luas daratannya adalah lahan pertanian, di mana 45 persen dikhususkan untuk tanaman ladang permanen seperti sereal. Iklim negara yang beragam, lahan subur yang luas, teknologi pertanian modern, dan subsidi Uni Eropa telah menjadikannya produsen dan pengekspor pertanian terkemuka di Eropa.
Dalam perspektif dampak sosial dan hak-hak buruh, Prancis memiliki sejarah panjang gerakan buruh yang kuat dan sistem perlindungan sosial yang komprehensif. Meskipun demikian, tantangan seperti pengangguran, terutama di kalangan pemuda dan imigran, serta ketidaksetaraan pendapatan tetap ada. Kebijakan ekonomi makro seringkali menjadi subjek perdebatan sengit mengenai keseimbangan antara daya saing global dan pelestarian model sosial Prancis. Isu lingkungan juga semakin mendapat perhatian, dengan dorongan untuk transisi ke ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan, meskipun ketergantungan pada industri tertentu seperti otomotif dan dirgantara menimbulkan tantangan tersendiri.
6.1. Struktur ekonomi dan industri utama
Produk domestik bruto (PDB) Prancis adalah salah satu yang terbesar di dunia, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang bervariasi dari tahun ke tahun. Struktur sektoral ekonominya didominasi oleh sektor jasa, yang menyumbang bagian terbesar dari PDB dan lapangan kerja. Sektor manufaktur juga signifikan, dengan industri utama meliputi dirgantara (misalnya Airbus), otomotif (Renault, Peugeot, Citroën), barang mewah (LVMH, Kering, Hermès), farmasi (Sanofi), dan makanan olahan. Sektor pertanian, meskipun kontribusinya terhadap PDB lebih kecil, tetap penting secara strategis dan budaya, dengan Prancis sebagai produsen pertanian terkemuka di Eropa.
Dari perspektif kiri-tengah dan liberalisme sosial, analisis struktur ekonomi dan industri utama Prancis harus mempertimbangkan beberapa aspek krusial:
- Hak-hak Buruh dan Kondisi Kerja: Prancis memiliki serikat buruh yang kuat dan undang-undang ketenagakerjaan yang komprehensif, termasuk jam kerja mingguan 35 jam (meskipun dengan banyak pengecualian dan fleksibilitas). Namun, perdebatan terus berlanjut mengenai fleksibilitas pasar tenaga kerja, keamanan kerja (terutama bagi pekerja kontrak dan pekerja di gig economy), dan upah yang layak. Dampak otomatisasi dan globalisasi terhadap pekerjaan di sektor manufaktur tradisional juga menjadi perhatian utama.
- Kesetaraan Sosial dan Distribusi Kekayaan: Meskipun Prancis memiliki sistem pajak progresif dan jaring pengaman sosial yang kuat, ketidaksetaraan pendapatan dan kekayaan tetap menjadi isu. Konsentrasi kekayaan di tangan segelintir orang, terutama di sektor barang mewah dan keuangan, kontras dengan tantangan yang dihadapi oleh rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah. Kebijakan untuk mengatasi pengangguran struktural, kemiskinan, dan eksklusi sosial sangat penting.
- Pembangunan Berkelanjutan dan Isu Lingkungan: Industri-industri utama Prancis memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Sektor dirgantara dan otomotif menghadapi tekanan untuk mengurangi emisi karbon. Pertanian intensif juga menimbulkan kekhawatiran tentang penggunaan pestisida, kualitas air, dan keanekaragaman hayati. Transisi menuju ekonomi hijau, investasi dalam energi terbarukan, dan penerapan praktik industri yang lebih berkelanjutan adalah prioritas penting yang seringkali bersinggungan dengan kepentingan ekonomi jangka pendek.
- Peran Negara dalam Ekonomi: Meskipun telah terjadi privatisasi dalam beberapa dekade terakhir, negara Prancis masih memegang saham signifikan di banyak perusahaan strategis dan memainkan peran penting dalam perencanaan ekonomi dan investasi. Perspektif kiri-tengah seringkali mendukung intervensi negara untuk melindungi industri nasional, mempromosikan inovasi, dan memastikan bahwa pembangunan ekonomi bermanfaat bagi seluruh masyarakat, bukan hanya segelintir elite.
- Globalisasi dan Perdagangan Internasional: Sebagai ekonomi terbuka, Prancis sangat terintegrasi dalam ekonomi global. Perdebatan sering muncul mengenai dampak perjanjian perdagangan internasional terhadap lapangan kerja domestik, standar sosial, dan lingkungan. Ada dorongan untuk perdagangan yang lebih adil dan berkelanjutan yang mempertimbangkan hak asasi manusia dan standar lingkungan dalam rantai pasokan global.
Industri utama seperti dirgantara dan otomotif memberikan kontribusi signifikan terhadap ekspor dan inovasi teknologi, namun juga menghadapi persaingan global yang ketat dan tantangan dalam hal keberlanjutan. Industri barang mewah, yang sangat bergantung pada citra merek dan keahlian tradisional, merupakan sumber pendapatan ekspor yang penting tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang konsumsi berlebihan dan kesenjangan sosial. Sektor farmasi memainkan peran vital dalam kesehatan masyarakat dan penelitian, tetapi juga menghadapi isu-isu terkait harga obat dan aksesibilitas.
6.2. Pariwisata

Prancis adalah tujuan wisata utama dunia, menerima 100 juta pengunjung asing pada tahun 2023. Latar belakang status ini berakar pada kekayaan sejarah, warisan budaya yang beragam, lanskap yang indah, dan reputasi global dalam bidang kuliner dan mode.
Destinasi wisata utama meliputi:
- Paris: Ibu kota Prancis ini menarik jutaan pengunjung setiap tahun dengan ikon-ikon terkenal seperti Menara Eiffel, Museum Louvre (rumah bagi Mona Lisa dan koleksi seni yang tak ternilai), Katedral Notre-Dame (meskipun rusak akibat kebakaran, tetap menjadi simbol penting), Arc de Triomphe, Champs-Élysées, Montmartre dengan Basilika Sacré-Cœur, dan berbagai museum, galeri, serta kehidupan malam yang semarak.
- French Riviera (Côte d'Azur): Terletak di pantai Mediterania tenggara, wilayah ini terkenal dengan kota-kota glamor seperti Nice, Cannes (tuan rumah festival film tahunan), Saint-Tropez, dan Monako (meskipun negara merdeka, sering dikunjungi bersamaan). Riviera menawarkan pantai yang indah, iklim yang menyenangkan, dan gaya hidup mewah.
- Lembah Loire (Loire Valley): Dikenal sebagai "Taman Prancis", Lembah Loire terkenal dengan ratusan istana (châteauxkastil-kastilBahasa Prancis) megah seperti Château de Chambord, Château de Chenonceau, dan Château d'Amboise, serta kebun anggur yang menghasilkan anggur berkualitas tinggi.
- Provence: Wilayah ini memikat dengan ladang lavender, desa-desa puncak bukit yang menawan (seperti Gordes dan Roussillon), pasar lokal yang ramai, dan warisan Romawi kuno (misalnya, Pont du Gard dan amfiteater di Arles dan Nîmes).
- Alpen Prancis: Populer untuk olahraga musim dingin seperti ski dan snowboarding (di resor seperti Chamonix, Courchevel) dan kegiatan luar ruangan musim panas seperti hiking dan bersepeda gunung. Mont Blanc, puncak tertinggi di Eropa Barat, terletak di sini.
- Normandia: Menawarkan garis pantai yang dramatis (termasuk tebing Étretat), pedesaan yang indah, kota-kota bersejarah seperti Rouen dan Bayeux (terkenal dengan Tapestri Bayeux), serta situs-situs pendaratan D-Day yang penting secara historis. Mont Saint-Michel, sebuah biara di pulau pasang surut, adalah salah satu daya tarik utama.
- Brittany (Bretagne): Dikenal dengan warisan Kelt yang kuat, garis pantai yang berbatu-batu, pulau-pulau lepas pantai, hutan-hutan kuno (seperti Brocéliande), dan makanan laut yang lezat.
- Bordeaux dan wilayah anggurnya: Selain Lembah Loire, Bordeaux adalah salah satu daerah penghasil anggur paling terkenal di dunia, menarik para penggemar anggur untuk tur dan mencicipi anggur.
- Disneyland Paris: Merupakan taman hiburan paling populer di Eropa, menarik keluarga dan pengunjung dari segala usia.
Statistik pariwisata menunjukkan Prancis secara konsisten menduduki peringkat teratas dalam jumlah kedatangan turis internasional. Pada tahun 2023, Prancis menerima 100 juta pengunjung asing. Meskipun demikian, pendapatan pariwisata per pengunjung cenderung lebih rendah dibandingkan beberapa negara lain karena durasi tinggal yang lebih singkat. Industri pariwisata memiliki dampak ekonomi yang signifikan, menyumbang sebagian besar PDB Prancis dan menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Industri ini mendukung berbagai sektor terkait seperti perhotelan, restoran, transportasi, dan ritel. Dari perspektif sosial, pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi bagi komunitas lokal tetapi juga dapat menimbulkan tantangan seperti overtourism di beberapa destinasi populer, yang dapat membebani infrastruktur, menaikkan harga perumahan bagi penduduk lokal, dan merusak lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Pemerintah Prancis telah mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan mendiversifikasi tujuan wisata untuk mengurangi tekanan pada area yang paling banyak dikunjungi.
6.3. Energi
Kebijakan energi Prancis secara historis sangat dipengaruhi oleh kebutuhan untuk mencapai keamanan energi dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil, terutama setelah krisis minyak tahun 1973. Hal ini mengarah pada investasi besar-besaran dalam tenaga nuklir, yang kini menjadi tulang punggung pasokan listrik negara.
- Dominasi Tenaga Nuklir: Prancis adalah salah satu dari 32 negara dengan pembangkit listrik tenaga nuklir dan menempati peringkat kedua di dunia berdasarkan jumlah reaktor nuklir operasional (56 reaktor). Akibatnya, sekitar 70% listrik Prancis dihasilkan oleh tenaga nuklir, proporsi tertinggi di dunia. Électricité de France (EDF), yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah, adalah produsen dan distributor listrik utama negara itu. Ketergantungan yang signifikan pada tenaga nuklir ini telah menghasilkan emisi karbon dioksida per kapita yang relatif rendah dibandingkan negara-negara industri lainnya dan menjadikan Prancis sebagai pengekspor listrik bersih terbesar di dunia. Prancis dianggap sebagai pemimpin dunia dalam teknologi nuklir, dengan reaktor dan produk bahan bakar menjadi ekspor utama.
- Swasembada Energi: Meskipun tidak sepenuhnya swasembada energi secara keseluruhan (karena masih mengimpor minyak dan gas alam), Prancis mencapai tingkat swasembada listrik yang tinggi berkat tenaga nuklirnya.
- Pengembangan Energi Terbarukan: Meskipun ketergantungan pada nuklir telah memperlambat adopsi energi terbarukan dibandingkan beberapa negara Barat lainnya, Prancis telah meningkatkan kapasitas produksi dari energi terbarukan secara konsisten. Tenaga air adalah sumber utama, menyumbang lebih dari separuh sumber energi terbarukan negara dan sekitar 13% dari listriknya. Prancis bertujuan untuk lebih memperluas tenaga air hingga tahun 2040. Selain tenaga air, Prancis juga berinvestasi dalam tenaga angin, surya, dan biomassa, meskipun pangsa pasarnya masih relatif kecil dibandingkan nuklir.
- Tantangan Terkait:
- Keamanan Nuklir dan Limbah Radioaktif:** Meskipun memiliki catatan keamanan yang baik, isu pengelolaan limbah radioaktif jangka panjang dan potensi risiko kecelakaan nuklir tetap menjadi perhatian publik dan lingkungan.
- Penuaan Armada Nuklir:** Banyak reaktor nuklir Prancis yang menua dan memerlukan investasi besar untuk pemeliharaan, perpanjangan masa pakai, atau penggantian, yang menimbulkan perdebatan tentang biaya dan masa depan energi nuklir.
- Transisi Energi:** Prancis, seperti negara-negara Uni Eropa lainnya, berkomitmen pada target pengurangan emisi karbon dan peningkatan pangsa energi terbarukan. Menyeimbangkan peran tenaga nuklir dengan pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi merupakan tantangan kebijakan yang kompleks. Ada perdebatan tentang apakah akan membangun reaktor nuklir generasi baru atau lebih fokus pada percepatan transisi ke sumber energi terbarukan.
- Ketergantungan pada Satu Sumber:** Meskipun rendah karbon, ketergantungan yang sangat tinggi pada tenaga nuklir menimbulkan pertanyaan tentang diversifikasi pasokan energi dan ketahanan terhadap potensi gangguan pada sektor nuklir.
- Opini Publik:** Opini publik tentang tenaga nuklir terbagi, dengan kekhawatiran tentang keselamatan dan lingkungan di satu sisi, dan pengakuan atas kontribusinya terhadap kemandirian energi dan emisi karbon rendah di sisi lain.
Secara keseluruhan, kebijakan energi Prancis berada di persimpangan jalan, berusaha mempertahankan keunggulan dalam tenaga nuklir sambil memenuhi komitmen iklim dan meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energinya.
6.4. Transportasi

Jaringan transportasi Prancis sangat maju dan komprehensif, mencerminkan peran negara sebagai pusat ekonomi dan pariwisata utama di Eropa.
- Kereta Api Kecepatan Tinggi (TGV): Prancis adalah pelopor dalam teknologi kereta api kecepatan tinggi dengan jaringan TGV (Train à Grande Vitesse) yang luas, dioperasikan oleh SNCF. TGV menghubungkan kota-kota besar di Prancis dengan kecepatan hingga 320 km/h dan juga menyediakan layanan internasional ke negara-negara tetangga. Eurostar menghubungkan Prancis dengan Inggris melalui Terowongan Channel. Jaringan kereta api konvensional juga luas, menjangkau hampir seluruh wilayah negara.
- Jalan Raya (Autoroutes): Prancis memiliki jaringan jalan raya tol (autoroutes) yang ekstensif dan terawat baik, sebagian besar dioperasikan oleh perusahaan swasta. Jaringan jalan non-tol (routes nationales dan départementales) juga padat. Wilayah Paris memiliki jaringan jalan dan jalan tol terpadat yang menghubungkannya dengan hampir seluruh bagian negara. Jalan-jalan Prancis juga menangani lalu lintas internasional yang signifikan. Meskipun tidak ada biaya registrasi tahunan atau pajak jalan, penggunaan jalan tol sebagian besar dikenakan biaya, kecuali di sekitar komune besar.
- Penerbangan: Prancis memiliki 464 bandara. Bandara Charles de Gaulle (CDG) di Paris adalah bandara terbesar dan tersibuk di negara ini, berfungsi sebagai hub internasional utama. Air France adalah maskapai penerbangan nasional, tetapi banyak maskapai swasta lainnya menyediakan layanan domestik dan internasional.
- Pelayaran dan Transportasi Air Pedalaman: Prancis memiliki sepuluh pelabuhan utama, dengan Marseille sebagai yang terbesar dan juga pelabuhan terbesar di Laut Mediterania. Jaringan kanal dan sungai yang dapat dilayari, seperti Canal du Midi yang menghubungkan Laut Mediterania dengan Samudra Atlantik melalui Sungai Garonne, mendukung transportasi barang dan pariwisata.
- Transportasi Perkotaan: Kota-kota besar di Prancis memiliki sistem transportasi publik yang maju, termasuk metro (kereta bawah tanah) di Paris, Lyon, Marseille, Lille, dan Toulouse, serta jaringan trem dan bus yang luas di banyak kota lainnya.
Kebijakan Transportasi:
Kebijakan transportasi Prancis berfokus pada beberapa aspek:
- Pengembangan Infrastruktur:** Investasi berkelanjutan dalam pemeliharaan dan perluasan jaringan kereta api kecepatan tinggi, jalan raya, dan bandara.
- Keberlanjutan:** Upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari sektor transportasi, termasuk promosi transportasi publik, kendaraan rendah emisi, dan pengembangan infrastruktur untuk sepeda. Namun, mobil dan truk bertenaga diesel dan bensin masih menyebabkan sebagian besar polusi udara dan emisi gas rumah kaca di negara itu.
- Integrasi Eropa:** Memastikan konektivitas yang baik dengan jaringan transportasi Eropa lainnya.
- Keselamatan:** Standar keselamatan yang tinggi dalam semua moda transportasi.
Meskipun sistem transportasinya sangat maju, tantangan tetap ada, termasuk kemacetan di daerah perkotaan, kebutuhan untuk investasi berkelanjutan dalam infrastruktur yang menua, dan transisi ke sistem transportasi yang lebih berkelanjutan secara lingkungan.
6.5. Sains dan teknologi

Prancis memiliki sejarah panjang kontribusi signifikan terhadap pencapaian ilmiah dan teknologi, dimulai sejak Abad Pertengahan.
- Abad Pertengahan dan Renaisans: Pada awal abad ke-11, Paus Sylvester II yang lahir di Prancis memperkenalkan kembali abakus dan bola armiler serta memperkenalkan angka Arab dan jam ke sebagian besar Eropa. Universitas Paris, didirikan pada pertengahan abad ke-12, masih menjadi salah satu institusi akademik terpenting di dunia Barat.
- Abad ke-17 (Revolusi Ilmiah): Matematikawan dan filsuf René Descartes memelopori rasionalisme sebagai metode untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, sementara Blaise Pascal terkenal karena karyanya tentang probabilitas dan mekanika fluida. Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, yang didirikan pada pertengahan abad ke-17 oleh Louis XIV untuk mendorong dan melindungi penelitian ilmiah Prancis, adalah salah satu lembaga ilmiah nasional paling awal dalam sejarah.
- Abad ke-18 (Abad Pencerahan): Periode ini ditandai oleh karya ahli biologi Buffon, salah satu naturalis pertama yang mengakui suksesi ekologis, dan ahli kimia Lavoisier, yang menemukan peran oksigen dalam pembakaran. Diderot dan D'Alembert menerbitkan Encyclopédie, yang bertujuan untuk memberikan akses publik ke "pengetahuan yang berguna" yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Abad ke-19 (Revolusi Industri): Perkembangan ilmiah yang spektakuler terjadi di Prancis, dengan Augustin Fresnel mendirikan optik modern, Sadi Carnot meletakkan dasar-dasar termodinamika, dan Louis Pasteur memelopori mikrobiologi. Ilmuwan Prancis terkemuka lainnya dari periode ini namanya diabadikan di Menara Eiffel.
- Abad ke-20 dan Kontemporer: Ilmuwan Prancis terkenal abad ke-20 termasuk matematikawan dan fisikawan Henri Poincaré; fisikawan Henri Becquerel, Pierre dan Marie Curie, yang terkenal karena karya mereka tentang radioaktivitas; fisikawan Paul Langevin; dan ahli virologi Luc Montagnier, salah satu penemu HIV AIDS. Transplantasi tangan dikembangkan di Lyon pada tahun 1998 oleh tim internasional yang termasuk Jean-Michel Dubernard, yang kemudian melakukan transplantasi tangan ganda pertama yang berhasil. Bedah jarak jauh (telesurgery) pertama kali dilakukan oleh ahli bedah Prancis yang dipimpin oleh Jacques Marescaux pada 7 September 2001 melintasi Samudra Atlantik. Transplantasi wajah pertama kali dilakukan pada 27 November 2005 oleh Bernard Devauchelle.
Lembaga Penelitian dan Investasi R&D:
Prancis memiliki sejumlah lembaga penelitian utama, termasuk CNRS (Pusat Penelitian Ilmiah Nasional), INSERM (Institut Kesehatan dan Penelitian Medis Nasional), dan CEA (Komisi Energi Atom dan Energi Alternatif). Negara ini secara konsisten berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D), meskipun tingkat investasi sebagai persentase PDB mungkin bervariasi. Prancis menempati peringkat ke-12 dalam Indeks Inovasi Global 2024.
Bidang Penelitian Unggulan:
Bidang penelitian ilmiah dan teknologi utama Prancis meliputi:
- Kedirgantaraan:** Dengan perusahaan seperti Airbus dan Dassault Aviation, serta kontribusi signifikan pada Badan Antariksa Eropa (ESA), termasuk peluncuran roket Ariane dari Pusat Antariksa Guyana.
- Tenaga Nuklir:** Baik untuk energi sipil maupun pertahanan, Prancis adalah pemimpin global dalam teknologi nuklir.
- Ilmu Hayati dan Kesehatan:** Penelitian medis, bioteknologi, dan farmasi adalah bidang yang kuat.
- Matematika:** Prancis memiliki tradisi panjang keunggulan dalam matematika, dengan banyak peraih Medali Fields.
- Ilmu Komputer dan Kecerdasan Buatan:** Bidang ini semakin berkembang, dengan fokus pada inovasi di berbagai sektor.
Kerja Sama Internasional:
Prancis aktif terlibat dalam kerja sama ilmiah dan teknologi internasional, baik melalui program Uni Eropa (seperti Horizon Europe) maupun kemitraan bilateral dan multilateral dengan negara-negara di seluruh dunia. Partisipasi dalam proyek-proyek besar seperti CERN (Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir) dan ITER (Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional) menunjukkan komitmen Prancis terhadap penelitian skala besar.
Dari perspektif kiri-tengah dan liberalisme sosial, penting untuk memastikan bahwa kemajuan ilmiah dan teknologi bermanfaat bagi seluruh masyarakat, mengatasi tantangan etika yang muncul, dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Akses yang adil terhadap manfaat inovasi dan pertimbangan dampak sosial dari teknologi baru adalah aspek penting.
7. Demografi
Prancis adalah negara dengan populasi yang signifikan dan beragam, dipengaruhi oleh tren historis dan kontemporer dalam angka kelahiran, kematian, harapan hidup, dan migrasi. Masyarakatnya semakin multietnis dan multikultural, yang membawa dinamika sosial dan tantangan kebijakan yang kompleks.
7.1. Statistik dan tren kependudukan

Dengan perkiraan populasi 68.605.616 jiwa (Januari 2025), Prancis adalah negara terpadat ke-20 di dunia, terpadat ketiga di Eropa (setelah Rusia dan Jerman), dan terpadat kedua di Uni Eropa (setelah Jerman). Kepadatan penduduk Prancis bervariasi, dengan konsentrasi tinggi di daerah perkotaan seperti Paris.
Selama sebagian besar abad ke-21, Prancis menjadi pengecualian di antara negara-negara maju, khususnya di Eropa, karena tingkat pertumbuhan penduduk alami yang relatif tinggi. Antara tahun 2006 dan 2016, Prancis mengalami peningkatan populasi keseluruhan tertinggi kedua di Uni Eropa, sebagian besar disebabkan oleh angka kelahiran alami. Tingkat kesuburan total (TFR) mencapai puncaknya 2,0 anak per wanita pada tahun 2010, turun dari 4,41 pada tahun 1800. Namun, sejak 2011, TFR Prancis terus menurun, mencapai 1,79 per wanita pada tahun 2023, di bawah tingkat penggantian 2,1. Meskipun demikian, TFR dan angka kelahiran kasar Prancis tetap menjadi yang tertinggi di Uni Eropa dan termasuk yang tertinggi di Eropa secara keseluruhan. Usia rata-rata wanita Prancis saat melahirkan anak pertama adalah 29,1 tahun, sedikit lebih muda dari rata-rata Uni Eropa (29,7).
Seperti banyak negara maju, populasi Prancis menua: Usia rata-rata adalah 41,7 tahun, sementara sekitar seperlima penduduk Prancis berusia 65 tahun atau lebih. Diperkirakan sepertiga penduduk Prancis akan berusia di atas 60 tahun pada tahun 2024. Harapan hidup saat lahir adalah 82,7 tahun, tertinggi ke-12 di dunia.
Dari tahun 2006 hingga 2011, pertumbuhan penduduk rata-rata 0,6 persen per tahun; sejak 2011, pertumbuhan tahunan antara 0,4 dan 0,5 persen per tahun, dan Prancis diproyeksikan akan terus tumbuh hingga tahun 2044. Imigran merupakan kontributor utama tren ini; pada tahun 2010, sekitar satu dari empat bayi baru lahir (27 persen) di Prancis metropolitan memiliki setidaknya satu orang tua kelahiran asing, dan 24 persen lainnya memiliki setidaknya satu orang tua yang lahir di luar Eropa (tidak termasuk wilayah seberang laut Prancis). Pada tahun 2021, pangsa anak-anak dari ibu kelahiran asing adalah 23 persen.
7.2. Kota-kota besar
Prancis adalah negara yang sangat urban, dengan kota-kota terbesarnya (dalam hal populasi wilayah metropolitan pada tahun 2021) adalah Paris (13.171.056 jiwa), Lyon (2.308.818), Marseille (1.888.788), Lille (1.521.660), Toulouse (1.490.640), Bordeaux (1.393.764), Nantes (1.031.953), Strasbourg (864.993), Montpellier (823.120), dan Rennes (771.320). Perpindahan penduduk dari desa ke kota (rural flight) merupakan isu politik yang berkelanjutan sepanjang sebagian besar abad ke-20.

Berikut adalah deskripsi singkat mengenai beberapa kota besar tersebut:
- Paris: Ibu kota dan kota terbesar di Prancis, pusat global untuk seni, mode, gastronomi, dan budaya. Ekonomi Paris sangat beragam, mencakup pariwisata, layanan keuangan, teknologi, dan barang mewah. Paris adalah salah satu kota yang paling banyak dikunjungi di dunia.

- Marseille: Kota tertua di Prancis dan pelabuhan terbesar di Mediterania. Marseille adalah pusat perdagangan, industri, dan budaya yang penting, dengan populasi yang beragam secara etnis.

- Lyon: Terkenal dengan warisan sejarah dan arsitekturnya, serta sebagai ibu kota gastronomi Prancis. Lyon adalah pusat industri, teknologi, dan penelitian yang signifikan, terutama dalam bidang kimia, farmasi, dan bioteknologi.

- Lille: Terletak di persimpangan Eropa Utara, Lille adalah pusat perdagangan, budaya, dan universitas yang penting. Kota ini memiliki arsitektur Flemish yang khas dan kehidupan kota yang dinamis.

- Toulouse: Pusat industri kedirgantaraan Eropa (rumah bagi Airbus), Toulouse juga merupakan pusat teknologi tinggi dan universitas yang penting. Kota ini memiliki warisan budaya yang kaya dengan arsitektur bata merah muda yang khas.
- Nice: Kota utama di French Riviera, terkenal dengan iklimnya yang menyenangkan, pantai, dan kehidupan budaya yang semarak. Pariwisata adalah sektor ekonomi utama.
Masing-masing wilayah metropolitan ini memiliki karakteristik ekonomi, sosial, dan budaya yang unik, serta menghadapi tantangan dan peluangnya sendiri dalam hal pembangunan perkotaan, transportasi, perumahan, dan integrasi sosial.
7.3. Kelompok etnis dan imigrasi

Secara historis, orang Prancis sebagian besar berasal dari keturunan Kelt-Galia, dengan campuran signifikan dari kelompok Italik (Romawi) dan Jermanik (Franka) yang mencerminkan berabad-abad migrasi dan pemukiman masing-masing. Sepanjang Abad Pertengahan, Prancis menggabungkan berbagai kelompok etnis dan linguistik tetangga, sebagaimana dibuktikan oleh unsur-unsur Breton di barat, Aquitanian di barat daya, Skandinavia di barat laut, Alemannik di timur laut, dan Liguria di tenggara.
Imigrasi skala besar selama satu setengah abad terakhir telah menyebabkan masyarakat yang lebih multikultural. Dimulai dengan Revolusi Prancis dan selanjutnya dikodifikasikan dalam Konstitusi Prancis tahun 1958, pemerintah dilarang mengumpulkan data tentang etnisitas dan keturunan; sebagian besar informasi demografis diambil dari organisasi sektor swasta atau lembaga akademik. Pada tahun 2004, Institut Montaigne memperkirakan bahwa di Prancis Metropolitan, 51 juta orang adalah Kulit Putih (85% dari populasi), 6 juta adalah Afrika Barat Laut (10%), 2 juta adalah Kulit Hitam (3,3%), dan 1 juta adalah Asia (1,7%). Sebuah jajak pendapat tahun 2008 yang dilakukan bersama oleh INED (Institut Nasional Studi Demografi) dan INSEE (Institut Nasional Statistik Prancis) memperkirakan bahwa kelompok keturunan minoritas terbesar adalah Italia (5 juta), diikuti oleh Afrika Barat Laut (3-6 juta), Afrika Sub-Sahara (2,5 juta), Armenia (500.000), dan Turki (200.000). Ada juga minoritas yang cukup besar dari kelompok etnis Eropa lainnya, yaitu Spanyol, Portugis, Polandia, dan Yunani. Prancis memiliki populasi Gitan (Romani) yang signifikan, berjumlah antara 20.000 dan 400.000; banyak orang Roma asing sering dideportasi kembali ke Bulgaria dan Rumania.
Saat ini diperkirakan bahwa 40% dari populasi Prancis setidaknya sebagian merupakan keturunan dari berbagai gelombang imigrasi sejak awal abad ke-20; antara tahun 1921 dan 1935 saja, sekitar 1,1 juta imigran bersih datang ke Prancis. Gelombang terbesar berikutnya datang pada tahun 1960-an ketika sekitar 1,6 juta pied-noir kembali ke Prancis setelah kemerdekaan kepemilikan Afrika Barat Lautnya, Aljazair dan Maroko. Mereka bergabung dengan banyak mantan subjek kolonial dari Afrika Utara dan Barat, serta banyak imigran Eropa dari Spanyol dan Portugal.
Prancis tetap menjadi tujuan utama bagi imigran, menerima sekitar 200.000 imigran legal setiap tahun. Pada tahun 2005, Prancis adalah penerima suaka terkemuka di Eropa Barat, dengan sekitar 50.000 aplikasi (meskipun menurun 15% dari tahun 2004). Pada tahun 2010, Prancis menerima sekitar 48.100 aplikasi suaka-menempatkannya di antara lima penerima suaka teratas di dunia. Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah aplikasi meningkat, akhirnya dua kali lipat menjadi 100.412 pada tahun 2017. Uni Eropa mengizinkan pergerakan bebas antar negara anggota, meskipun Prancis memberlakukan kontrol untuk membatasi migrasi Eropa Timur. Hak-hak orang asing ditetapkan dalam Kode Masuk dan Tinggal Orang Asing dan Hak Suaka.
Pada tahun 2008, INSEE (Institut Nasional Statistik dan Studi Ekonomi) memperkirakan bahwa jumlah total imigran kelahiran asing sekitar 5 juta (8% dari populasi), sementara keturunan mereka yang lahir di Prancis berjumlah 6,5 juta, atau 11% dari populasi. Jadi, hampir seperlima dari populasi negara itu adalah imigran generasi pertama atau kedua, di antaranya lebih dari 5 juta berasal dari Eropa dan 4 juta dari keturunan Maghrebi. Pada tahun 2008, Prancis memberikan kewarganegaraan kepada 137.000 orang, sebagian besar dari Maroko, Aljazair, dan Turki. Pada tahun 2022, lebih dari 320.000 migran datang ke Prancis, dengan mayoritas berasal dari Afrika.
Pada tahun 2014, INSEE melaporkan peningkatan signifikan dalam jumlah imigran yang datang dari Spanyol, Portugal, dan Italia antara tahun 2009 dan 2012. Menurut lembaga tersebut, peningkatan ini disebabkan oleh krisis keuangan yang melanda beberapa negara Eropa pada periode tersebut. Statistik imigran Spanyol di Prancis menunjukkan pertumbuhan 107 persen antara tahun 2009 dan 2012, dengan populasi tumbuh dari 5.300 menjadi 11.000. Dari total 229.000 orang asing yang datang ke Prancis pada tahun 2012, hampir 8% adalah orang Portugis, 5% Inggris, 5% Spanyol, 4% Italia, 4% Jerman, 3% Rumania, dan 3% Belgia.
Fokus pada isu-isu minoritas, kelompok rentan, dan upaya integrasi sosial sangat penting dari perspektif kiri-tengah dan liberalisme sosial. Tantangan yang dihadapi oleh imigran dan keturunan mereka termasuk diskriminasi dalam pekerjaan dan perumahan, kesulitan dalam akses pendidikan dan layanan publik, serta ketegangan sosial terkait identitas budaya dan agama. Kebijakan imigrasi dan integrasi Prancis sering menjadi subjek perdebatan politik yang intens, dengan berbagai pendekatan mulai dari asimilasi hingga multikulturalisme. Upaya untuk mempromosikan kesetaraan kesempatan, memerangi rasisme dan xenofobia, serta membangun masyarakat yang lebih inklusif adalah prioritas utama.
7.4. Bahasa
Bahasa resmi Prancis adalah bahasa Prancis, sebuah bahasa Romawi yang berasal dari bahasa Latin. Sejak tahun 1635, Académie française telah menjadi otoritas resmi Prancis untuk bahasa Prancis, meskipun rekomendasinya tidak memiliki kekuatan hukum. Terdapat juga bahasa-bahasa daerah yang digunakan di Prancis, seperti Oksitan, Breton, Katalan, Flemish (dialek Belanda), Alsatian (dialek Jerman), Basque, dan Korsika (dialek Italia). Bahasa Italia adalah bahasa resmi Korsika hingga 9 Mei 1859.
Pemerintah Prancis tidak mengatur pilihan bahasa dalam publikasi oleh individu, tetapi penggunaan bahasa Prancis diwajibkan oleh hukum dalam komunikasi komersial dan di tempat kerja. Selain mewajibkan penggunaan bahasa Prancis di wilayah Republik, pemerintah Prancis mencoba mempromosikan bahasa Prancis di Uni Eropa dan secara global melalui lembaga-lembaga seperti Organisation internationale de la Francophonie (OIF). Di samping bahasa Prancis, terdapat 77 bahasa minoritas vernakular di Prancis, delapan di antaranya digunakan di wilayah metropolitan Prancis dan 69 di teritori seberang laut Prancis. Diperkirakan antara 300 juta hingga 500 juta orang di seluruh dunia dapat berbicara bahasa Prancis, baik sebagai bahasa ibu maupun sebagai bahasa kedua.
Menurut survei Pendidikan Dewasa tahun 2007, bagian dari proyek Uni Eropa dan dilakukan di Prancis oleh INSEE dan berdasarkan sampel 15.350 orang, bahasa Prancis adalah bahasa ibu dari 87,2% total populasi, atau sekitar 55,81 juta orang, diikuti oleh bahasa Arab (3,6%, 2,3 juta), Portugis (1,5%, 960.000), Spanyol (1,2%, 770.000) dan Italia (1,0%, 640.000). Penutur asli bahasa lain merupakan sisa 5,2% dari populasi.
Upaya internasional untuk mempromosikan bahasa Prancis melalui Francophonie mencerminkan keinginan untuk mempertahankan pengaruh budaya dan linguistik Prancis di panggung dunia. Dari perspektif kiri-tengah dan liberalisme sosial, penting untuk menyeimbangkan promosi bahasa nasional dengan penghormatan dan pelestarian bahasa-bahasa daerah dan minoritas, sebagai bagian dari warisan budaya yang beragam.
7.5. Agama

Prancis adalah negara sekuler di mana kebebasan beragama adalah hak konstitusional. Kebijakan Prancis tentang agama didasarkan pada konsep laïcité, sebuah pemisahan yang ketat antara gereja dan negara di mana pemerintah dan kehidupan publik dijaga sepenuhnya sekuler, terlepas dari agama apa pun. Wilayah Alsace dan Moselle merupakan pengecualian dari norma umum Prancis karena hukum lokal menetapkan status resmi dan pendanaan negara untuk Lutheranisme, Katolik, dan Yudaisme.
Katolik telah menjadi agama utama di Prancis selama lebih dari satu milenium, dan pernah menjadi agama negara. Prancis secara tradisional dianggap sebagai Putri Sulung Gereja (bahasa Prancis: Fille aînée de l'Église), dan Raja Prancis selalu menjaga hubungan dekat dengan Paus, menerima gelar Yang Mulia Paling Kristen dari Paus pada tahun 1464. Namun, monarki Prancis mempertahankan tingkat otonomi yang signifikan, yaitu melalui kebijakan "GallicanismeBahasa Prancis", di mana raja memilih uskup daripada kepausan. Peran Gereja Katolik saat ini telah sangat berkurang, meskipun, pada tahun 2012, di antara 47.000 bangunan keagamaan di Prancis, 94% masih merupakan gereja Katolik. Setelah berganti-ganti antara pemerintahan kerajaan dan republik sekuler selama abad ke-19, pada tahun 1905 Prancis mengesahkan undang-undang tahun 1905 tentang Pemisahan Gereja dan Negara, yang menetapkan prinsip laïcité yang disebutkan di atas.
Menurut jajak pendapat Januari 2007 oleh Catholic World News, 51% penduduk Prancis beragama Katolik, 31% agnostik atau ateis (jajak pendapat lain memberikan persentase ateis sebesar 27%), 10% dari agama lain atau tanpa pendapat, 4% Muslim, 3% Protestan, dan 1% Yahudi. Menurut Jajak Pendapat Eurobarometer terbaru tahun 2005, 34% warga Prancis merespons bahwa "mereka percaya adanya Tuhan", sementara 27% menjawab "mereka percaya terdapat suatu jenis roh atau kekuatan hidup" dan 33% menyatakan "mereka tidak percaya adanya suatu jenis roh, Tuhan, atau kekuatan hidup". Survei lain menyatakan 32% penduduk di Prancis ateis, dan 32% lainnya "meragukan adanya Tuhan tetapi bukan ateis". Jumlah komunitas Yahudi di Prancis mencapai 600.000 menurut Kongres Yahudi Dunia dan merupakan yang terbesar di Eropa. Perkiraan jumlah Muslim di Prancis selalu beragam. Menurut sensus Prancis 1999, terdapat 3,7 juta orang dengan "kemungkinan kepercayaan Muslim" di Prancis (6,3% dari total populasi). Pada tahun 2003, Kementerian Dalam Negeri Prancis memperkirakan jumlah Muslim mencapai 5-6 juta.
Pemerintah dilarang mengakui hak-hak khusus untuk komunitas agama mana pun (dengan pengecualian statuta warisan seperti para pendeta militer dan hukum lokal yang disebutkan di atas di Alsace-Moselle). Pemerintah mengakui organisasi keagamaan menurut kriteria hukum formal yang tidak membahas doktrin keagamaan, dan organisasi keagamaan diharapkan untuk tidak campur tangan dalam pembuatan kebijakan. Beberapa kelompok agama, seperti Scientology, Children of God, Gereja Unifikasi, dan Ordo Kuil Matahari, dianggap sebagai kultus (sectessekte-sekteBahasa Prancis, yang dianggap sebagai istilah peyoratif) di Prancis, dan oleh karena itu mereka tidak diberikan status yang sama dengan agama-agama yang diakui.
7.5.1. Laïcité dan kebebasan beragama
Laïcité adalah prinsip sekularisme negara yang sangat dijunjung tinggi di Prancis. Konsep ini berakar dari Revolusi Prancis dan secara resmi dikodifikasikan dalam Undang-Undang Pemisahan Gereja dan Negara tahun 1905. Dasar hukum laïcité adalah Konstitusi Prancis, yang menyatakan bahwa Prancis adalah republik yang "tak terpisahkan, sekuler, demokratis, dan sosial."
Implementasi laïcité berarti bahwa negara dan semua institusi publik (seperti sekolah negeri, rumah sakit, dan kantor pemerintahan) harus netral secara agama. Negara tidak mendanai atau mempromosikan agama apa pun, dan simbol-simbol agama yang mencolok dilarang bagi pegawai negeri saat bertugas dan bagi siswa di sekolah negeri. Tujuannya adalah untuk menjamin kebebasan beragama bagi semua warga negara dengan memastikan bahwa ruang publik bebas dari pengaruh agama tertentu, dan untuk mempromosikan kesetaraan di antara warga negara terlepas dari keyakinan agama mereka.
Namun, penerapan laïcité seringkali menjadi sumber perdebatan dan kontroversi, terutama dalam kaitannya dengan ekspresi keagamaan oleh individu di ruang publik. Beberapa contoh yang menonjol termasuk:
- Larangan simbol agama di sekolah:** Undang-undang tahun 2004 melarang pemakaian simbol agama yang "mencolok" (seperti jilbab Islam, kippah Yahudi, atau salib Kristen yang besar) di sekolah negeri. Undang-undang ini didukung oleh banyak pihak sebagai cara untuk melindungi sekularisme dan mencegah tekanan komunal di sekolah, tetapi juga dikritik oleh beberapa kelompok karena dianggap melanggar kebebasan berekspresi agama individu dan secara tidak proporsional menargetkan perempuan Muslim.
- Larangan penutup wajah di depan umum:** Undang-undang tahun 2010 melarang pemakaian penutup wajah (seperti niqab atau burqa) di ruang publik. Argumen yang mendukung undang-undang ini termasuk alasan keamanan, promosi kesetaraan gender, dan pelestarian "hidup bersama" (vivre ensemblehidup bersamaBahasa Prancis). Namun, undang-undang ini juga dikecam oleh organisasi hak asasi manusia sebagai diskriminatif dan melanggar kebebasan beragama dan berekspresi perempuan Muslim yang memilih untuk mengenakan penutup wajah.
- Debat tentang burkini:** Beberapa kotamadya di Prancis mencoba melarang pemakaian burkini (pakaian renang yang menutupi seluruh tubuh) di pantai, yang memicu perdebatan sengit tentang laïcité, kebebasan individu, dan potensi stigmatisasi Muslim.
Dari perspektif kiri-tengah dan liberalisme sosial, tantangannya adalah menemukan keseimbangan antara menegakkan prinsip sekularisme negara yang penting untuk kesetaraan dan netralitas, dengan penghormatan terhadap kebebasan beragama dan berekspresi individu. Penting untuk memastikan bahwa penerapan laïcité tidak mengarah pada diskriminasi atau marginalisasi kelompok agama tertentu, dan bahwa dialog serta pemahaman antarbudaya dan antaragama terus dipromosikan. Isu-isu ini seringkali kompleks dan melibatkan pertimbangan hak asasi manusia, identitas nasional, dan kohesi sosial.
7.6. Kesehatan
Sistem perawatan kesehatan Prancis adalah salah satu sistem perawatan kesehatan universal yang sebagian besar dibiayai oleh asuransi kesehatan nasional pemerintah. Dalam penilaiannya tahun 2000 terhadap sistem perawatan kesehatan dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa Prancis menyediakan "perawatan kesehatan keseluruhan yang mendekati terbaik" di dunia. Sistem perawatan kesehatan Prancis menduduki peringkat pertama di seluruh dunia oleh WHO pada tahun 1997. Pada tahun 2011, Prancis menghabiskan 11,6% dari PDB-nya untuk perawatan kesehatan, atau US$4.086 per kapita, angka yang jauh lebih tinggi dari rata-rata yang dihabiskan oleh negara-negara di Eropa. Sekitar 77% pengeluaran kesehatan ditanggung oleh lembaga yang didanai pemerintah.
Perawatan umumnya gratis untuk orang yang terkena penyakit kronis (affections de longues duréespenyakit jangka panjangBahasa Prancis) seperti kanker, AIDS, atau fibrosis kistik. Harapan hidup saat lahir adalah 78 tahun untuk pria dan 85 tahun untuk wanita. Terdapat 3,22 dokter untuk setiap 1.000 penduduk di Prancis, dan rata-rata pengeluaran perawatan kesehatan per kapita adalah US$4.719 pada tahun 2008. Hingga tahun 2007, sekitar 140.000 penduduk (0,4%) Prancis hidup dengan HIV/AIDS.
Meskipun orang Prancis umumnya dianggap memiliki tubuh yang ramping dibandingkan negara-negara maju lainnya, Prancis juga menghadapi peningkatan obesitas, terutama karena perubahan pola makan dari masakan tradisional Prancis yang sehat ke makanan cepat saji. Tingkat obesitas di Prancis masih jauh lebih rendah daripada di Amerika Serikat, dan termasuk yang terendah di Eropa. Namun, pemerintah kini menganggap obesitas sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat utama dan berupaya keras untuk mengatasinya. Tingkat obesitas pada anak-anak di Prancis mulai melambat, sementara di negara lain terus meningkat.
Prancis, seperti negara-negara Uni Eropa lainnya, berada di bawah arahan Uni Eropa untuk mengurangi limbah bawah tanah di wilayah sensitif. Pada tahun 2006, Prancis baru melaksanakan 40% dari arahan ini, menempatkannya sebagai salah satu negara dengan jumlah limbah terendah di Uni Eropa karena memenuhi standar pengolahan limbah. Kematian Chantal Sébire membangkitkan kembali perdebatan mengenai eutanasia di Prancis, yang dilaporkan pada 21 Maret 2008.
Dari perspektif kiri-tengah dan liberalisme sosial, sistem kesehatan universal Prancis adalah pencapaian penting yang mencerminkan komitmen terhadap kesetaraan akses terhadap layanan kesehatan. Namun, tantangan tetap ada dalam hal keberlanjutan pendanaan, efisiensi, dan pengurangan kesenjangan kesehatan regional dan sosial-ekonomi. Kebijakan kesehatan masyarakat yang berfokus pada pencegahan, promosi gaya hidup sehat, dan mengatasi determinan sosial kesehatan sangat penting.
7.7. Pendidikan
Pada tahun 1802, Napoleon menciptakan lycée, tahap kedua dan terakhir dari pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa untuk studi pendidikan tinggi atau profesi. Jules Ferry dianggap sebagai bapak sekolah modern Prancis, memimpin reformasi pada akhir abad ke-19 yang menetapkan pendidikan gratis, sekuler, dan wajib (saat ini wajib hingga usia 16 tahun).
Pendidikan Prancis tersentralisasi dan dibagi menjadi tiga tahap: pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Program Penilaian Siswa Internasional (PISA), yang dikoordinasikan oleh OECD, memberi peringkat pendidikan Prancis mendekati rata-rata OECD pada tahun 2018. Prancis adalah salah satu negara peserta PISA di mana anak-anak sekolah merasakan tingkat dukungan dan umpan balik terendah dari guru mereka. Anak-anak sekolah di Prancis melaporkan kekhawatiran yang lebih besar tentang iklim disiplin dan perilaku di kelas dibandingkan dengan negara-negara OECD lainnya.
Pendidikan dasar dan menengah sebagian besar bersifat publik, dijalankan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Pendidikan di Prancis bersifat wajib dari usia 6 hingga 16 tahun, dengan sekolah negeri bersifat sekuler dan gratis. Pelatihan dan penggajian guru serta kurikulum merupakan tanggung jawab negara pusat, sementara pengelolaan sekolah dasar dan menengah diawasi oleh pemerintah daerah. Pendidikan dasar terdiri dari dua tahap, yaitu sekolah kanak-kanak (école maternellesekolah ibuBahasa Prancis) dan sekolah dasar (école élémentairesekolah dasarBahasa Prancis). Sekolah kanak-kanak bertujuan untuk merangsang kecerdasan anak-anak, mendorong sosialisasi mereka, dan mengembangkan pemahaman dasar tentang bahasa dan angka. Sekitar usia enam tahun, anak-anak pindah ke sekolah dasar, dengan tujuan utama belajar menulis, berhitung, dan kewarganegaraan. Pendidikan menengah juga terdiri dari dua tahap; tahap pertama dilakukan melalui collège dan diakhiri dengan sertifikat nasional (Diplôme national du brevetDiploma Nasional BrevetBahasa Prancis). Tahap kedua dilakukan di lycée dan diakhiri dengan ujian nasional untuk mendapatkan ijazah baccalauréat (kejuruan, teknik, atau umum) atau sertifikat kompetensi kejuruan (certificat d'aptitude professionellesertifikat kemampuan profesionalBahasa Prancis).
Pendidikan tinggi dibagi antara universitas negeri dan Grandes écoles yang bergengsi dan selektif, seperti Sciences Po Paris untuk studi politik, HEC Paris untuk ekonomi, Polytechnique, École des hautes études en sciences sociales untuk studi sosial, dan École nationale supérieure des mines de Paris yang menghasilkan insinyur-insinyur profil tinggi, atau École nationale d'administration untuk karir di Grands Corps negara. Grandes écoles telah dikritik karena dugaan elitisme, menghasilkan banyak jika tidak sebagian besar pegawai negeri sipil, CEO, dan politisi tingkat tinggi Prancis. Karena pendidikan tinggi didanai oleh negara, biayanya sangat rendah; biaya kuliah berkisar antara 150 EUR hingga 700 EUR tergantung pada universitas dan tingkat pendidikan (sarjana, magister, doktor). Seseorang dapat memperoleh gelar magister (dalam 5 tahun) dengan biaya hanya sekitar 750 EUR-3.50 K EUR. Biaya kuliah di sekolah teknik negeri sebanding dengan universitas, meskipun sedikit lebih tinggi (sekitar 700 EUR). Namun, biaya kuliah bisa mencapai 7.00 K EUR per tahun di sekolah teknik swasta, sedangkan sekolah bisnis swasta atau semi-swasta memiliki biaya kuliah hingga 15.00 K EUR per tahun. Asuransi kesehatan untuk siswa gratis hingga usia 20 tahun.
Dari perspektif kiri-tengah dan liberalisme sosial, sistem pendidikan Prancis yang gratis dan sekuler adalah pilar penting kesetaraan kesempatan. Namun, tantangan tetap ada dalam hal mengatasi ketidaksetaraan sosial dan regional dalam hasil pendidikan, meningkatkan kualitas pengajaran, dan memastikan bahwa sistem pendidikan mempersiapkan siswa untuk pasar kerja yang berubah dan masyarakat yang beragam.
8. Budaya
Prancis telah menjadi pusat pengembangan budaya Barat selama berabad-abad. Banyak seniman Prancis termasuk yang paling terkenal pada masanya, dan Prancis masih diakui di dunia karena tradisi budayanya yang kaya. Berbagai rezim politik yang berurutan selalu mempromosikan penciptaan artistik, dan pembentukan Kementerian Kebudayaan pada tahun 1959 membantu melestarikan warisan budaya negara dan membuatnya dapat diakses oleh publik. Kementerian Kebudayaan sangat aktif, memberikan subsidi kepada seniman, mempromosikan budaya Prancis di dunia, mendukung festival dan acara budaya, serta melindungi monumen bersejarah. Pemerintah Prancis juga berhasil mempertahankan pengecualian budaya (dalam negosiasi perjanjian) untuk melindungi produk audiovisual dalam negeri.
Prancis menerima jumlah wisatawan terbanyak di dunia setiap tahun, sebagian besar berkat berbagai situs budaya dan bangunan bersejarah yang tersebar di seluruh wilayah. Terdapat sekitar 1.200 museum di Prancis, yang dikunjungi lebih dari 50 juta orang setiap tahun. Situs budaya terpenting dioperasikan oleh pemerintah, misalnya melalui lembaga publik Pusat Monumen Nasional, yang bertanggung jawab atas sekitar 85 monumen bersejarah nasional.
Sebanyak 43.180 bangunan dilindungi sebagai monumen bersejarah, sebagian besar terdiri dari tempat tinggal (banyak di antaranya adalah kastil, atau châteaux dalam bahasa Prancis) dan bangunan keagamaan (katedral, basilika, gereja), tetapi juga patung, tugu peringatan, dan taman. UNESCO telah mendaftarkan 52 situs di Prancis sebagai Situs Warisan Dunia hingga tahun 2024.
8.1. Seni rupa

Asal usul seni Prancis sangat dipengaruhi oleh seni Flemish dan seni Italia pada masa Renaisans. Jean Fouquet, pelukis Prancis abad pertengahan paling terkenal, dikatakan sebagai orang pertama yang melakukan perjalanan ke Italia dan merasakan langsung Renaisans Awal. Lukisan Renaisans Sekolah Fontainebleau secara langsung terinspirasi oleh pelukis Italia seperti Primaticcio dan Rosso Fiorentino, yang keduanya bekerja di Prancis. Dua seniman Prancis paling terkenal pada masa Barok, Nicolas Poussin dan Claude Lorrain, tinggal di Italia.
Seniman Prancis mengembangkan gaya rokoko pada abad ke-18, sebagai tiruan yang lebih intim dari gaya barok lama, karya-karya seniman yang didukung istana seperti Antoine Watteau, François Boucher, dan Jean-Honoré Fragonard menjadi yang paling representatif di negara itu. Revolusi Prancis membawa perubahan besar, karena Napoleon lebih menyukai seniman gaya Neoklasik seperti Jacques-Louis David dan Académie des Beaux-Arts yang sangat berpengaruh mendefinisikan gaya yang dikenal sebagai Akademisme.
Pada paruh kedua abad ke-19, pengaruh Prancis terhadap lukisan tumbuh, dengan perkembangan gaya lukisan baru seperti Impresionisme dan Simbolisme. Pelukis impresionis paling terkenal pada periode itu adalah Camille Pissarro, Édouard Manet, Edgar Degas, Claude Monet, dan Auguste Renoir. Generasi kedua pelukis gaya impresionis, Paul Cézanne, Paul Gauguin, Toulouse-Lautrec, dan Georges Seurat, juga berada di garda depan evolusi artistik, begitu pula seniman fauvis Henri Matisse, André Derain, dan Maurice de Vlaminck.
Pada awal abad ke-20, Kubisme dikembangkan oleh Georges Braque dan pelukis Spanyol Pablo Picasso, yang tinggal di Paris. Seniman asing lainnya juga menetap dan bekerja di atau dekat Paris, seperti Vincent van Gogh, Marc Chagall, Amedeo Modigliani, dan Wassily Kandinsky.
Terdapat banyak museum seni di Prancis, yang paling terkenal adalah Museum Louvre milik negara, yang mengoleksi karya seni dari abad ke-18 dan sebelumnya. Musée d'Orsay diresmikan pada tahun 1986 di bekas stasiun kereta Gare d'Orsay, dalam reorganisasi besar koleksi seni nasional, untuk mengumpulkan lukisan Prancis dari paruh kedua abad ke-19 (terutama gerakan Impresionisme dan Fauvisme). Museum ini terpilih sebagai museum terbaik di dunia pada tahun 2018. Karya-karya modern dipamerkan di Musée National d'Art Moderne, yang pindah pada tahun 1976 ke Centre Georges Pompidou. Ketiga museum milik negara ini dikunjungi oleh hampir 17 juta orang setiap tahun.
8.2. Arsitektur

Selama Abad Pertengahan, banyak kastil berbenteng dibangun oleh bangsawan feodal untuk menandai kekuasaan mereka. Beberapa kastil Prancis yang bertahan adalah Chinon, Château d'Angers, Château de Vincennes yang masif, dan yang disebut kastil Cathar. Selama era ini, Prancis telah menggunakan arsitektur Romanesque seperti sebagian besar Eropa Barat.
Arsitektur Gotik, yang awalnya bernama Opus Francigenum yang berarti "karya Prancis", lahir di Île-de-France dan merupakan gaya arsitektur Prancis pertama yang ditiru di seluruh Eropa. Prancis Utara adalah rumah bagi beberapa katedral dan basilika Gotik terpenting, yang pertama adalah Basilika Saint Denis (digunakan sebagai nekropolis kerajaan); katedral Gotik Prancis penting lainnya adalah Notre-Dame de Chartres dan Notre-Dame d'Amiens. Para raja dimahkotai di gereja Gotik penting lainnya: Notre-Dame de Reims.
Kemenangan akhir dalam Perang Seratus Tahun menandai tahap penting dalam evolusi arsitektur Prancis. Saat itu adalah masa Renaisans Prancis dan beberapa seniman dari Italia diundang ke istana Prancis; banyak istana tempat tinggal dibangun di Lembah Loire, mulai tahun 1450 sebagai referensi pertama adalah Château de Montsoreau. Contoh kastil tempat tinggal tersebut termasuk Château de Chambord, Château de Chenonceau, atau Château d'Amboise.
Setelah Renaisans dan akhir Abad Pertengahan, arsitektur Barok Prancis menggantikan gaya Gotik tradisional. Namun, di Prancis, arsitektur Barok menemukan kesuksesan yang lebih besar dalam domain sekuler daripada dalam domain religius. Dalam domain sekuler, Istana Versailles memiliki banyak fitur Barok. Jules Hardouin Mansart, yang merancang perluasan Versailles, adalah salahA satu arsitek Prancis paling berpengaruh pada era Barok; ia terkenal karena kubahnya di Les Invalides. Beberapa arsitektur Barok provinsi yang paling mengesankan ditemukan di tempat-tempat yang belum menjadi bagian dari Prancis seperti Place Stanislas di Nancy. Di sisi arsitektur militer, Vauban merancang beberapa benteng paling efisien di Eropa dan menjadi arsitek militer yang berpengaruh; sebagai hasilnya, tiruan karyanya dapat ditemukan di seluruh Eropa, Amerika, Rusia, dan Turki.
Setelah Revolusi, kaum Republikan lebih menyukai Neoklasikisme meskipun diperkenalkan di Prancis sebelum revolusi dengan bangunan seperti Pantheon Paris atau Capitole de Toulouse. Dibangun selama Kekaisaran Prancis pertama, Arc de Triomphe dan Sainte Marie-Madeleine mewakili contoh terbaik arsitektur gaya Kekaisaran. Di bawah Napoleon III, gelombang baru urbanisme dan arsitektur lahir; bangunan mewah seperti Palais Garnier neo-Barok dibangun. Perencanaan kota pada masa itu sangat terorganisir dan ketat; terutama, renovasi Paris oleh Haussmann. Arsitektur yang terkait dengan era ini dinamai Kekaisaran Kedua dalam bahasa Inggris, istilah tersebut diambil dari Kekaisaran Prancis Kedua. Pada saat ini terjadi kebangkitan Gotik yang kuat di seluruh Eropa dan di Prancis; arsitek yang terkait adalah Eugène Viollet-le-Duc. Pada akhir abad ke-19, Gustave Eiffel merancang banyak jembatan, seperti jembatan Garabit, dan tetap menjadi salah satu perancang jembatan paling berpengaruh pada masanya, meskipun ia paling dikenang karena Menara Eiffel.
Pada abad ke-20, arsitek Prancis-Swiss Le Corbusier merancang beberapa bangunan di Prancis. Baru-baru ini, arsitek Prancis telah menggabungkan gaya arsitektur modern dan lama. Piramida Louvre adalah contoh arsitektur modern yang ditambahkan ke bangunan yang lebih tua. Bangunan yang paling sulit untuk diintegrasikan dalam kota-kota Prancis adalah gedung pencakar langit, karena terlihat dari jauh. Misalnya, di Paris, sejak tahun 1977, bangunan baru harus di bawah 37 m. Distrik keuangan terbesar Prancis adalah La Défense, tempat sejumlah besar gedung pencakar langit berada. Bangunan besar lainnya yang menjadi tantangan untuk diintegrasikan ke dalam lingkungannya adalah jembatan besar; contoh cara hal ini dilakukan adalah Jembatan Millau. Beberapa arsitek Prancis modern yang terkenal termasuk Jean Nouvel, Dominique Perrault, Christian de Portzamparc, dan Paul Andreu.
8.3. Sastra dan filsafat

Sastra Prancis paling awal berasal dari Abad Pertengahan ketika wilayah yang sekarang dikenal sebagai Prancis modern tidak memiliki satu bahasa yang seragam. Terdapat beberapa bahasa dan dialek, dan para penulis menggunakan ejaan dan tata bahasa mereka sendiri. Beberapa penulis teks abad pertengahan Prancis, seperti Tristan dan Iseult dan Lancelot-Grail tidak diketahui. Tiga penulis abad pertengahan yang terkenal adalah Chrétien de Troyes, Christine de Pizan (bahasa d'oïl), dan Adipati William IX dari Aquitaine (bahasa d'oc). Banyak puisi dan sastra Prancis abad pertengahan terinspirasi oleh legenda siklus Karolingian, seperti Kidung Roland dan chansons de geste. Roman de Renart, yang ditulis pada tahun 1175 oleh Perrout de Saint Cloude, menceritakan kisah karakter abad pertengahan Reynard ('Si Rubah') dan merupakan contoh lain dari tulisan Prancis awal. Seorang penulis penting abad ke-16 adalah François Rabelais, yang menulis lima novel pikaresk awal yang populer. Rabelais juga sering berkomunikasi dengan Marguerite de Navarre, penulis Heptameron. Penulis abad ke-16 lainnya adalah Michel de Montaigne, yang karya paling terkenalnya, Essais, memulai sebuah genre sastra.
Sastra dan puisi Prancis berkembang pesat selama abad ke-18 dan ke-19. Denis Diderot paling dikenal sebagai editor utama Encyclopédie, yang bertujuan untuk merangkum semua pengetahuan abadnya dan untuk melawan ketidaktahuan dan obskurantisme. Selama abad yang sama, Charles Perrault adalah penulis produktif dongeng anak-anak termasuk Puss in Boots, Cinderella, Sleeping Beauty, dan Bluebeard. Pada awal abad ke-19, puisi simbolis adalah gerakan penting dalam sastra Prancis, dengan penyair seperti Charles Baudelaire, Paul Verlaine, dan Stéphane Mallarmé.
Abad ke-19 menyaksikan tulisan-tulisan banyak penulis Prancis. Victor Hugo terkadang dianggap sebagai "penulis Prancis terbesar sepanjang masa" karena unggul dalam semua genre sastra. Puisi Hugo telah dibandingkan dengan Shakespeare, Dante, dan Homer. Novelnya Les Misérables secara luas dianggap sebagai salah satu novel terbesar yang pernah ditulis dan The Hunchback of Notre-Dame tetap sangat populer. Penulis utama lainnya pada abad itu termasuk Alexandre Dumas (The Three Musketeers dan The Count of Monte-Cristo), Jules Verne (Twenty Thousand Leagues Under the Seas), Émile Zola (Les Rougon-Macquart), Honoré de Balzac (La Comédie humaine), Guy de Maupassant, Théophile Gautier, dan Stendhal (The Red and the Black, The Charterhouse of Parma), yang karyanya termasuk yang paling terkenal di Prancis dan dunia.
Pada awal abad ke-20, Prancis adalah surga bagi kebebasan sastra. Karya-karya yang dilarang karena dianggap cabul di AS, Inggris, dan negara-negara berbahasa Inggris lainnya diterbitkan di Prancis beberapa dekade sebelum tersedia di negara asal penulis masing-masing. Orang Prancis tidak cenderung menghukum tokoh sastra karena tulisan mereka, dan penuntutan jarang terjadi. Penulis penting abad ke-20 termasuk Marcel Proust, Louis-Ferdinand Céline, Jean Cocteau, Albert Camus, dan Jean-Paul Sartre. Antoine de Saint-Exupéry menulis The Little Prince, yang merupakan salah satu buku terlaris dalam sejarah.
Filsafat abad pertengahan didominasi oleh Skolastisisme hingga munculnya Humanisme pada masa Renaisans. Filsafat modern dimulai di Prancis pada abad ke-17 dengan filsafat René Descartes, Blaise Pascal, dan Nicolas Malebranche. Descartes adalah filsuf Barat pertama sejak zaman kuno yang mencoba membangun sistem filosofis dari awal daripada membangun di atas karya pendahulunya. Prancis pada abad ke-18 menyaksikan kontribusi filosofis utama dari Voltaire yang menjadi perwujudan Abad Pencerahan dan Jean-Jacques Rousseau yang karyanya sangat memengaruhi Revolusi Prancis. Para filsuf Prancis memberikan kontribusi besar pada bidang ini pada abad ke-20 termasuk karya-karya eksistensialis Simone de Beauvoir, Camus, dan Sartre. Kontribusi berpengaruh lainnya selama masa ini termasuk karya moral dan politik Simone Weil, kontribusi pada strukturalisme termasuk dari Claude Lévi-Strauss dan karya-karya pasca-strukturalis oleh Michel Foucault.
8.4. Musik

Prancis memiliki sejarah musik yang panjang dan beragam. Prancis mengalami zaman keemasan pada abad ke-17 berkat Louis XIV, yang mempekerjakan musisi dan komponis berbakat di istana kerajaan. Komponis periode ini termasuk Marc-Antoine Charpentier, François Couperin, Michel-Richard Delalande, Jean-Baptiste Lully, dan Marin Marais, semuanya adalah komponis di istana. Setelah kematian "Raja Matahari", kreasi musik Prancis kehilangan dinamisme, tetapi pada abad berikutnya musik Jean-Philippe Rameau mencapai beberapa prestise. Rameau menjadi komponis dominan opera Prancis dan komponis Prancis terkemuka untuk harpsichord.
Dalam bidang musik klasik, Prancis telah menghasilkan sejumlah komponis terkenal seperti Gabriel Fauré, Claude Debussy, Maurice Ravel, dan Hector Berlioz. Claude Debussy dan Maurice Ravel adalah tokoh paling menonjol yang terkait dengan musik Impresionis. Kedua komponis ini menciptakan bentuk musik baru dan suara baru. Debussy termasuk di antara komponis paling berpengaruh pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dan penggunaan tangga nada non-tradisional serta kromatisme olehnya memengaruhi banyak komponis yang mengikutinya. Musiknya terkenal karena konten sensorinya dan sering menggunakan atonalitas. Erik Satie adalah anggota kunci dari avant-garde Paris awal abad ke-20. Karya-karya Francis Poulenc yang paling terkenal adalah suite piano Trois mouvements perpétuels (1919), balet Les biches (1923), Concert champêtre (1928) untuk harpsichord dan orkestra, opera Dialogues des Carmélites (1957), dan Gloria (1959) untuk soprano, paduan suara, dan orkestra. Pada pertengahan abad ke-20, Maurice Ohana, Pierre Schaeffer, dan Pierre Boulez berkontribusi pada evolusi musik klasik kontemporer.
Musik Prancis kemudian mengikuti kemunculan pesat musik pop dan rock pada pertengahan abad ke-20. Meskipun kreasi berbahasa Inggris mencapai popularitas di negara itu, musik pop Prancis, yang dikenal sebagai chanson française, juga tetap sangat populer. Di antara seniman Prancis terpenting abad ini adalah Édith Piaf, Georges Brassens, Léo Ferré, Charles Aznavour, dan Serge Gainsbourg. Musik pop modern telah menyaksikan kebangkitan hip hop Prancis, rock Prancis, tekno/funk, dan turntablis/DJ yang populer. Meskipun ada sangat sedikit band rock di Prancis dibandingkan dengan negara-negara berbahasa Inggris, band-band seperti Noir Désir, Mano Negra, Niagara, Les Rita Mitsouko, dan baru-baru ini Superbus, Phoenix, dan Gojira, atau Shaka Ponk, telah mencapai popularitas di seluruh dunia.
8.5. Sinema

Prancis memiliki hubungan historis dan kuat dengan pembuatan film, dengan dua orang Prancis, Auguste dan Louis Lumière (dikenal sebagai Lumière Bersaudara) dikreditkan dengan penciptaan sinema pada tahun 1895. Pembuat film wanita pertama di dunia, Alice Guy-Blaché, juga berasal dari Prancis. Beberapa gerakan sinematik penting, termasuk Nouvelle Vague akhir 1950-an dan 1960-an, dimulai di negara itu. Prancis terkenal memiliki industri film yang kuat, sebagian karena perlindungan yang diberikan oleh pemerintah. Prancis tetap menjadi pemimpin dalam pembuatan film, hingga tahun 2015, memproduksi lebih banyak film daripada negara Eropa lainnya. Negara ini juga menjadi tuan rumah Festival Film Cannes, salah satu festival film paling penting dan terkenal di dunia.
Selain tradisi filmnya yang kuat dan inovatif, Prancis juga menjadi tempat berkumpulnya para seniman dari seluruh Eropa dan dunia. Untuk alasan ini, sinema Prancis terkadang terkait dengan sinema negara asing. Sutradara dari negara-negara seperti Polandia (Roman Polanski, Krzysztof Kieślowski, Andrzej Żuławski), Argentina (Gaspar Noé, Edgardo Cozarinsky), Rusia (Alexandre Alexeieff, Anatole Litvak), Austria (Michael Haneke), dan Georgia (Géla Babluani, Otar Iosseliani) menonjol dalam jajaran sinema Prancis. Sebaliknya, sutradara Prancis telah memiliki karir yang produktif dan berpengaruh di negara lain, seperti Luc Besson, Jacques Tourneur, atau Francis Veber di Amerika Serikat. Meskipun pasar film Prancis didominasi oleh Hollywood, Prancis adalah satu-satunya negara di dunia di mana film Amerika hanya menyumbang bagian terkecil dari total pendapatan film, yaitu 50%, dibandingkan dengan 77% di Jerman dan 69% di Jepang. Film Prancis menyumbang 35% dari total pendapatan film Prancis, yang merupakan persentase pendapatan film nasional tertinggi di negara maju di luar Amerika Serikat, dibandingkan dengan 14% di Spanyol dan 8% di Inggris. Pada tahun 2013 Prancis adalah pengekspor film terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.
Sebagai bagian dari advokasi pengecualian budaya, sebuah konsep politik untuk memperlakukan budaya secara berbeda dari produk komersial lainnya, Prancis berhasil meyakinkan semua anggota UE untuk menolak memasukkan budaya dan audiovisual dalam daftar sektor yang diliberalisasi WTO pada tahun 1993. Selain itu, keputusan ini dikonfirmasi dalam pemungutan suara oleh UNESCO pada tahun 2005: prinsip "pengecualian budaya" memenangkan kemenangan besar dengan 198 negara memberikan suara mendukung dan hanya 2 negara, Amerika Serikat dan Israel, yang memberikan suara menentang.
8.6. Mode

Mode telah menjadi industri penting dan ekspor budaya Prancis sejak abad ke-17, dan "{{istilah mode Prancis|haute couture}}" modern berasal dari Paris pada tahun 1860-an. Saat ini, Paris, bersama dengan London, Milan, dan New York City, dianggap sebagai salah satu ibu kota mode dunia, dan kota ini menjadi rumah atau markas besar bagi banyak rumah mode terkemuka. Ungkapan Haute couture, di Prancis, adalah nama yang dilindungi secara hukum, yang menjamin standar kualitas tertentu.
Hubungan Prancis dengan mode dan gaya (la modefashionBahasa Prancis) sebagian besar berasal dari masa pemerintahan Louis XIV ketika industri barang mewah di Prancis semakin berada di bawah kendali kerajaan dan istana kerajaan Prancis menjadi, bisa dibilang, penentu selera dan gaya di Eropa. Tetapi Prancis memperbarui dominasinya dalam industri mode tinggi (coutureBahasa Prancis atau haute couture) pada tahun 1860-1960 melalui pendirian rumah-rumah mode besar seperti Chanel, Dior, dan Givenchy. Industri parfum Prancis adalah pemimpin dunia di sektornya dan berpusat di kota Grasse.
Menurut data tahun 2017 yang dikumpulkan oleh Deloitte, Louis Vuitton Moet Hennessey (LVMH), sebuah merek Prancis, adalah perusahaan barang mewah terbesar di dunia berdasarkan penjualan, menjual lebih dari dua kali lipat jumlah pesaing terdekatnya. Selain itu, Prancis juga memiliki 3 dari 10 perusahaan barang mewah teratas berdasarkan penjualan (LVMH, Kering SA, L'Oréal), lebih banyak dari negara lain mana pun di dunia.
8.7. Kuliner
Masakan Prancis dianggap sebagai salah satu yang paling halus di dunia. Resep tradisional berbeda-beda di setiap daerah. Di utara, mentega dan krim adalah bahan umum, sedangkan minyak zaitun lebih umum digunakan di selatan. Setiap daerah di Prancis memiliki spesialisasi tradisional: cassoulet di barat daya, choucroute di Alsace, quiche di wilayah Lorraine, beef bourguignon di Burgundy, tapenade Provençal, dll. Prancis paling terkenal dengan anggurnya dan berbagai jenis kejunya, yang sering dinamai sesuai wilayah produksinya (Appellation d'origine contrôlée/AOC). Satu hidangan biasanya terdiri dari tiga bagian, entrée (hidangan pembuka), plat principal (hidangan utama), dan fromage (keju) atau dessert, kadang-kadang dengan salad yang disajikan sebelum keju atau hidangan penutup.
Masakan Prancis juga dianggap sebagai elemen kunci kualitas hidup dan daya tarik Prancis. Sebuah publikasi Prancis, Panduan Michelin, memberikan bintang Michelin untuk keunggulan kepada beberapa tempat terpilih. Perolehan atau kehilangan bintang dapat berdampak dramatis pada kesuksesan sebuah restoran. Pada tahun 2006, Panduan Michelin telah memberikan 620 bintang kepada restoran-restoran Prancis.
Selain tradisi anggurnya, Prancis juga merupakan produsen utama bir dan rum. Tiga wilayah pembuatan bir utama Prancis adalah Alsace (60% dari produksi nasional), Nord-Pas-de-Calais, dan Lorraine. Rum Prancis dibuat di penyulingan yang terletak di pulau-pulau di Samudra Atlantik dan Hindia.
8.8. Olahraga

Prancis menjadi tuan rumah "acara olahraga tahunan terbesar di dunia", yaitu balap sepeda tahunan Tour de France. Olahraga populer lainnya yang dimainkan di Prancis termasuk: sepak bola, judo, tenis, uni rugbi, dan pétanque. Prancis telah menjadi tuan rumah acara-acara seperti Piala Dunia FIFA 1938 dan 1998, Piala Dunia Rugbi 2007, dan Piala Dunia Rugbi 2023. Negara ini juga menjadi tuan rumah Piala Negara-Negara Eropa 1960, UEFA Euro 1984, UEFA Euro 2016, dan Piala Dunia Wanita FIFA 2019. Stade de France di Saint-Denis adalah stadion terbesar di Prancis dan merupakan tempat final Piala Dunia FIFA 1998 dan Piala Dunia Rugbi 2007. Sejak 1923, Prancis terkenal dengan balap ketahanan mobil sport 24 Jam Le Mans. Beberapa turnamen tenis besar berlangsung di Prancis, termasuk Paris Masters dan Prancis Terbuka, salah satu dari empat turnamen Grand Slam. Seni bela diri Prancis termasuk Savate dan Anggar.

Prancis memiliki hubungan erat dengan Olimpiade Modern; seorang bangsawan Prancis, Baron Pierre de Coubertin, yang menyarankan kebangkitan Pesta Olahraga tersebut pada akhir abad ke-19. Setelah Athena dianugerahi Pesta Olahraga pertama, sebagai rujukan pada asal usul Olimpiade di Yunani, Paris menjadi tuan rumah Pesta Olahraga kedua pada tahun 1900. Paris adalah rumah pertama Komite Olimpiade Internasional, sebelum pindah ke Lausanne. Sejak tahun 1900, Prancis telah menjadi tuan rumah Olimpiade sebanyak 5 kali lagi: Olimpiade Musim Panas 1924, Olimpiade Musim Panas 2024 keduanya di Paris, dan tiga Olimpiade Musim Dingin (1924 di Chamonix, 1968 di Grenoble, dan 1992 di Albertville). Mirip dengan Olimpiade, Prancis memperkenalkan Olimpiade untuk para tunarungu (Deaflympics) pada tahun 1924 atas gagasan seorang montir mobil tunarungu Prancis, Eugène Rubens-Alcais, yang membuka jalan untuk menyelenggarakan edisi perdana Deaflympics Musim Panas di Paris.
Tim sepak bola nasional Prancis dan tim uni rugbi nasional Prancis keduanya dijuluki "Les Bleus" merujuk pada warna seragam tim serta bendera tiga warna nasional Prancis. Sepak bola adalah olahraga paling populer di Prancis, dengan lebih dari 1.800.000 pemain terdaftar dan lebih dari 18.000 klub terdaftar.
Prancis Terbuka, juga disebut Roland-Garros, adalah turnamen tenis besar yang diadakan selama dua minggu antara akhir Mei dan awal Juni di Stade Roland Garros di Paris. Ini adalah acara kejuaraan tenis lapangan tanah liat utama di dunia dan yang kedua dari empat turnamen Grand Slam tahunan.
Uni rugbi populer, terutama di Paris dan barat daya Prancis. Tim uni rugbi nasional telah berkompetisi di setiap Piala Dunia Rugbi; tim ini ambil bagian dalam Kejuaraan Enam Negara tahunan.
8.9. Media massa

Pada tahun 2021, surat kabar harian regional, seperti Ouest-France, Sud Ouest, La Voix du Nord, Dauphiné Libéré, Le Télégramme, dan Le Progrès, penjualannya lebih dari dua kali lipat penjualan surat kabar nasional, seperti Le Monde, Le Figaro, L'Équipe (olahraga), Le Parisien, dan Les Echos (keuangan). Harian gratis, yang didistribusikan di pusat-pusat metropolitan, terus meningkatkan pangsa pasarnya. Sektor majalah mingguan mencakup lebih dari 400 majalah mingguan khusus yang diterbitkan di negara ini.
Majalah berita paling berpengaruh adalah Le Nouvel Observateur yang berhaluan kiri, L'Express yang berhaluan tengah, dan Le Point yang berhaluan kanan (pada tahun 2009 lebih dari 400.000 eksemplar), tetapi sirkulasi tertinggi untuk mingguan dicapai oleh majalah TV dan majalah wanita, di antaranya Marie Claire dan ELLE, yang memiliki versi asing. Mingguan berpengaruh juga mencakup surat kabar investigasi dan satir Le Canard Enchaîné dan Charlie Hebdo, serta Paris Match. Seperti di sebagian besar negara industri, media cetak telah terpengaruh oleh krisis parah dengan munculnya internet. Pada tahun 2008, pemerintah meluncurkan inisiatif besar untuk membantu sektor ini melakukan reformasi dan menjadi mandiri secara finansial, tetapi pada tahun 2009 pemerintah harus memberikan 600.000 euro untuk membantu media cetak mengatasi krisis ekonomi, selain subsidi yang sudah ada.
Pada tahun 1974, setelah bertahun-tahun monopoli terpusat pada radio dan televisi, badan pemerintah ORTF dipecah menjadi beberapa lembaga nasional, tetapi tiga saluran TV yang sudah ada dan empat stasiun radio nasional tetap berada di bawah kendali negara. Baru pada tahun 1981 pemerintah mengizinkan siaran bebas di wilayah tersebut, mengakhiri monopoli negara atas radio.
8.10. Simbol nasional

Simbol-simbol nasional Republik Prancis berakar kuat dalam sejarah dan nilai-nilai negara tersebut. Berikut adalah beberapa simbol utama:
- Bendera Tiga Warna (Drapeau tricoloreBendera Tiga WarnaBahasa Prancis): Bendera nasional Prancis terdiri dari tiga pita vertikal berwarna biru, putih, dan merah. Warna-warna ini berasal dari Revolusi Prancis, dengan biru dan merah sebagai warna tradisional Paris, dan putih sebagai warna tradisional monarki Prancis. Bendera ini melambangkan persatuan bangsa dan nilai-nilai Republik: kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan.
- Lagu Kebangsaan "La Marseillaise": Diciptakan pada tahun 1792 oleh Claude Joseph Rouget de Lisle selama Perang Revolusi Prancis, "La Marseillaise" adalah lagu yang penuh semangat dan patriotik. Awalnya berjudul "Chant de guerre pour l'Armée du Rhin" (Lagu Perang untuk Tentara Rhine), lagu ini kemudian diadopsi oleh para sukarelawan dari Marseille saat mereka berbaris ke Paris, sehingga mendapatkan namanya yang sekarang. Lagu ini secara resmi menjadi lagu kebangsaan pada tahun 1795.
- Marianne: Marianne adalah personifikasi nasional Republik Prancis. Ia digambarkan sebagai seorang wanita yang mengenakan topi Frigia (simbol kebebasan) dan sering muncul dalam patung, perangko, dan mata uang. Marianne melambangkan kemenangan Republik dan nilai-nilai kebebasan serta akal budi. Asal usul nama Marianne tidak sepenuhnya jelas, tetapi Marie-Anne adalah nama depan yang umum pada abad ke-18. Selama Revolusi, kaum anti-revolusioner menyebutnya La Gueuse (Si Rakyat Jelata). Di bawah Republik Ketiga, patung Marianne mulai banyak dibuat, terutama di balai kota. Penampilannya bervariasi, terkadang menekankan sifat revolusionernya, terkadang "kebijaksanaannya". Seiring waktu, topi Frigia dianggap terlalu mencolok dan digantikan oleh diadem atau mahkota. Belakangan ini, banyak wanita terkenal Prancis telah digunakan sebagai model untuk patung Marianne, termasuk Sophie Marceau dan Laetitia Casta.
- Ayam jantan Galia (Coq gauloisAyam Jantan GaliaBahasa Prancis): Ayam jantan adalah salah satu simbol tidak resmi Prancis yang paling dikenal. Asosiasinya dengan Prancis berasal dari permainan kata dalam bahasa Latin: kata gallus berarti "ayam jantan" dan juga "orang Galia". Meskipun tidak pernah menjadi lambang resmi, ayam jantan sering digunakan dalam olahraga, perangko, dan sebagai representasi semangat dan kebanggaan Prancis.
- Semboyan Nasional: "Liberté, égalité, fraternité" (Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan): Semboyan ini adalah inti dari nilai-nilai Republik Prancis dan berasal dari Revolusi Prancis. Semboyan ini tercantum dalam Konstitusi dan muncul di banyak bangunan publik.
- Lambang Republik Prancis: Meskipun Prancis tidak memiliki lambang resmi tunggal seperti banyak negara lain, sebuah lambang yang menampilkan fasces (seikat batang kayu dengan kapak di tengahnya, simbol otoritas Romawi dan kemudian Republik), cabang zaitun (simbol perdamaian), dan cabang ek (simbol kebijaksanaan atau keadilan), sering digunakan secara tidak resmi oleh pemerintah, terutama dalam konteks diplomatik. Perisai ini dikelilingi oleh pita Ordo Legion Kehormatan dan inisial "RF" untuk République Française.
- Segel Agung Prancis (Grand Sceau de FranceSegel Agung PrancisBahasa Prancis): Digunakan untuk meresmikan dokumen-dokumen negara yang paling penting, segel ini menampilkan Marianne yang duduk di atas takhta, memegang fasces, dengan berbagai simbol lain yang mewakili keadilan, pendidikan, dan pertanian.
Simbol-simbol ini secara kolektif mewakili identitas nasional, sejarah, dan cita-cita Republik Prancis.
8.11. Hari libur nasional
Prancis memiliki sebelas hari libur nasional resmi. Berikut adalah jenis hari libur nasional utama, latar belakangnya, dan cara perayaannya:
Tanggal | Nama Indonesia | Nama Prancis | Keterangan |
---|---|---|---|
1 Januari | Hari Tahun Baru | Jour de l'AnBahasa Prancis | Merayakan awal tahun baru kalender Gregorian. Biasanya dirayakan dengan pesta pada malam sebelumnya (Malam Tahun Baru atau Réveillon de la Saint-SylvestreBahasa Prancis), kembang api, dan berkumpul bersama keluarga dan teman. |
Bervariasi | Senin Paskah | Lundi de PâquesBahasa Prancis | Hari setelah Minggu Paskah, hari libur Kristen yang merayakan kebangkitan Yesus. Merupakan bagian dari akhir pekan Paskah yang panjang. Banyak orang Prancis menghabiskan waktu bersama keluarga, makan bersama, dan anak-anak sering berburu telur Paskah cokelat. |
1 Mei | Hari Buruh | Fête du TravailBahasa Prancis | Hari libur internasional untuk merayakan hak-hak pekerja dan gerakan buruh. Secara tradisional, serikat pekerja mengadakan demonstrasi dan pawai. Orang-orang juga saling memberi bunga lili lembah (muguetBahasa Prancis) sebagai simbol keberuntungan dan musim semi. |
8 Mei | Hari Kemenangan di Eropa | Fête de la Victoire / Le 8 maiBahasa Prancis | Memperingati berakhirnya Perang Dunia II di Eropa pada tahun 1945. Upacara resmi diadakan di seluruh negeri, termasuk peletakan karangan bunga di monumen perang. |
Bervariasi | Hari Kenaikan Isa Almasih | AscensionBahasa Prancis | Hari libur Kristen yang merayakan kenaikan Yesus Kristus ke surga, 40 hari setelah Paskah. Banyak orang mengambil cuti panjang (faire le pontmembuat jembatanBahasa Prancis) jika hari libur ini jatuh pada hari Kamis, menciptakan akhir pekan empat hari. |
Bervariasi | Senin Pentakosta | Lundi de PentecôteBahasa Prancis | Hari setelah Minggu Pentakosta, hari libur Kristen yang merayakan turunnya Roh Kudus kepada para rasul, 50 hari setelah Paskah. Sempat dihapus sebagai hari libur berbayar untuk mendanai perawatan lansia (disebut "Hari Solidaritas"), tetapi kemudian dipulihkan statusnya sebagai hari libur. |
14 Juli | Hari Nasional Prancis / Hari Bastille | Fête Nationale / Le 14 JuilletBahasa Prancis | Memperingati Penyerbuan Bastille pada tahun 1789, peristiwa penting dalam Revolusi Prancis, dan Fête de la Fédération pada tahun 1790 yang merayakan persatuan bangsa Prancis. Dirayakan secara besar-besaran di seluruh negeri dengan parade militer di Champs-Élysées di Paris (yang terbesar di Eropa), kembang api, konser, dan pesta dansa publik (bals populairespesta dansa rakyatBahasa Prancis). |
15 Agustus | Hari Kenaikan Maria | AssomptionBahasa Prancis | Hari libur Katolik yang merayakan keyakinan bahwa Perawan Maria diangkat tubuh dan jiwanya ke surga setelah kematiannya. Misa gereja dan prosesi keagamaan diadakan di beberapa daerah. Banyak orang Prancis sedang berlibur musim panas pada tanggal ini. |
1 November | Hari Semua Orang Kudus | ToussaintBahasa Prancis | Hari libur Katolik untuk menghormati semua orang kudus, baik yang dikenal maupun tidak dikenal. Secara tradisional, orang Prancis mengunjungi makam keluarga mereka dan meletakkan bunga krisan. Ini adalah waktu untuk mengenang orang yang telah meninggal. |
11 November | Hari Gencatan Senjata | Armistice de 1918Bahasa Prancis | Memperingati berakhirnya Perang Dunia I pada tahun 1918. Upacara khidmat diadakan di monumen perang di seluruh Prancis. Presiden meletakkan karangan bunga di Makam Prajurit Tak Dikenal di bawah Arc de Triomphe. |
25 Desember | Natal | NoëlBahasa Prancis | Merayakan kelahiran Yesus Kristus. Merupakan hari libur keluarga yang penting. Perayaan biasanya mencakup makan malam khusus pada Malam Natal (Réveillon de NoëlBahasa Prancis), bertukar hadiah, dan misa tengah malam bagi umat Kristiani. |
Selain hari libur nasional ini, beberapa daerah seperti Alsace dan Moselle mungkin memiliki hari libur tambahan karena sejarah mereka yang unik. Sekolah-sekolah juga memiliki jadwal liburan yang berbeda-beda yang dibagi berdasarkan zona untuk mengatur arus liburan.