1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Andrea Maria Nahles lahir pada 20 Juni 1970 di MendigBahasa Jerman, Rheinland-PfalzBahasa Jerman, Jerman Barat. Ia tumbuh di wilayah pedesaan EifelBahasa Jerman dan menyelesaikan sekolah menengah (AbiturBahasa Jerman) melalui program pendidikan lanjutan pada tahun 1989. Setelah itu, ia melanjutkan studi di Universitas Bonn selama 20 semester, mempelajari ilmu politik, filsafat, dan studi Jerman, hingga meraih gelar Master of Arts. Selama masa kuliahnya, Nahles juga bekerja sebagai asisten seorang anggota parlemen.
Pada tahun 2004, Nahles memulai program doktor di bidang Germanistik (GermanistikBahasa Jerman), dengan rencana disertasi berjudul "Pengaruh Walter Scott terhadap perkembangan novel sejarah di Jerman." Namun, ia menghentikan studi doktoralnya pada tahun 2005 karena kembali menjabat sebagai anggota Bundestag.
2. Karier Politik
Andrea Nahles memulai karier politiknya dengan bergabung bersama SPD pada usia muda, secara bertahap memegang posisi penting di dalam partai dan pemerintahan, dan mencapai puncak kepemimpinannya sebelum mengundurkan diri.
2.1. Aktivitas Partai Awal dan Posisi Progresif
Nahles bergabung dengan SPD pada tahun 1988, saat ia berusia 18 tahun. Tak lama kemudian, ia menjadi perwakilan pemuda untuk konstituensi Mayen-Koblenz. Dari tahun 1993 hingga 1995, ia menjabat sebagai perwakilan pemuda untuk Rheinland-Pfalz, dan pada tahun 1995, ia menjadi perwakilan pemuda nasional hingga tahun 1999. Sejak tahun 1997, ia telah menjadi anggota eksekutif SPD.
Pada tahun 2000, Nahles adalah salah satu pendiri "Forum Demokratische Linke 21Bahasa Jerman", sebuah forum sayap kiri demokratis. Sebagai pemimpin sayap kiri SPD dan mantan kepala bagian pemuda partai, ia dikenal vokal menentang banyak reformasi ekonomi Kanselir Gerhard Schröder, terutama Agenda 2010 yang dianggap memotong tunjangan sosial. Ia dan beberapa rekannya berulang kali mengkritik gaya kepemimpinan ketua partai saat itu, Franz Müntefering, dengan menyatakan bahwa partai tidak pernah dikonsultasikan mengenai keputusan Schröder untuk mengadakan pemilihan dini atau keputusan untuk bergabung dalam koalisi besar di bawah kepemimpinan Angela Merkel.
Dalam era pasca-Schröder, ketika para pemimpin partai berusaha mendamaikan faksi-faksi yang bertikai, Nahles memperoleh posisi tawar yang lebih besar. Pada 31 Oktober 2005, ia terpilih sebagai Sekretaris Jenderal SPD, mengalahkan Kajo Wasserhövel. Namun, karena kekalahan Wasserhövel memicu Franz Müntefering untuk menyatakan bahwa ia tidak lagi merasa memiliki kepercayaan partai dan akan mundur, Nahles menolak untuk menerima posisi Sekretaris Jenderal.
Antara tahun 2005 dan 2009, Nahles menjabat sebagai anggota Komite Tenaga Kerja dan Urusan Sosial. Sejak tahun 2008, ia juga menjadi anggota kepemimpinan kelompok parlemen SPD di bawah ketua Peter Struck. Menjelang pemilihan umum 2009, Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, memasukkannya ke dalam "kabinet bayangan" yang terdiri dari 10 wanita dan delapan pria untuk kampanye SPD. Dalam kampanye tersebut, Nahles menjabat sebagai menteri bayangan untuk kebijakan pendidikan dan integrasi.
2.2. Sekretaris Jenderal SPD
Nahles terpilih sebagai Sekretaris Jenderal SPD pada November 2009 dalam kongres partai yang diadakan di Dresden. Ia menggantikan Hubertus Heil dan bekerja sama dengan pemimpin partai yang baru terpilih, Sigmar Gabriel. Pengangkatannya secara luas dianggap sebagai sinyal bahwa SPD akan bergeser ke kiri.
Sebagai Sekretaris Jenderal, Nahles mengawasi kampanye pemilihan SPD pada tahun 2013. Setelah kekalahan SPD dalam pemilihan federal tersebut, ia bertanggung jawab untuk mengorganisir referendum di antara 472.000 anggota partainya sebelum menandatangani perjanjian koalisi dengan Kanselir Angela Merkel dan blok konservatifnya. Dalam negosiasi untuk membentuk pemerintahan koalisi setelah pemilihan, Nahles menjadi bagian dari 15 anggota lingkaran kepemimpinan yang diketuai oleh Merkel, Gabriel, dan Horst Seehofer. Pada konvensi partai tiga hari yang diadakan di Leipzig pada November 2013, para delegasi memilih kembali Nahles untuk jabatannya dengan mayoritas yang berkurang, yakni 67,2 persen suara anggota.
2.3. Menteri Federal Tenaga Kerja dan Sosial
Sebagai Menteri Federal Tenaga Kerja dan Sosial di Kabinet Merkel Ketiga (2013-2017), Nahles mengawasi pengenalan beberapa kebijakan penting yang bertujuan untuk mempromosikan keadilan sosial dan hak-hak buruh.
Salah satu pencapaian utamanya adalah pengenalan upah minimum nasional untuk Jerman, yang menjamin pekerja menerima setidaknya 8.5 EUR per jam. Kebijakan ini merupakan tuntutan utama SPD dalam negosiasi koalisi, meskipun Angela Merkel sebelumnya berkampanye menentang upah minimum yang diatur secara hukum. Namun, pada awal 2015, Nahles menunda kontrol oleh otoritas negara untuk memeriksa apakah pengemudi truk asing dibayar upah minimum, menyusul tekanan dari negara-negara tetangga timur Jerman, khususnya Polandia.
Nahles juga berhasil memperkenalkan undang-undang pensiun dini pada tahun 2014, yang memungkinkan pekerja yang telah lama berkontribusi untuk pensiun lebih awal. Kebijakan ini diperkirakan menelan biaya sekitar 160.00 B EUR antara tahun 2015 dan 2030, menjadikannya salah satu langkah paling mahal pada periode legislatif tersebut. Langkah ini menuai kritik karena Jerman menghadapi populasi yang menua dan menyusutnya angkatan kerja. Pada akhir 2014, Nahles juga mengumumkan bahwa kontribusi pensiun gabungan dari pengusaha dan karyawan akan dipotong total 2.00 B EUR pada tahun 2015, karena tingginya tingkat cadangan.
Setelah negosiasi tahunan antara Claims Conference dan pemerintah Jerman pada tahun 2014, Nahles berhasil memperkenalkan proposal untuk memperluas pembayaran pensiun Jerman sebesar total 340.00 M EUR bagi sekitar 40.000 korban Holokaus yang digunakan oleh Nazi di Ghetto sebagai pekerja. Sebagian besar penyintas Holokaus menderita malnutrisi serius selama Perang Dunia II dan juga kehilangan hampir semua kerabat mereka, sehingga mereka menghadapi banyak masalah medis dan sedikit atau tanpa dukungan keluarga.
Menyusul serangkaian mogok kerja yang mengganggu perjalanan udara dan kereta api Jerman pada tahun 2014, Nahles memperkenalkan undang-undang yang mengubah Hukum Perburuhan Jerman untuk hanya mengizinkan satu serikat pekerja untuk mewakili karyawan satu perusahaan dalam negosiasi perjanjian upah. Langkah ini dikritik oleh beberapa pihak karena secara efektif akan mencabut hak mogok serikat kecil.
Pada tahun 2015, Nahles menugaskan sebuah studi mendalam untuk menetapkan definisi stres terkait pekerjaan dan menghitung biaya ekonominya, yang menimbulkan spekulasi bahwa studi tersebut dapat membuka jalan bagi "undang-undang anti-stres" seperti yang diusulkan oleh serikat pekerja logam Jerman, IG Metall.
Sebagai tanggapan terhadap serangan populis sayap kanan terhadap kebijakan imigrasi liberal Kanselir Angela Merkel, Nahles pada awal 2016 mempresentasikan rencana untuk melarang migran Uni Eropa dari sebagian besar tunjangan pengangguran selama lima tahun setelah kedatangan mereka.
2.4. Pemimpin SPD di Bundestag
Setelah SPD mengalami hasil terburuk dalam sejarah pasca-perang Jerman pada pemilihan umum 2017, ketua mereka, Martin Schulz, menominasikan Nahles untuk memimpin kelompok partai di parlemen Jerman. Ia menggantikan Thomas Oppermann dan menjadi wanita pertama yang menjabat peran ini dalam sejarah Jerman. Dalam negosiasi untuk membentuk pemerintahan koalisi keempat di bawah Merkel, Nahles memimpin kelompok kerja urusan sosial. Selain perannya sebagai ketua, Nahles juga bergabung dengan Komite Pemilihan Hakim (WahlausschussBahasa Jerman), yang bertugas menunjuk hakim untuk Mahkamah Konstitusi Federal Jerman.
2.5. Pemimpin Partai Sosial Demokrat
Pada 22 April 2018, Nahles terpilih sebagai pemimpin wanita pertama dalam sejarah SPD yang berusia 155 tahun, dalam konvensi partai di Wiesbaden. Ia memenangkan pemilihan dengan 414 suara delegasi melawan lawannya, Simone Lange, yang menerima 172 suara delegasi, dengan perbandingan masing-masing 66% berbanding 27%. Ia menggantikan Olaf Scholz yang menjabat sebagai pemimpin sementara selama dua bulan setelah pengunduran diri Martin Schulz, yang memimpin partai ke hasil pemilihan terburuk sejak tahun 1933. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Jerman bahwa dua partai terbesar negara tersebut dipimpin oleh wanita, dengan Angela Merkel memimpin CDU.
Nahles secara luas dipuji karena mengarahkan partai menuju pemerintahan koalisi lain dengan Demokrat Kristen yang dipimpin Merkel. Namun, pada 2 Juni 2019, Nahles mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin SPD di tengah ketidakpopuleran pribadi, kekalahan besar bagi SPD dalam pemilihan Parlemen Eropa 2019, dan hasil terendah dalam jajak pendapat Forsa pada 1 Juni 2019. Ia menyatakan bahwa ia juga akan mengundurkan diri sebagai pemimpin kelompok parlemen SPD di Bundestag. Untuk periode transisi sampai pemimpin SPD yang baru terpilih, Manuela Schwesig, Malu Dreyer, dan Thorsten Schäfer-Gümbel bertindak sebagai penerusnya. Nahles meninggalkan Bundestag pada 31 Oktober 2019.
3. Posisi Politik
Dulu menjadi suara terkemuka di sayap kiri SPD, Andrea Nahles secara bertahap bergeser ke arah sentris seiring berjalannya karier politiknya. Ia dikenal sebagai orator yang provokatif dan terkadang blak-blakan. Pergeseran ideologisnya mencerminkan evolusi politiknya dari seorang tokoh oposisi internal yang menantang Agenda 2010 Schröder menjadi pemimpin partai yang mencari kompromi dan koalisi untuk memajukan agenda sosial demokrat.
4. Kehidupan Setelah Politik
Setelah pensiun dari politik parlemen, Andrea Nahles melanjutkan kariernya di berbagai peran publik dan kelembagaan. Dari Juli 2020, Nahles menjabat sebagai penasihat khusus untuk Komisaris Eropa untuk Pekerjaan dan Hak Sosial, Nicolas Schmit, di Komisi Eropa.
Dari tahun 2020 hingga 2022, Nahles menjabat sebagai presiden Badan Pos dan Telekomunikasi Federal di Bonn. Selain itu, ia juga mengajar di NRW School of GovernanceBahasa Inggris di Universitas Duisburg-Essen sebagai profesor tamu.
Pada tahun 2022, Nahles dinominasikan sebagai direktur Badan Pekerjaan Federal (Bundesagentur für ArbeitBahasa Jerman, BA), sebuah lembaga penting yang bertanggung jawab atas pasar tenaga kerja Jerman.
5. Aktivitas Lain
Selain aktivitas politik dan jabatan resminya, Andrea Nahles juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kelembagaan. Beberapa di antaranya meliputi:
- Baden-Badener Unternehmer-Gespräche (BBUG), Anggota Dewan Pengawas (sejak 2022)
- Komite Sentral Katolik Jerman, Anggota
- Denkwerk Demokratie, Anggota Dewan Penasihat
- Hermann Kunst Foundation for the Promotion of New Testament Textual Research, Anggota Dewan Pengawas
- Biara Maria Laach, Anggota Dewan Pengawas
- Willy Brandt Center Jerusalem, Anggota Dewan Pengawas
- spw - Zeitschrift für sozialistische Politik dan Wirtschaft (spw - Zeitschrift für sozialistische Politik und WirtschaftBahasa Jerman), Anggota Dewan Editorial
- IG Metall, Anggota
- Eurosolar, Anggota
- Attac, Anggota
- ZDF, Anggota Ex-officio Dewan Televisi (2000-2004)
6. Kehidupan Pribadi
Andrea Nahles hidup di desa Weiler (WeilerBahasa Jerman), tempat kelahirannya, di sebuah pertanian yang dulunya milik kakek buyutnya. Ia adalah seorang Katolik Roma dan secara teratur menghadiri misa Minggu di desanya. Sejak tahun 2017, ia juga memiliki apartemen di distrik MoabitBahasa Jerman, Berlin.
Nahles memiliki hubungan dengan manajer VW Horst Neumann dari tahun 1997 hingga 2007. Pada tahun 2010, ia menikah dengan sejarawan seni Marcus Frings. Mereka memiliki seorang putri, yang lahir pada Januari 2011. Namun, pada Januari 2016, pasangan tersebut mengumumkan perpisahan mereka.
Selain karier politiknya, Nahles juga menikmati berkuda. Hingga sebuah kecelakaan pada tahun 1986, ia juga adalah seorang atlet atletik.
7. Penilaian dan Dampak
Karier politik Andrea Nahles ditandai oleh perannya sebagai suara progresif di sayap kiri SPD dan kemudian sebagai pemimpin partai serta Menteri Federal Tenaga Kerja dan Sosial. Kontribusi kebijakannya memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat dan politik Jerman, terutama dalam hal keadilan sosial dan hak-hak buruh.
Sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Sosial, Nahles berhasil memperkenalkan upah minimum nasional, yang merupakan pencapaian penting bagi SPD dan meningkatkan kondisi hidup banyak pekerja. Kebijakannya tentang pensiun dini dan perluasan pembayaran pensiun bagi penyintas Holokaus juga menunjukkan komitmennya terhadap perlindungan sosial dan keadilan. Tindakan-tindakannya dalam menghadapi stres terkait pekerjaan dan upaya mereformasi hukum perburuhan mencerminkan fokusnya pada peningkatan kesejahteraan pekerja. Kebijakan-kebijakan ini secara positif memengaruhi demokrasi dan kemajuan sosial dengan memperkuat hak-hak pekerja dan jaringan pengaman sosial.
Namun, kepemimpinan Nahles juga menghadapi tantangan besar. Sebagai wanita pertama yang memimpin SPD dan kelompok parlemennya, ia mengambil alih partai pada masa sulit, terutama setelah hasil pemilihan yang buruk pada tahun 2017. Meskipun ia berupaya untuk menstabilkan partai dan membentuk pemerintahan koalisi, ia akhirnya mengundurkan diri sebagai pemimpin partai dan kelompok parlemen setelah kekalahan signifikan SPD dalam pemilihan Parlemen Eropa 2019, yang mencerminkan penurunan popularitas partai. Pengunduran dirinya menandai akhir dari era kepemimpinan wanita pertama di dua partai terbesar Jerman, yang sebelumnya menjadi simbol kemajuan politik. Meskipun demikian, warisan Nahles sebagai seorang reformis sosial yang gigih dan pionir wanita dalam politik Jerman tetap diakui.