1. Kehidupan
Andreas Choi Chang-mou memiliki latar belakang pendidikan yang kuat dan memulai karier gerejawinya di Keuskupan Agung Seoul sebelum mengemban tugas-tugas penting di Keuskupan Agung Gwangju dan di tingkat nasional.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Andreas Choi Chang-mou lahir pada 15 September 1936 di Munsan-eup, Paju, Gyeonggi-do, yang pada saat itu dikenal sebagai Keiki-dō, Chōsen, di bawah pemerintahan Kekaisaran Jepang. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Seongsin dan menyelesaikan tiga tahun studi di Departemen Teologi Universitas Katolik Korea.
1.2. Pendidikan
Choi Chang-mou melanjutkan pendidikannya di Jerman, meraih gelar Sarjana dari Universitas Freiburg pada tahun 1962. Kemudian, pada tahun 1969, ia memperoleh gelar Doktor dari universitas yang sama, menunjukkan komitmennya yang mendalam terhadap studi teologi dan filsafat.
1.3. Kegiatan Awal
Setelah kembali dari studinya di Jerman, Choi Chang-mou memulai karier pastoralnya sebagai imam pembantu di Katedral Myeongdong pada tahun 1966. Dari tahun 1970 hingga 1995, ia menjabat sebagai profesor di Universitas Katolik Korea. Selama periode ini, ia juga memegang posisi penting dalam administrasi universitas, menjabat sebagai Dekan Universitas Katolik yang ke-11 pada tahun 1979 dan ke-16 pada tahun 1991. Ketika Universitas Katolik ditingkatkan statusnya menjadi Universitas Katolik, ia menjadi Rektor pertamanya, menjabat dari tahun 1992 hingga Februari 1995.
2. Karier
Karier Andreas Choi Chang-mou ditandai dengan dedikasi yang panjang dalam pelayanan imamat dan episkopal, serta kepemimpinan yang signifikan dalam Gereja Katolik Korea.
2.1. Pelayanan Imamat
Andreas Choi Chang-mou ditahbiskan sebagai imam untuk Keuskupan Agung Seoul pada 9 Juni 1963, pada usia 27 tahun. Selama lebih dari tiga puluh tahun, ia mengabdikan dirinya dalam berbagai tugas pastoral dan akademis sebagai seorang imam, termasuk perannya sebagai imam pembantu dan profesor di Universitas Katolik Korea, yang membentuk dasar bagi kepemimpinan gerejawinya di kemudian hari.
2.2. Pelayanan Episkopal
Pelayanan episkopal Choi Chang-mou dimulai dengan penunjukan sebagai Uskup Pembantu dan kemudian meningkat menjadi Uskup Agung di salah satu keuskupan agung terpenting di Korea Selatan.
2.2.1. Uskup Pembantu Keuskupan Agung Seoul
Pada 3 Februari 1994, Paus Yohanes Paulus II menunjuk Andreas Choi Chang-mou sebagai Uskup Pembantu Keuskupan Agung Seoul dan Uskup Tituler Flumenpiscense. Upacara penahbisan episkopalnya dilaksanakan pada 25 Maret 1994. Sebagai penahbis utama adalah Kardinal Stephen Kim Sou-hwan, Uskup Agung Seoul pada saat itu, dengan didampingi oleh dua uskup pembantu lainnya.
2.2.2. Uskup Agung Koajutor Keuskupan Agung Gwangju
Setelah lima tahun melayani di Keuskupan Agung Seoul, Takhta Suci mengumumkan pada 9 Februari 1999 bahwa Uskup Choi Chang-mou ditunjuk sebagai Uskup Agung Koajutor Keuskupan Agung Gwangju. Penunjukan ini memberinya hak suksesi untuk menjadi Uskup Agung penuh di kemudian hari.
2.2.3. Uskup Agung Keuskupan Agung Gwangju
Pada 30 November 2000, Andreas Choi Chang-mou secara resmi menggantikan Uskup Agung Victorinus Youn Kong-hi sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Gwangju, setelah Uskup Agung Youn pensiun karena alasan usia. Ia menjabat sebagai Uskup Agung Gwangju selama hampir sepuluh tahun. Pada 25 Maret 2010, Takhta Suci menerima pengunduran dirinya karena alasan usia sesuai dengan Hukum Kanonik. Ia kemudian digantikan oleh Uskup Agung Koajutor Hyginus Kim Hee-joong.
2.3. Kepemimpinan Gerejawi
Selain tugasnya di keuskupan, Uskup Agung Choi Chang-mou juga memegang posisi kepemimpinan penting di tingkat nasional dan internasional dalam Gereja Katolik. Ia menjabat sebagai Ketua Konferensi Waligereja Korea dari tahun 2002 hingga 2005. Selain itu, ia juga merupakan anggota Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa di Takhta Suci dan Ketua Komite Doktrin Iman Konferensi Waligereja Korea.
3. Pemikiran dan Filosofi
Pemikiran dan filosofi Andreas Choi Chang-mou sangat dipengaruhi oleh keyakinan imannya, yang tercermin dalam moto episkopalnya.
3.1. Moto Episkopal
Sebagai uskup, Andreas Choi Chang-mou memilih moto episkopal 말씀은 생명의 빛Malssmeun Saengmyeongui BitBahasa Korea, yang berarti "Firman adalah Terang Kehidupan". Moto ini mencerminkan orientasi imannya yang mendalam pada Firman Tuhan sebagai sumber kehidupan dan pencerahan, yang menjadi pedoman dalam pelayanan pastoral dan kepemimpinannya.
4. Evaluasi dan Warisan
Andreas Choi Chang-mou meninggalkan warisan yang signifikan melalui pelayanan panjangnya dalam Gereja Katolik Korea, baik di bidang pendidikan maupun kepemimpinan gerejawi.
4.1. Evaluasi Positif
Uskup Agung Choi Chang-mou diakui atas kontribusinya yang substansial dalam Gereja Katolik Korea. Perannya sebagai profesor, dekan, dan rektor pertama Universitas Katolik Korea menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan pendidikan teologi dan pembentukan imam masa depan. Kepemimpinannya sebagai Uskup Agung Gwangju selama satu dekade dan sebagai Ketua Konferensi Waligereja Korea menempatkannya di garis depan dalam menghadapi tantangan dan mengarahkan Gereja Katolik di Korea pada awal abad ke-21. Dedikasinya terhadap prinsip-prinsip iman dan pelayanannya yang tidak kenal lelah telah memberikan dampak positif pada komunitas Katolik di Korea.
5. Dampak
Dampak Andreas Choi Chang-mou terutama terlihat dalam perkembangan dan arah pastoral Gereja Katolik Korea, terutama melalui peran kepemimpinannya.
5.1. Dampak pada Gereja Katolik Korea
Sebagai Uskup Agung Gwangju, Andreas Choi Chang-mou memimpin salah satu keuskupan agung yang secara historis penting di Korea Selatan, terutama mengingat perannya dalam gerakan demokrasi di negara tersebut. Meskipun ia menjabat setelah Pemberontakan Gwangju, kepemimpinannya sebagai Uskup Agung dan kemudian sebagai Ketua Konferensi Waligereja Korea (2002-2005) sangat berpengaruh dalam menentukan arah Gereja Katolik Korea dalam menghadapi isu-isu sosial dan keadilan. Perannya dalam Konferensi Waligereja Korea memungkinkannya untuk berkontribusi pada kebijakan dan posisi gereja di tingkat nasional, termasuk dalam dialog antaragama dan isu-isu hak asasi manusia. Selain itu, kontribusinya dalam pendidikan teologi sebagai rektor Universitas Katolik Korea telah membentuk generasi imam dan pemimpin gereja yang akan datang, memastikan kelanjutan dan perkembangan Gereja Katolik di Korea.