1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Arrigo Boito lahir di Padua dari keluarga berlatar belakang seni dan bangsawan. Masa kecilnya dipenuhi dengan minat pada sastra dan musik, yang membawanya menempuh pendidikan formal di Konservatorium Milan dan kemudian ke Paris, di mana ia bertemu dengan tokoh-tokoh besar dan terlibat dalam peristiwa politik penting.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan

Arrigo Boito lahir di Padua, yang pada saat itu masih menjadi bagian dari Kekaisaran Austria (Kerajaan Lombardia-Veneto). Ia adalah putra dari Silvestro Boito, seorang pelukis miniatur Italia yang mengklaim dirinya bangsawan meskipun bukan, dan ibunya, Józefina Radolińska, seorang bangsawan wanita Polandia yang juga seorang janda. Tak lama setelah kelahirannya, orang tuanya berpisah, dan Boito dibesarkan oleh ibunya. Kakak laki-lakinya, Camillo Boito, adalah seorang arsitek dan insinyur Italia yang juga dikenal sebagai kritikus seni, sejarawan seni, dan novelis terkemuka.
Sejak usia muda, Boito menunjukkan minat yang besar pada sastra dan musik. Ia menempuh pendidikan formal di Konservatorium Milan di bawah bimbingan Alberto Mazzucato hingga tahun 1861. Selama masa studinya, ia berinteraksi dengan rekan-rekan musisi sezamannya seperti Albert Visetti dan Amintore Galli.
Pada tahun 1861, Boito bersama Franco Faccio, yang kelak juga menjadi komposer dan konduktor terkenal, menerima beasiswa untuk belajar di Paris. Di sana, ia berkesempatan bertemu dengan tokoh-tokoh besar seperti Victor Hugo, Hector Berlioz, Gioachino Rossini, dan Giuseppe Verdi. Pada usia 20 tahun, Boito sudah menunjukkan bakatnya dengan menulis lirik untuk kantata Verdi, Inno delle Nazioni (Himne Bangsa-Bangsa), yang pertama kali dibawakan pada 24 Mei 1862 di Her Majesty's Theatre, London.
Pada tahun 1866, Boito bersama Galli, Faccio, dan Emilio Praga, ikut berjuang di bawah pimpinan Giuseppe Garibaldi dalam Perang Austro-Prusia (Perang Tujuh Minggu), di mana Kerajaan Italia dan Prusia berperang melawan Austria. Konflik ini berujung pada penyerahan Venesia kepada Italia.
2. Aktivitas Artistik dan Karier
Karier artistik Arrigo Boito sangat beragam, mencakup perannya sebagai komposer, penulis libretto, penyair, dan kritikus musik. Ia adalah tokoh kunci dalam gerakan Scapigliatura, dan dikenal luas atas opera tunggalnya, Mefistofele, serta kolaborasinya yang produktif dengan komposer-komposer terkemuka seperti Giuseppe Verdi.
2.1. Gerakan Scapigliatura

Boito adalah salah satu perwakilan terkemuka dari gerakan artistik dan sastra Scapigliatura (yang berarti "berambut acak-acakan" atau "bohemian Italia"). Gerakan ini berpusat di Milan pada tahun 1860-an dan mencakup berbagai bentuk seni seperti musik, sastra, lukisan, dan patung.
Pada masa ini, Boito dan Franco Faccio secara terbuka mengkritik komposer Italia lainnya, termasuk Verdi, yang mereka anggap terikat pada tradisi dan kurang inovatif. Sebaliknya, mereka sangat memuji musik Richard Wagner dan berperan penting dalam menerjemahkan serta memperkenalkan opera Wagner di Italia. Boito sendiri dikenal sebagai penyair dan kritikus muda yang progresif pada periode ini.
2.2. Aktivitas sebagai Komposer
Meskipun Boito menulis sedikit musik, ia menciptakan beberapa karya penting. Ia pernah menyelesaikan opera Ero e Leandro tetapi kemudian menghancurkannya.
2.2.1. Mefistofele
Satu-satunya opera lengkap karya Boito yang masih dipentaskan secara teratur hingga saat ini adalah Mefistofele. Opera ini didasarkan pada karya klasik Johann Wolfgang von Goethe, Faust, dan Boito sendiri yang menulis librettonya.
Pertunjukan perdana Mefistofele berlangsung pada 5 Maret 1868 di La Scala, Milan. Boito sendiri yang memimpin orkestra dalam pertunjukan tersebut, setelah 56 kali latihan yang intensif. Namun, premier tersebut mendapat sambutan buruk, memicu kerusuhan dan duel di antara penonton yang menganggapnya terlalu "Wagnerian". Opera ini terpaksa dihentikan oleh polisi setelah hanya dua pertunjukan. Verdi mengomentari karya ini dengan menyatakan, "Ia bercita-cita menjadi orisinal tetapi hanya berhasil menjadi aneh."
Setelah kegagalan tersebut, Boito menarik opera itu untuk direvisi. Versi yang direvisi dan dipersingkat secara drastis ini, yang juga mengubah peran Faust dari bariton menjadi tenor, berhasil dipentaskan kembali di Bologna pada 10 April 1875 dengan sambutan yang lebih baik. Prolog opera ini, yang berlatar di Surga, menjadi salah satu bagian yang paling sering dibawakan dalam konser.
2.2.2. Karya yang Belum Selesai dan Musik Lainnya
Boito juga meninggalkan beberapa karya yang belum selesai, termasuk opera Nerone (Nero). Ia mengerjakan opera ini secara sporadis antara tahun 1877 dan 1915, tetapi tidak pernah menyelesaikannya sepenuhnya, dengan tindakan terakhir hanya berupa beberapa sketsa. Setelah kematiannya, Nerone diselesaikan oleh Arturo Toscanini dan Vincenzo Tommasini (tidak termasuk babak terakhir yang hanya memiliki sketsa) dan akhirnya dipentaskan perdana di La Scala pada tahun 1924, di bawah arahan Toscanini. Ia juga meninggalkan sebuah Simfoni dalam A minor dalam bentuk manuskrip.
2.3. Aktivitas sebagai Penulis Libretto
Kekuatan sastra Boito tidak pernah pudar. Selain menulis libretto untuk operanya sendiri, ia juga menulis libretto untuk opera-opera besar dari komposer lain, yang membuatnya sangat dihormati dalam dunia opera.
2.3.1. Kolaborasi dengan Verdi
Hubungan antara Boito dan Giuseppe Verdi mengalami pasang surut. Awalnya, setelah berkolaborasi dalam kantata Inno delle Nazioni pada tahun 1862, Boito menyinggung Verdi dalam sebuah pidato penghormatan kepada temannya, Franco Faccio. Hubungan mereka menjadi dingin, dengan Verdi mulai melihat Boito sebagai pesaing, sementara Boito dan Faccio secara terbuka mengkritik Verdi dan komposer Italia lainnya karena dianggap konvensional dan memuji Wagner.
Namun, rekonsiliasi terjadi berkat perantara penerbit musik Giulio Ricordi, yang memiliki tujuan jangka panjang untuk membujuk Verdi menulis opera lagi. Alasan kolaborasi mereka juga mencakup pengakuan Verdi terhadap beberapa kritik Boito mengenai perlunya orkestrasi yang lebih kaya dalam opera Italia, kebutuhan Verdi akan librettis yang cakap setelah Francesco Maria Piave sakit, dan keinginan Boito untuk berkolaborasi dengan seorang maestro untuk membangun reputasinya.
Verdi setuju agar Boito merevisi libretto opera Simon Boccanegra versi asli tahun 1857. Musikolog Roger Parker berspekulasi bahwa ini adalah cara Verdi untuk "menguji kemungkinan" bekerja sama dengan Boito sebelum memulai proyek yang lebih besar. Versi revisi Boccanegra dipentaskan perdana dengan pujian besar pada tahun 1881, dan keberhasilan ini membuat Verdi sepenuhnya mempercayai Boito.
Setelah itu, proyek yang lebih besar pun terwujud, yaitu opera Otello (berdasarkan drama William Shakespeare, Othello) dan Falstaff (berdasarkan dua drama Shakespeare lainnya, The Merry Wives of Windsor dan bagian dari Henry IV). Boito menyediakan libretto yang halus dan beresonansi untuk kedua karya ini. Kolaborasi ini dianggap sebagai integrasi sempurna antara teknik komposisi Verdi yang matang dan kepekaan sastra Boito yang tajam. Korespondensi antara Verdi dan Boito selama periode ini memberikan wawasan tentang proses kreatif mereka. Ketika Verdi meninggal pada tahun 1901, Boito berada di sisinya.
2.3.2. Kolaborasi dengan Komposer Lain
Boito juga menulis libretto untuk opera komposer lain. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah libretto untuk opera La Gioconda karya Amilcare Ponchielli. Ia juga menulis libretto untuk La Falce karya Alfredo Catalani. Untuk beberapa karyanya, termasuk La Gioconda, ia menggunakan nama samaran "Tobia Gorrio", yang merupakan anagram dari namanya sendiri.
Berikut adalah daftar libretto yang ditulis oleh Boito, dengan tahun pertunjukan perdana:
Judul Opera | Komposer | Tahun Perdana |
---|---|---|
Amleto | Franco Faccio | 1865 |
Mefistofele | (Musik sendiri) | 1868 (revisi 1875) |
Un tramonto | Gaetano Coronaro | 1873 |
La falce | Alfredo Catalani | 1875 |
La Gioconda | Amilcare Ponchielli | 1876 |
Semira | L. San Germano | (Tidak pernah dipentaskan) |
Ero e Leandro | Giovanni Bottesini (1879), Luigi Mancinelli (1897) | 1879/1897 |
Simon Boccanegra (revisi) | Giuseppe Verdi | 1881 |
Basi e bote | Riccardo Pick-Mangiagalli | 1927 |
Otello | Giuseppe Verdi | 1887 |
Falstaff | Giuseppe Verdi | 1893 |
Nerone | (Musik sendiri, tidak selesai) | 1924 |
3. Kehidupan Pribadi
Antara tahun 1887 dan 1894, Arrigo Boito menjalin hubungan asmara dengan aktris terkenal Eleonora Duse. Hubungan mereka dilakukan secara sangat rahasia, kemungkinan besar karena banyaknya teman dan kenalan aristokrat Boito. Meskipun demikian, korespondensi mereka yang sangat banyak selama bertahun-tahun masih tersimpan. Keduanya tetap berhubungan baik hingga kematian Boito. Boito adalah seorang ateis.
4. Akhir Hayat dan Kematian
Menjelang akhir karier musiknya, Boito menggantikan Giovanni Bottesini sebagai direktur Konservatorium Parma setelah kematian Bottesini pada tahun 1889. Ia memegang jabatan tersebut hingga tahun 1897. Pada tahun 1893, ia menerima gelar kehormatan Doktor Musik dari Universitas Cambridge.
Arrigo Boito meninggal dunia di Milan pada 10 Juni 1918 dan dimakamkan di Cimitero Monumentale di Milano. Pada tahun 1948, sebuah konser peringatan diadakan untuk menghormatinya di La Scala, dengan Arturo Toscanini sebagai konduktor orkestra.
5. Penilaian dan Warisan
Warisan artistik Arrigo Boito dinilai tinggi, terutama dalam kontribusinya sebagai penulis libretto. Meskipun karyanya menerima pujian, ia juga menghadapi kritik dan kontroversi sepanjang kariernya.
5.1. Penilaian Positif
Boito dipuji atas kemampuan penulisan librettonya yang luar biasa, yang tidak pernah pudar sepanjang kariernya. Kontribusinya yang signifikan terhadap opera Italia, terutama melalui kolaborasi artistiknya dengan Giuseppe Verdi, dianggap sangat berharga. Karya-karyanya, baik sebagai komposer maupun librettis, memiliki nilai artistik intrinsik yang diakui.
5.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun diakui, karya-karya Boito juga menghadapi kritik. Penerimaan awal opera Mefistofele yang sulit, dengan kerusuhan dan penutupan paksa, menunjukkan kontroversi yang melingkupinya. Kritik juga muncul terkait dugaan "Wagnerisme" dalam karyanya, yang pada saat itu dianggap sebagai imitasi yang kurang matang dari gaya Richard Wagner. Komentar Verdi yang menyebut Boito "bercita-cita menjadi orisinal tetapi hanya berhasil menjadi aneh" mencerminkan pandangan awal yang skeptis terhadap gaya komposisinya.
6. Pengaruh
Arrigo Boito memiliki dampak yang signifikan terhadap kancah musik dan sastra Italia. Sebagai salah satu tokoh utama gerakan Scapigliatura, ia mempromosikan ide-ide artistik yang progresif dan mengkritik konservatisme dalam seni.
Pengaruhnya terhadap Giuseppe Verdi sangat kentara, terutama dalam opera-opera terakhir Verdi. Boito adalah orang yang mendorong Verdi untuk menciptakan opera Otello dan kemudian menyarankan Verdi untuk menulis opera komedi, yang akhirnya menghasilkan Falstaff. Berkat dorongan dan kolaborasi Boito, Verdi berhasil meninggalkan sebuah opera bergenre komedi (opera buffa) sebelum wafat pada tahun 1901. Perubahan sikap Boito terhadap Wagner juga menunjukkan evolusi pemikirannya, di mana ia akhirnya merasa bahwa teori Wagner yang menempatkan drama sebagai tujuan dan musik sebagai sarana tidak sepenuhnya sejalan dengan arah kreatifnya sendiri.
7. Penggambaran dalam Media
Kehidupan, karya, dan kolaborasi Arrigo Boito telah digambarkan dalam berbagai bentuk media:
- Drama panggung After Aida, sebuah drama musikal tahun 1985 karya Julian Mitchell, menggambarkan perjuangan Giulio Ricordi dan Franco Faccio untuk membujuk Verdi yang telah pensiun agar berkolaborasi dengan Boito muda dalam sebuah proyek, yang akhirnya menghasilkan opera Otello.
- Pada November 2001, drama radio Tell Giulio the Chocolate is Ready karya Murray Dahm diproduksi dan disiarkan oleh Radio New Zealand. Drama ini didasarkan pada surat-menyurat antara Verdi dan Boito, serta mengeksplorasi genesis dan produksi opera Otello karya Verdi dan Boito. Drama ini juga menyertakan bagian-bagian opera yang muncul dalam korespondensi tersebut, seperti Credo Iago.