1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Chang Sang lahir pada masa pendudukan Jepang di Korea dan mengalami masa-masa sulit dalam sejarah Korea, termasuk migrasi ke selatan setelah Perang Korea.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Chang Sang lahir pada 3 Oktober 1939 di Kabupaten Ryongchon, P'yŏngan Utara, yang saat itu berada di bawah pemerintahan Jepang. Ia berasal dari klan In-dong Jang. Pada tahun 1947, ia dan ibunya melarikan diri ke selatan, melintasi garis paralel ke-38 untuk mencari perlindungan di Korea Selatan.
1.2. Pendidikan
Chang Sang memiliki latar belakang pendidikan yang kuat dan beragam, mencakup bidang matematika dan teologi. Ia menempuh pendidikan di beberapa institusi bergengsi, baik di Korea maupun di Amerika Serikat.
Ia lulus dari Sekolah Menengah Atas Putri Sookmyung. Kemudian, ia memperoleh gelar Sarjana Sains di bidang Matematika dari Universitas Wanita Ewha. Selanjutnya, ia melanjutkan studi teologi, mendapatkan gelar Sarjana Teologi dari Universitas Yonsei. Di Amerika Serikat, ia meraih gelar Magister Teologi dari Sekolah Teologi Yale di Universitas Yale dan gelar Doktor Filsafat di bidang Teologi dari Seminari Teologi Princeton.
2. Karier Akademik dan Pendidikan
Chang Sang menghabiskan sebagian besar kariernya di dunia akademik, khususnya di Universitas Ewha, di mana ia mencapai puncak kepemimpinan sebagai rektor.
2.1. Masa Jabatan sebagai Presiden Universitas Ewha
Chang Sang memulai karier akademiknya sebagai asisten profesor dan kemudian lektor kepala di Universitas Wanita Ewha dari tahun 1977 hingga 1985. Pada tahun 1985, ia menjadi profesor di Fakultas Humaniora di universitas yang sama.
Pada tahun 1996, ia diangkat sebagai Presiden ke-11 Universitas Wanita Ewha, sebuah posisi yang diembannya hingga Agustus 2002. Penunjukannya ini menjadi tonggak sejarah karena ia adalah presiden wanita menikah pertama dalam sejarah universitas tersebut, mencerminkan kemajuan dalam kepemimpinan akademik perempuan. Selama masa jabatannya, ia juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Humaniora dan Direktur Sekolah Pascasarjana Ilmu Informasi di Ewha.
2.2. Aktivitas Akademik dan Sosial Lainnya
Selain perannya di Universitas Ewha, Chang Sang juga aktif dalam berbagai organisasi domestik dan internasional. Ia menjabat sebagai Wakil Presiden Federasi YWCA dari tahun 1981 hingga 1997 dan menjadi anggota komite eksekutif YWCA Dunia dari tahun 1987 hingga 1991.
Ia juga terlibat dalam Aliansi Gereja-Gereja Reformasi Sedunia (WARC), menjabat sebagai anggota komite eksekutif dari tahun 1982 hingga 1989 dan kemudian sebagai Ketua Komite Kerja Sama dan Kesaksian dari tahun 1989 hingga 1997. Di Korea Selatan, ia pernah menjadi Ketua Dewan Presiden Universitas Swasta Korea, anggota komite penasihat Liga Pemilih Wanita Korea, penasihat Kementerian Unifikasi, dan Wakil Ketua Dewan Penasihat Unifikasi Nasional.
3. Karier Politik
Karier politik Chang Sang ditandai dengan pencalonannya sebagai Perdana Menteri, yang meskipun tidak dikonfirmasi, menjadi momen penting dalam sejarah politik Korea Selatan.
3.1. Nominasi dan Kontroversi sebagai Kandidat Perdana Menteri
Pada Juli 2002, Presiden Kim Dae-jung menominasikan Chang Sang sebagai kandidat Perdana Menteri Korea Selatan setelah pengunduran diri Lee Han-dong. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri sementara dari 11 Juli hingga 31 Juli 2002. Namun, pencalonannya memicu kontroversi sengit selama sidang konfirmasi di Majelis Nasional.
Beberapa tuduhan muncul selama sidang tersebut, termasuk:
- Kewarganegaraan Ganda Anak: Putranya yang lahir di Amerika Serikat selama Chang Sang menempuh pendidikan di sana, memiliki kewarganegaraan ganda, yang menjadi isu sensitif.
- Kecurangan Akademik: Tuduhan mengenai pernyataan palsu terkait latar belakang akademiknya.
- Spekulasi Lahan: Dugaan keterlibatan dalam spekulasi lahan yang tidak etis.
- Domisili Palsu: Tuduhan mengenai pendaftaran domisili palsu.
Meskipun Chang Sang membantah tuduhan-tuduhan tersebut, menyatakan bahwa sidang konfirmasi lebih fokus pada pertanyaan daripada mendengarkan jawaban, Majelis Nasional akhirnya menolak untuk mengonfirmasi pengangkatannya sebagai Perdana Menteri. Ini menandai pertama kalinya dalam sejarah Korea Selatan seorang kandidat Perdana Menteri ditolak oleh parlemen.
3.2. Aktivitas Partai dan Pemilihan Umum
Setelah kontroversi pencalonannya sebagai Perdana Menteri, Chang Sang bergabung dengan Partai Demokratik pada Februari 2006. Ia kemudian menjabat sebagai Ketua Komite Penanggulangan Pemilu untuk Pemilihan Lokal Serentak Nasional ke-4 dan juga menjadi perwakilan partai.
Pada tahun 2010, ia mencalonkan diri sebagai anggota Majelis Nasional dalam pemilihan sela untuk daerah pemilihan Eunpyeong-gu B di Seoul. Namun, ia kalah dari kandidat Partai Hannara, Lee Jae-oh.
4. Ideologi dan Keyakinan
Latar belakang teologis dan keyakinan Kristen Chang Sang telah membentuk pandangan hidup dan aktivitasnya. Sebagai seorang pendeta yang berkualitas, ia telah secara aktif terlibat dalam kegiatan misi dan pelayanan gereja dalam beberapa tahun terakhir. Keyakinan ini juga memengaruhi pandangannya tentang masyarakat dan perannya dalam kepemimpinan.
5. Kehidupan Pribadi
Chang Sang menikah dengan seorang pria dari klan Ban-nam Park dan memiliki dua putra.
6. Evaluasi dan Dampak
Chang Sang meninggalkan jejak signifikan dalam sejarah Korea Selatan, terutama sebagai simbol kepemimpinan perempuan, meskipun karier politiknya diwarnai kontroversi.
6.1. Evaluasi Positif
Chang Sang diakui atas kontribusinya yang substansial di bidang akademik, terutama selama masa jabatannya sebagai Presiden Universitas Wanita Ewha. Ia dianggap sebagai pelopor dan simbol kemajuan sosial karena menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai Perdana Menteri sementara di Korea Selatan, sebuah pencapaian yang membuka jalan bagi kepemimpinan perempuan di masa depan. Atas dedikasinya, ia dianugerahi Medali Jasa Nasional (Moranjang) pada tahun 1999.
6.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun memiliki rekam jejak yang mengesankan, karier Chang Sang tidak luput dari kritik dan kontroversi, terutama selama proses nominasi Perdana Menterinya pada tahun 2002. Tuduhan mengenai kewarganegaraan ganda anaknya, kecurangan akademik, spekulasi lahan, dan domisili palsu menjadi sorotan utama. Kontroversi ini, terlepas dari kebenarannya, secara signifikan memengaruhi penerimaan publik dan keputusan Majelis Nasional untuk menolak pencalonannya. Chang Sang sendiri menggambarkan sidang konfirmasi tersebut sebagai proses di mana "lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, dan mereka tidak mau mendengarkan jawaban atas apa yang ditanyakan."
7. Penghargaan dan Kehormatan
Pada tahun 1999, Chang Sang dianugerahi Medali Jasa Nasional (Moranjang), sebuah penghargaan bergengsi dari pemerintah Korea Selatan yang mengakui kontribusinya yang signifikan terhadap negara.