1. Gambaran Umum
Dae Ijin (bertahta dari tahun 830 hingga 857) adalah raja ke-11 Balhae, sebuah kerajaan yang berdiri di timur laut Asia dari tahun 698 hingga 926, meliputi wilayah Manchuria, Korea Utara, dan Primorsky Krai. Masa pemerintahannya ditandai dengan penggunaan nama era Hamhwa (함화HamhwaBahasa Korea, 咸和Bahasa Tionghoa). Ia adalah cucu dari Raja Seon dan putra dari Dae Sindeok. Selama masa pemerintahannya, Dae Ijin berupaya keras untuk mengonsolidasikan sistem administrasi terpusat dan membangun tentara tetap yang kuat, melanjutkan dan memperluas kemakmuran yang telah dicapai oleh kakeknya. Pada masa ini, Balhae diakui oleh Dinasti Tang sebagai "Haedong Seongguk" (해동성국Haedong SeonggukBahasa Korea, 海東盛國Bahasa Tionghoa, 'Negara Makmur di Timur Laut'), menegaskan statusnya sebagai kekuatan besar di Asia Timur Laut.
2. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Dae Ijin adalah putra dari Dae Sindeok dan cucu dari Dae Insu (Raja Seon). Berdasarkan catatan sejarah, Dae Sindeok meninggal dunia lebih awal, sehingga Dae Ijin menjadi ahli waris takhta kakeknya.
Sebelum Dae Ijin naik takhta, Balhae telah melalui beberapa periode penting di bawah pemerintahan para pendahulunya yang turut membentuk kekuatan dan status kerajaan. Raja Khang (memerintah 794-809), yang merupakan paman buyut Dae Ijin, berhasil mengakhiri kekacauan pasca-Raja Mun dan memulihkan stabilitas. Selama pemerintahannya, Balhae menjalin hubungan perdagangan yang aktif dengan Jepang, Dinasti Tang, dan Silla, serta berhasil merebut kembali wilayah Goguryeo di Liaohai. Namun, ia juga menghadapi pemberontakan dari suku-suku Malgal seperti Yuexi Mohe dan Yulou Mohe, yang menyebabkan Balhae kehilangan beberapa wilayah di timur laut.
Setelah Raja Kang, berturut-turut Raja Jeong (memerintah 809-812), Raja Hui (memerintah 812-817), dan Raja Gan (memerintah 817-818) memimpin Balhae. Raja Hui, paman buyut Dae Ijin, aktif berdagang dengan Tang, bahkan mengirim patung-patung Buddha, dan mengadopsi banyak aspek budaya serta sistem pemerintahan Tang. Ia juga berdagang dengan para pemberontak Tang dan pedagang Silla.
Pemerintahan Raja Seon (memerintah 818-830), kakek Dae Ijin, adalah masa keemasan bagi Balhae. Ia berhasil mengembalikan kekuasaan kerajaan dan memperkuat militer. Di bawah kepemimpinannya, Balhae melancarkan kampanye militer yang sukses, menaklukkan suku-suku Malgal seperti Tieli Mohe, Yulou Mohe, Yuexi Mohe, dan dua pertiga wilayah Heishui Mohe. Penaklukan ini memperluas wilayah Balhae secara signifikan. Raja Seon juga menghancurkan kerajaan Goguryeo Kecil di Liaodong pada tahun 820 dan mendirikan prefektur Liaodong sebagai bagian dari Balhae. Pada puncaknya, wilayah Balhae di bawah Raja Seon diperkirakan dua hingga tiga kali lipat luas Semenanjung Korea saat ini. Raja Seon membagi kerajaan menjadi 18 prefektur. Tang secara de facto mengakui kekuatan Balhae dengan menyebutnya "Haedong Seongguk" ('Negara Makmur di Timur Laut'). Raja Seon juga menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan yang kuat dengan Jepang dan Silla, meskipun ia juga melancarkan kampanye militer ke perbatasan utara Silla. Kemakmuran dan kekuasaan yang diwarisi dari Raja Seon menjadi fondasi bagi pemerintahan Dae Ijin.
3. Masa Pemerintahan
Dae Ijin, yang naik takhta pada tahun 830, mewarisi Balhae yang kuat dan makmur dari kakeknya, Raja Seon. Selama masa pemerintahannya, ia melanjutkan kebijakan konsolidasi kekuasaan, reformasi kelembagaan, dan pengembangan militer, sambil menjaga hubungan diplomatik yang kompleks dengan negara-negara tetangga.
3.1. Kebijakan Domestik
Dae Ijin fokus pada penguatan struktur internal Balhae untuk memastikan stabilitas dan kemakmuran yang berkelanjutan.
3.1.1. Reformasi Administratif dan Kelembagaan
Dae Ijin melakukan upaya signifikan untuk mengonsolidasikan sistem administrasi terpusat. Ia menerapkan sistem 5 ibu kota, 19 prefektur (yang kemudian distrukturkan menjadi 15 prefektur), dan 62 distrik. Sistem ini sebagian besar meniru model Dinasti Tang dan Goguryeo, dengan aksara Han digunakan sebagai bahasa administrasi resmi, meskipun bahasa Goguryeo tetap menjadi bahasa utama Balhae.
Sebuah catatan dari tahun 咸和HamhwaBahasa Tionghoa kelima (834) menyebutkan keberadaan seorang kaisar agung (yaitu Dae Ijin) dan 19 'dae wang' (raja-raja agung) yang memerintah 19 prefektur Balhae. Raja-raja agung ini berasal dari enam klan terkemuka Balhae: Go (고Bahasa Korea), Jang (장Bahasa Korea), Yang (양Bahasa Korea), Du (두Bahasa Korea), O (오Bahasa Korea), dan Yi (이Bahasa Korea). Setiap klan memiliki tiga 'dae wang' yang memerintah tiga prefektur. Prefektur Longquan yang mengelilingi ibu kota Shangjing diperintah oleh anggota klan Dae, yaitu klan kerajaan Balhae.
3.1.2. Reformasi Militer
Dae Ijin memperkuat kekuatan militer Balhae dengan membentuk tentara tetap. Pasukan inti terdiri dari 10 unit, dengan dua di antaranya, Maengbunwi Kiri dan Kanan, merupakan unit elite. Setiap unit memiliki tanggung jawab khusus, seperti melindungi istana kekaisaran dan ibu kota, atau berfungsi sebagai pengawal istana. Untuk daerah lain, pasukan bersenjata Balhae ditempatkan di 19 provinsi lokal (prefektur). Sumber lain menyebutkan pembentukan unit-unit seperti Tentara Sinchaek Kiri dan Kanan, Tiga Tentara Kiri dan Kanan, serta 120 divisi. Reformasi ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pertahanan yang komprehensif dan efektif.
3.1.3. Promosi Budaya dan Ekonomi
Selama pemerintahannya, Dae Ijin secara aktif mengadopsi budaya dan institusi Dinasti Tang. Ia mengirimkan banyak pelajar ke Tang, dan beberapa di antaranya berhasil lulus ujian pegawai negeri sipil Tang, menunjukkan tingkat pendidikan yang tinggi di Balhae. Dae Ijin juga sangat menghormati dan mendukung perkembangan Buddhisme di Balhae, sebagaimana terlihat dari ukiran relief Buddha yang berasal dari tahun 834 Masehi yang ditemukan di Jepang.
Dari segi ekonomi, sektor pertanian, peternakan, dan perikanan menjadi industri penting yang mendorong kemajuan Balhae. Ibu kota Donggyeongseong (sekarang Longyuanfu) berkembang menjadi pusat perdagangan global yang menjalin hubungan bahkan dengan Persia yang jauh.

3.2. Hubungan Luar Negeri
Dae Ijin aktif dalam menjalin hubungan diplomatik dan kegiatan luar negeri, menegaskan posisi Balhae sebagai kekuatan regional yang dihormati.
3.2.1. Hubungan dengan Dinasti Tang
Hubungan dengan Dinasti Tang ditandai oleh pertukaran upeti dan penganugerahan gelar. Dae Ijin secara berkala mengirimkan utusan ke Tang; ia tercatat mengirimkan 12 delegasi kepada Kaisar Wenzong dan 4 delegasi kepada Kaisar Wuzong dari Tang. Tang membalasnya dengan menganugerahkan gelar seperti "Balhae King" kepada Dae Ijin.

Dae Ijin juga mengirimkan putra-putranya seperti Dae Changhui dan puluhan pengawalnya untuk belajar di Tang, menunjukkan keinginan Balhae untuk menyerap budaya dan ilmu pengetahuan Tang. Utusan Tang, seperti Jang Geon-jang, juga tercatat mengunjungi Balhae, disambut dengan hormat oleh Dae Ijin. Meskipun Balhae secara nominal adalah negara bawahan Tang, ia mengambil jalur independen dalam kebijakan domestik maupun luar negeri, bahkan mengutus delegasi ke negara tetangga seperti Jepang sebagai negara merdeka.
3.2.2. Hubungan dengan Silla dan Suku-suku Tetangga
Hubungan Balhae dengan Silla sering kali tegang dan ditandai oleh konflik. Pada akhir tahun 831, suku Heishui Mohe dari timur laut Balhae melancarkan serangan empat penjuru terhadap empat prefektur Balhae: Anwon, Hoewon, Cheolli, dan Mukheol. Tiga ibu kota prefektur yaitu Dazhou (prefektur Hoewon), Deullijin (prefektur Cheolli), dan Mochou (prefektur Mukheol) dikepung oleh pasukan Heishui Mohe. Pada tahun 832, Dae Ijin mengirimkan empat pasukan Balhae untuk mengusir Heishui Mohe dari wilayah Balhae. Keempat pasukan Balhae berhasil mengusir pasukan Heishui Mohe.
Sebuah peristiwa penting yang menunjukkan pengaruh Balhae terhadap Silla adalah keterlibatannya dalam krisis suksesi takhta Silla pada tahun 836. Setelah Raja Heungdeok mangkat, terjadi perebutan kekuasaan antara Kim Gyunjeong dan Kim Myeong (yang kemudian menjadi Raja Minae). Nyonya Jami meminta bantuan pasukan Balhae dari Dae Ijin dan pasukan Silla dari Kim Dae-ryong (yang kemudian menjadi Raja Huigang) untuk menyerang iring-iringan Kim Gyunjeong saat ia hendak dinobatkan. Akibatnya, Kim Gyunjeong terbunuh sebelum sempat dinobatkan. Pasukan Balhae kemudian mundur setelah Kim Myeong naik takhta. Peristiwa ini menunjukkan pengaruh Balhae yang signifikan dalam politik internal Silla.
3.2.3. Perdagangan dan Pertukaran Budaya
Selama pemerintahan Dae Ijin, Balhae menjalin hubungan perdagangan yang luas dengan berbagai negara dan kelompok etnis. Selain Dinasti Tang dan Silla, Balhae juga berdagang dengan suku Khitan dan Jepang. Hubungan perdagangan Balhae-Jepang melalui Laut Jepang menjadi salah satu jalur perdagangan terpenting bagi Jepang, menjadikan Balhae mitra dagang utama. Bukti juga menunjukkan bahwa Balhae berdagang dengan wilayah yang jauh seperti Persia, dengan ibu kota Donggyeongseong (Longyuanfu) yang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pertukaran budaya juga berlangsung melalui pengiriman pelajar dan utusan.
4. Keluarga
Dae Ijin berasal dari keluarga bangsawan Balhae dan merupakan bagian dari garis keturunan kerajaan yang berkuasa.
- Kakek: Dae Insu (Raja Seon), raja ke-10 Balhae (memerintah 818-830).
- Ayah: Dae Sindeok (meninggal muda sebelum sempat naik takhta).
- Saudara: Dae Geonhwang (대건황Bahasa Korea), yang kemudian menjadi raja ke-12 Balhae.
- Putra-putra: Dae Ijin memiliki enam putra, meskipun tidak ada yang akhirnya mewarisi takhtanya. Nama-nama mereka antara lain:
- Dae Changhui (대창휘Bahasa Korea)
- Dae Myeonghun (대명훈Bahasa Korea)
- Dae Myeongjun (대명준Bahasa Korea)
- Dae Yeongwang (대연광Bahasa Korea)
- Dae Gwangseong (대광성Bahasa Korea)
- Dae Rip-ak (대입악Bahasa Korea)
5. Kematian dan Suksesi
Dae Ijin meninggal dunia pada tahun 857. Meskipun ia memiliki enam putra, tidak ada dari mereka yang mewarisi takhta. Sebaliknya, saudaranya, Dae Geonhwang, yang naik takhta menggantikannya sebagai raja ke-12 Balhae.
Keadaan mengapa putra-putra Dae Ijin tidak mewarisi takhta masih menjadi misteri sejarah. Beberapa ahli sejarah berspekulasi bahwa mungkin telah terjadi kudeta militer oleh Dae Geonhwang untuk merebut kekuasaan. Dae Geonhwang dikenal sebagai sosok yang berpengaruh dan licik dalam keluarga kerajaan, bahkan sebelum kematian Dae Ijin, ia sudah mengelola urusan kantor di istana. Spekulasi ini muncul karena adanya indikasi bahwa meskipun Dae Changhui, salah satu putra Dae Ijin, sering menjadi utusan ke Dinasti Tang, hal ini mungkin membuatnya lebih akrab dengan urusan diplomatik daripada pemerintahan domestik. Namun, alasan pasti mengapa kelima putra lainnya tidak mewarisi takhta masih belum jelas dan menjadi perdebatan di kalangan sejarawan.
6. Evaluasi Sejarah
Pemerintahan Dae Ijin dipandang sebagai periode penting dalam sejarah Balhae yang berhasil mempertahankan dan mengonsolidasikan kemakmuran yang diwarisi dari kakeknya, Raja Seon. Dae Ijin melanjutkan upaya penguatan sistem administrasi terpusat dan militer, yang penting untuk menjaga stabilitas dan keamanan kerajaan di tengah hubungan yang kompleks dengan negara-negara tetangga.
Di bawah kepemimpinannya, Balhae terus diakui sebagai "Haedong Seongguk" (Negara Makmur di Timur Laut), sebuah gelar yang menegaskan statusnya sebagai kekuatan budaya dan ekonomi yang maju di Asia Timur Laut. Kebijakan-kebijakan Dae Ijin, seperti pengiriman pelajar ke Dinasti Tang dan dukungan terhadap Buddhisme, menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan budaya. Keaktifan dalam perdagangan internasional juga berkontribusi pada kemakmuran ekonomi Balhae, menjadikan ibu kota seperti Donggyeongseong sebagai pusat perdagangan penting. Meskipun masa suksesi setelah kematiannya diselimuti misteri, kontribusinya terhadap konsolidasi kekuasaan dan kemakmuran Balhae secara keseluruhan diakui dalam sejarah.