1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Erick Thohir lahir pada 30 Mei 1970 di Jakarta, Indonesia. Latar belakang keluarga dan riwayat pendidikannya membentuk dasar perjalanan kariernya yang beragam.
1.1. Latar Belakang Keluarga
Erick Thohir adalah putra dari Mochammad Teddy Thohir, seorang pengusaha terkemuka yang turut membesarkan Astra International bersama William Soeryadjaya. Ayahnya berasal dari Gunung Sugih, Lampung. Ibunya, Edna Thohir, memiliki darah Tionghoa dan Sunda dan berasal dari Majalengka, Jawa Barat. Erick merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara; ia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Garibaldi Thohir, seorang bankir investasi dan pengusaha yang juga dikenal sebagai miliarder, serta seorang kakak perempuan bernama Hireka Vitaya atau yang akrab disapa Rika Thohir. Istrinya adalah Elizabeth Chandra, dan per tahun 2009 mereka memiliki empat orang anak. Sejak usia muda, Erick telah turut membantu dalam bisnis keluarga, yang memberinya fondasi awal dalam dunia kewirausahaan.
1.2. Pendidikan
Erick Thohir menempuh pendidikan tingginya di Amerika Serikat. Ia memperoleh gelar Sarjana Seni (Bachelor of Arts) dari Glendale Community College. Kemudian, pada tahun 1993, ia berhasil menyelesaikan program Master untuk Bisnis Administrasi (Master of Business Administration atau MBA) dari Universitas Nasional California, Amerika Serikat. Pada tahun 2023, Erick Thohir dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dalam bidang Manajemen Strategi dari Universitas Brawijaya, sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam strategi manajemen.
2. Karier Bisnis
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Amerika Serikat, Erick Thohir kembali ke Indonesia dan memulai perjalanan bisnisnya, yang berkembang dari media ke berbagai sektor lain.
2.1. Mahaka Group dan Bisnis Media
Sekembalinya ke Indonesia, Erick Thohir bersama beberapa rekan kuliahnya mendirikan Mahaka Group pada tahun 1993. PT Mahaka Media Tbk secara resmi didirikan di Jakarta dengan nama PT Abdi Bangsa pada 28 November 1992. Salah satu langkah besar Mahaka Group adalah mengakuisisi Republika pada tahun 2001, sebuah surat kabar Islam terbesar di Indonesia yang kala itu berada di ambang kebangkrutan. Berbekal latar belakangnya dalam komunikasi, Erick dipercaya untuk memimpin surat kabar tersebut, dengan dukungan dari ayahnya serta bimbingan dari Jakob Oetama dari Kompas dan Dahlan Iskan dari Jawa Pos.
Seiring pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi, Mahaka Group melebarkan sayapnya pada tahun 2002 dengan mendirikan perusahaan media luar ruang, Mahaka Advertising. Bisnis media mereka terus berekspansi dengan peluncuran stasiun televisi Jak TV, yang memperkuat posisi mereka di segmen masyarakat perkotaan. Pada tahun 2007, Mahaka memperkenalkan stasiun radio 98.7 Gen FM dan 101 Jak FM, serta melakukan rebranding pada Hot FM, Mustang FM, Kis FM, dan Most FM. Mereka juga berpartisipasi dalam PT Radionet Cipta Karya, yang mengelola Prambors FM, Bahana FM, Delta FM, dan FeMale Radio. Selain itu, Mahaka Group juga mendirikan berbagai perusahaan yang bergerak di bidang periklanan, pemesanan dan penjualan tiket digital (RajaKarcis.com), hiburan, dan digital.
Pada tahun 2008, Erick Thohir bersama Anindya Bakrie mendirikan jaringan televisi tvOne dan situs berita VIVA.co.id. Antara tahun 2014 hingga 2019, ia menjabat sebagai Direktur Utama Anteve, di mana ia terlibat dalam proyek revitalisasi stasiun televisi tersebut. Pada tahun 2007, Erick juga mendirikan PT Kalyanamitra Adhara Mahardika, yang lebih dikenal sebagai Alive Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di sektor jasa konsultansi creative agency, brand activation, dan penyedia jasa event organizer (EO). Alive Indonesia telah menangani berbagai acara besar seperti pameran peluncuran produk dan acara perusahaan. Mahaka Media Tbk mengakuisisi 80% saham Alive! Indonesia senilai 3.70 B IDR.
2.2. Kepentingan Bisnis Lainnya
Selain bisnis di bidang media dan hiburan, Erick Thohir juga memiliki keterlibatan dalam sektor bisnis lain, terutama pertambangan dan kelapa sawit. Di sektor pertambangan, ia menjalankan bisnisnya melalui PT Adaro Energy Tbk bersama sang kakak, Garibaldi Thohir. Adaro Energy dikenal sebagai salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia. Namun, sejak diangkat menjadi Menteri BUMN oleh Presiden Joko Widodo, Erick Thohir menyatakan bahwa ia sudah tidak aktif lagi dalam bisnis yang dijalankan oleh Yayasan Adaro. Ia juga memiliki kepentingan bisnis di sektor kelapa sawit. Kekayaan pribadinya diperkirakan mencapai sekitar 8.00 B USD.
3. Karier Politik dan Pelayanan Publik

Perjalanan Erick Thohir tidak hanya terbatas pada dunia bisnis, melainkan juga meluas ke ranah politik dan pelayanan publik, di mana ia memegang beberapa jabatan strategis yang sangat berpengaruh.
3.1. Menteri Badan Usaha Milik Negara
Pada 23 Oktober 2019, Erick Thohir ditunjuk sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke-9 dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Dalam perannya sebagai Menteri BUMN, ia bertanggung jawab atas pengelolaan dan reformasi perusahaan-perusahaan milik negara. Ia memimpin berbagai inisiatif untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas BUMN, serta mendorong transformasi digital dan restrukturisasi di sektor tersebut.
3.2. Keterlibatan dalam Kampanye Nasional
Pada tahun 2018, Erick Thohir dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi ketua tim kampanye nasional untuk kampanye pemilihan ulang Presiden pada pemilihan umum Presiden Indonesia 2019. Peran ini menunjukkan kepercayaan besar dari kepemimpinan negara terhadap kemampuan manajerial dan strategis Erick Thohir dalam mengorganisir sebuah kampanye politik skala besar yang sukses.
3.3. Peran Kepemimpinan dalam Organisasi Olahraga
Erick Thohir memiliki rekam jejak panjang dalam kepemimpinan organisasi olahraga, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia adalah seorang penggemar berat olahraga bola basket dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) dari tahun 2006 hingga 2010. Ia juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) dari tahun 2006 hingga 2019. Antara tahun 2015 hingga 2019, ia menjabat sebagai Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Pada tahun 2012, Erick dipercaya sebagai Komandan Kontingen Indonesia untuk Olimpiade di London. Prestasi besarnya adalah ketika ia kembali dipercaya menjadi Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) yang sukses diselenggarakan di Jakarta dan Palembang. Setelah kesuksesan tersebut, pada Februari 2023, Erick Thohir terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), posisi penting dalam reformasi sepak bola nasional. Sejak 23 Januari 2021, ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).
3.3.1. Komite Olimpiade Internasional dan FIBA
Pada tahun 2019, Erick Thohir dilantik sebagai anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC), bergabung dengan 10 individu lainnya yang juga ditunjuk pada tahun itu. Keanggotaannya di IOC menempatkannya pada posisi strategis dalam pengambilan keputusan olahraga global. Selain itu, sejak September 2023, Erick Thohir juga menjadi anggota FIBA Central Board, dewan pusat Federasi Bola Basket Internasional, menunjukkan pengaruhnya yang meluas di kancah olahraga dunia.
4. Kepemilikan Klub Olahraga
Erick Thohir dikenal luas karena investasinya di berbagai klub olahraga profesional di seluruh dunia, baik secara pribadi maupun melalui konsorsium.
4.1. Klub Bola Basket
Erick Thohir adalah pendiri sekaligus pemilik klub bola basket Indonesia, Satria Muda. Ia juga menjadi orang Asia pertama yang pernah memiliki saham tim NBA ketika ia membeli bagian dari Philadelphia 76ers pada tahun 2011. Ia menjadi bagian dari konsorsium yang membeli klub tersebut bersama dengan mantan agen bola basket Jason Levien, Josh Harris, aktor Will Smith dan istrinya Jada Pinkett Smith, David Blitzer, dan pengusaha Handy Soetedjo. Pembelian ini disepakati pada 13 Juli 2011 dan diselesaikan pada 18 Oktober 2011. Erick menjual kepemilikan sahamnya di Philadelphia 76ers pada tahun 2013. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia Warriors, sebuah klub yang berkompetisi di ASEAN Basketball League.
4.2. Klub Sepak Bola
Erick Thohir memiliki minat yang besar pada sepak bola. Antara tahun 1997 hingga awal 2000-an, ia pernah menjabat sebagai manajer Persija Jakarta. Ia juga menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama Persib Bandung dari tahun 2009 hingga 2019.
Pada Juli 2012, Erick Thohir bersama Jason Levien menjadi pemilik saham mayoritas klub MLS Amerika Serikat, D.C. United. Mereka berupaya mengimplementasikan strategi perbaikan manajemen, termasuk eksplorasi pembangunan stadion baru. Erick Thohir menjual kepemilikan sahamnya di D.C. United pada tahun 2018.
Akuisisi paling menonjol adalah ketika Erick Thohir membeli mayoritas saham klub sepak bola Italia, Inter Milan. Negosiasi dimulai setelah musim panas 2012 dan dikonfirmasi pada September 2013. Pada 15 Oktober 2013, melalui International Sport Capital yang dipimpinnya, Erick secara resmi menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 70% saham klub. Akuisisi ini diperkirakan senilai 350.00 M EUR. Pada 15 November 2013, ia dipercaya sebagai presiden klub Inter Milan, menggantikan Massimo Moratti, menjadikannya presiden klub asing pertama dalam sejarah Inter Milan. Pada tahun 2016, ia melepas kepemilikan mayoritasnya di klub tersebut kepada perusahaan Tiongkok, Suning Holdings Group Co., dan dua tahun kemudian, pada tahun 2018, jabatan presiden klub diserahkannya kepada Steven Zhang.
Saat ini, Erick Thohir bersama Anindya Bakrie memiliki saham mayoritas klub sepak bola Inggris, Oxford United. Selain itu, ia juga memiliki saham di klub Liga 1 Indonesia, Persis Solo, bersama Kaesang Pangarep sejak tahun 2021.
5. Kegiatan Lain
Di luar karier bisnis dan politiknya, Erick Thohir juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kreatif.
5.1. Filantropi dan Yayasan
Erick Thohir adalah pendiri Yayasan Darma Bakti Mahaka, sebuah organisasi yang berfokus pada penghimpunan dana dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial. Melalui yayasan ini, ia menunjukkan komitmennya terhadap tanggung jawab sosial dan pengembangan masyarakat.
5.2. Karya Tulis
Erick Thohir juga dikenal sebagai seorang penulis. Pada tahun 2011, ia meluncurkan buku berjudul Pers Indonesia di Mata Saya, yang diterbitkan oleh Penerbit Republika. Buku ini kemungkinan besar berisi pandangan dan pemikirannya mengenai perkembangan media massa di Indonesia.
5.3. Filmografi
Erick Thohir juga terlibat dalam industri perfilman sebagai produser eksekutif untuk beberapa proyek film:
Tahun | Judul | Peran |
---|---|---|
2011 | ? | Sebagai produser eksekutif |
2012 | Perahu Kertas 2 | Sebagai produser eksekutif |
2015 | 2014: Siapa di Atas Presiden? | Sebagai produser eksekutif |
6. Penghargaan dan Tanda Kehormatan
Erick Thohir telah menerima berbagai penghargaan dan tanda kehormatan atas kontribusi dan prestasinya dalam berbagai bidang.
Pada 14 Agustus 2024, Erick Thohir dianugerahi Bintang Mahaputera (Kelas 2) atau Bintang Mahaputera AdipradanaBahasa Indonesia oleh pemerintah Indonesia. Bintang Mahaputera merupakan tanda kehormatan sipil tertinggi kedua di Indonesia, yang diberikan atas jasa-jasa luar biasa terhadap nusa dan bangsa.
7. Warisan dan Pengaruh
Erick Thohir telah meninggalkan jejak signifikan di berbagai sektor, termasuk media, olahraga, dan pelayanan publik di Indonesia. Sebagai pendiri Mahaka Group, ia berperan dalam modernisasi lanskap media Indonesia, membawa inovasi dalam penerbitan, penyiaran, dan platform digital. Visi bisnisnya membantu membentuk ekosistem media yang lebih dinamis dan terintegrasi.
Dalam dunia olahraga, ia diakui sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Indonesia. Akuisisinya terhadap klub-klub internasional seperti Inter Milan dan Philadelphia 76ers membuka jalan bagi investor Asia di kancah olahraga global, sekaligus meningkatkan profil Indonesia di mata dunia. Kepemimpinannya dalam Komite Olimpiade Indonesia, Asian Games 2018, dan kini PSSI, menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap pengembangan olahraga nasional, mendorong peningkatan prestasi atlet dan tata kelola organisasi yang lebih baik.
Peranannya sebagai Menteri BUMN menandai transisi signifikan dalam kariernya dari pengusaha murni menjadi abdi negara. Di posisi ini, Erick Thohir berupaya melakukan reformasi dan restrukturisasi besar-besaran di tubuh BUMN, dengan fokus pada efisiensi, tata kelola yang baik, dan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional. Kontribusinya dalam politik, termasuk sebagai ketua tim kampanye nasional, juga menyoroti perannya yang berkembang dalam ranah publik dan pemerintahan.
Secara keseluruhan, warisan Erick Thohir adalah kombinasi dari kecakapan bisnis yang adaptif, kepemimpinan olahraga yang progresif, dan dedikasi terhadap pelayanan publik. Ia telah membuktikan diri sebagai individu yang mampu berinovasi dan memberikan dampak positif di berbagai bidang, meninggalkan pengaruh yang kuat dalam pembangunan media, kemajuan olahraga, dan perbaikan sektor BUMN di Indonesia.