1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Frédéric Bazille lahir dari keluarga berada di Montpellier, Prancis, yang kemudian membimbingnya ke jalur seni dengan syarat-syarat tertentu, memicu minat artistiknya sejak usia muda.
1.1. Kelahiran dan Keluarga
Jean Frédéric Bazille lahir pada tanggal 6 Desember 1841, di Montpellier, Hérault, wilayah Languedoc-Roussillon, Prancis. Ia berasal dari keluarga Protestan yang kaya raya, berprofesi sebagai pedagang anggur. Bazille menghabiskan masa kecilnya di Le Domaine de Méric, sebuah perkebunan penghasil anggur yang dimiliki oleh keluarganya di Castelnau-le-Lez, dekat Montpellier.
1.2. Minat Artistik Awal dan Studi Kedokteran
Minat Bazille dalam melukis tumbuh setelah ia melihat beberapa karya Eugène Delacroix, khususnya lukisan seperti Wanita Aljazair dan Daniel di Sarang Singa. Keluarganya menyetujui ia untuk belajar melukis, namun dengan syarat bahwa ia juga harus mengambil studi kedokteran. Ia memulai studi kedokteran pada tahun 1859.

2. Karier Artistik
Perjalanan artistik Frédéric Bazille dimulai dengan pendidikan formal di Paris, tempat ia bertemu dengan seniman-seniman yang kelak menjadi tokoh kunci dalam gerakan Impresionisme, dan berkembang melalui eksplorasi teknik serta partisipasi dalam lingkaran seni yang dinamis.
2.1. Studi di Paris dan Atelier Gleyre
Pada akhir tahun 1862, Bazille pindah ke Paris untuk melanjutkan studinya. Atas rekomendasi dari Castelnau, seorang kenalan dari Montpellier, ia bergabung dengan atelier Charles Gleyre, sebuah studio seni yang dikenal. Di sana, ia bertemu dan mulai menjalin persahabatan dengan seniman-seniman muda berbakat yang kelak menjadi pelukis Impresionis terkemuka, seperti Claude Monet, Pierre-Auguste Renoir, dan Alfred Sisley.
Pada musim semi 1863, Bazille dan Monet pergi melukis di Chailly-en-Bière, dekat hutan Fontainebleau. Dalam sebuah surat kepada orang tuanya, Bazille menyebut Monet sebagai "teman terbaik di antara para calon pelukis," memuji nasihatnya yang sangat berharga dalam melukis lanskap. Ia juga menghabiskan waktu di Museum Louvre untuk menyalin karya-karya pelukis besar seperti Peter Paul Rubens dan Tintoretto.

Melalui sepupunya, Lejeune, Bazille juga bertemu dengan Paul Cézanne di kalangan seniman yang berkumpul di rumah Lejeune. Ia kemudian memperkenalkan Cézanne kepada Renoir, dan juga bertemu dengan Camille Pissarro serta Armand Guillaumin dari Académie Suisse. Dengan demikian, Bazille memainkan peran penting dalam menjembatani seniman dari atelier Gleyre dan Académie Suisse.
Pada musim panas 1864, ia bersama Monet tinggal di Normandia, mengunjungi Rouen, Honfleur, dan Saint-Adresse, tempat ia bertemu dengan pelukis lanskap senior yang dihormati Monet, Eugène Boudin dan Johan Jongkind. Bazille menulis kepada orang tuanya tentang kegembiraannya melukis di Honfleur, menggambarkan keindahan alamnya. Ia mengungkapkan keinginannya untuk terus melukis selama beberapa tahun lagi dan ketidaksukaannya terhadap studi kedokteran. Setelah kembali ke Montpellier pada musim gugur 1864 dan gagal dalam ujian kedokterannya, orang tuanya akhirnya mengizinkannya untuk sepenuhnya fokus pada seni.
2.2. Interaksi dengan Pelukis Impresionis
Bazille menjalin persahabatan erat dengan Monet, Renoir, Sisley, dan Édouard Manet. Berasal dari keluarga yang berada, Bazille dikenal karena kemurahan hatinya dalam mendukung rekan-rekan seniman yang kurang beruntung. Ia sering menyediakan ruang di studionya dan bahkan materi lukis untuk mereka gunakan. Sebagai contoh, pada Januari 1868, Bazille membeli lukisan Monet, Wanita di Taman, yang ditolak oleh Salon, seharga 2.50 K FRF yang dibayar secara cicil 50 FRF per bulan. Dukungan finansial ini dilakukan meskipun ayahnya sering menulis surat kepadanya untuk berhemat. Bazille bahkan menjadi wali baptis bagi putra sulung Monet, Jean.

2.3. Pengaruh Artistik dan Teknik
Gaya artistik Bazille dipengaruhi oleh para maestro seperti Delacroix, serta pelukis Barok seperti Rubens dan Tintoretto yang karyanya ia pelajari di Louvre. Ia menjadi salah satu pelopor dalam teknik melukis *en plein air* (di luar ruangan), menempatkan figur subjek dalam latar lanskap yang diterangi matahari. Karya-karyanya menunjukkan perpaduan antara representasi figur yang mirip potret dengan penggambaran lanskap yang hidup. Ia mengembangkan kepekaan terhadap cahaya dan komposisi yang kuat, yang menjadi ciri khas gerakan Impresionisme.

2.4. Kehidupan Atelier dan Lingkaran Seni

Kehidupan Bazille di berbagai atelier di Paris menjadi pusat interaksi dan pertukaran ide di kalangan seniman avant-garde.
- Atelier di Rue de Furstenberg: Pada akhir 1864, Bazille mengundang Monet untuk berbagi studionya di Rue de Furstenberg. Selama musim dingin itu, mereka sering mengunjungi rumah kerabat Bazille, Lejeune, di mana mereka bertemu dengan tokoh-tokoh penting seperti Henri Fantin-Latour, Charles Baudelaire, Jules Barbey d'Aurevilly, Nadar, Léon Gambetta, Victor Massé, dan Edmond Maître. Maître menjadi teman dekat Bazille, dan keduanya berbagi kecintaan pada musik Richard Wagner.
- Atelier di Rue Visconti: Pada Juli 1866, Bazille pindah atelier ke Rue Visconti dan berbagi tempat dengan Renoir. Sisley dan Monet juga sering berkunjung ke sana. Pada tahun 1867, Bazille dan Sisley melukis subjek bangau yang sama dari sudut pandang berbeda, sementara Renoir melukis potret Bazille saat ia sedang bekerja. Bazille juga melukis potret Renoir.

- Atelier di Rue La Condamine: Pada Januari 1868, Bazille dan Renoir pindah ke atelier yang lebih luas di Rue de la Paix, yang kemudian diubah namanya menjadi Rue La Condamine pada Desember 1869. Atelier ini berlokasi dekat dengan Café Guerbois di Batignolles, tempat para pelukis muda berkumpul dan dikenal sebagai "Grup Batignolles". Atelier Bazille menjadi titik pertemuan bagi Monet, Renoir, Manet, serta penulis Émile Zola, Pissarro, Cézanne, dan Gustave Courbet.
- Atelier di Rue des Beaux-Arts: Pada April 1870, Bazille pindah atelier ke Rue des Beaux-Arts, tempat Fantin-Latour juga memiliki studionya. Bazille dan Fantin-Latour berbagi minat pada seni Jepang. Bazille bahkan menambahkan sosok wanita ketiga yang mengenakan kimono Jepang ke lukisan La Toilette, sementara Fantin-Latour memasukkan vas milik pembuat keramik Laurent Bouvier, yang sangat dipengaruhi oleh seni Jepang, ke dalam salah satu karyanya. Bazille juga melukis vas Bouvier di lukisan Wanita Kulit Hitam dengan Peoni, yang menjadi karyanya yang terakhir dilukis di Paris sebelum ia bergabung dengan militer.
2.5. Partisipasi Salon dan Gagasan Pameran Independen
Bazille aktif berpartisipasi dalam Salon resmi, meskipun ia sering kali kecewa dengan proses penjurian dan mulai mengembangkan gagasan untuk pameran independen bersama rekan-rekannya.

- Salon 1866: Bazille mengajukan dua lukisan, Gadis Muda Bermain Piano (subjek modern yang ia duga akan ditolak) dan Benda Mati dengan Ikan. Seperti yang ia perkirakan, Gadis Muda Bermain Piano ditolak, dan hanya lukisan benda mati yang ia sendiri tidak terlalu sukai yang diterima. Ia menyatakan niatnya untuk menandatangani petisi jika ada kesempatan untuk mengadakan "Salon des Refusés" (Pameran Para Penolak). Namun, tahun itu, banyak karyanya dan rekan-rekannya diterima karena adanya juri yang lebih progresif seperti Jean-Baptiste Camille Corot dan Charles-François Daubigny.
- Salon 1867: Penjurian menjadi jauh lebih ketat, mengakibatkan banyak seniman, termasuk Bazille dan teman-temannya, ditolak. Bazille menggambarkan Salon tahun itu sebagai "yang paling biasa-biasa saja yang pernah saya lihat." Dalam sebuah surat kepada orang tuanya, ia juga menyebutkan adanya pameran karya Jean-François Millet dan Corot di Pameran Universal Paris 1867, serta rencana pameran tunggal Gustave Courbet dan Manet. Ia juga merinci upaya untuk mengadakan pameran kelompok independen, mirip dengan pameran Impresionis di kemudian hari. Meskipun berhasil mengumpulkan 2.50 K FRF, dana tersebut tidak cukup, dan rencana tersebut terpaksa ditunda.
- Salon 1868: Dua karyanya, Pertemuan Keluarga dan Vas, diterima. Pada tahun ini, Bazille juga mencoba subjek nude pria modern dengan lukisan Nelayan dengan Jaring, meskipun ia merasa motifnya agak aneh dan tidak alami.

- Salon 1869: Lukisan Pemandangan Desa diterima, tetapi Nelayan dengan Jaring ditolak. Bazille menulis kepada orang tuanya, menyatakan bahwa penolakan ini bukanlah hal yang perlu diratapi, karena karyanya berada dalam nasib yang sama dengan lukisan-lukisan bagus lainnya. Ia juga menegaskan kembali tekadnya dan rekan-rekannya untuk menyewa atelier setiap tahun untuk memamerkan karya mereka secara independen, sebuah rencana yang akan ia nantikan tahun berikutnya. Meskipun Jean-Léon Gérôme sangat menentang penerimaan Pemandangan Desa, Alexandre Cabanel, seorang profesor dari Montpellier, mendukungnya, yang mengejutkan Bazille.
- Salon 1870: Lukisan Pemandangan Musim Panas diterima, tetapi La Toilette ditolak. Kritikus Zola memuji Pemandangan Musim Panas, menyatakan bahwa "kanvasnya dipenuhi sinar matahari." Bazille sendiri sangat puas dengan penerimaan karyanya, menulis kepada orang tuanya bahwa lukisannya ditempatkan di posisi yang sangat baik dan menjadi pembicaraan banyak orang.

3. Karya Utama
Berikut adalah daftar karya-karya terpenting Frédéric Bazille yang mencerminkan evolusi gayanya, dengan rincian singkat mengenai subjek, dimensi, dan lokasi koleksi saat ini:
- Gaun Merah Jambu (La robe rose), (1864) - 147 cm x 110 cm, Musée d'Orsay, Paris
- Studio di Rue Furstenberg (Studio on Rue Furstenberg), (1865) - 80 cm x 65 cm, Musée Fabre, Montpellier
- Aigues-Mortes, (1867) - 46 cm x 55 cm, Musée Fabre, Montpellier
- Potret Diri (Autoportrait), (1865) - 109 cm x 72 cm, Art Institute of Chicago
- Pertemuan Keluarga (Family Reunion), (1867) - 152 cm x 230 cm, Musée d'Orsay, Paris
- Le Pécheur à l'épervier, (1868) - 134 cm x 83 cm, Fondation Rau pour le Tiers-Monde, Zürich
- Pemandangan Desa (View of the Village), (1868) - 130 cm x 89 cm, Musée Fabre, Montpellier
- Pemandangan Musim Panas (Scène d'été), (1869) - 158 cm x 158 cm, Museum Seni Harvard, Cambridge, Universitas Harvard
- La Toilette, (1870) - 132 cm x 127 cm, Musée Fabre, Montpellier
- Studio di Rue de La Condamine (L'Atelier de la rue Condamine), (1870) - 98 cm x 128.5 cm, Musée d'Orsay, Paris
- Paysage au bord du Lez, (1870) - 137.8 cm x 202.5 cm, Minneapolis Institute of Arts, Minneapolis
4. Perang Prancis-Prusia dan Kematian
Pada bulan Mei 1870, Bazille kembali ke Montpellier untuk merayakan kelahiran keponakannya dan melukis di vila keluarganya di Méric. Namun, pada 19 Juli 1870, Perang Prancis-Prusia meletus. Frédéric Bazille menjadi sukarelawan dan bergabung dengan resimen Zouave pada 10 Agustus 1870.
Pada tanggal 28 November 1870, kurang dari setahun setelah Perang dimulai, ia berada di Pertempuran Beaune-la-Rolande, dekat Orléans. Saat komandannya terluka, Bazille diperintahkan untuk mengambil alih komando dan memimpin serangan ke posisi Jerman. Dalam serangan yang gagal itu, ia terkena dua tembakan dan gugur di medan perang pada usia 28 tahun. Beberapa hari kemudian, ayahnya dengan berani pergi ke medan perang untuk membawa jenazah putranya kembali ke Montpellier. Bazille kemudian dimakamkan di pemakaman Protestan di kota asalnya lebih dari seminggu kemudian.
5. Warisan dan Evaluasi Pasca-Kematian
Meskipun kariernya singkat, Bazille memiliki dampak abadi pada gerakan Impresionisme. Kontribusinya dalam memajukan teknik lukisan modern dan perannya dalam mendukung lingkungan artistik rekan-rekannya diakui secara luas.
5.1. Pameran dan Pengakuan Pasca-Kematian
Gagasan Bazille mengenai pameran kelompok independen, yang telah ia diskusikan dengan teman-temannya, akhirnya terwujud setelah berakhirnya Perang Prancis-Prusia. Dimulai pada tahun 1874, Monet, Renoir, Pissarro, Degas, dan anggota "Grup Batignolles" lainnya menyelenggarakan serangkaian pameran yang kemudian dikenal sebagai Pameran Impresionis. Meskipun awalnya pameran ini mendapat kritik keras, karya-karya mereka perlahan diterima dan meraih kesuksesan di pasar seni pada abad ke-20.
Pada Pameran Impresionis kedua pada tahun 1876, Renoir memamerkan potret Bazille yang sebelumnya dibeli oleh Manet, sebagai tanda persahabatan mereka. Ayah Bazille mengunjungi pameran tersebut dan melihat potret putranya. Edmond Maître, teman dekat Bazille, membantu menengahi pertukaran antara potret Bazille (milik Manet) dan lukisan Monet, Wanita di Taman (yang telah dibeli Bazille), sehingga ayah Bazille dapat memiliki potret putranya. Dua karya anumerta Bazille juga dipamerkan pada Pameran Impresionis kedua ini.

5.2. Dampak Artistik dan Penilaian
Meskipun ia hanya menghasilkan sekitar 70 lukisan minyak selama hidupnya, karya-karya Bazille dianggap sebagai catatan berharga mengenai kelahiran Impresionisme. Lukisan terkenalnya, Pertemuan Keluarga, menampilkan kelompok figur di luar ruangan dengan komposisi yang unggul dan kontras cahaya yang kuat, menunjukkan bakat besarnya. Komposisi ini adalah salah satu tantangan umum bagi para pelukis pada masanya: menempatkan kelompok figur dalam lanskap. Dibandingkan dengan lukisan Monet Wanita di Taman, karya Bazille ini menampilkan sosok individu yang lebih menyerupai potret, di mana setiap figur tampak menatap langsung ke arah penonton. Bazille sendiri melakukan beberapa revisi pada lukisan ini, termasuk mengubah motif anjing menjadi benda mati setelah ia pertama kali mengirimkannya ke Salon. Lukisannya Studio di Rue de La Condamine juga mencerminkan kritik terhadap Akademi dengan menggambarkan karya-karya yang ditolak di dinding studionya.
Kritikus seni Zacharie Astruc memuji Pemandangan Musim Panas, menyatakan bahwa "kanvasnya dipenuhi sinar matahari." Lukisan ini menunjukkan upaya Bazille untuk menghadirkan lukisan nude pria modern yang lebih meyakinkan, mengintegrasikan pose-pose tradisional dengan konteks kontemporer. Walaupun gaya figur dalam lukisan-lukisannya terkadang terasa kaku, sensitivitasnya terhadap cahaya dan kemampuannya dalam komposisi menjadi cerminan awal dunia Impresionisme. Kepergian Bazille yang terlalu dini dalam Perang Prancis-Prusia dipandang sebagai kerugian besar bagi dunia seni, mengingat potensi besar yang ia miliki untuk berkontribusi lebih lanjut pada pengembangan seni modern.



