1. Kehidupan
Franz von Baader menjalani perjalanan hidup yang beragam, dari pendidikan awal di bidang kedokteran dan teknik pertambangan, hingga eksplorasi filosofis dan teologis yang mendalam, serta karier akademis dan keterlibatan dalam perdebatan gerejawi.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga
Benedikt Franz Xaver Baader lahir di Munich, Bayern, pada tanggal 27 Maret 1765. Ia adalah putra ketiga dari pasangan Joseph Franz von Paula Baader (lahir 15 September 1733 - meninggal 16 Februari 1794) dan Maria Dorothea Rosalia von Schöpf (lahir 25 Oktober 1742 - meninggal 5 Februari 1829). Kedua orang tuanya menikah pada 23 Mei 1761. Pada tahun 1775, ayah Franz, Joseph, menjadi dokter istana bagi Maximilian III Joseph, Elektor Bayern, yang meninggal dua tahun kemudian.
Franz memiliki dua kakak laki-laki yang juga merupakan tokoh terkemuka. Clemens Alois Andreas Baader (lahir 8 April 1762 - meninggal 23 Maret 1838) dikenal sebagai seorang penulis. Kakak lainnya, Joseph Anton Ignaz Baader (lahir 30 September 1763 - meninggal 20 November 1835), adalah seorang insinyur.
1.2. Pendidikan dan Karier Awal
Franz von Baader awalnya mempelajari kedokteran di Universitas Ingolstadt dan Wina, dan sempat membantu ayahnya dalam praktik medis. Namun, ia segera menyadari bahwa profesi dokter tidak cocok baginya, sehingga ia memutuskan untuk beralih ke teknik pertambangan. Ia melanjutkan studinya di bawah bimbingan Abraham Gottlob Werner di Freiberg. Setelah itu, ia melakukan perjalanan ke beberapa distrik pertambangan di Jerman utara dan tinggal di Britania Raya dari tahun 1792 hingga 1796.
Di Inggris, Franz von Baader berkenalan dengan empirisisme dari David Hume, David Hartley, dan William Godwin, yang sangat tidak disukai olehnya. Namun, di sana ia juga bersentuhan dengan spekulasi mistis dari Meister Eckhart, Louis Claude de Saint-Martin, dan terutama dari Jakob Böhme, yang lebih menarik baginya. Pada tahun 1796, ia kembali ke Jerman dan di Hamburg, ia bertemu dengan Friedrich Heinrich Jacobi, yang kemudian menjadi teman dekatnya. Ia juga menjalin kontak dengan Friedrich Schelling, dan karya-karya yang diterbitkannya selama periode ini secara jelas dipengaruhi oleh Schelling, meskipun Baader tetap mempertahankan independensinya dari pemikiran Schelling.
Persahabatan mereka berlanjut hingga sekitar tahun 1822, ketika Baader mengecam filsafat modern dalam suratnya kepada Tsar Aleksandr I dari Rusia, yang menyebabkan perpecahan total dengan Schelling. Selama masa ini, Baader terus menekuni profesinya. Ia memenangkan hadiah sebesar 12.00 K gulden Bavaria (sekitar 117 kg perak) untuk metode barunya dalam menggunakan natrium sulfat sebagai pengganti potas dalam pembuatan kaca. Dari tahun 1817 hingga 1820, ia menjabat sebagai pengawas pertambangan dan diangkat ke status bangsawan atas jasa-jasanya.
1.3. Eksplorasi Filosofis dan Teologis serta Pengaruh
Baader berinteraksi secara mendalam dengan pemikir mistis seperti Meister Eckhart, Louis Claude de Saint-Martin, dan terutama Jakob Böhme, yang sangat memengaruhi arah pemikiran filosofis dan teologisnya. Ia juga menjalin hubungan penting dengan Friedrich Schelling, meskipun kemudian terjadi perpecahan akibat perbedaan pandangan filosofis, khususnya setelah Baader menyampaikan kritik terhadap filsafat modern kepada Tsar Aleksandr I. Baader percaya bahwa pengalaman mistis dan wahyu sangat penting dalam mencapai pemahaman yang mendalam tentang Tuhan dan keberadaan. Ia mengecam filsafat yang terlalu mengandalkan akal murni dan memisahkan diri dari tradisi keagamaan.
1.4. Kegiatan Mengajar dan Tahun-tahun Terakhir
Franz von Baader pensiun dari dunia pertambangan pada tahun 1820. Setelah itu, ia menerbitkan salah satu karyanya yang terbaik, Fermenta Cognitionis, dalam enam bagian dari tahun 1822 hingga 1825. Dalam karya ini, ia mengkritik filsafat modern dan merekomendasikan studi tentang Böhme.
Pada tahun 1826, ketika universitas baru dibuka di Munich, ia diangkat sebagai profesor filsafat dan teologi spekulatif. Beberapa kuliahnya di sana diterbitkan dalam empat bagian dari tahun 1827 hingga 1836 dengan judul Spekulative DogmatikBahasa Jerman. Pada tahun 1831, karya lainnya, "Forty Sentences from a Religious Erotic", didedikasikan untuk Emilie Linder, seorang pelukis di Munich.
Pada tahun 1838, Baader secara terbuka menentang campur tangan Gereja Katolik Roma dalam urusan sipil. Akibatnya, ia dilarang memberikan kuliah tentang filsafat agama selama tiga tahun terakhir hidupnya. Ia meninggal pada tanggal 23 Mei 1841 dan dimakamkan di Alter Südfriedhof di Munich.
2. Filsafat dan Pemikiran
Filsafat Franz von Baader dicirikan oleh pendekatannya yang unik terhadap sistem dan metodologi pemikiran, serta pandangannya yang mendalam tentang ontologi dan epistemologi yang mengintegrasikan akal, wahyu, dan kesadaran ilahi.
2.1. Sistem dan Metodologi Pemikiran
Baader sering kali menulis dalam aforisme yang samar atau menggunakan simbol dan analogi mistis. Doktrin-doktrinnya sebagian besar dijelaskan dalam esai-esai pendek yang terpisah, dalam komentar terhadap tulisan-tulisan Böhme dan St-Martin, atau dalam korespondensi dan jurnal-jurnalnya yang ekstensif.
Baader berpendapat bahwa akal manusia dengan sendirinya tidak akan pernah mencapai tujuan yang diinginkannya, dan ia menegaskan bahwa manusia tidak bisa mengabaikan praduga iman, gereja, dan tradisi. Sudut pandangnya dapat dibandingkan dengan Skolastisisme, karena seperti para Skolastik, ia percaya bahwa teologi dan filsafat tidak bertentangan, melainkan akal harus menjelaskan kebenaran yang diberikan oleh otoritas dan wahyu. Namun, dalam upayanya untuk mendekatkan ranah iman dan pengetahuan, ia juga mendekati mistisisme Meister Eckhart, Paracelsus, dan Böhme.
2.2. Ontologi dan Epistemologi
Dalam pandangan Baader, keberadaan manusia bergantung pada kognisi Tuhan terhadap manusia. Ia mengungkapkan gagasan ini dalam frasa cogitor ergo cogito et sumBahasa Latin (Saya dipikirkan, maka saya berpikir dan saya ada), yang merefleksikan dan membedakannya dari Cogito, ergo sum milik René Descartes. Baginya, semua kesadaran diri pada saat yang sama adalah kesadaran akan Tuhan, dan semua pengetahuan adalah mengetahui bersama Tuhan, kesadaran akan Tuhan, atau partisipasi dalam Tuhan.
3. Teologi
Teologi Baader merupakan bentuk teosofi yang menonjolkan pandangan dinamis tentang Tuhan, interpretasi unik mengenai Trinitas dan penciptaan, serta antropologi dan etika yang berpusat pada dosa, penebusan, dan anugerah.
3.1. Tuhan, Trinitas, dan Penciptaan
Bagi Baader, Tuhan tidak boleh dipahami sebagai Wujud abstrak (substantiaBahasa Latin) semata, melainkan sebagai Kehendak utama yang mendasari segala sesuatu dan merupakan proses atau aktivitas abadi (actusBahasa Latin). Proses ini berfungsi sebagai generasi diri Tuhan, di mana dapat dibedakan dua aspek: imanen atau esoterik dan emanen atau eksoterik. Hanya sejauh "kehendak primitif" berpikir atau sadar akan dirinya sendiri, ia dapat membedakan yang mengetahui dan yang diketahui, yang menghasilkan dan yang dihasilkan, dari mana kekuatan untuk menjadi roh berasal. Tuhan memiliki realitas-Nya hanya sejauh Ia adalah roh mutlak.
Trinitas (yang disebut TernarBahasa Latin oleh Baader) bukanlah sesuatu yang sudah ada, melainkan dimungkinkan, tercermin dalam, dan terjadi melalui ide atau hikmat Tuhan yang abadi dan impersonal, yang ada di samping namun tidak terpisah dari "kehendak primitif". Kepribadian dan realitas konkret diberikan kepada aspek-aspek terpisah dari Trinitas ini melalui alam, yang secara abadi dan niscaya dihasilkan oleh Tuhan. Aspek-aspek keberadaan ini tidak terjadi secara berurutan dalam waktu, melainkan terjadi sub specie aeternitatisBahasa Latin (dari sudut pandang kekekalan) sebagai elemen-elemen yang diperlukan dari evolusi diri Wujud ilahi. "Alam" ini tidak boleh disamakan dengan alam dalam penciptaan, yang merupakan tindakan kasih dan kehendak Tuhan yang tidak perlu, bebas, dan bukan temporal, yang tidak dapat disimpulkan secara spekulatif melainkan harus diterima sebagai fakta sejarah.
3.2. Antropologi, Etika, dan Soteriologi
Mahluk ciptaan Baader pada mulanya terbagi dalam tiga tingkatan: yang cerdas atau malaikat; dunia material yang tidak cerdas; dan manusia, yang menjadi perantara di antara keduanya. Malaikat dan manusia dikaruniai kehendak bebas. Kejatuhan Adam dan Lucifer adalah fakta sejarah yang mungkin terjadi, meskipun tidak niscaya. Baader menganggap para malaikat jatuh karena keinginan untuk naik ke tingkat kesetaraan dengan Tuhan (yaitu kesombongan), dan manusia jatuh karena membiarkan dirinya tenggelam ke tingkat alam (melalui berbagai dosa jasmani).
Baader berpendapat bahwa dunia sebagaimana kita mengetahuinya-dengan waktu, ruang, dan materi-baru dimulai setelah kejatuhan umat manusia dan diciptakan sebagai karunia dari Tuhan yang memungkinkan manusia mendapatkan kesempatan untuk penebusan. Baader mengembangkan teori-teori fisiologi dan antropologi dalam beberapa karyanya berdasarkan pemahaman tentang alam semesta ini, tetapi secara garis besar ia sejalan dengan gagasan Böhme. Pada dasarnya, ia menelusuri efek buruk dari berbagai dosa dan menganjurkan pemulihan harmoni alamiah dengan menghapusnya.
Sistem etikanya menolak gagasan bahwa ketaatan pada hukum moral saja (seperti dalam Kantianisme) sudah cukup. Sebaliknya, meskipun umat manusia telah kehilangan kemampuan untuk mencapai ini dengan sendirinya, sangat penting untuk menyadari dan berpartisipasi dalam tempat kita dalam tatanan ilahi. Karena anugerah diperlukan untuk realisasi tersebut, tidak ada teori etika yang mengabaikan dosa dan penebusan yang memuaskan atau bahkan mungkin. Perbuatan semata tidak pernah cukup, tetapi kebajikan penyembuhan Yesus Kristus harus diterima, terutama melalui doa dan sakramen gereja.
4. Pemikiran Politik
Baader berpendapat bahwa dua hal mutlak diperlukan dalam sebuah negara: kepatuhan umum terhadap penguasa (tanpa itu akan ada perang saudara atau invasi) dan ketidaksetaraan pangkat (tanpa itu tidak akan ada organisasi). Karena Baader menganggap Tuhan sendirilah penguasa sejati umat manusia, ia berpendapat bahwa kesetiaan terhadap pemerintah hanya dapat dijamin atau diberikan jika pemerintah itu benar-benar Kristen. Ia menentang despotisme, sosialisme, dan liberalisme secara setara. Ide negara idealnya adalah komunitas sipil yang diperintah oleh Gereja Katolik, yang prinsip-prinsipnya menentang pietisme yang pasif dan tidak rasional serta doktrin-doktrin Protestantisme yang terlalu rasional.
5. Gender dan Androgini
Salah satu gagasan sentral Baader adalah konsepnya tentang androgini:
"Androgini adalah perpaduan harmonis antara jenis kelamin, menghasilkan aseksualitas tertentu, sebuah sintesis yang menciptakan makhluk yang sepenuhnya baru, dan yang tidak hanya menyandingkan dua jenis kelamin 'dalam oposisi yang berapi-api' seperti yang dilakukan hermafrodit."
Mengikuti makna literal dari Kejadian mengenai dua catatan penciptaan manusia, Baader mengatakan bahwa manusia pada awalnya adalah makhluk androgini. Baik laki-laki maupun perempuan bukanlah "gambar dan rupa Tuhan", melainkan hanya androgini. Kedua jenis kelamin sama-sama jatuh dari keilahian asli androgini. Androginisme adalah kemiripan manusia dengan Tuhan, kebangkitan supranaturalnya. Oleh karena itu, jenis kelamin harus berhenti dan menghilang. Dari posisi-posisi ini, Baader menginterpretasikan sakramen pernikahan sebagai restitusi simbolis biseksualitas malaikat:
"Rahasia dan sakramen cinta sejati dalam ikatan tak terpisahkan dari dua kekasih, terletak pada setiap pihak yang saling membantu, masing-masing dalam dirinya sendiri, menuju pemulihan androgini, kemanusiaan yang murni dan utuh."
Pada akhirnya, pengorbanan Kristus akan memungkinkan pemulihan androgini primordial. Baader percaya bahwa androgini primordial akan kembali ketika dunia mendekati akhirnya.
6. Karya Utama dan Edisi
Beberapa tahun setelah kematiannya, karya-karya Baader dikumpulkan dan diedit oleh sejumlah muridnya. Koleksi ini diterbitkan dalam 16 volume di Leipzig antara tahun 1851 dan 1860, diorganisir berdasarkan topik. Volume I membahas epistemologi, Volume II membahas metafisika, Volume III membahas filsafat alam, Volume IV membahas antropologi, Volume V dan VI membahas filsafat sosial, Volume VII hingga X membahas filsafat agama, Volume XI membahas jurnal Baader, Volume XII membahas komentarnya tentang St-Martin, Volume XIII membahas komentarnya tentang Böhme, Volume XIV membahas waktu, dan Volume XV membahas biografi dan korespondensinya. Volume XVI berisi indeks untuk volume-volume lainnya, serta sketsa sistemnya yang cakap oleh Johann Anton Bernhard Lutterbeck. Pengantar-pengantar berharga oleh para editor diberikan di setiap volume.
Karya-karya utamanya antara lain:
- Texte zur Naturphilosophie (1792-1808). Edisi kritis historis yang dikomentari. Diedit oleh Alberto Bonchino. Leiden/Paderborn 2021 (Franz von Baader: Ausgewählte Werke, Bd. 1).
- Fermenta cognitionis (5 volume, 1822-1825). Edisi kritis historis yang dikomentari. Diedit oleh Alberto Bonchino. Leiden/Paderborn 2024 (Franz von Baader: Ausgewählte Werke, Bd. 3).
- Vorlesungen über spekulativen Dogmatik (1827-1828). Edisi kritis historis yang dikomentari. Diedit oleh Alberto Bonchino. Leiden/Paderborn 2024 (Franz von Baader: Ausgewählte Werke, Bd. 4).
- Texte zur Mystik und Theosophie (1808-1818). Edisi kritis historis yang dikomentari. Diedit oleh Alberto Bonchino. Leiden/Paderborn 2021 (Franz von Baader: Ausgewählte Werke, Bd. 2).
7. Pengaruh dan Evaluasi
Pemikiran Franz von Baader memiliki dampak yang signifikan pada sejumlah filsuf dan teolog di kemudian hari, meskipun pengaruhnya seringkali tersamarkan dalam diskusi esoteris dan jarang dikutip secara eksplisit dalam publikasi besar.
7.1. Pengaruh pada Pemikir Kemudian
Baader dianggap sebagai salah satu teolog spekulatif terbesar dalam Katolik abad ke-19. Ia memengaruhi pemikir seperti Richard Rothe, Julius Müller, dan Hans Lassen Martensen. Ia juga memengaruhi Friedrich Schelling di kemudian hari dan para pemikir Romantisisme.
Pengaruhnya yang menonjol terlihat dalam korespondensi dan penjelasan selanjutnya mengenai asal-usul proyek mistis Walter Benjamin dan Gershom Scholem, yang diterbitkan setelah kematian Benjamin. Baik Baader maupun Molitor disebut sebagai katalisator eksplorasi mereka terhadap Kabbalah. Contoh lain dari kecenderungan untuk menyembunyikan pengaruh Baader muncul pada titik penting dalam pemikiran Martin Heidegger: Baik Benjamin maupun Heidegger memulai dengan masalah serupa yang berasal dari peninjauan ulang isu-isu utama dalam pemikiran skolastik awal di seminar Heinrich Rickert tahun 1913-sebuah wilayah di mana Baader menunjukkan jalan, dan meninggalkan jejaknya pada rumusan Benjamin dan Heidegger. Heidegger (secara khas) tidak mengutip karya Baader secara langsung; sebaliknya, terminologi dan cara bicaranya tentang masalah kejahatan menunjukkan bahwa ia membaca Baader tentang subjek ini, menelusuri rumusan Schelling tentang teodisi hingga akarnya pada Baader dalam perjalanannya menuju dokumen-dokumen utama Duns Scotus.
7.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun berpengaruh, Franz von Baader juga menghadapi kritik dan kontroversi sepanjang hidupnya. Ia secara terbuka menentang filsafat modern, yang ia anggap cenderung mengarah pada ateisme, seperti yang ia sampaikan dalam suratnya kepada Tsar Aleksandr I, yang menyebabkan kerenggangan hubungannya dengan Friedrich Schelling.
Pada tahun 1838, ia secara publik menentang campur tangan Gereja Katolik Roma dalam urusan sipil. Posisi ini, yang dianggap menantang otoritas gerejawi, menyebabkan ia dilarang memberikan kuliah tentang filsafat agama selama tiga tahun terakhir hidupnya. Peristiwa ini menunjukkan ketegangan antara pemikiran independen Baader dan struktur kelembagaan yang berlaku. Kritik dan penentangannya terhadap berbagai ideologi politik, termasuk despotisme, sosialisme, dan liberalisme, juga menjadi poin perdebatan mengenai pandangannya tentang tatanan sosial dan pemerintahan yang ideal.