1. Kehidupan
Kehidupan Friedrich Christian ditandai oleh pergeseran besar dari tradisi monarki ke era republikan, di mana ia menunjukkan kemampuan beradaptasi dan dedikasi pada studi, keluarga, serta pelestarian warisan budaya Sachsen.
1.1. Masa muda dan pendidikan
Friedrich Christian lahir di Dresden pada 31 Desember 1893, sebagai putra kedua Raja Friedrich August III dari Sachsen dan istrinya, Adipati Agung Luise, Putri Toscana. Sesuai tradisi Wangsa Wettin, pada usia 10 tahun, ia diangkat sebagai letnan di Resimen Leib-Grenadier Kerajaan Sachsen No. 100 yang pertama. Pada tahun 1913, ia melanjutkan pendidikannya di Akademi Militer di Dresden.

Setelah Perang Dunia I, ia mengalihkan perhatiannya pada studi hukum di berbagai universitas terkemuka seperti Cologne, Freiburg, Wrocław, dan Würzburg. Tesis doktoralnya berfokus pada Nicholas of Cusa, seorang tokoh yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan hukum kanon di Abad Pertengahan Akhir. Selama studinya di Breslau (sekarang Wrocław), ia menjadi anggota serikat mahasiswa Katolik KDSt.V. WinfridiaBahasa Jerman. Namun, ia mengundurkan diri dari keanggotaannya antara tahun 1928 atau 1929 karena perbedaan substantif dalam pandangan, menunjukkan kemandirian intelektualnya.
1.2. Karier militer dan misi diplomatik
Selama Perang Dunia I, Friedrich Christian bertugas di Staf Umum di Front Barat. Atas keberaniannya dalam dinas, ia menerima beberapa medali. Berkat bakatnya dalam berbagai bahasa, ia juga dikirim dalam misi diplomatik penting ke berbagai kepala negara, termasuk Raja Alfonso XIII dari Spanyol, Sultan Mehmed V dari Turki, dan Kaisar Karl I dari Austria. Pada tahun 1918, ia juga menjadi salah satu kandidat untuk calon takhta Kerajaan Lituania. Setelah kekalahan Kekaisaran Jerman dalam Perang Dunia I dan abdikasinya ayahnya pada 13 November 1918, Friedrich Christian memimpin pasukan Sachsen kembali ke Jerman dari Belgia dan Prancis, di mana mereka didemobilisasi di Fulda.
1.3. Kehidupan akademis dan keluarga pasca-Perang Dunia I
Pada 9 Februari 1920, Friedrich Christian bergabung dengan KDSt.V. Thuringia Würzburg. Di sinilah ia bertemu dengan Elisabeth Helene (1903-1976), putri dari Albert, Pangeran Thurn dan Taxis ke-8 dan istrinya Adipati Agung Margarethe Klementine dari Austria. Elisabeth Helene adalah ketua kehormatan Federasi Mahasiswa Wanita Thuringia. Mereka menikah pada 16 Juni 1923 di Regensburg.
Setelah menyelesaikan gelar doktornya, Friedrich Christian menjadi guru privat sejarah seni. Sekitar waktu ini, ayahnya memintanya untuk mengambil alih pengelolaan aset keluarga di Sachsen dan Silesia.
1.4. Kepala Wangsa Kerajaan Sachsen
Pada tahun 1923, kakaknya, Putra Mahkota Georg, menolak hak suksesi dan bergabung dengan Ordo Yesuit. Dengan demikian, Friedrich Christian menjadi pewaris takhta yang sah. Ketika ayahnya meninggal pada 12 Februari 1932, ia secara resmi menggantikan posisinya sebagai Kepala Wangsa Kerajaan Sachsen. Sebagai kepala cabang Albertine dari Wangsa Wettin, ia menggunakan gelar Friedrich Christian, Markgraf Meissen. Ia juga menjabat sebagai Kapten à la suite di Infantri Kerajaan Bulgaria, dan sebagai Grand Master Ordo Mahkota Rue, serta Ksatria di Ordo Elang Hitam dan Ksatria Salib Agung di Ordo Militer Berdaulat Malta.
1.5. Usulan takhta Polandia
Pada tahun 1933, pemerintah Polandia mengajukan tawaran kepada Friedrich Christian untuk menjadi Raja Polandia. Usulan ini muncul mengingat hubungan sejarah antara Elektorat Sachsen dan Polandia-Lituania yang pernah berada dalam uni personal pada abad ke-18. Namun, kebangkitan Adolf Hitler dan Partai Sosialis Nasional Jerman yang otoriter, diikuti oleh pecahnya Perang Dunia II dan komunisasi Polandia pascaperang, membuat rencana restorasi monarki Polandia di bawah Friedrich Christian tidak pernah terwujud. Pergolakan politik yang semakin meningkat di Eropa menghalangi terwujudnya visi tersebut.
1.6. Masa tua dan aktivitas
Pada tahun 1937, keluarga Friedrich Christian pindah ke Wachwitz Castle di Dresden-Wachwitz, tempat mereka tinggal hingga tahun 1945. Kastil tersebut selamat dari serangan bom pada tahun 1945, dan Friedrich Christian memberikan perlindungan kepada banyak penyintas perang, menunjukkan kepeduliannya yang mendalam terhadap sesama.
Pada akhir tahun 1945, keluarga tersebut pindah melalui Hof dan Regensburg ke Bregenz, di mana kedua anak bungsu mereka telah tinggal sejak tahun 1940. Berkat koneksi dekat mereka dengan pihak Sekutu (khususnya Prancis), mereka berhasil mengatur izin bagi komposer Richard Strauss untuk pindah ke Swiss.
Pada tahun 1955, kerabat mereka dari keluarga Thurn und Taxis membantu mereka menemukan rumah baru di lingkungan Harlaching di Munich. Di sana, Friedrich Christian, bersama dengan putra-putranya Albert dan Maria Emanuel, bab Ordo Militer St. Henry, Asosiasi Rakyat dari Dresden, dan cabang Munich dari asosiasi HeimatvertriebeneBahasa Jerman (pengungsi atau orang terlantar dari daerah asal mereka), mendirikan Studiengruppe für Sächsische Geschichte und Kultur e.V.Bahasa Jerman ("Kelompok Studi untuk Sejarah dan Budaya Sachsen"). Kelompok studi ini kemudian berkembang menjadi salah satu perkumpulan sejarah terbesar di Jerman Barat, menegaskan kontribusinya dalam pelestarian warisan budaya di tengah masa pascaperang.
2. Kehidupan pribadi dan keluarga
Friedrich Christian mengabdikan dirinya pada kehidupan keluarga dan merupakan pilar bagi keturunannya.
2.1. Pernikahan dan keturunan
Friedrich Christian menikah dengan Putri Elisabeth Helene dari Thurn dan Taxis pada 16 Juni 1923, di Regensburg. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai lima orang anak:
- Maria Emanuel, Markgraf Meissen (1926-2012). Ia menikah pada tahun 1962 dengan Putri Anastasia dari Anhalt, tanpa keturunan.
- Putri Maria Josepha dari Sachsen (1928-2018). Ia tidak menikah, namun memiliki seorang putri.
- Putri Anna dari Sachsen (1929-2012). Ia menikah pada tahun 1952 dengan Roberto de Afif dan memiliki tiga putra. Ia adalah pendiri keluarga Saxe-Gessaphe.
- Albert, Markgraf Meissen (1934-2012). Ia menikah pada tahun 1980 dengan Elmira Henke, tanpa keturunan.
- Putri Mathilde dari Sachsen (1936-2018). Ia menikah pada tahun 1968 dan bercerai pada tahun 1993 dengan Pangeran Johannes Heinrich dari Saxe-Coburg dan Gotha-Koháry, dan memiliki seorang putra (yang kini telah meninggal dunia).
2.2. Garis keturunan
Berikut adalah garis keturunan Friedrich Christian, Markgraf Meissen:
1. | 2. | 3. | 4. | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Friedrich Christian, Markgraf Meissen | Friedrich August III dari Sachsen | George dari Sachsen | John dari Sachsen | ||||
Amalie Auguste dari Bavaria | |||||||
Infanta Maria Anna dari Portugal | Ferdinand II dari Portugal | ||||||
Maria II dari Portugal | |||||||
Adipati Agung Luise dari Austria | Ferdinand IV, Adipati Agung Toscana | Leopold II, Adipati Agung Toscana | |||||
Putri Maria Antonia dari Dua Sisilia | |||||||
Putri Alice dari Bourbon-Parma | Charles III, Adipati Parma | ||||||
Putri Louise dari Artois |
3. Kematian
Friedrich Christian meninggal pada 9 Agustus 1968 di Samedan, Swiss. Ia dimakamkan di luar Kapel Kerajaan di Königskapelle, Karrösten, Tirol Utara, Austria.
4. Warisan dan penerimaan
Meskipun hidup di era tanpa monarki, Friedrich Christian memainkan peran penting dalam menjaga warisan keluarga dan berkontribusi pada masyarakat.
4.1. Peran sebagai kepala Wangsa Wettin
Sebagai kepala Wangsa Wettin setelah penghapusan monarki, Friedrich Christian menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan relevansi dan tradisi keluarga di tengah perubahan politik. Ia secara efektif menjaga integritas dan warisan keluarga bangsawan tertua di Jerman tersebut. Gelar "Markgraf Meissen" yang disandangnya merupakan gelar kehormatan yang ia gunakan untuk melanjutkan tradisi sejarah Wangsa Wettin, bukan sebagai klaim kekuasaan politik. Di bawah kepemimpinannya, Wangsa Wettin beradaptasi menjadi sebuah entitas budaya dan historis, berfokus pada pelestarian sejarah dan pendidikan.
4.2. Kontribusi terhadap sejarah dan budaya Sachsen
Kontribusi Friedrich Christian terhadap pelestarian sejarah dan budaya Sachsen sangat menonjol. Pendirian Studiengruppe für Sächsische Geschichte und Kultur e.V.Bahasa Jerman ("Kelompok Studi untuk Sejarah dan Budaya Sachsen") pada tahun 1955, bersama dengan putra-putranya dan berbagai asosiasi lainnya, adalah bukti nyata dari dedikasinya. Kelompok studi ini tumbuh menjadi salah satu perkumpulan sejarah terbesar di Jerman Barat, yang aktif dalam meneliti, mendokumentasikan, dan mempromosikan warisan historis dan kultural Sachsen. Inisiatif ini tidak hanya melestarikan ingatan akan masa lalu kerajaan, tetapi juga memastikan bahwa pengetahuan tentang Sachsen tetap hidup dan dapat diakses oleh generasi mendatang, sebuah upaya yang sangat positif bagi masyarakat.
4.3. Kritik dan kontroversi
Meskipun Friedrich Christian hidup di masa yang penuh gejolak dan transisi politik yang signifikan, catatan historis menunjukkan bahwa kehidupannya sebagian besar tidak diwarnai oleh kontroversi publik yang besar. Keputusannya untuk mengundurkan diri dari serikat mahasiswa Katolik karena "perbedaan substantif" dapat dilihat sebagai tindakan integritas pribadi dan kemandirian berpikir, daripada sebagai sumber konflik. Demikian pula, usulan untuk menjadi Raja Polandia pada tahun 1933 tidak pernah terwujud bukan karena tindakan atau keputusan pribadinya yang kontroversial, melainkan karena kondisi geopolitik yang tidak memungkinkan, terutama dengan munculnya kekuatan-kekuatan otoriter seperti Nazisme yang secara fundamental mengubah lanskap politik Eropa. Kehidupannya pasca-monarki lebih banyak dihabiskan untuk studi, mengelola aset keluarga, serta berkontribusi pada upaya kemanusiaan dan pelestarian budaya, menunjukkan pendekatan yang adaptif dan konstruktif terhadap peran barunya di masyarakat.