1. Biography
Jan van Goyen menjalani kehidupan yang penuh dengan aktivitas artistik dan perjuangan finansial, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah seni lanskap Belanda.
1.1. Birth and Early Life
Jan van Goyen lahir pada 13 Januari 1596 di Leiden, Belanda. Ia adalah putra seorang pembuat sepatu. Sejak usia sekitar 10 tahun, ia sudah mulai belajar seni di bawah bimbingan beberapa guru.
1.2. Education and Apprenticeship
Van Goyen memulai masa magangnya sebagai seniman di Leiden. Seperti banyak pelukis Belanda pada masanya, ia melanjutkan pendidikan seninya di kota Haarlem. Sekitar tahun 1617, ia belajar teknik melukis lanskap dengan Esaias van de Velde, seorang master yang sangat memengaruhi perkembangannya. Di bawah bimbingan Van de Velde, bakat Van Goyen mulai berkembang pesat, dan pada usia 30 tahun, ia sudah mampu menghasilkan karya-karya yang sulit dibedakan dari lukisan gurunya.
1.3. Career Development
Pada usia 35 tahun, Jan van Goyen mendirikan studio permanennya di Den Haag (The Hague), yang menjadi pusat aktivitas seninya. Ia adalah pelukis yang sangat produktif, dengan sekitar 1.200 lukisan dan lebih dari 1.000 gambar yang masih ada hingga saat ini. Pada tahun 1651, ia bahkan dipercaya untuk melukis panorama kota untuk kantor wali kota Den Haag, yang menunjukkan reputasinya yang tinggi pada masa itu.
1.4. Personal Life
Di luar aktivitas profesionalnya, Jan van Goyen juga memiliki kehidupan pribadi. Salah satu rumahnya pernah disewa oleh Paulus Potter, seorang pelukis hewan terkenal. Ia juga memiliki beberapa murid, termasuk Nicolaes van Berchem dan Jan Steen, yang kemudian menjadi menantunya. Perjuangan finansial Van Goyen di kemudian hari mungkin memengaruhi prospek bisnis awal Jan Steen, yang meninggalkan Den Haag pada tahun 1654.
1.5. Death
Jan van Goyen meninggal dunia pada 27 April 1656 di Den Haag. Pada saat kematiannya, ia masih terlilit utang sebesar 18.00 K NLG, jumlah yang sangat besar pada waktu itu. Kondisi ini memaksa jandanya untuk menjual perabotan dan lukisan yang tersisa untuk melunasi utang-utangnya. Ia meninggal dalam keadaan hampir bangkrut.
2. Artistic Style and Technique
Gaya artistik Jan van Goyen mengalami evolusi yang signifikan sepanjang kariernya, ditandai dengan teknik melukis yang khas dan inovatif.
2.1. Stylistic Evolution
Karya-karya awal Jan van Goyen dicirikan oleh penggunaan warna yang kuat dan komposisi yang tersebar. Namun, seiring waktu, ia secara bertahap mengadopsi palet warna yang lebih terbatas dan komposisi yang lebih sederhana serta terpadu. Sekitar tahun 1627, ia mulai meninggalkan penggunaan warna-warna cerah dan beralih ke teknik monokromatik yang didominasi warna cokelat tua, yang dapat dianggap sebagai lukisan hampir satu warna.
Pada tahun 1630-an, ia sering melukis lanskap dengan nuansa keemasan-cokelat dan hijau pucat, sebuah periode yang kemudian dikenal sebagai "periode tonal". Dalam lukisan-lukisan ini, ia sering menempatkan garis cakrawala atau garis air yang rendah, mengisi langit yang luas dengan warna-warna samar, dan menangkap suasana dataran rendah yang diselimuti atmosfer dengan presisi. Dari tahun 1640-an hingga akhir hayatnya, ia mengembangkan komposisi yang lebih kokoh, menggabungkan elemen horizontal dan vertikal, serta menggunakan kontras terang-gelap yang lebih kuat untuk menciptakan lanskap yang lebih ekspresif. Gaya bebas, langsung, dan sapuan kuasnya yang hidup memainkan peran penting dalam pembentukan "lukisan lanskap Belanda".
2.2. Technical Characteristics
Jan van Goyen biasanya memulai lukisannya dengan menggunakan panel kayu ek tipis sebagai penopang. Pada panel ini, ia menggosokkan beberapa lapisan lem kulit hewan tipis. Dengan pisau, ia kemudian mengikis lapisan tipis timbal putih berwarna (biasanya cokelat muda, kemerahan, atau oker) ke seluruh permukaan untuk berfungsi sebagai dasar dan mengisi area rendah pada panel.
Selanjutnya, Van Goyen akan membuat sketsa kasar dan sangat cepat dari adegan yang akan dilukis menggunakan pena dan tinta, tanpa terlalu memperhatikan detail kecil subjeknya. Gambar tinta kenari ini dapat terlihat jelas di beberapa area lukisannya yang tipis. Sebagai panduan, ia akan menggunakan gambar detail yang dibuat di luar ruangan dari kehidupan nyata dan kemudian disimpan di studionya sebagai bahan referensi. Pada masa itu, gambar-gambar seniman jarang dianggap sebagai karya seni tersendiri seperti yang terlihat sekarang.
Di paletnya, ia akan menggiling koleksi warna abu-abu netral, umber, oker, dan hijau tanah yang seolah-olah ditarik dari tanah yang ia lukis. Sebuah medium minyak pernis digunakan sebagai pengikat untuk menggiling pigmen bubuknya menjadi cat, dan kemudian digunakan untuk membantu mengaplikasikan lapisan cat tipis yang mudah ia campur. Area gelap pada lukisan dijaga sangat tipis dan transparan dengan jumlah medium minyak yang banyak. Cahaya yang mengenai lukisan di bagian-bagian ini akan hilang dan diserap ke dalam dasar lukisan. Area yang lebih terang pada gambar diperlakukan lebih tebal dan buram dengan jumlah timbal putih yang banyak dicampur ke dalam cat. Cahaya yang jatuh pada lukisan di bagian terang akan dipantulkan kembali ke penonton. Efeknya adalah realisme yang mengejutkan dan kualitas tiga dimensi. Permukaan lukisan yang sudah jadi menyerupai mousse yang cair dan lentur, dikocok dan dimodelkan dengan kuas secara ahli. Menurut sejarawan seni H. U. Beck, "Dalam pemandangan lautnya yang disusun secara bebas pada tahun 1650-an, ia mencapai puncak karya kreatifnya, menghasilkan lukisan-lukisan dengan kesempurnaan yang mencolok."
3. Landscape Painting Specialization
Jan van Goyen secara utama diklasifikasikan sebagai seniman lanskap yang memiliki ketertarikan pada subjek genre kehidupan sehari-hari. Ia melukis banyak kanal di dalam dan sekitar Den Haag, serta desa-desa di pedesaan sekitar Delft, Rotterdam, Leiden, dan Gouda. Ia adalah salah satu pelukis lanskap terbesar di Belanda, setara dengan Jacob van Ruisdael.
4. Major Works
Van Goyen menghasilkan banyak karya sepanjang kariernya. Beberapa lukisan terkenalnya meliputi:
- Pemandangan Sungai Sore dengan Feri (1643)
- Wageningen (1650), minyak di atas kertas, 24.6 cm x 39.9 cm, disimpan di Museum der bildenden Künste
- Pemandangan Sungai dengan Kincir Angin dan Kastil Reruntuhan (1644), minyak di atas kanvas, 97 cm x 133.5 cm, disimpan di Louvre
- Pemandangan Sungai (1636)
- Desa dan Bukit Pasir (1647)
- Ketenangan Malam (1656), salah satu mahakarya terakhirnya.
Beberapa karyanya juga dapat dilihat di Museum Thyssen-Bornemisza di Madrid, termasuk Lanskap Musim Dingin dengan Tokoh di Atas Es (1643) dari koleksi publik, dan Lanskap Sungai dengan Perahu Feri dan Pondok (1634) dari Koleksi Carmen Thyssen.
Berikut adalah beberapa karya penting Jan van Goyen yang menampilkan beragam lanskap dan gaya artistiknya:


Karya-karya Van Goyen sering kali menggambarkan kehidupan pedesaan dan pemandangan alam Belanda yang tenang.


Ia juga dikenal karena kemampuannya menangkap suasana musiman dan detail arsitektur dalam lukisannya.

Pemandangan sungai dan desa adalah tema berulang yang dieksplorasi Van Goyen dengan berbagai variasi.


Karyanya seringkali menampilkan elemen dramatis seperti badai atau pemandangan dengan pelangi.

Van Goyen juga ahli dalam menggambarkan lanskap yang luas dengan detail yang kaya.


Pemandangan sungai dan es adalah subjek favoritnya, menunjukkan keahliannya dalam menangkap suasana atmosfer.


Ia juga menciptakan panorama kota yang mengesankan, seperti pemandangan Arnhem dan Den Haag.


Van Goyen terus menghasilkan karya-karya yang menggambarkan kehidupan sehari-hari dan keindahan alam hingga akhir hayatnya.


Bahkan dalam karya-karya terakhirnya, ia mempertahankan gaya khasnya yang bebas dan ekspresif.

Beberapa lukisan lain yang menunjukkan variasi tema dan teknik Van Goyen meliputi:



5. Professional Activities and Financial Struggles
Meskipun sangat produktif sebagai pelukis, Jan van Goyen juga terlibat dalam berbagai aktivitas profesional di luar melukis, yang sayangnya sering kali berakhir dengan kesulitan finansial.
5.1. Art Dealership and Investment
Lukisan lanskap Van Goyen jarang mencapai harga tinggi di pasaran. Untuk mengimbangi nilai moderat dari setiap karyanya, ia meningkatkan produksinya, melukis dengan cepat dan tipis menggunakan palet pigmen yang murah. Namun, ia selalu mencari pendapatan tambahan. Ia bekerja sebagai pedagang seni dan juru lelang. Selain itu, ia juga berspekulasi di pasar, termasuk dalam mania tulip pada tahun 1630-an (ia adalah korban terakhir yang diketahui dari fenomena ini) dan real estat. Meskipun investasi real estat biasanya merupakan cara yang aman, dalam pengalaman Van Goyen, hal itu justru menyebabkan utang yang sangat besar.
5.2. Financial Difficulties and Debt
Spekulasi real estat dan investasi lainnya menyebabkan Van Goyen terlilit utang yang luar biasa. Pada tahun 1652 dan 1654, ia terpaksa menjual koleksi lukisan dan seni grafisnya. Setelah itu, ia pindah ke rumah yang lebih kecil. Pada saat kematiannya di tahun 1656, ia masih berutang sebesar 18.00 K NLG, memaksa jandanya untuk menjual sisa perabotan dan lukisan mereka. Kesulitan keuangan Van Goyen ini bahkan mungkin memengaruhi prospek bisnis awal murid dan menantunya, Jan Steen, yang meninggalkan Den Haag pada tahun 1654.
6. Legacy and Influence
Jan van Goyen meninggalkan dampak yang signifikan dalam sejarah seni Belanda, memengaruhi banyak seniman lain dan mengalami penemuan kembali kritis setelah masa hidupnya.
6.1. Influence on Other Artists
Jan van Goyen sangat berpengaruh terhadap para pelukis lanskap pada abadnya. Kualitas tonalnya menjadi ciri khas yang banyak ditiru. Menurut Netherlands Institute for Art History, ia memengaruhi seniman-seniman seperti Cornelis de Bie, Jan Coelenbier, Cornelis van Noorde, Abraham Susenier, Herman Saftleven, Pieter Jansz van Asch, dan Abraham van Beijeren. Gaya bebas, langsung, dan sapuan kuasnya yang hidup memainkan peran penting dalam membentuk lukisan lanskap Belanda. Bahkan, Vincent van Gogh menyebut Van Goyen dalam surat keduanya dari rumah sakit jiwa, menulis: "Melalui jendela berjeruji besi saya bisa melihat sebidang gandum di dalam pagar, sebuah perspektif seperti Van Goyen, di atasnya pada pagi hari saya melihat matahari terbit dalam kemuliaannya."
6.2. Critical Reception and Rediscovery
Meskipun terkenal selama hidupnya, reputasi Jan van Goyen menurun tajam setelah kematiannya. Ia menjadi "pelukis yang terlupakan" selama beberapa waktu, hingga akhirnya mengalami evaluasi ulang dan pengakuan kembali pada akhir abad ke-19. Karya-karyanya, terutama pemandangan lautnya yang disusun secara bebas pada tahun 1650-an, diakui sebagai puncak karya kreatifnya, menghasilkan lukisan-lukisan dengan kesempurnaan yang mencolok.