1. Karier Bermain
Jo Bonfrère menghabiskan seluruh karier bermainnya di satu klub, MVV Maastricht. Antara tahun 1963 dan 1985, ia mencetak 50 gol dalam 335 penampilan liga sebagai seorang gelandang untuk klub tersebut. Ia juga pernah menjadi pemain tim nasional Belanda di level junior.
2. Karier Kepelatihan
Setelah pensiun sebagai pemain, Jo Bonfrère melanjutkan kariernya di dunia sepak bola sebagai pelatih, menangani berbagai klub dan tim nasional di Afrika dan Asia.
2.1. Sebelum Melatih Korea Selatan
Setelah karier bermainnya, Bonfrère sempat menjabat sebagai pelatih di MVV Maastricht, klub yang sama tempat ia menghabiskan seluruh karier bermainnya. Pada tahun 1995, ia memulai petualangan kepelatihannya di Afrika sebagai asisten pelatih tim nasional Nigeria.
Pada tahun 1996, menjelang Olimpiade Musim Panas 1996 di Atlanta, Bonfrère dipromosikan menjadi pelatih kepala tim nasional U-23 Nigeria setelah pelatih sebelumnya mengundurkan diri. Di bawah kepemimpinannya, Nigeria berhasil meraih medali emas yang bersejarah, mengalahkan tim-tim kuat seperti Brasil dan Argentina di babak-babak krusial. Namun, setelah kesuksesan Olimpiade tersebut, Bonfrère terlibat dalam perselisihan mengenai gaji dengan Federasi Sepak Bola Nigeria dan akhirnya meninggalkan tim. Sebagai pengakuan atas keberhasilan Olimpiade Atlanta, pemerintah Nigeria melalui Jenderal Sani Abacha berjanji akan memberikan apartemen 3 kamar tidur kepadanya pada tahun 1996, yang baru dipenuhi pada 7 Juni 2018.
Bonfrère juga memimpin tim nasional senior Nigeria ke Piala Afrika 2000 yang diselenggarakan bersama oleh Nigeria dan Ghana. Tim Nigeria berhasil mencapai final, tetapi kalah dari Kamerun melalui adu penalti.
Setelah itu, ia mengambil alih beberapa tim profesional di negara-negara Timur Tengah. Pada musim 2002/2003, Bonfrère melatih Al Ahly di Mesir, di mana ia nyaris memenangkan liga, hanya kalah dua poin di pertandingan terakhir. Akibatnya, kontraknya diputus. Ia juga melatih di Qatar dan Uni Emirat Arab, termasuk melatih Tim nasional sepak bola Qatar dan Tim nasional sepak bola Uni Emirat Arab, meskipun prestasinya di periode ini tidak terlalu menonjol. Salah satu klub yang pernah dilatihnya di Uni Emirat Arab adalah Al Wahda FC.
2.2. Melatih Tim Nasional Korea Selatan
Kariernya kembali menjadi sorotan ketika ia ditunjuk sebagai pelatih tim nasional Korea Selatan pada Juni 2004.
2.2.1. Penunjukan dan Awal Kepelatihan
Penunjukan Bonfrère sebagai pelatih Korea Selatan terjadi di tengah situasi genting. Sebelumnya, Korea Selatan baru saja ditinggalkan oleh pelatih Humberto Coelho setelah hasil imbang melawan Maladewa dalam Kualifikasi Piala Dunia FIFA. Asosiasi Sepak Bola Korea (KFA) juga sempat mengalami kesulitan dalam mencari pengganti, bahkan hampir mencapai kesepakatan dengan Bruno Metsu sebelum akhirnya gagal. Dalam situasi darurat ini, Bonfrère, yang awalnya berada di daftar kandidat prioritas kedua, menerima tawaran KFA.
Ia resmi menjabat pada 21 Juni 2004. Segera setelah kedatangannya, Bonfrère menarik perhatian publik dengan metode pelatihannya yang sangat ketat dan disiplin. Di bawah arahannya, penyerang Lee Dong-gook yang sempat terlupakan berhasil bangkit dan mencetak gol dalam pertandingan debutnya, menunjukkan tanda-tanda positif. Bonfrère juga memulai kiprahnya dengan menjanjikan, memimpin tim muda Korea meraih kemenangan 3-1 yang mengejutkan atas skuad Jerman yang bertabur bintang Piala Dunia FIFA seperti Michael Ballack dan Oliver Kahn dalam pertandingan persahabatan pada Desember 2004 di Busan. Kemenangan ini sempat meredakan kritik dan menimbulkan optimisme publik.
2.2.2. Piala Asia 2004 dan Kualifikasi Piala Dunia 2006 Putaran Kedua
Bonfrère menghadapi tantangan besar karena harus segera mempersiapkan tim untuk Piala Asia AFC hanya sebulan setelah penunjukannya. Akibat persiapan yang tergesa-gesa, Korea Selatan menunjukkan kelemahan di lini pertahanan dan serangan. Pada pertandingan pertama babak penyisihan grup Piala Asia AFC melawan Yordania, tim bermain imbang 0-0. Namun, mereka berhasil mengalahkan Uni Emirat Arab 2-0 dan menundukkan Kuwait dengan skor telak 4-0, yang merupakan kemenangan signifikan mengingat Kuwait telah menjadi lawan yang menyulitkan Korea selama hampir 20 tahun. Di babak perempat final, Korea Selatan terlibat dalam pertandingan ketat melawan Iran, yang berakhir dengan kekalahan 3-4. Meskipun pertahanan menjadi masalah besar, performa menyerang tim menunjukkan potensi yang menjanjikan.
Setelah Piala Asia, Korea Selatan kembali berjuang di Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2006 putaran kedua Zona Asia. Pada 8 September 2004, dalam pertandingan tandang melawan Vietnam, tim tertinggal terlebih dahulu sebelum akhirnya membalikkan keadaan menjadi 2-1. Bonfrère menyatakan kekecewaan mendalam atas performa tim di pertandingan ini. Kemudian, pada 13 Oktober, Korea Selatan kembali bermain imbang 1-1 melawan Lebanon di pertandingan tandang, setelah kebobolan gol akibat kesalahan pertahanan.
Hasil-hasil ini meningkatkan tekanan pada Bonfrère, terutama karena Korea Selatan hanya unggul satu poin dari Lebanon di puncak klasemen. Mereka harus memenangkan pertandingan terakhir melawan Maladewa pada 17 November di Seoul untuk memastikan lolos ke babak selanjutnya. Mengingat hasil imbang 0-0 di pertandingan tandang sebelumnya melawan Maladewa pada 31 Maret, ada kekhawatiran besar akan kegagalan lolos. Untungnya, Korea Selatan berhasil memenangkan pertandingan ini 2-0 dengan dua gol di babak kedua, memastikan tempat di babak kualifikasi akhir. Bonfrère pun mengungkapkan kegembiraannya, mengatakan ia senang bisa melaju ke babak berikutnya setelah hasil imbang yang mengecewakan di leg pertama.
2.2.3. Kualifikasi Akhir Piala Dunia 2006 dan Pengunduran Diri
Meskipun Korea Selatan berhasil lolos dari putaran kedua, opini publik yang menuntut pemecatan Bonfrère mulai menguat karena performa yang tidak konsisten. Namun, kemenangan telak 3-1 atas Jerman dalam pertandingan persahabatan di Busan pada 19 Desember 2004 sempat meredakan tekanan tersebut. Jerman menjadi satu-satunya tim Asia yang mengalahkan Jerman hingga Australia melakukannya pada 29 Maret 2011. Setelah kualifikasi akhir Piala Dunia FIFA 2006 mempertemukan Korea Selatan dengan Kuwait, Arab Saudi, dan Uzbekistan, Bonfrère bersumpah untuk berjuang keras, menyatakan bahwa "tidak ada tim yang mudah."
Pertandingan pertama di babak kualifikasi akhir pada 9 Februari 2005 melawan Kuwait berjalan mulus dengan kemenangan 2-0. Meskipun ada kekalahan 0-1 dari Mesir dalam pertandingan persahabatan empat hari sebelumnya, Korea Selatan berhasil mencetak dua gol di kedua babak tanpa masalah besar dalam pertahanan maupun serangan. Namun, pada 25 Maret, Korea Selatan menderita kekalahan 0-2 yang lesu dalam pertandingan tandang melawan Arab Saudi, memicu krisis baru. Situasi diperparah ketika pernyataannya, "Kami (We) seharusnya bermain lebih efisien," dilaporkan sebagai kritik terhadap para pemain, kembali memicu seruan untuk pemecatan dirinya.
Tim berhasil mengambil napas lega dengan kemenangan 2-1 atas Uzbekistan dalam pertandingan kandang pada 30 Maret. Namun, pada 3 Juni, dalam pertandingan tandang melawan Uzbekistan, mereka tertinggal 0-1 sebelum Park Chu-young mencetak gol debutnya di pertandingan internasional yang berakhir dengan skor 1-1, meningkatkan kekhawatiran akan pertandingan tandang berikutnya melawan Kuwait. Meskipun hasil imbang dengan Kuwait akan menguntungkan Korea Selatan karena keunggulan head-to-head, pertandingan tandang melawan Kuwait yang telah menjadi "pengganggu" Korea Selatan selama 20 tahun terakhir menimbulkan ketidakpastian. Namun, hasil sebenarnya adalah kemenangan 4-0 yang telak, sama seperti di Piala Asia AFC setahun sebelumnya, yang akhirnya memastikan Korea Selatan lolos ke Piala Dunia FIFA 2006 setelah serangkaian perjuangan di bawah kepemimpinan Bonfrère.
Meskipun tim berhasil lolos ke Piala Dunia, hasil buruk di Kejuaraan Sepak Bola Asia Timur 2005 yang diselenggarakan di Korea Selatan pada Agustus 2005 (1-1 vs Tiongkok, 0-0 vs Korea Utara, 0-1 vs Jepang, menempati posisi terakhir) kembali memicu desakan pemecatan. Situasi semakin memburuk setelah kekalahan 0-1 dari Arab Saudi dalam pertandingan kandang terakhir pada 17 Agustus di Seoul, di mana mereka gagal membalas kekalahan di pertandingan tandang. Meskipun Bonfrère menyatakan tidak akan mengundurkan diri, ia akhirnya secara faktual dipecat beberapa hari kemudian, dalam bentuk pengunduran diri sukarela pada 23 Agustus. Ia digantikan oleh Dick Advocaat, yang menjadi pelatih Belanda ketiga bagi Korea Selatan. Advocaat sempat memicu kontroversi dengan mengatakan ia akan menjadi "Guus Hiddink yang lain, bukan Bonfrère."
Setahun kemudian, menjelang Piala Dunia FIFA 2006, Bonfrère terlihat hadir di lokasi pertandingan Korea Selatan. Spekulasi muncul bahwa ia mungkin memberikan informasi kepada tim nasional Togo, lawan Korea Selatan, namun Bonfrère sendiri membantah tuduhan tersebut.
2.3. Setelah Melatih Korea Selatan
Setelah meninggalkan tim nasional Korea Selatan, Bonfrère kembali melanjutkan kariernya di Tiongkok. Pada musim liga 2007, ia bergabung dengan mantan juara Liga Super Tiongkok, Dalian Shide, dengan kontrak satu tahun. Meskipun tim finis di posisi kelima liga, mereka tidak pernah benar-benar bersaing untuk gelar, dan Bonfrère memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya. Pada 29 Juni 2011, klub Liga Super Tiongkok lainnya, Henan Jianye, mengumumkan bahwa Bonfrère akan memimpin tim dengan kontrak 1+1 tahun untuk berjuang mempertahankan posisi di Liga Super. Pada Februari 2015, Bonfrère kembali ke klub lamanya, MVV Maastricht, sebagai bagian dari staf tim muda. Kemudian, pada 25 Mei 2017, klub Liga Satu Tiongkok, Baoding Yingli ETS, menandatangani kontrak satu tahun dengan Bonfrère.
2.4. Riwayat Kepelatihan Klub dan Tim Nasional
Berikut adalah ringkasan riwayat kepelatihan Jo Bonfrère di berbagai klub dan tim nasional:
Klub/Tim Nasional | Posisi | Periode |
---|---|---|
MVV Maastricht | Pelatih | 1983 |
MVV Maastricht | Pelatih | 1985 |
Tim nasional sepak bola Nigeria | Asisten Pelatih | 1995-1996 |
Tim nasional sepak bola U-23 Nigeria | Pelatih Kepala | 1996 |
Tim nasional sepak bola Qatar | Pelatih Kepala | 1996-1997 |
Al Wahda FC | Pelatih Kepala | 1998-1999 |
Tim nasional sepak bola Qatar | Pelatih Kepala | 1998-1999 |
Tim nasional sepak bola Nigeria | Pelatih Kepala | 1999-2001 |
Tim nasional sepak bola Uni Emirat Arab | Pelatih Kepala | 2001-2002 |
Al Ahly | Pelatih Kepala | 2002-2003 |
Tim nasional sepak bola Korea Selatan | Pelatih Kepala | 21 Juni 2004 - 23 Agustus 2005 |
Dalian Shide | Pelatih Kepala | 2007 |
Al Wahda FC | Pelatih Kepala | 2007-2008 |
Henan Jianye | Pelatih Kepala | 2011 |
MVV Maastricht | Staf Tim Muda | Februari 2015 |
Baoding Yingli ETS | Pelatih Kepala | 2017 |
3. Prestasi dan Penghargaan
Berikut adalah pencapaian signifikan yang diraih Jo Bonfrère sepanjang karier kepelatihannya:
- Olimpiade Musim Panas 1996**: Medali Emas (bersama Nigeria U-23)
- Piala Afrika 2000**: Runner-up (bersama Nigeria)
4. Kutipan dan Penilaian Publik
Jo Bonfrère dikenal dengan gaya kepelatihannya yang blak-blakan, langsung, dan terkadang kontroversial, yang sering tercermin dalam kutipan-kutipannya. Keterusterangannya ini seringkali memicu perdebatan di media dan publik.
Beberapa kutipan terkenal dari Bonfrère mencakup:
- "Jika saya bilang berdiri, berdirilah. Jika saya bilang tendang ke kanan, tendang ke kanan, dan jika saya bilang tendang ke kiri, tendang ke kiri." (Diucapkan kepada pemain selama latihan, menunjukkan tuntutan mutlaknya terhadap kepatuhan taktis.)
- "Apakah ini yang bisa dimainkan seorang pemain tim nasional? Jika kalian mau bermain seperti itu, pulanglah." (Diucapkan ketika pemain-pemain terlihat malas dalam latihan, menunjukkan kekesalannya terhadap kurangnya intensitas.)
- "Saya belum melihat gol masuk." (Ketika asisten pelatihnya, Lee Chun-seok, ingin mengakhiri sesi latihan menembak, Bonfrère menekankan untuk terus berlatih sampai gol tercipta.)
- "Strategi saya sempurna, tetapi para pemain tidak mengikutinya." (Komentar pasca-pertandingan yang seringkali menimbulkan kontroversi karena terkesan menyalahkan pemain atas kekalahan.)
- "Apakah kalian sedang tidur sekarang?" (Diucapkan untuk mendesak pemain agar lebih fokus dan aktif dalam latihan.)
- "Dia terlihat seperti akan terbang jika ditiup." (Komentar Bonfrère tentang Park Chu-young ketika ditanya mengapa ia tidak memilih Park untuk tim nasional, mengindikasikan kekhawatirannya akan fisik Park yang saat itu belum matang.)
Kutipan-kutipan ini menunjukkan karakter Bonfrère yang tegas dan jujur, tetapi juga seringkali menyinggung. Penilaian publik terhadapnya bervariasi; ia dihormati atas pencapaiannya, terutama medali emas Olimpiade, namun juga dikritik karena gaya komunikasinya yang kurang diplomatis, terutama selama masa kepelatihannya di Korea Selatan.
5. Aneka Ragam
Selain prestasi dan gaya kepelatihannya yang khas, ada beberapa anekdot menarik terkait Jo Bonfrère. Salah satu yang paling dikenal adalah janji pemerintah Nigeria untuk memberikan apartemen 3 kamar tidur kepadanya setelah ia memimpin tim nasional U-23 Nigeria meraih medali emas di Olimpiade Musim Panas 1996 di Atlanta. Janji tersebut, yang dibuat oleh almarhum Jenderal Sani Abacha, baru dipenuhi lebih dari dua dekade kemudian, yaitu pada 7 Juni 2018.
Di Korea Selatan, Jo Bonfrère dikenal dengan nama Korea-nya, "Jo Bong-rae" (조봉래Bahasa Korea). Julukan ini mencerminkan bagaimana ia diasimilasi secara budaya oleh penggemar sepak bola di Korea Selatan. Ia juga dijuluki "Jo Bond" (조 본드Bahasa Korea), mungkin karena sifatnya yang keras dan tanpa kompromi, mirip dengan karakter James Bond yang kuat dan tegas.