1. Overview
John dari Falkenberg atau Johannes FalkenbergYohannes FalkenbergBahasa Jerman adalah seorang teolog dan penulis Ordo Dominikan asal Jerman pada akhir Abad Pertengahan, yang lahir di Falkenberg, Pomerania. Ia dikenal karena keterlibatannya dalam Skisma Barat serta dukungannya terhadap Ksatria Teutonik dalam konflik melawan Kerajaan Polandia dan Keharyapatihan Lituania. Meskipun demikian, signifikansi historis utamanya terletak pada advokasinya yang kontroversial terhadap genosida sebagai metode untuk mengatasi lawan-lawan keagamaan dan politik, menjadikannya salah satu pemikir pertama yang secara eksplisit membenarkan pembunuhan massal. Artikel ini akan mengkaji latar belakang kehidupannya, aktivitas teologis dan politiknya yang signifikan, serta menganalisis secara kritis dampak dari gagasan-gagasan ekstremnya terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia.
2. Kehidupan
Kehidupan John dari Falkenberg ditandai oleh pendidikan teologisnya dalam Ordo Dominikan, yang membentuk dasar bagi keterlibatan aktifnya dalam pengajaran dan penulisan di kemudian hari.
2.1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
John dari Falkenberg, atau Johannes FalkenbergYohannes FalkenbergBahasa Jerman, lahir di Falkenberg, Pomerania (sekarang Jastrzębniki, Voivodat Pomerania Barat), pada tanggal yang tidak diketahui. Ia bergabung dengan Ordo Santo Dominikus dan menjalani masa novisiatnya di biara di Kammin. Fakta bahwa ia merupakan seorang magister dalam Teologi Suci mengindikasikan bahwa selama beberapa tahun ia mengajar filsafat dan teologi dalam ordonya, yang merupakan langkah penting dalam pengembangan intelektual dan spiritualnya.
2.2. Aktivitas Teologis
Sebagai seorang pengajar teologi dan filsafat di dalam Ordo Dominikan, John dari Falkenberg aktif dalam pengajaran dan penulisan. Aktivitas teologisnya seringkali bercampur dengan keterlibatan dalam isu-isu politik dan gerejawi yang kontroversial pada zamannya.
3. Aktivitas Utama dan Karya Tulis
Falkenberg dikenal atas perannya dalam mendukung Paus Gregorius XII di tengah Skisma Barat dan advokasinya terhadap Ksatria Teutonik dalam konflik melawan Polandia dan Lituania, pandangan-pandangan yang ia tuangkan dalam karya-karya tulisnya yang kontroversial.
3.1. Peran dalam Skisma Barat
Dalam konteks Skisma Barat, John dari Falkenberg mengambil posisi yang bertentangan dengan banyak anggota ordonya, termasuk jenderal ordonya, Bernard de Datis, yang merupakan pendukung setia Antipaus Aleksander V dan Antipaus Yohanes XXIII. Falkenberg justru menjadi pendukung setia Paus Gregorius XII. Ia membawa penolakannya begitu jauh hingga secara terbuka di Konsili Konstanz menolak untuk mengakui Bernard sebagai atasannya, menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap pihak yang ia yakini benar dalam perpecahan kepausan.
3.2. Keterlibatan dalam Konflik Ksatria Teutonik
Falkenberg secara aktif terlibat dalam perselisihan yang berlangsung lama antara Ksatria Teutonik di Prusia di satu pihak, dan sekutu Kerajaan Polandia di bawah Raja Jogaila serta Keharyapatihan Lituania di bawah Adipati Agung Vytautas di pihak lain. Ia memberikan dukungannya kepada Ksatria Teutonik, yang saat itu telah melancarkan perang salib selama seratus tahun melawan Keharyapatihan Lituania yang masih pagan. Konflik ini diajukan oleh kedua belah pihak untuk mediasi di Konsili Konstanz, yang menjadi forum penting bagi Falkenberg untuk menyuarakan pandangannya.
3.3. Karya Tulis Utama dan Gagasan
John dari Falkenberg mengembangkan gagasan-gagasan yang sangat kontroversial dalam karya-karya tulisannya, khususnya terkait dengan pembenaran kekerasan ekstrem terhadap lawan-lawan politik dan keagamaan. Karya-karyanya mencerminkan ideologi yang keras dan seringkali merusak, yang kemudian memicu kritik dan kecaman.
3.3.1. Liber de doctrina
Pada tahun 1416, Falkenberg menulis sebuah buku berjudul Liber de doctrina, yang dimaksudkan untuk menentang cendekiawan Polandia terkemuka, Paulus Vladimiri. Dalam karyanya ini, Falkenberg berpendapat bahwa Raja Polandia dan para pengikutnya adalah penyembah berhala dan orang yang tidak beriman. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa penentangan terhadap mereka adalah tindakan yang mulia dan patut dipuji.
Salah satu argumen paling mengerikan dalam Liber de doctrina adalah pembenaran tiranisida (pembunuhan tiran) yang sebelumnya diadvokasi oleh Fransiskan Jean Petit. Falkenberg menyimpulkan bahwa adalah sah untuk membunuh Raja Polandia dan para sekutunya. Lebih jauh lagi, Falkenberg mengemukakan argumen dalam Liber de doctrina bahwa "Kaisar memiliki hak untuk membunuh bahkan orang-orang kafir yang damai hanya karena mereka adalah pagan (...). Bangsa Polandia pantas mati karena membela orang-orang kafir, dan harus dimusnahkan bahkan lebih dari orang-orang kafir; mereka harus dilucuti dari kedaulatan mereka dan direduksi menjadi perbudakan." Pandangan ini sangat signifikan karena Stanislaus F. Belch, dalam karyanya Paulus Vladimiri and his Doctrine concerning International Law and Politics, mencatat bahwa Falkenberg adalah penulis pertama yang secara eksplisit merumuskan pembenaran genosida. Gagasan-gagasan ini menunjukkan sejauh mana ideologi keagamaan dan politik dapat disalahgunakan untuk membenarkan tindakan kekerasan massal yang merampas martabat manusia.
3.3.2. Satira dan Karya Tulis Lainnya
Selain Liber de doctrina, Falkenberg juga menerbitkan Satira pada tahun 1412. Karya ini lebih lanjut menyerang Polandia dan Raja Jogaila, meskipun pada saat itu Raja Jogaila dan Lituania telah menganut agama Kristen. Dalam Satira, Falkenberg menyebut Raja Jogaila sebagai "anjing gila" dan menyatakan bahwa ia tidak layak menjadi raja, menunjukkan tingkat kebencian dan penghinaan yang mendalam.
Dalam karyanya yang kemudian, Tres tractatuli, yang diterbitkan pada tahun 1416, Falkenberg berusaha membantah pandangan Jean Gerson, Pierre d'Ailly, dan para doktor lain dari Universitas Paris yang telah mengutuk karya-karya Jean Petit. Dalam Tres tractatuli, Falkenberg juga menyangkal hak para uskup untuk menyatakan bukunya atau bagian mana pun dari bukunya sebagai bid'ah, mengklaim bahwa dalam masalah iman, hanya Paus dan konsili umum yang memiliki infalibilitas.
4. Kritik dan Kontroversi
Gagasan-gagasan ekstrem John dari Falkenberg, terutama advokasinya terhadap genosida, memicu kecaman keras dari Konsili Konstanz dan Ordo Dominikan, serta menjadi subjek evaluasi kritis dalam sejarah.
4.1. Putusan Konsili Konstanz dan Ordo Dominikan
Akibat pandangan dan tulisannya, atas perintah Nicolaus, Uskup Agung Gniezno, Falkenberg dipenjarakan. Pihak Polandia menuntut agar Falkenberg dihukum atas tuduhan bid'ah, namun tuntutan tersebut tidak berhasil sepenuhnya. Karya-karyanya akhirnya dikutuk oleh Konsili Konstanz sebagai fitnah yang skandal, tetapi tidak dinyatakan sebagai bid'ah.
Putusan serupa juga diberikan oleh Ordo Dominikan sendiri, yang berkumpul di Strasbourg dari Mei hingga Juni 1417. Ordo tersebut juga mengutuk Falkenberg dan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepadanya. Sekembalinya ke Roma, Paus Martinus V membawa Falkenberg bersamanya dan menahannya selama beberapa tahun dalam kurungan ketat.
4.2. Evaluasi Advokasi Genosida
Advokasi John dari Falkenberg untuk genosida terhadap bangsa Polandia dan Lituania merupakan aspek paling kontroversial dan mengerikan dari pemikirannya. Pembenaran pembunuhan massal berdasarkan perbedaan agama atau etnis sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip martabat manusia dan hukum internasional yang berkembang. Pandangan semacam itu, meskipun berasal dari konteks sejarah abad pertengahan yang penuh konflik, secara etis dan historis dikecam keras karena secara langsung mempromosikan kekerasan yang tidak proporsional, tidak manusiawi, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Hal ini menyoroti bagaimana ideologi ekstrem dapat membenarkan kekejaman yang melampaui batas-batas kemanusiaan, dan menjadi preseden negatif dalam sejarah pemikiran hukum dan etika.
5. Kematian
Situasi seputar kematian John dari Falkenberg masih diselimuti ketidakpastian. Ia meninggal sekitar tahun 1418 di Italia, meskipun beberapa catatan lain menyebutkan ia meninggal di kota kelahirannya di Pomerania. Tidak jelas apakah ia akhirnya mendapatkan kembali kebebasannya atau meninggal dalam kurungan selama masa penahanannya oleh Paus Martinus V.
6. Dampak dan Evaluasi Sejarah
Meski kurang dikenal, gagasan-gagasan John dari Falkenberg, khususnya pembenaran genosida, memiliki dampak signifikan dalam sejarah pemikiran hukum dan etika, menimbulkan perdebatan tentang batas-batas toleransi teologis dan implikasi dehumanisasi.
6.1. Penilaian Sejarah
John dari Falkenberg dikenang sebagai salah satu pemikir pertama yang secara eksplisit mengajukan pembenaran untuk genosida terhadap suatu bangsa, seperti yang ia lakukan terhadap bangsa Polandia dan Lituania. Pandangannya yang ekstrem, yang mengklaim bahwa suatu bangsa dapat dimusnahkan hanya karena perbedaan keyakinan atau karena membela "orang kafir", merupakan preseden yang mengkhawatirkan dan berbahaya dalam sejarah pemikiran. Meskipun Konsili Konstanz mengutuk karyanya sebagai fitnah tetapi bukan bid'ah, putusan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang batas-batas toleransi teologis saat itu dan kegagalan untuk sepenuhnya mengakui bahaya dari ide-ide dehumanisasi semacam itu. Secara keseluruhan, warisan John dari Falkenberg berfungsi sebagai pengingat akan bahaya ideologi yang dehumanisasi dan pembenaran kekerasan ekstrem, yang bertentangan dengan perkembangan hukum humaniter internasional dan nilai-nilai fundamental hak asasi manusia.