1. Early Life and Background
Kehidupan awal Khaled Hosseini di Afganistan dan pengalamannya sebagai pengungsi membentuk fondasi yang mendalam bagi karya-karya sastranya yang kemudian dikenal luas. Latar belakangnya yang unik, dari masa kecil yang istimewa di Kabul hingga pengalaman imigrasi yang penuh gejolak, memberikan perspektif yang kaya tentang identitas, kehilangan, dan ketahanan manusia.
1.1. Birth and Family
Khaled Hosseini lahir pada 4 Maret 1965 di Kabul, Afganistan. Ia adalah anak tertua dari lima bersaudara. Ayahnya, Nasser, bekerja sebagai diplomat untuk Kementerian Luar Negeri Afganistan di Kabul, sementara ibunya adalah seorang guru bahasa Persia di sebuah sekolah menengah khusus perempuan. Kedua orang tuanya berasal dari Herat.
Mengenai etnisitasnya, Hosseini menyatakan, "Saya bukan murni apa pun. Ada bagian Pashtun dalam diri saya, ada bagian Tajik dalam diri saya." Keluarga ibunya diyakini berasal dari suku Mohammadzai Pashtun.
1.2. Childhood in Kabul
Hosseini menggambarkan masa kecilnya sebagai masa yang istimewa. Ia menghabiskan delapan tahun masa kecilnya di lingkungan kelas atas Wazir Akbar Khan di Kabul. Ia tidak ingat saudara perempuannya, Raya, pernah mengalami diskriminasi karena menjadi perempuan, dan ia mengenang Kabul sebagai "kota yang tumbuh, berkembang, dan kosmopolitan", tempat ia secara teratur bermain layang-layang bersama sepupu-sepupunya.
1.3. Emigration and Asylum in the United States
Pada tahun 1970, Hosseini dan keluarganya pindah ke Iran di mana ayahnya bekerja untuk Kedutaan Besar Afganistan di Tehran. Pada tahun 1973, keluarga Hosseini kembali ke Kabul, dan adik bungsunya lahir pada bulan Juli tahun itu. Pada tahun 1976, ketika Hosseini berusia 11 tahun, ayahnya mendapatkan pekerjaan di Paris, Prancis, dan memindahkan keluarganya ke sana.
Mereka tidak dapat kembali ke Afganistan karena Revolusi Saur pada April 1978, di mana Partai Demokratik Rakyat Afganistan (PDPA) merebut kekuasaan. Pada tahun 1980, tak lama setelah dimulainya Perang Soviet-Afganistan, mereka mencari suaka politik di Amerika Serikat dan menetap di San Jose, California. Ketika Hosseini pertama kali tiba di Amerika Serikat, ia berusia 15 tahun dan tidak bisa berbahasa Inggris. Ia menggambarkan pengalaman itu sebagai "kejutan budaya" dan "sangat mengasingkan".
Meskipun jauh dari gejolak di negara asalnya, keluarga Hosseini menyadari situasi yang dihadapi oleh sejumlah teman dan kerabat mereka. Hosseini menjelaskan bahwa kudeta komunis pada tahun 1978 sangatlah kejam, dengan banyak orang ditangkap dan dieksekusi, serta banyak yang dipenjara. Siapa pun yang berafiliasi dengan rezim sebelumnya atau keluarga kerajaan dianiaya, dipenjara, dibunuh, ditangkap, atau menghilang. Ia dan keluarganya mendengar berita tentang teman, kenalan, dan kadang-kadang anggota keluarga yang mengalami nasib buruk tersebut, yang dipenjara atau lebih buruk lagi, menghilang tanpa jejak. Hosseini mengakui bahwa ia menderita "rasa bersalah penyintas" karena telah berhasil meninggalkan negara itu sebelum invasi Soviet dan perang-perang berikutnya.
2. Education and Medical Career
Sebelum mengukir namanya di dunia sastra, Khaled Hosseini menempuh jalur pendidikan yang berbeda, yang membawanya pada karir di bidang kedokteran. Pengalaman ini, meskipun tidak langsung terkait dengan menulis, memberikan konteks penting bagi pemahamannya tentang penderitaan manusia dan kondisi sosial yang kemudian menjadi tema sentral dalam novel-novelnya.
2.1. Education
Hosseini lulus dari Independence High School di San Jose pada tahun 1984. Ia kemudian mendaftar di Santa Clara University, di mana ia lulus dengan gelar sarjana biologi pada tahun 1988. Setahun kemudian, ia mendaftar di University of California, San Diego School of Medicine, dan lulus dengan gelar M.D. pada tahun 1993.
2.2. Medical Practice
Pada tahun 1997, Hosseini menyelesaikan residensi penyakit dalam di Cedars-Sinai Medical Centre di Los Angeles. Ia berpraktik sebagai dokter selama lebih dari sepuluh tahun, bahkan hingga satu setengah tahun setelah publikasi novel The Kite Runner. Ia menyamakan profesi kedokteran dengan "perjodohan", yang menunjukkan bahwa ia tidak sepenuhnya puas dengan karir tersebut. Setelah kesuksesan besar The Kite Runner, ia dapat pensiun dari dunia kedokteran untuk fokus sepenuhnya pada penulisan.
3. Literary Career
Karir sastra Khaled Hosseini ditandai dengan serangkaian novel yang mendalam dan menyentuh, yang telah menarik perhatian global pada sejarah dan penderitaan rakyat Afganistan. Karya-karyanya tidak hanya meraih kesuksesan komersial tetapi juga diakui secara kritis karena kemampuannya mengangkat isu-isu kemanusiaan dan sosial yang kompleks.
3.1. The Kite Runner

The Kite Runner, novel pertama Hosseini, diterbitkan pada tahun 2003. Kisah ini berpusat pada seorang anak laki-laki bernama Amir yang berjuang untuk membentuk hubungan yang lebih dalam dengan ayahnya dan mengatasi ingatan akan peristiwa traumatis di masa kecilnya. Novel ini berlatar di Afganistan, dari masa jatuhnya monarki hingga runtuhnya rezim Taliban, serta di San Francisco Bay Area, khususnya di Fremont, California.
Novel ini mengeksplorasi tema-tema kompleks seperti konflik sosial di Afganistan, khususnya ketegangan etnis antara Hazara dan Pashtun, isu-isu hak asasi manusia, rasa bersalah dan penebusan pribadi, serta pengalaman imigran. The Kite Runner menjadi novel terlaris tahun 2005 di Amerika Serikat dan dinominasikan untuk Pushcart Prize. Novel ini menghabiskan 101 minggu dalam daftar buku terlaris The New York Times, termasuk tiga minggu di posisi nomor satu. Secara global, The Kite Runner dan A Thousand Splendid Suns telah terjual total 38 juta eksemplar. Pada Desember 2007, The Kite Runner diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama. Hosseini sendiri tampil sebagai kameo di akhir film sebagai seorang pengamat, ketika Amir membeli layang-layang yang kemudian ia terbangkan bersama Sohrab.
3.2. A Thousand Splendid Suns

Novel kedua Hosseini, A Thousand Splendid Suns, dirilis pada tahun 2007. Berlatar di Afganistan, kisah ini membahas banyak isu yang sama dengan novel pertamanya, tetapi dari perspektif perempuan. Novel ini menceritakan kisah dua perempuan, Mariam dan Laila, yang hidupnya saling terkait setelah suami Mariam menikahi Laila. Kisah ini berlatar selama transisi tiga puluh tahun yang bergejolak di Afganistan, mulai dari pendudukan Soviet hingga kendali Taliban dan pembangunan kembali pasca-Taliban.
Novel ini menyoroti kehidupan perempuan Afganistan, serta ketahanan dan perjuangan mereka dalam menghadapi perang, penindasan, dan kesulitan. A Thousand Splendid Suns menghabiskan 103 minggu dalam daftar buku terlaris The New York Times, termasuk 15 minggu di posisi nomor satu. Hak adaptasi novel ini kemudian diakuisisi oleh produser Scott Rudin dan Columbia Pictures.
3.3. And the Mountains Echoed
Novel ketiga Hosseini, And the Mountains Echoed, dirilis pada 21 Mei 2013. Sebelum dirilis, Hosseini menyatakan bahwa ia selalu tertarik pada tema keluarga sebagai tema sentral yang berulang dalam tulisannya. Novel-novel sebelumnya adalah kisah tentang kebapakan dan keibuan. Novel barunya juga merupakan kisah keluarga multi-generasi, kali ini berputar di sekitar saudara laki-laki dan perempuan, serta cara mereka mencintai, melukai, mengkhianati, menghormati, dan berkorban satu sama lain. Novel ini mengeksplorasi hubungan antar anggota keluarga, perpisahan dan pertemuan kembali, serta pengaruh ingatan. And the Mountains Echoed tetap berada di daftar buku terlaris The New York Times selama 33 minggu.
3.4. Other Works
Selain novel-novel panjangnya, Hosseini juga menulis karya-karya lain yang memperluas portofolio sastranya. Salah satu karyanya yang menonjol adalah Sea Prayer, sebuah cerita pendek bergambar yang dirilis pada tahun 2018. Karya ini terinspirasi oleh tragedi tenggelamnya Alan Kurdi yang berusia tiga tahun, seorang pengungsi yang mencoba mencapai Eropa dari Suriah. Hasil penjualan dari Sea Prayer disumbangkan kepada UNHCR dan The Khaled Hosseini Foundation, menunjukkan komitmen Hosseini terhadap isu-isu pengungsi.
3.5. Themes and Literary Style
Karya-karya Hosseini secara konsisten mengeksplorasi tema-tema yang mendalam dan relevan dengan kondisi sosial dan politik Afganistan. Tema-tema utama yang diangkat meliputi sejarah Afganistan yang bergejolak, isu-isu sosial yang kompleks, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di tengah konflik. Ia secara khusus menyoroti dampak perang dan penderitaan pengungsi, serta ketahanan luar biasa dari kelompok rentan dalam menghadapi kesulitan.
Gaya sastranya dicirikan oleh narasi yang kuat, pengembangan karakter yang mendalam, dan kemampuan untuk menggambarkan emosi manusia yang kompleks seperti rasa bersalah, penebusan, dan cinta. Hosseini memiliki kemampuan unik untuk menyatukan kisah-kisah pribadi yang menyentuh dengan latar belakang sejarah yang lebih luas, sehingga karyanya tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik pembaca tentang realitas Afganistan. Melalui tulisannya, ia mencerminkan kepedulian yang mendalam terhadap kesetaraan sosial dan keadilan bagi mereka yang tertindas.
4. Humanitarian Activities and Advocacy
Di luar karir sastranya, Khaled Hosseini dikenal luas atas komitmennya terhadap kegiatan kemanusiaan dan advokasi. Dedikasinya untuk membantu pengungsi dan meningkatkan kesadaran tentang krisis kemanusiaan di Afganistan telah menjadikannya suara penting di panggung global.
4.1. UNHCR Goodwill Envoy
Hosseini saat ini menjabat sebagai Duta Besar Niat Baik untuk Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Dalam perannya ini, ia secara aktif mengadvokasi isu-isu pengungsi dan bekerja sama dengan The Khaled Hosseini Foundation untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan di Afganistan. Keterlibatannya dengan UNHCR telah memberinya platform untuk berbicara tentang kebutuhan mendesak para pengungsi dan menyerukan dukungan internasional.
4.2. The Khaled Hosseini Foundation
Konsep untuk The Khaled Hosseini Foundation terinspirasi oleh perjalanan Hosseini ke Afganistan pada tahun 2007 bersama UNHCR. Organisasi ini didirikan dengan tujuan utama mendukung pengungsi Afganistan yang kembali ke tanah air mereka. Yayasan ini secara aktif mengumpulkan dana untuk membangun rumah bagi para pengungsi dan menyediakan bantuan penting lainnya. Melalui yayasan ini, Hosseini secara langsung berkontribusi pada upaya pemulihan dan pembangunan kembali kehidupan bagi mereka yang terkena dampak konflik.
5. Influences
Pemikiran dan karya Khaled Hosseini dibentuk oleh berbagai pengaruh, mulai dari kekayaan sastra dan budaya Persia hingga pengalaman pribadi yang mendalam. Kombinasi faktor-faktor ini memberikan kedalaman dan otentisitas pada narasi-narasinya.
5.1. Literary and Cultural Influences
Sejak kecil, Hosseini banyak membaca sastra Persia, khususnya karya-karya penyair terkemuka seperti Rumi, Omar Khayyám, Abdul-Qādir Bēdil, dan Hafez. Ia juga menyebut terjemahan Persia dari novel White Fang karya Jack London sebagai pengaruh kunci dari masa mudanya, di samping terjemahan novel-novel lain seperti Alice in Wonderland dan seri Mike Hammer karya Mickey Spillane.
Dalam musik, Hosseini menyebut penyanyi Afganistan Ahmad Zahir sebagai pengaruh musik utama, memilih lagu "Madar" dan "Aye Padesha Khuban" sebagai dua "Inheritance Tracks"-nya selama penampilan di BBC Radio 4's Saturday Live. Ia menyebut Zahir sebagai "Elvis Afganistan" dan menyatakan bahwa musiknya adalah "salah satu kenangan penting dari masa saya di Afganistan".
5.2. Personal Experiences and Memories
Banyak elemen pribadi dan kenangan masa kecil menjadi motivasi utama dalam penulisan karya-karya Hosseini. Kenangan masa kecilnya yang indah di Afganistan sebelum invasi Soviet, yang ia gambarkan sebagai "kenangan yang sangat indah", menjadi inspirasi bagi novel The Kite Runner.
Pengalaman pribadinya dengan seorang pria Hazara bernama Hossein Khan, yang bekerja untuk keluarganya saat mereka tinggal di Iran, juga sangat memengaruhi karyanya. Hosseini, yang saat itu duduk di kelas tiga, mengajari Hossein Khan membaca dan menulis. Meskipun hubungan mereka singkat dan formal, kenangan akan hubungan ini menjadi inspirasi bagi karakter Hassan dan Amir dalam The Kite Runner. Novel terbarunya, And the Mountains Echoed, banyak dipengaruhi oleh masa-masa keluarganya hidup dalam pengasingan di Paris dan kenangannya dengan anak-anak Afganistan.
6. Personal Life
Kehidupan pribadi Khaled Hosseini, termasuk hubungan keluarga dan pandangan dunianya, memberikan wawasan lebih lanjut tentang individu di balik karya-karya yang menyentuh hati. Ia telah menunjukkan keterbukaan dan dukungan terhadap isu-isu sosial yang penting.
6.1. Family and Relationships
Hosseini menikah dengan Roya, dan mereka memiliki dua anak, Haris dan Farah. Keluarga ini tinggal di California Utara.
Pada Juli 2022, Hosseini mengumumkan melalui media sosial bahwa putrinya yang berusia 21 tahun telah menyatakan diri sebagai transgender. Hosseini menyatakan kebanggaannya atas keberanian putrinya dan menekankan pentingnya penerimaan dan dukungan bagi individu transgender.
6.2. Identity and Beliefs
Hosseini memiliki identitas yang kompleks sebagai keturunan Afganistan-Amerika. Ia fasih berbahasa Persia dan Pashto. Ia menggambarkan dirinya sebagai seorang Muslim sekuler, yang mencerminkan pandangan dunia yang luas dan terbuka terhadap berbagai perspektif.
7. Awards and Honors
Khaled Hosseini telah menerima berbagai penghargaan sastra dan kehormatan lainnya sebagai pengakuan atas kontribusinya yang signifikan dalam dunia sastra dan kemanusiaan.
7.1. Literary Awards
Karya-karya Hosseini telah meraih banyak penghargaan sastra bergengsi:
Tahun | Karya | Penghargaan | Hasil |
---|---|---|---|
2004 | The Kite Runner | Exclusive Books Boeke Prize | Pemenang |
2007 | A Thousand Splendid Suns | California Book Award for Fiction | Medali Perak |
2008 | British Book Award for Richard & Judy Best Read of the Year | Pemenang | |
Book Sense Book of the Year Award for Adult Fiction | Pemenang | ||
2013 | And the Mountains Echoed | Goodreads Choice Award for Fiction | Pemenang |
2015 | DSC Prize for South Asian Literature | Daftar Panjang |
7.2. Other Honors
Selain penghargaan sastra, Hosseini juga telah menerima kehormatan penting lainnya atas kontribusinya yang lebih luas:
- Pada tahun 2008, ia menerima Golden Plate Award dari American Academy of Achievement.
- Pada tahun 2014, Hosseini menerima John Steinbeck Award dari Martha Heasley Cox Center for Steinbeck Studies di San Jose State University.
8. Legacy and Impact
Khaled Hosseini telah meninggalkan warisan yang mendalam baik dalam dunia sastra maupun kemanusiaan. Melalui novel-novelnya, ia telah berhasil membawa kisah-kisah Afganistan yang kompleks dan seringkali menyakitkan ke panggung global, meningkatkan kesadaran internasional tentang realitas negara tersebut, terutama mengenai isu-isu kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia. Karyanya telah memberikan suara bagi mereka yang terpinggirkan, khususnya perempuan Afganistan dan para pengungsi, yang perjuangan dan ketahanannya digambarkan dengan penuh empati.
Dampak sastranya melampaui kesuksesan komersial; ia telah memicu diskusi penting tentang identitas, rasa bersalah, penebusan, dan dampak perang terhadap individu dan keluarga. Di sisi kemanusiaan, perannya sebagai Duta Besar Niat Baik UNHCR dan pendirian The Khaled Hosseini Foundation menunjukkan komitmennya yang teguh untuk memberikan bantuan nyata kepada mereka yang membutuhkan. Secara keseluruhan, Hosseini telah menjadi jembatan budaya, menghubungkan pembaca di seluruh dunia dengan pengalaman manusia universal yang terjalin dalam konteks Afganistan, sekaligus mengadvokasi keadilan dan martabat bagi semua.