1. Overview
Kim Kirim (lahir 5 April 1907 - 2000), atau juga dikenal dengan nama lahirnya Kim In-son, dan nama pena Pyeonseokchon, adalah seorang penyair dan kritikus sastra terkemuka asal Korea. Ia merupakan salah satu tokoh sentral yang merepresentasikan sastra modernisme Korea pada tahun 1930-an. Kim Kirim dikenal karena karya-karya puisi monumentalnya seperti "The Weather Chart", "Wind Speed of the Sun", dan "The Sea and the Butterfly", yang ditulisnya selama periode kolonial Jepang. Sebagai seorang intelektual dan pelopor modernisme, ia mengkritik romantisisme sentimental dan gerakan proletar yang berbasis ideologi sayap kiri, menekankan rasionalitas dan daya padat puisi. Kontribusinya tidak hanya terbatas pada puisi, tetapi juga pada kritik sastra, memperkenalkan penulis-penulis penting seperti Yi Sang, Baek Seok, dan Jeong Ji-yong ke dunia sastra Korea, serta menyebarkan teori sastra Barat. Setelah pembebasan Korea dari kekuasaan kolonial Jepang, Kim Kirim aktif dalam serikat penulis progresif dan menyerukan keterlibatan sastra dalam membangun bangsa baru. Namun, nasibnya berakhir tragis ketika ia diculik ke Korea Utara selama Perang Korea.
2. Kehidupan dan Pendidikan
Kim Kirim menjalani kehidupan yang dinamis, mulai dari masa kecilnya di bawah kekuasaan kolonial Jepang hingga perjalanannya dalam meraih pendidikan tinggi di Jepang, yang membentuk dasar pemikiran dan karya sastranya.
2.1. Kelahiran dan Kehidupan Awal
Kim Kirim lahir pada tanggal 5 April 1907 di Haksung, Provinsi Hamgyeong Utara, meskipun beberapa sumber lain menyebutkan tahun 1908. Nama lahirnya adalah 김인손Kim In-sonBahasa Korea, dan ia juga menggunakan nama pena 편석촌PyeonseokchonBahasa Korea. Pada tahun 1914, ia memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Immyeong.
2.2. Pendidikan
Kim Kirim memulai pendidikan menengahnya di Sekolah Menengah Posung di Seoul pada tahun 1921, namun ia kemudian pindah ke Sekolah Menengah Rikkyo di Tokyo, Jepang, untuk melanjutkan studinya. Pada tahun 1930, ia lulus dari Universitas Nihon dengan gelar sarjana dalam bidang seni sastra. Setelah kembali ke Korea, Kim Kirim melanjutkan studinya di Jepang pada tahun 1936, kali ini di Universitas Tohoku di Sendai, mengambil jurusan Bahasa Inggris. Ia lulus pada tahun 1939 dengan tesis mengenai teori I. A. Richards, seorang kritikus sastra Inggris terkemuka.
3. Karier Sastra
Karier sastra Kim Kirim membentang luas dari debutnya sebagai jurnalis dan kritikus hingga kontribusinya yang signifikan terhadap modernisme dan teori sastra Korea, serta keterlibatannya dalam berbagai kelompok sastra.
3.1. Debut dan Aktivitas Awal
Kim Kirim memulai karier sastranya pada tahun 1930 saat ia bekerja sebagai jurnalis di departemen seni Chosun Ilbo, salah satu perusahaan surat kabar terbesar di Korea saat itu. Pada tahun yang sama, ia menerbitkan beberapa puisi pertamanya, termasuk "Pergi ke Kehidupan Baru" (가거라 새로운 생활로Gagerara Saeroun SaenghwalroBahasa Korea). Setahun kemudian, pada tahun 1931, ia melakukan debutnya sebagai kritikus sastra dengan menerbitkan ulasan seperti "Monolog Pierrot" dan "Teknik, Persepsi, dan Realitas Puisi" (시의 기술 인식 현실 등 제문제Siui Gisul Insik Hyeonsil Deung JemunjeBahasa Korea), yang menandai awal aktivitasnya yang aktif sebagai penyair dan kritikus. Pada tahun 1931, ia sempat kembali ke kampung halamannya dan fokus menulis sambil mengelola kebun buah Moogokwon.
3.2. Puisi dan Modernisme
Kim Kirim dikenal sebagai pelopor modernisme dalam puisi Korea pada tahun 1930-an. Ia sangat dipengaruhi oleh penulis dan teoritikus Barat seperti T. S. Eliot, T. E. Hulme, dan I. A. Richards. Pada tahun 1936, ia menerbitkan kumpulan puisi pertamanya, The Weather Chart (기상도GisangdoBahasa Korea), yang disebut-sebut terinspirasi oleh puisi Eliot, "The Waste Land". Kumpulan puisi keduanya, Wind Speed of the Sun (태양의 풍속Taeyangui PungsokBahasa Korea), diterbitkan pada tahun 1939, menampilkan ciri intelektualisme dan permainan kata yang cerdas. Meskipun ia juga menulis tiga karya novel dan drama, termasuk novel menengah The Land beside a Railway (1935-1936), karya-karya ini kurang mendapat perhatian.
Dalam perjalanan karier sastranya, karya-karya Kim Kirim mulai menunjukkan kritik terhadap kapitalisme dan kesadaran diri sebagai seorang intelektual. Hal ini dipengaruhi oleh tren global yang diliputi kecemasan dan kesadaran akan dehumanisasi yang dibawa oleh modernisasi. Pada periode ini, Kim Kirim berpendapat bahwa puisi harus membawa semangat zaman dan bahwa puisi visual atau bergambar tanpa ide yang kuat adalah bentuk lain dari purisme. Ia percaya bahwa penyair diidentifikasi sebagai kaum cendekiawan, produk sampingan dari masyarakat kapitalis, dan memiliki tugas untuk menyampaikan nilai-nilai zaman kepada publik.
Pada paruh akhir karier Kim Kirim, sekitar periode pembebasan Korea dari penjajahan Jepang, ia berusaha memenuhi tuntutan zaman dengan menerbitkan tulisan-tulisan yang menekankan keterkaitan antara sastra dan realitas. Ia juga menyerukan keterlibatan sosial para penulis, yang dipandang sebagai perwujudan dari teorinya tentang "Puisi Total" (Total Poetics). Teorinya mengklaim bahwa puisi harus menyampaikan semangat zaman dengan menemukan dan mengejar keseimbangan antara teknik modernis dan kesadaran sosial yang kritis. Oleh karena itu, era pasca-pembebasan adalah waktu yang tepat bagi Kim Kirim untuk mempraktikkan keyakinannya, mendorong para penyair untuk berbicara mewakili publik dalam kehidupan bermasyarakat. Setelah pembebasan, ia menerbitkan dua kumpulan puisi, The Sea and the Butterfly (바다와 나비Badawa NabiBahasa Korea) pada tahun 1946, dan The New Song (새노래SaenoraeBahasa Korea) pada tahun 1947 atau 1948. The Sea and the Butterfly terkenal karena citra transparan tentang keterbatasan hidup dan kemauan penyair untuk mengatasinya. Berbeda dengan suasana suram dan pribadi dari The Sea and the Butterfly, Kim Kirim menunjukkan kemauan yang kuat untuk membangun bangsa baru dalam The New Song untuk mengalahkan defaitisme waktu itu.
3.3. Kritik dan Teori Sastra
Selain sebagai penyair, Kim Kirim juga merupakan seorang kritikus sastra yang produktif dan berpengaruh. Ia dikenal karena memperkenalkan penulis-penulis besar Korea seperti Yi Sang, Baek Seok, dan Jeong Ji-yong ke dunia sastra melalui kritik dan makalah-makalahnya. Kim Kirim secara signifikan berkontribusi pada wacana sastra Korea dengan memperkenalkan teori sastra Barat, khususnya imejisme dan intelektualisme Inggris-Amerika, yang dianggap sebagai titik balik dalam sejarah sastra puisi Korea pada tahun 1930-an.
Beberapa karya kritis dan teoritisnya yang representatif antara lain Poetics (시론SironBahasa Korea, 1947) dan Understanding Poetry (시의 이해Siui IhaeBahasa Korea, 1950). Poetics dikenal sebagai kumpulan teori puisi penting yang mentransformasi sejarah sastra Korea dengan memperkenalkan imejisme dan intelektualisme Barat. Sementara itu, Understanding Poetry dianggap sebagai karya sastra pencerahan yang ditulis berdasarkan teori psikologi I.A. Richards. Melalui kritik-kritiknya, ia juga mengkritik teknik modernisme yang berlebihan dan menekankan perlunya "puisi total" yang menggabungkan isi dan bentuk secara harmonis.
3.4. Aktivitas Kelompok Sastra
Pada bulan September 1933, Kim Kirim menjadi salah satu pendiri Lingkaran Sembilan (구인회GuinhoeBahasa Korea), sebuah asosiasi sastra yang berbasis di Seoul. Ia bergabung dengan penulis-penulis terkenal lainnya seperti Yi Sang, Lee Hyo-seok, Cho Yong-man, Park Taewon, dan Kim Yu-jeong. Sebagai anggota pendiri, ia memainkan peran perintis dalam menggabungkan modernisme dengan sastra pada zamannya dan berpartisipasi dalam memperkenalkan intelektualisme bersama penulis-penulis seperti Lee Yang-ha dan Choi Jae-seo.
4. Aktivitas dan Kehidupan Berdasarkan Periode
Kehidupan Kim Kirim mencerminkan gejolak sejarah Korea, dari masa kolonial hingga pembagian negara dan perang, yang semuanya memengaruhi jalan hidup dan karier sastranya.
4.1. Aktivitas Selama Periode Kolonial Jepang
Setelah lulus dari Universitas Nihon pada tahun 1930, Kim Kirim memulai karier sastranya sebagai reporter di departemen seni Chosun Ilbo. Ia secara aktif menulis puisi dan melakukan kritik sastra. Pada tahun 1936, ia sempat cuti dari pekerjaannya di Chosun Ilbo dan melanjutkan studi lebih lanjut di Jepang, di Universitas Tohoku, dengan pendanaan dari komite beasiswa perusahaan tempatnya bekerja. Setelah kembali ke Korea pada tahun 1939, ia kembali bekerja sebagai reporter di Chosun Ilbo dan kemudian menjabat sebagai kepala departemen seni.
Namun, Kim Kirim terpaksa berhenti dari pekerjaannya pada tahun 1940 karena penutupan paksa Chosun Ilbo oleh pemerintah kolonial Jepang. Pada tahun 1942, ia bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Gyeongseong, dekat kampung halamannya. Ketika mata pelajaran bahasa Inggris dihapus, ia bahkan mengajar matematika. Disebutkan bahwa penyair Korea, Kim Kyu-dong, adalah salah satu muridnya pada masa itu.
4.2. Pasca-Pembebasan dan Pembagian Korea
Setelah pembebasan Korea dari kekuasaan kolonial Jepang, pada bulan Januari 1946, Kim Kirim melintasi garis paralel ke-38 dan pindah dari Korea Utara yang komunis ke Korea Selatan yang liberal. Pada saat itu, buku-buku dan propertinya disita secara paksa, sehingga ia terpaksa hidup dalam kemiskinan.
Pada bulan Juni 1947, saat pembentukan pemerintahan Korea Selatan, ia kembali melintasi perbatasan untuk menjemput anggota keluarganya yang masih berada di Pyongyang. Ia berhasil membawa tiga anaknya lebih dahulu ke Korea Selatan; sementara istri dan putra bungsunya menyusul pada musim semi tahun 1948.
Setelah pembebasan tahun 1945, Kim Kirim sempat bergabung dengan Aliansi Penulis Korea (조선문학가동맹Chosun Munhakga DongmaengBahasa Korea), sebuah organisasi sastra yang progresif, bersama penulis-penulis seperti Jeong Ji-yong dan Lee Tae-jun. Ia menyerukan pentingnya peran sastra dalam membangun negara baru melalui keterlibatan aktif dalam realitas sosial. Namun, ia kemudian menarik diri dari organisasi tersebut sekitar tahun 1948, saat Republik Korea didirikan.
Setelah pindah ke Korea Selatan, Kim Kirim mendapatkan posisi mengajar di Universitas Chung-Ang dan Universitas Yonsei. Ia kemudian menjadi asisten profesor di Universitas Nasional Seoul, tempat ia mendirikan dan menjabat sebagai direktur Institut Penelitian Budaya Baru.
4.3. Penculikan Selama Perang Korea dan Kematian
Setelah Perang Korea pecah pada tahun 1950, Kim Kirim ditengarai telah diculik ke Korea Utara oleh departemen keamanan politik negara Korea Utara. Informasi mengenai waktu dan lokasi pasti kematiannya masih menjadi perdebatan; beberapa sumber menyebutkan bahwa ia meninggal pada 12 Januari 2000 akibat komplikasi diabetes di Korea Utara, sementara sumber lain menyatakan bahwa detail kematiannya tidak diketahui secara pasti hingga kini.
5. Evaluasi dan Pengaruh
Kim Kirim meninggalkan jejak yang mendalam dalam sastra Korea, baik melalui karya-karya puitis maupun tulisan-tulisan kritisnya, yang terus dinilai dan diakui hingga kini.
5.1. Evaluasi Kritis
Kim Kirim dianggap telah mempelajari teori modernisme Barat secara relatif akurat pada masa-masa awal kariernya, dipengaruhi oleh teoritikus seperti T. S. Eliot, T. E. Hulme, dan I. A. Richards. Namun, karena ia tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang basis budaya dan filosofis modernisme secara keseluruhan, kumpulan puisi pertamanya, The Weather Chart (1936), dikritik sebagai karya yang eksperimental dan kurang memiliki tema yang jelas serta terpadu. Para kritikus menyatakan bahwa The Weather Chart menunjukkan beberapa masalah terkait bentuk, khususnya kurangnya kesadaran akan ritme dan musikalitas bahasa. Diduga bahwa Kim Kirim secara tidak sengaja mengabaikan elemen-elemen ini saat ia berusaha menyampaikan kesan visual melalui bahasa. Meskipun demikian, The Weather Chart juga dinilai berhasil dalam mengintegrasikan ide-ide dan indra, serta mengkritik peradaban kapitalis modern.
Kumpulan puisi terakhir Kim Kirim, The New Song (1948), diakui karena menyajikan arah baru dalam membangun identitas nasional, namun dinilai masih kurang matang sebagai sebuah karya seni. Meskipun demikian, secara keseluruhan, karya-karya kritisnya, yang memperkenalkan imejisme dan intelektualisme Inggris-Amerika, diakui telah menjadi titik balik penting dalam sejarah sastra puisi Korea. Ia mengkritik "seni untuk seni" yang dipraktikkan oleh beberapa modernis sezamannya dan menekankan pentingnya "puisi total" yang seimbang antara bentuk dan isi.
5.2. Pengaruh Sosial dan Ideologis
Gagasan Kim Kirim tentang peran penyair sebagai cendekiawan dan pentingnya sastra yang terlibat secara sosial memiliki pengaruh signifikan. Ia berpendapat bahwa penyair harus bertugas menyampaikan nilai-nilai zamannya kepada publik, dan bahwa puisi harus menemukan keseimbangan antara teknik modernis dan kesadaran sosial yang kritis. Pandangannya ini mendorong para penulis untuk berbicara mewakili publik dalam kehidupan bermasyarakat dan secara aktif berkontribusi pada pembangunan negara. Ide-idenya membentuk dasar bagi generasi berikutnya untuk mempertimbangkan tanggung jawab sosial seorang intelektual dan peran sastra dalam masyarakat yang terus berubah.
6. Peringatan dan Warisan
Meskipun nasib Kim Kirim tidak diketahui secara pasti setelah penculikannya, warisan sastranya tetap hidup dan dihormati. Pada tanggal 9 Juni 1990, rekan-rekan penyairnya, Kim Gwang-gyun dan Gu Sang, memimpin pendirian monumen puisi untuk Kim Kirim di almamaternya, SMA Bosung di Seoul, sebagai bentuk peringatan atas kontribusinya. Lebih lanjut, pada tanggal 30 November 2018, sebuah monumen peringatan juga didirikan di Universitas Tohoku, Jepang, tempat ia menempuh pendidikan tinggi, mengukuhkan pengakuan atas warisan sastranya baik di Korea maupun di luar negeri.
7. Karya Utama
Kim Kirim adalah seorang penulis prolifik yang menghasilkan banyak karya dalam genre puisi dan kritik.
7.1. Kumpulan Puisi
- The Weather Chart (기상도GisangdoBahasa Korea, 1936)
- Wind Speed of the Sun (태양의 풍속Taeyangui PungsokBahasa Korea, 1939)
- The Sea and the Butterfly (바다와 나비Badawa NabiBahasa Korea, 1946)
- The New Song (새노래SaenoraeBahasa Korea, 1948)
7.2. Buku Kritik dan Teori
- Introduction to Literature (문학개론MunhakgaeronBahasa Korea, 1946)
- Poetics (시론SironBahasa Korea, 1947)
- The Sea and the Body (바다와 육체Badawa YukcheBahasa Korea, 1948)
- Introduction to Science oleh John Arthur Thomson (Terjemahan, 1948)
- Academy and Politics (학원과 정치Hakwon gwa JeongchiBahasa Korea, 1950, ditulis bersama Yu Jin-ho dkk.)
- Understanding Poetry (시의 이해Siui IhaeBahasa Korea, 1950)
- New Lecture on Syntax (문장론신강Munjangron SingangBahasa Korea, 1950)
7.3. Puisi Representatif
Puisi-puisi berikut dianggap sangat penting atau mewakili gaya dan tema Kim Kirim:
- "The Weather Chart" (1936)
- "Wind Speed of the Sun" (1939)
- "The Sea and the Butterfly" (1939)
- "Road" (길GilBahasa Korea)
- "Glass Window" (유리창YurichangBahasa Korea)
Berikut adalah puisi "The Sea and the Butterfly" (바다와 나비Badawa NabiBahasa Korea, 1939):
Karena tak seorang pun memberitahunya seberapa dalam air itu,
Kupu-kupu putih sama sekali tak takut pada laut.
Ia turun, mengira itu ladang lobak biru,
Lalu letih kembali seperti seorang putri
Dengan sayap mudanya basah oleh ombak.
Sebuah bulan sabit biru dingin di pinggang kupu-kupu
Yang sedih karena laut Maret belum mekar.
바다와 나비
아무도 그에게 수심(水深)을 일러 준 일이 없기에
흰나비는 도무지 바다가 무섭지 않다.
청(靑)무우 밭인가 해서 내려갔다가는
어린 날개가 물결에 절어서
공주(公主)처럼 지쳐서 돌아온다.
삼월(三月)달 바다가 꽃이 피지 않아서 서글픈
나비 허리에 새파란 초생달이 시리다.