1. Kehidupan awal dan pendidikan
Sejak kecil, Kozo Watanabe telah menunjukkan minat yang besar terhadap mobil dan olahraga motor. Ia menyaksikan langsung kekalahan telak mobil-mobil Prince pada Grand Prix Jepang pertama yang diselenggarakan di Sirkuit Suzuka pada tahun 1963, sebuah peristiwa yang mungkin memicu ambisinya di masa depan. Sebulan sebelum bergabung dengan Nissan, ia bahkan sempat pergi ke Eropa untuk menyaksikan langsung balapan Formula 1. Awalnya, ia bercita-cita untuk bekerja di perusahaan perancang mobil balap seperti Brabham di luar negeri, namun di Jepang, ia berharap dapat bergabung dengan Prince Motor Company, yang kala itu sedang aktif dalam kegiatan balap dengan mobil R380.
Watanabe lahir di Prefektur Osaka. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Tokyo, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin (dengan fokus pada Teknik Mesin Kelautan), ia melanjutkan studi magisternya, dengan tesisnya berfokus pada teknik otomotif.
2. Karier di Nissan
Perjalanan karier profesional Kozo Watanabe di Nissan adalah salah satu dedikasi panjang yang mencakup berbagai proyek dan tanggung jawab, dari desain awal hingga posisi kepemimpinan, terutama dalam mengukir warisan seri Nissan Skyline.
2.1. Bergabung dengan Nissan dan penugasan awal
Watanabe bergabung dengan Nissan pada bulan April 1967, tepat seperti yang ia harapkan, ia ditugaskan ke Divisi Prince yang berlokasi di Ogikubo, Tokyo. Penugasan ini terjadi setelah Prince Motor Company secara resmi bergabung dengan Nissan pada bulan Agustus 1966. Gedung utama tempat ia bekerja adalah bekas fasilitas Pabrik Tokyo milik Nakajima Aircraft Company.
Ia ditempatkan di Grup Desain No. 2 dari Departemen Desain No. 1, yang dipimpin oleh dua manajer: Shinichiro Sakurai dan Ushio Fuyuki. Namun, atasan langsung Watanabe adalah Naganori Ito, yang kemudian menjadi penerus Shinichiro Sakurai dalam pengembangan mobil Nissan. Ito-lah yang membimbing Watanabe dan memberinya kesempatan untuk mendesain beberapa bagian suspensi untuk mobil balap C10 Skyline GT-R.
Suatu hari, Watanabe mengungkapkan keinginannya kepada Sakurai untuk merancang mobil balap. Sakurai menjawab, "Ayolah. Tidak mungkin. Kamu harus belajar tentang mobil produksi dulu. Tidak mungkin bagimu untuk merancang mobil balap sekarang." Namun, secara bertahap, Ito mengizinkan Watanabe untuk merancang beberapa bagian suspensi untuk mobil balap Nissan lainnya, seperti R381 dan R382, menandai awal keterlibatannya dalam dunia balap.
2.2. Penelitian kendaraan keselamatan
Pada tahun 1970, setelah kegiatan balap seri R38 dihentikan oleh Nissan karena peningkatan fokus pada isu emisi gas buang dan keselamatan, Kozo Watanabe ditugaskan ke Divisi ESV (Experimental Safety Vehicle) di Tsurumi, Yokohama. Di sana, ia mengabdikan diri selama sekitar tiga tahun untuk melakukan penelitian mendalam tentang keselamatan tabrakan.
2.3. Desain dan rekayasa sasis
Pada tahun 1973, Kozo Watanabe kembali ditugaskan ke Departemen Sasis di Ogikubo, sebuah departemen di mana Naganori Ito telah dipromosikan menjadi manajer. Pada masa itu, industri otomotif Jepang sangat fokus pada pengendalian emisi gas buang kendaraan, yang menyebabkan banyak insinyur dipindahkan ke proyek-proyek terkait emisi. Akibatnya, Ito dan Watanabe menjadi bagian dari sedikit insinyur yang bertanggung jawab atas desain atau perbaikan sasis kendaraan-kendaraan bekas merek Prince, seperti Skyline C110 versi akhir, Pulsar, dan truk Nissan Prince Homer. Selama periode ini, ia juga bertanggung jawab atas desain sistem suspensi dan power steering untuk versi minor change Skyline C110. Di sisi lain, kendaraan Nissan murni dirancang di Pusat Desain Nissan Tsurumi di Yokohama.
Salah satu pengalaman paling tak terlupakan selama masa-masanya di Ogikubo adalah ketika ia mendapat kesempatan untuk memperbaiki limusin Nissan Prince Royal. Setelah berhasil memperbaikinya dan menyerahkannya kembali kepada Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang, ia menerima sebatang rokok khusus, yaitu Rokok Hadiah Kekaisaran, yang dicetak dengan Lambang Krisantemum. Watanabe merasa sangat terharu dengan kehormatan tersebut. Ia tetap berada di departemen tersebut hingga tahun 1975.
2.4. Perencanaan strategis dan pengujian kendaraan
Pada tahun 1985, Kozo Watanabe ditugaskan ke Departemen Strategi di kantor pusat Nissan. Di posisi ini, ia bertanggung jawab untuk merumuskan konsep dasar dan strategi pengembangan untuk mobil-mobil masa depan Nissan. Ia juga terlibat dalam penulisan "naskah" yang mendefinisikan karakter dan citra masing-masing model mobil Nissan. Selain itu, ia berperan dalam pengambilan keputusan strategis mengenai model-model yang akan diekspor dan yang akan dijual di pasar domestik. Tugasnya mencakup perumusan strategi untuk Skyline generasi keenam (dikenal sebagai Newman Skyline) dan ketujuh (7th Skyline), serta konversi model Bluebird dan Sunny ke penggerak roda depan (FF).
Pada tahun yang sama, ia dipindahkan ke Departemen Eksperimen Kendaraan. Di sana, ia melakukan pengujian intensif terhadap model-model seperti N13 Pulsar, serta varian-varian seperti Exa, Langley, dan Liberta Villa. Pada tahun 1987, ia dikirim ke Pabrik Nissan Tochigi di Kaminokawa, Tochigi, di mana ia diangkat sebagai insinyur eksperimen utama. Di bawah komando Naganori Ito, yang saat itu menjabat sebagai kepala insinyur, Watanabe bertanggung jawab penuh atas pengujian R32 Skyline, Leopard, dan model ekspor Infiniti M. Ia menguji R32 dengan cermat dan persisten, mengumpulkan data penting yang kemudian ia berikan kepada Ito. Keterlibatannya dalam pengujian R32 begitu mendalam sehingga ia membawa sebuah R32 ke Nürburgring, Jerman, bersama tim pengujinya. Pengujian ini menandai selesainya pengembangan R32, membuka jalan bagi debut mobil tersebut. Fondasi sistem penggerak empat roda ATTESA E-TS pada R32 berasal dari penelitian dasar yang dilakukan Watanabe dengan memodifikasi Skyline generasi ketujuh dan Laurel bersaudara menjadi penggerak empat roda, yang memberikan hasil di luar ekspektasi. Hasil ini kemudian diterapkan secara ekstensif pada semua mobil Skyline komersial penggerak empat roda setelah R32.
Pada tahun 1990, Kozo Watanabe diangkat sebagai kepala insinyur eksperimen untuk seluruh mobil penumpang Nissan dalam proyek-proyek minor change. Selama periode ini, ia juga terlibat dalam program peningkatan kualitas di Amerika Utara dan melakukan uji armada untuk Q45 generasi pertama, yang dikenal karena jarak tempuh pengujiannya yang sangat panjang.
2.5. Kepala insinyur untuk Skyline R33
Pada bulan Januari 1992, Kozo Watanabe ditunjuk sebagai kepala insinyur untuk pengembangan Skyline generasi kesembilan (R33), meskipun proyek pengembangan R33 sudah dimulai sebelumnya. Kantor pusat Nissan menginstruksikan agar R33 dibuat lebih lebar dan lebih panjang dari R32 untuk meningkatkan kenyamanan penumpang. Meskipun konsekuensinya R33 menjadi lebih berat dari R32, Watanabe memiliki target ambisius untuk menghasilkan mobil yang lebih cepat. Ia dengan tegas menyatakan bahwa "R33 GT-R harus lebih cepat dari R32 GT-R".
Untuk mencapai tujuan ini, ia merancang sistem suspensi R33 dengan sangat cermat. Ketika sebuah BCNR33 GT-R diuji di Nürburgring, waktu putarannya berhasil mencatatkan 7 menit 59 detik, 21 detik lebih cepat dibandingkan BCNR32 GT-R. Pencapaian luar biasa ini kemudian digunakan sebagai slogan pemasaran untuk iklan televisi R33 GT-R, yang dikenal dengan frasa "Minus 21 Seconds Romanticism".
2.6. Kepala insinyur untuk Skyline R34
Setelah sukses dengan R33, Kozo Watanabe kembali ditunjuk sebagai kepala insinyur untuk pengembangan Skyline generasi kesepuluh (R34). Salah satu kekhawatiran utama yang telah lama dihadapi dalam pengembangan Skyline adalah distribusi bobot kendaraan. Watanabe pernah mencoba untuk tidak lagi menggunakan mesin RB yang berat dan beralih ke mesin V6 yang lebih ringan, seperti mesin VQ dengan tata letak V35.
Namun, rencana ini dibatalkan karena beberapa alasan. Perubahan tata letak kendaraan akan membutuhkan biaya yang sangat besar, dan kombinasi ATTESA E-TS dengan mesin V-engine hanya tersedia pada mesin VH41DE yang digunakan di Nissan Cima. Ini menimbulkan kekhawatiran akan memperpanjang waktu pengembangan. Selain itu, untuk memproduksi mesin VQ, perlu dibangun jalur produksi kedua di Pabrik Iwaki Nissan yang saat itu sudah beroperasi penuh dengan kapasitas 20.000 unit per bulan, dan investasi peralatan sebesar itu tidak akan tertutupi hanya dengan satu model Skyline. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tetap menggunakan mesin straight-six RB yang telah disempurnakan.
Meskipun pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an, popularitas mobil GT dan mobil sport mulai menurun di Jepang, Watanabe dan timnya berhasil menyelesaikan R34 sebagai Skyline "ultimate". Lebih lanjut, BNR34 GT-R menjadi "Skyline GT-R" terakhir dalam sejarah Nissan, sebelum Nissan memutuskan untuk memisahkan GT-R sebagai lini model yang terpisah dari Skyline.
2.7. Kepemimpinan di NISMO
Pada tahun 1999, setelah sukses meluncurkan Skyline R34 dan BNR34 GT-R yang menjadi "Skyline GT-R" terakhir, Kozo Watanabe dipromosikan menjadi Direktur Eksekutif NISMO (Nissan Motorsports International). Dalam peran barunya ini, ia bertanggung jawab untuk mengawasi seluruh proyek olahraga motor Nissan.
Watanabe dikenal karena dedikasinya, bahkan ia sering hadir secara pribadi di markas NISMO setiap kali mobil Z-tune R34 Skyline dijual kepada pelanggan, untuk memberikan selamat kepada pemilik baru. Ia akhirnya pensiun dari NISMO pada tahun 2006.
3. Aktivitas pasca-pensiun
Setelah pensiun dari NISMO pada tahun 2006, Kozo Watanabe tetap aktif dalam dunia otomotif, terutama yang berkaitan dengan warisan Prince dan Nissan Skyline. Saat ini, ia menjabat sebagai penasihat untuk Museum Prince & Skyline yang berlokasi di Okaya, Nagano.
Ia sering kali tampil di berbagai festival Skyline atau acara bincang-bincang mengenai Skyline bersama dengan Naganori Ito, rekannya dari masa-masa awal kariernya di Nissan. Perlu dicatat bahwa dari semua generasi Skyline sejak ia bergabung dengan Nissan, Skyline C210 generasi kelima (dikenal sebagai Skyline Japan) adalah satu-satunya model yang tidak melibatkan kontribusinya secara langsung hingga ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif NISMO pada tahun 1999.
4. Kehidupan pribadi
Kozo Watanabe menikah dengan putri kedua dari Masao Okaya, yang merupakan mantan presiden perusahaan Okaya Koki. Atsukazu Okaya, presiden Okaya Koki saat ini, adalah putra tertua Masao, yang berarti ia adalah kakak ipar dari Kozo Watanabe. Ibu mertua Watanabe adalah cucu dari pengusaha terkemuka Kenjiro Matsumoto. Selain itu, bibi iparnya (saudara perempuan Masao Okaya) menikah dengan fisikawan Ryokichi Sagane, menunjukkan koneksi keluarga Watanabe dengan tokoh-tokoh penting di berbagai bidang.
5. Warisan dan pengaruh
Kozo Watanabe telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap pengembangan mobil Nissan, khususnya seri Nissan Skyline. Sebagai kepala insinyur untuk R33 dan R34, ia berhasil mendorong batas-batas performa dan keselamatan, menjadikan Skyline tidak hanya sebagai mobil sport, tetapi juga sebagai ikon teknik otomotif Jepang.
Inovasinya, seperti peningkatan performa R33 GT-R yang memangkas waktu lap Nürburgring sebanyak 21 detik, mencerminkan dedikasinya terhadap keunggulan teknis. Meskipun menghadapi tantangan dalam pengembangan R34, termasuk isu distribusi bobot dan keputusan untuk mempertahankan mesin RB straight-six, Watanabe tetap berkomitmen untuk menciptakan "Skyline ultimate". Keputusannya ini, yang menjaga identitas mesin enam silinder segaris ikonik, menjadi penutup yang berkesan bagi seri Skyline GT-R sebelum perpisahannya menjadi lini model GT-R yang berdiri sendiri.
Dampak karyanya melampaui Nissan; ia juga memengaruhi industri otomotif dan budaya teknik di Jepang secara lebih luas, menetapkan standar baru untuk desain, rekayasa, dan pengujian kendaraan performa tinggi. Melalui perannya di NISMO dan kegiatan pasca-pensiunnya sebagai penasihat, Watanabe terus menjadi sosok inspiratif yang mewarisi semangat inovasi dan kualitas dalam dunia otomotif Jepang.