1. Tinjauan Umum
Lee Tae-bok adalah seorang tokoh penting dalam sejarah modern Korea Selatan, dikenal atas dedikasinya yang tak kenal lelah terhadap keadilan sosial dan hak asasi manusia. Ia memulai perjalanannya sebagai seorang aktivis mahasiswa, yang kemudian membawanya terlibat secara mendalam dalam gerakan buruh dan gerakan demokratisasi. Meskipun menghadapi penindasan politik, termasuk penahanan dan pemenjaraan, ia terus memperjuangkan hak-hak pekerja dan kelompok rentan. Setelah dibebaskan, ia menjabat di pemerintahan sebagai Sekretaris Senior Kesejahteraan dan Tenaga Kerja di Blue House dan kemudian sebagai Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan, di mana ia berupaya menerapkan kebijakan yang berpihak pada rakyat. Setelah pensiun dari jabatan publik, ia melanjutkan aktivisme sipilnya melalui berbagai organisasi nirlaba, berfokus pada isu-isu kesejahteraan, pengurangan biaya hidup, dan pelestarian sejarah.
2. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Lee Tae-bok menghabiskan masa awal hidupnya di Chungcheongnam-do sebelum menempuh pendidikan tinggi dan terlibat dalam gerakan sosial.
2.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Lee Tae-bok lahir pada 11 Desember 1950 di Boryeong, Chungcheongnam-do, Korea Selatan. Ia berasal dari klan Hansan Lee.
2.2. Pendidikan
Perjalanan pendidikan Lee Tae-bok mencakup berbagai institusi terkemuka di Korea Selatan:
- Lulus dari Sekolah Dasar Cheonbuk.
- Lulus dari Sekolah Menengah Yesan.
- Lulus dari Sekolah Menengah Seongdong.
- Meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Kookmin.
- Meraih gelar Magister dalam Studi Perburuhan dari Sekolah Pascasarjana Perburuhan Universitas Korea.
- Menerima gelar Doktor Kehormatan dalam Kesejahteraan Sosial dari Universitas Soonchunhyang.
3. Aktivitas Awal dan Gerakan Buruh
Aktivisme sosial Lee Tae-bok dimulai sejak masa mahasiswanya, yang kemudian berkembang menjadi peran kepemimpinan dalam gerakan buruh.
3.1. Gerakan Mahasiswa, Skorsing, dan Dinas Militer
Pada tahun 1971, Lee Tae-bok dikeluarkan dari universitas karena keterlibatannya dalam gerakan mahasiswa yang menentang militerisasi kampus. Setelah dikeluarkan, ia secara paksa direkrut menjadi tentara dan menjalani wajib militer di unit garis depan, di mana ia bertugas hingga pangkat sersan.
3.2. Peran sebagai Pemimpin Gerakan Buruh
Setelah menyelesaikan dinas militernya, Lee Tae-bok memperdalam keterlibatannya dalam gerakan buruh. Pada tahun 1977, ia mendirikan penerbit bernama Gwangmisa, yang fokus menerbitkan buku-buku terkait gerakan buruh. Setelah kematian Presiden Park Chung-hee, ia memainkan peran sentral dalam pembentukan Federasi Buruh Demokratik Nasional (Jeonnoryeon), sebuah organisasi kunci dalam gerakan buruh demokratis. Pada tahun 1989, ia juga mendirikan surat kabar mingguan Nodongja Sinmun (Surat Kabar Buruh) dan Nodong Ilbo (Harian Buruh).
3.3. Insiden Hakrim dan Penahanan
Pada 15 Mei 1980, Lee Tae-bok, bersama dengan faksi Hakrim yang dipimpin oleh Lee Seon-geun, menganjurkan perjuangan berkelanjutan di antara para mahasiswa yang berkumpul di Stasiun Seoul, meskipun kepemimpinan utama (faksi Murim) memutuskan untuk membubarkan diri. Pada tahun 1981, ia ditangkap terkait dengan Insiden Hakrim, sebuah kasus penindasan terhadap aktivis pro-demokrasi. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan menjalani hukuman selama 7 tahun 4 bulan sebelum dibebaskan bersyarat pada tahun 1988. Pada bulan Desember 1988, ia menerima amnesti dan rehabilitasi penuh. Tiga puluh satu tahun kemudian, pada tahun 2012, Mahkamah Agung Korea Selatan membatalkan putusan bersalahnya dan menyatakan ia tidak bersalah atas keterlibatannya dalam Insiden Hakrim. Pada tahun 2013, ia secara resmi diakui sebagai Penerima Jasa Gerakan Demokratisasi 18 Mei.
4. Karier Politik dan Jabatan Publik
Pengalaman Lee Tae-bok dalam gerakan sosial membawanya ke dalam pemerintahan, di mana ia memegang beberapa jabatan penting.
4.1. Sekretaris Senior Kesejahteraan dan Tenaga Kerja (Blue House)
Pada Maret 2001, Lee Tae-bok ditunjuk sebagai Sekretaris Senior Kesejahteraan dan Tenaga Kerja di Blue House (kantor kepresidenan Korea Selatan). Dalam kapasitas ini, ia bertanggung jawab sebagai kepala gugus tugas yang mengawasi pengenalan sistem kerja 5 hari di Korea Selatan.
4.2. Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Pada tahun 2002, Lee Tae-bok diangkat sebagai Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan ke-40. Selama masa jabatannya, ia aktif mengadvokasi kebijakan penurunan harga obat untuk memastikan stabilitas keuangan asuransi kesehatan nasional. Dalam pidato perpisahannya, ia mengungkapkan penyesalannya karena tidak dapat sepenuhnya mengimplementasikan kebijakan penurunan harga obat karena tekanan dari perusahaan farmasi domestik dan internasional. Namun, ia menyatakan bahwa kebijakan penurunan harga obat yang telah ia dorong pada akhirnya memberikan kontribusi besar terhadap kesehatan keuangan asuransi kesehatan nasional. Atas jasanya, ia dianugerahi Medali Cheongjo Geunjeong oleh pemerintah pada tahun 2003.
5. Gerakan Sosial dan Aktivisme Sipil
Setelah pensiun dari jabatan publik, Lee Tae-bok terus mendedikasikan dirinya pada gerakan sosial dan aktivisme sipil, berfokus pada isu-isu kesejahteraan dan keadilan ekonomi.
5.1. Aktivitas sebagai Ketua 'Human's Land'
Sejak tahun 2003, Lee Tae-bok menjabat sebagai ketua organisasi nirlaba 'Human's Land'. Melalui organisasi ini, ia memimpin berbagai kegiatan dukungan kesejahteraan bagi masyarakat yang membutuhkan, termasuk kampanye pengiriman buku kepada warga Korea di luar negeri dan donasi obat-obatan untuk warga Korea Utara.
5.2. Gerakan Pengurangan Lima Gelembung Harga
Mulai tahun 2007, Lee Tae-bok menjabat sebagai perwakilan tetap dari Pusat Gerakan Sipil Pengurangan Lima Gelembung Harga. Gerakan ini bertujuan untuk mengurangi lima biaya hidup utama yang dianggap membebani masyarakat: harga bensin, biaya telepon seluler, biaya kartu kredit, harga obat, dan margin bunga bank. Ia secara aktif berkampanye untuk inisiatif ini, bahkan berhasil membuat ketiga kandidat presiden saat itu-Park Geun-hye, Lee Myung-bak, dan Chung Dong-young-memasukkan janji-janji terkait gerakan ini dalam platform kampanye mereka. Pada tahun 2008, ia mengajukan petisi legislatif terkait pengurangan lima gelembung harga. Pada tahun 2013, sebagai perpanjangan dari gerakan ini, ia memimpin gerakan pendirian perusahaan minyak nasional dan menjabat sebagai CEO sekaligus Ketua Dewan Direksi Perusahaan Minyak Nasional untuk berupaya menurunkan harga minyak.
5.3. Kegiatan Kontribusi Sosial Lainnya
Lee Tae-bok terlibat dalam berbagai kegiatan kontribusi sosial lainnya:
- Pada tahun 2009, ia memulai kampanye pengumpulan tanda tangan untuk memasukkan cakupan asuransi kesehatan untuk gigi palsu bagi lansia.
- Pada tahun yang sama, ia mengumpulkan dana untuk mendirikan monumen peringatan situs sejarah anti-Jepang di Shilipo, Mishan, Heilongjiang, Tiongkok.
- Pada tahun 2013, ia secara resmi diakui sebagai Penerima Jasa Gerakan Demokratisasi 18 Mei oleh pemerintah.
- Pada tahun 2018, ia menjabat sebagai ketua Asosiasi Maeheon Yun Bong-gil Woljin, sebuah organisasi yang memperingati patriot Yun Bong-gil.
- Pada tahun 2019, ia menjadi ketua Proyek Peringatan Yun Sang-won, yang mengenang salah satu tokoh kunci dalam Gerakan Demokratisasi 18 Mei.
6. Aktivitas Penulisan
Lee Tae-bok juga seorang penulis produktif, dengan karya-karya yang merefleksikan pemikirannya tentang masalah sosial dan sejarah.
6.1. Karya Tulis Utama dan Isinya
Lee Tae-bok menulis beberapa buku yang menganalisis isu-isu sosial dan menawarkan solusi praktis, serta biografi tokoh-tokoh penting. Ia dikenal karena menolak teori abstrak dan berfokus pada pencarian solusi nyata berdasarkan realitas masyarakat Korea. Ia juga menyoroti kembali tokoh-tokoh yang berkorban demi negara dan rakyat.
Beberapa karyanya yang representatif meliputi:
- Mencari Harapan di Masa Kita (우리시대의 희망 찾기) (1996)
- Harapan Terlihat dengan Keberanian (기백이 있어야 희망이 보인다) (2000)
- Meski Terjatuh, Takkan Berhenti (쓰러져도 멈추지 않는다) (2002)
- Apakah Republik Korea Tenggelam? (대한민국은 침몰하는가) (2004)
- Teori Kebijakan Kesejahteraan Sosial (사회복지정책론) (2006, ditulis bersama Shim Bok-ja)
- Biografi Dosan Ahn Chang-ho (도산 안창호 평전) (2006)
- Mencari Jalan Keluar untuk Republik Korea (대한민국의 활로 찾기) (2009)
- Tojeong Lee Ji-ham (토정 이지함) (2011)
- Biografi Yun Bong-gil (윤봉길 평전) (2019)
- Biografi Cheongbaekri Joseon Sam San Lee Tae-jung (조선 청백리 삼산 이태중 평전) (2019), di mana ia menyerukan pembaca untuk meneladani kehidupan tokoh tersebut.
Dalam tulisannya, khususnya selama periode krisis IMF, ia secara aktif mengkritik kebijakan kapitalisme transnasional yang ia sebut sebagai "penjarahan Korea" melalui kebijakan pengetatan ultra-ketat, suku bunga tinggi, dan liberalisasi. Ia juga memimpin kampanye menentang privatisasi perusahaan-perusahaan publik seperti Korea Electric Power Corporation (KEPCO).
7. Pemikiran dan Filosofi
Pemikiran dan filosofi Lee Tae-bok berakar kuat pada keadilan sosial dan demokrasi, yang tercermin dalam seluruh aktivitasnya.
7.1. Keadilan Sosial dan Demokrasi
Sepanjang hidupnya, Lee Tae-bok secara konsisten menunjukkan komitmennya terhadap keadilan sosial dan demokrasi. Ia berjuang untuk perlindungan hak-hak pekerja dan sangat peduli terhadap kelompok rentan di masyarakat. Keterlibatannya dalam gerakan buruh dan gerakan demokratisasi, bahkan yang membawanya pada penahanan, menunjukkan keyakinannya yang teguh pada prinsip-prinsip ini. Sebagai seorang menteri, ia berupaya menerapkan kebijakan yang mengurangi beban masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan umum. Melalui organisasi sipilnya, ia terus mengadvokasi pengurangan kesenjangan ekonomi dan peningkatan akses terhadap layanan dasar, menegaskan filosofinya bahwa masyarakat yang adil adalah masyarakat yang peduli terhadap semua anggotanya.
8. Kehidupan Pribadi
Lee Tae-bok adalah seorang penganut agama Katolik, dengan nama baptis Daniel.
9. Kematian
Lee Tae-bok meninggal dunia pada 3 Desember 2021 karena infark miokard akut (serangan jantung mendadak).
10. Evaluasi dan Pengaruh
Lee Tae-bok meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah Korea Selatan, terutama dalam gerakan buruh dan kesejahteraan sosial.
10.1. Evaluasi Positif
Lee Tae-bok secara luas dipandang sebagai seorang aktivis buruh dan aktivis sosial yang berdedikasi, serta seorang menteri yang berintegritas. Kontribusinya dalam pendirian Federasi Buruh Demokratik Nasional dan penerbitan buku-buku terkait perburuhan sangat penting dalam memperkuat gerakan buruh di Korea Selatan. Sebagai Sekretaris Senior di Blue House, ia memainkan peran kunci dalam memperkenalkan sistem kerja 5 hari, sebuah reformasi signifikan bagi pekerja. Selama menjabat sebagai Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan, ia berupaya keras untuk menstabilkan keuangan asuransi kesehatan nasional melalui kebijakan penurunan harga obat, menunjukkan komitmennya terhadap kesejahteraan publik. Setelah pensiun dari jabatan publik, ia terus berkarya melalui organisasi 'Human's Land' dan 'Gerakan Pengurangan Lima Gelembung Harga', memberikan dukungan konkret bagi kelompok rentan dan memperjuangkan keadilan ekonomi. Pengakuannya sebagai Penerima Jasa Gerakan Demokratisasi 18 Mei dan pembebasan dari tuduhan Insiden Hakrim semakin mengukuhkan posisinya sebagai pejuang demokrasi.
10.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun diakui atas kontribusinya, keterlibatan Lee Tae-bok dalam Insiden Hakrim pada tahun 1981 merupakan periode kontroversial dalam hidupnya. Ia ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, meskipun kemudian dibebaskan bersyarat dan diampuni. Putusan bersalahnya baru dibatalkan oleh Mahkamah Agung Korea Selatan pada tahun 2012, lebih dari tiga dekade setelah insiden tersebut. Ini menyoroti tantangan dan penindasan yang dihadapi oleh para aktivis pro-demokrasi selama periode pemerintahan otoriter di Korea Selatan.
10.3. Signifikansi Sejarah
Signifikansi sejarah Lee Tae-bok terletak pada perannya yang berkelanjutan sebagai jembatan antara gerakan buruh, aktivisme sipil, dan kebijakan publik di Korea Selatan. Ia adalah salah satu dari sedikit tokoh yang secara aktif terlibat dalam perjuangan pro-demokrasi di jalanan, kemudian berkontribusi pada reformasi kebijakan di pemerintahan, dan akhirnya kembali ke masyarakat sipil untuk terus mengadvokasi perubahan. Warisannya mencakup penguatan hak-hak pekerja, peningkatan kesadaran akan kesejahteraan sosial, dan dorongan untuk keadilan ekonomi, menjadikannya figur inspiratif dalam sejarah demokrasi Korea Selatan.
11. Topik Terkait
- Gerakan Buruh di Korea Selatan
- Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan (Korea Selatan)
- Insiden Hakrim
- Gerakan Demokratisasi 18 Mei
- Yun Bong-gil
- Yun Sang-won