1. Gambaran Umum
Mari Yonehara (米原 万里Yonehara MariBahasa Jepang, 29 April 1950 - 25 Mei 2006) adalah seorang penerjemah, esais, penulis non-fiksi, novelis, dan penerjemah simultan terkemuka dari Jepang. Ia dikenal luas di Jepang atas kontribusinya dalam penerjemahan simultan antara bahasa Rusia dan Jepang pada tahun 1980-an dan 1990-an, serta karya tulisnya pada tahun 2000-an. Yonehara memiliki pengalaman lintas budaya yang unik, menghabiskan masa kecilnya di Praha, Cekoslowakia, yang sangat memengaruhi pandangan dunianya.
Karya-karyanya ditandai dengan kecerdasan tajam, permainan kata yang cerdik, dan pengamatan sosial yang blak-blakan, sering kali menyentuh perbedaan budaya dan hubungan antarmanusia. Melalui tulisan dan komentarnya, Yonehara secara konsisten menyajikan perspektif kritis terhadap mekanisme sosial dan struktur kekuasaan, mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang urusan internasional dan isu-isu sosial. Ia adalah seorang pemikir yang berani menyuarakan pandangannya, menantang konvensi, dan berkontribusi signifikan pada wacana budaya dan sosial di Jepang.
2. Biografi
Mari Yonehara, seorang tokoh multitalenta dalam dunia sastra dan penerjemahan Jepang, memiliki latar belakang kehidupan yang kaya dan penuh warna, yang membentuk pandangan kritis dan gaya penulisannya yang unik.
2.1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Mari Yonehara lahir di Tokyo, Jepang, pada tanggal 29 April 1950, di Rumah Sakit St. Luke di Chuo, Tokyo. Ayahnya, Itaru Yonehara, adalah seorang anggota Partai Komunis Jepang dan pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Jepang yang mewakili Prefektur Tottori. Kakeknya, Shozo Yonehara, juga merupakan tokoh politik yang menjabat sebagai Presiden Majelis Prefektur Tottori dan anggota House of Peers.
Pada tahun 1959, ketika Mari berusia sembilan tahun dan duduk di kelas tiga sekolah dasar, ayahnya ditugaskan ke Praha, Cekoslowakia, sebagai editor majalah partai komunis internasional The Problems on Peace and Socialism. Seluruh keluarganya ikut serta dalam perjalanan ini. Awalnya, Mari mempelajari bahasa Ceko, tetapi ayahnya memutuskan untuk menyekolahkannya di sebuah sekolah internasional yang dikelola langsung oleh Kementerian Luar Negeri Uni Soviet, di mana pendidikan dilakukan dalam bahasa Rusia. Keputusan ini diambil agar anak-anaknya dapat melanjutkan pembelajaran bahasa tersebut sekembalinya ke Jepang. Kurikulum sekolah Soviet sangat menekankan indoktrinasi komunis, dan teman-teman sekelas Yonehara berasal dari lebih dari 50 negara, memberikan pengalaman multikultural yang mendalam. Yonehara pernah menyatakan bahwa enam bulan pertama di sekolah itu terasa seperti "neraka" karena ia tidak memahami 100 persen perkataan guru.
Yonehara kembali ke Jepang pada November 1964, di tengah tahun ketujuh sekolah Sovietnya. Ia kemudian masuk ke Sekolah Menengah Pertama Kaizuka Ota Ward sebagai siswa kelas dua pada Januari 1965. Ia mengalami gegar budaya dengan sistem ujian pilihan ganda di Jepang, yang berbeda jauh dari ujian esai di sekolah Soviet. Setelah lulus sekolah menengah atas dari Sekolah Menengah Atas Meisei Gakuen pada Maret 1969, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Studi Asing Tokyo, mengambil jurusan bahasa Rusia pada April 1971. Pada masa ini, ia juga bergabung dengan Partai Komunis Jepang. Setelah lulus pada Maret 1975, ia bekerja sebentar di Shiobunsha sebelum melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Tokyo pada April 1976, di mana ia meraih gelar magister dalam sastra dan budaya Rusia pada Maret 1978. Setelah meninggalkan universitas, ia mengajar bahasa Rusia di Soviet Gakuin (saat ini Institut Bahasa Rusia Tokyo) dan divisi universitas Bunka Gakuin, sambil bekerja paruh waktu sebagai penerjemah dan juru bahasa.
2.2. Afiliasi Politik dan Sikap
Keterlibatan Mari Yonehara dengan Partai Komunis Jepang dimulai pada masa kuliahnya di Universitas Studi Asing Tokyo. Namun, pada tahun 1985, saat ia masih menempuh program pascasarjana di Universitas Tokyo, ia diberhentikan dari partai. Peristiwa ini terkait dengan "Insiden Iri Kazutomo Cabang Pascasarjana Universitas Tokyo." Meskipun demikian, berita kematiannya kemudian dimuat di kolom obituari Akahata (surat kabar Partai Komunis Jepang), meskipun tanpa menyebutkan riwayat keanggotaan partainya.
Pengalaman ini tampaknya memicu refleksi mendalam dalam dirinya tentang ideologi politik, struktur sosial, dan mekanisme kekuasaan. Yonehara pernah mengungkapkan kepada Yu Sato, seorang diplomat dan penulis, sesaat sebelum Sato ditangkap pada tahun 2002, "Saya pernah diinterogasi oleh Partai Komunis. Saat itu, saya benar-benar takut akan dibunuh. Partai Komunis dan Kementerian Luar Negeri, organisasi mereka sama saja." Pernyataan ini menunjukkan pandangan kritisnya terhadap organisasi besar dan kekuasaan.
Meskipun ia telah menjauh dari Partai Komunis, Yonehara sering menyatakan bahwa "tidak ada orang yang lebih tepat daripada Karl Marx untuk menjelaskan struktur dan kontradiksi masyarakat saat ini. Meskipun tidak mutlak, di antara para pemikir yang dapat dibaca saat ini, tidak ada yang dapat menjelaskan struktur dan kontradiksi dunia secara universal sebaik dia." Pandangan ini mencerminkan komitmennya terhadap analisis kritis terhadap sistem sosial dan pemahaman mendalam tentang ketidakadilan, yang sangat sejalan dengan perspektif kiri-tengah.
2.3. Karier sebagai Penerjemah dan Juru Bahasa
Mari Yonehara memulai kariernya yang luas sebagai penerjemah dan juru bahasa simultan antara bahasa Rusia dan Jepang sekitar tahun 1978. Pada tahun 1980, ia turut mendirikan ロシア語通訳協会Roshiago Tsūyaku KyōkaiBahasa Jepang (Asosiasi Penerjemah Bahasa Rusia) dan menjadi sekretaris jenderal pertamanya. Ia kemudian menjabat sebagai presiden asosiasi tersebut dari tahun 1995 hingga 1997, dan kembali dari tahun 2003 hingga kematiannya pada tahun 2006. Yonehara juga berupaya keras untuk meningkatkan kondisi kerja para penerjemah simultan.
Pada sekitar tahun 1983, ia mulai dikenal sebagai penerjemah kelas satu, terutama dalam penerjemahan simultan untuk para pejabat penting dari negara-negara berbahasa Rusia. Dengan runtuhnya Uni Soviet dan perubahan politik di Eropa Timur, permintaannya sangat tinggi dari berbagai kantor berita, stasiun televisi, dan bahkan Pemerintah Jepang. Ia memainkan peran kunci dalam negosiasi dengan pihak Soviet untuk proyek luar angkasa TBS dari tahun 1989 hingga 1990, dan bertanggung jawab atas penerjemahan simultan bahasa Rusia untuk program khusus TBS "Japanese First! To Space". Keterlibatannya ini secara luas memperkenalkan penerjemahan simultan, dan Mari Yonehara sendiri, kepada masyarakat umum.
Pada Januari 1990, ia menjadi penerjemah pendamping untuk anggota Dewan Tertinggi Uni Soviet saat itu, Boris Yeltsin, dalam kunjungannya ke Jepang. Yeltsin dilaporkan sangat menyukainya dan memanggilnya dengan nama "Mari". Pada tahun 1992, ia menerima Japan Women's Broadcasters Council Award (SJ Award) atas kontribusinya dalam kecepatan pelaporan berita melalui penerjemahan simultan. Dari April 1997 hingga Maret 1998, ia tampil sebagai instruktur dalam program pendidikan bahasa Rusia di penyiar publik NHK.
Ia juga terlibat dalam program televisi TBS "Siberia Daikikō", di mana ia meliput Yakutsk, tempat dengan suhu rata-rata mencapai -60 °C selama musim dingin yang ekstrem, dan melintasi Siberia sejauh 10.00 K km dalam kondisi musim dingin yang parah. Pengalaman ini tidak hanya diabadikan dalam program televisi, tetapi juga dalam buku anak-anak berjudul Minus 50℃ no Sekai Kankyoku no Seikatsu (Dunia -50 °C: Kehidupan di Kutub Dingin) yang diterbitkan pada tahun 1986. Sejak tahun 2003 hingga kematiannya, ia menjadi komentator tetap di acara berita malam Sabtu TBS, The Broadcaster.
2.4. Karier Sastra
Selain kariernya yang gemilang sebagai penerjemah, Mari Yonehara adalah seorang penulis yang sangat produktif, dikenal atas esai, novel, dan karya non-fiksinya. Gaya penulisannya dicirikan oleh kecerdasan tajam, permainan kata-kata Jepang (駄洒落dajareBahasa Jepang), dan humor yang berani (下ネタshimonetaBahasa Jepang), serta pengamatan sosial yang blak-blakan. Ia sering menyentuh perbedaan budaya dan hubungan antarmanusia, menggali nuansa kompleks dari interaksi lintas-budaya yang ia alami.
Pada tahun 1995, ia menerima Penghargaan Sastra Yomiuri untuk esainya Fujitsu na Bijo ka Teishuku na Busu ka (Wanita Cantik yang Tidak Setia atau Wanita Jelek yang Setia, 1994). Dua tahun kemudian, pada tahun 1997, ia dianugerahi Penghargaan Esai Kodansha untuk karyanya Majo no 1 Dozen (Satu Lusin Penyihir, 1996).
Karya non-fiksinya, Uso-tsuki Anya no Makka na Shinjitsu (Kebenaran Merah Anya si Pembohong, 2001), memenangkan Penghargaan Non-fiksi Soichi Oya. Buku ini mengisahkan pencariannya terhadap teman-teman sekelasnya dari masa sekolah Soviet di Praha setelah runtuhnya Blok Soviet. Masaaki Nishiki, salah satu juri penghargaan, memuji karya tersebut sebagai "karya yang mengerikan" dan "kemampuan deskripsi yang luar biasa."
Pada tahun 2003, novel panjangnya, Origa Morisovuna no Hango-hō (Retorika Olga Morisovna, 2002), yang bercerita tentang seorang penari wanita tua yang hidup di era Soviet, memenangkan Penghargaan Sastra Bunkamura Deux Magots. Natsuki Ikezawa, juri penghargaan tersebut, menggambarkan novel ini sebagai karya yang "sangat menarik" karena menggambarkan nasib unik seorang penari jenius sambil mengungkap realitas aneh Uni Soviet.
2.5. Penghargaan dan Pengakuan
Mari Yonehara menerima berbagai penghargaan bergengsi yang mengakui kontribusinya yang signifikan dalam sastra dan jurnalisme Jepang:
- 1992:** Japan Women's Broadcasters Council Award (SJ Award) atas kontribusinya dalam kecepatan pelaporan berita melalui penerjemahan simultan.
- 1995:** Penghargaan Sastra Yomiuri (Kategori Esai/Perjalanan) untuk Fujitsu na Bijo ka Teishuku na Busu ka (1994).
- 1997:** Penghargaan Esai Kodansha untuk Majo no 1 Dozen (1996).
- 2002:** Penghargaan Non-fiksi Soichi Oya untuk Uso-tsuki Anya no Makka na Shinjitsu (2001).
- 2003:** Penghargaan Sastra Bunkamura Deux Magots untuk novel panjangnya Origa Morisovuna no Hango-hō (2002).
2.6. Kehidupan Pribadi dan Minat
Mari Yonehara tidak pernah menikah. Ia dikenal memiliki minat yang unik dan kepribadian yang eksentrik. Salah satu hobinya yang paling terkenal adalah permainan kata bahasa Jepang, 駄洒落dajareBahasa Jepang. Ia juga dikenal karena kecintaannya pada humor yang berani atau 下ネタshimonetaBahasa Jepang (lelucon bertema seks), yang bahkan ia tunjukkan saat tampil di acara televisi seperti Tetsuko's Room.
Ia sangat menyayangi hewan dan memelihara banyak anjing dan kucing di rumahnya. Yonehara memiliki beberapa nama panggilan yang ia gunakan dalam esai-esainya, seperti "La Dame Aux Camelias" (yang dalam bahasa Jepang, tsubaki hime, bisa berarti "wanita kamelia" atau "wanita ludah", merujuk pada kemampuannya makan sandwich kering tanpa minum) dan "The Tongue Slipping Beauty" (舌禍美人zekka bijinBahasa Jepang, yang berarti "kecantikan yang lidahnya tergelincir", karena pandangannya yang sinis, dan zekka dekat dengan suara 月下美人gekka bijinBahasa Jepang, sejenis kaktus yang mekar di malam hari, sementara bijin berarti "kecantikan").
Yonehara juga merupakan anggota aktif dan pejabat di Japan PEN, sebuah organisasi penulis. Ia memiliki hubungan pertemanan yang erat dengan sesama penerjemah simultan bahasa Italia, Kumiko Tamaru, yang juga menyukai dajare dan shimoneta. Yonehara bahkan menganugerahi Tamaru gelar kehormatan "Simonetta Dodge," sementara Tamaru memanggil Yonehara "E-katerina" (mengacu pada Katerina Agung).
Ia juga menjalin persahabatan dengan Yu Sato, seorang diplomat dan penulis. Sato mengungkapkan bahwa Yonehara memberikan dukungan moral yang besar kepadanya melalui telepon sebelum penangkapannya, mengatakan, "Organisasi benar-benar kejam saat memecat seseorang. Kamu tidak boleh menyerah dalam hidup karena hal seperti ini." Setelah Sato ditahan, Yonehara mengundangnya ke rumahnya, yang menjadi pemicu bagi Sato untuk beralih profesi menjadi penulis. Sato kemudian menulis sebuah artikel di majalah Bungeishunju pada September 2008, mengklaim bahwa Yonehara pernah menceritakan kepadanya bahwa ia hampir dilecehkan oleh mantan Perdana Menteri Ryutaro Hashimoto saat menjadi penerjemah dalam kunjungan Hashimoto ke Moskwa ketika Hashimoto menjabat. Yonehara mengatakan, "Aku benar-benar takut. Aku berhasil melarikan diri dari kamar itu. Memanggilku dengan dalih pekerjaan lalu melecehkanku adalah hal terburuk yang bisa dilakukan seorang pria." Karena keduanya telah meninggal saat artikel itu diterbitkan, tidak ada komentar yang bisa diperoleh.
3. Ideologi dan Filsafat
Mari Yonehara adalah seorang intelektual yang memiliki pandangan kritis terhadap mekanisme sosial dan interpretasi sejarah. Pengalaman hidupnya yang unik, terutama masa kecilnya di Praha di bawah pengaruh Uni Soviet, memberinya pemahaman mendalam tentang ideologi dan sistem politik.
Ia secara terbuka menyatakan bahwa meskipun ia telah meninggalkan Partai Komunis Jepang, ia tetap menganggap Karl Marx sebagai pemikir yang paling relevan untuk menjelaskan struktur dan kontradiksi masyarakat kontemporer. Yonehara berpendapat bahwa tidak ada pemikir lain yang mampu menjelaskan mekanisme dan kontradiksi dunia secara universal sebaik Marx, meskipun ia tidak menganggapnya sebagai kebenaran mutlak. Pandangan ini menunjukkan komitmennya terhadap analisis struktural masyarakat dan kesadaran akan ketidakadilan yang melekat dalam sistem sosial.
Karya-karyanya sering kali mencerminkan filsafat ini, di mana ia dengan tajam mengamati dan mengkritik berbagai aspek masyarakat, baik di Jepang maupun di luar negeri. Ia menggunakan kecerdasan dan humornya untuk mengungkap absurditas dan kemunafikan, mendorong pembaca untuk berpikir secara kritis tentang norma-norma dan kekuasaan yang ada. Melalui esai dan novelnya, Yonehara secara konsisten menantang pandangan konvensional, memberikan pemahaman yang bernuansa tentang pandangan dunianya yang kompleks dan kritis.
4. Karya dan Publikasi
Mari Yonehara adalah seorang penulis yang sangat produktif, menghasilkan berbagai karya sastra, terjemahan, dan kontribusi kolaboratif yang mencerminkan kecerdasan, wawasan lintas budaya, dan pandangan kritisnya.
4.1. Karya Sastra Utama
Berikut adalah beberapa buku paling berpengaruh yang ditulis oleh Mari Yonehara:
- Fujitsu na Bijo ka Teishuku na Busu ka (不実な美女か貞淑な醜女か - Wanita Cantik yang Tidak Setia atau Wanita Jelek yang Setia), 1994. Karya ini memenangkan Penghargaan Sastra Yomiuri.
- Majo no 1 Dozen (魔女の1ダース - Satu Lusin Penyihir), 1996. Karya ini memenangkan Penghargaan Esai Kodansha.
- Russia wa Kyo mo Aremoyo (ロシアは今日も荒れ模様 - Rusia Masih Bergejolak Hari Ini), 1998.
- Gasenetta & Simonetta (ガセネッタ&シモネッタ), 2000.
- Uso-tsuki Anya no Makka na Shinjitsu (嘘つきアーニャの真っ赤な真実 - Kebenaran Merah Anya si Pembohong), 2001. Buku non-fiksi ini memenangkan Penghargaan Non-fiksi Soichi Oya dan mengisahkan pencariannya terhadap teman-teman sekelasnya dari masa sekolah Soviet di Praha. Karya ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dengan judul 프라하의 소녀시대Peurahaui SonyeosidaeBahasa Korea (Masa Gadis Praha).
- Mayonaka no Taiyo (真夜中の太陽 - Matahari Tengah Malam), 2001.
- Hito no Osu wa Kawa nai no? (ヒトのオスは飼わないの? - Kenapa Kamu Tidak Memelihara Laki-laki Homo Sapiens?), 2001.
- Ryokosha no Choshoku (旅行者の朝食 - Sarapan Wisatawan), 2002. Kumpulan esai tentang makanan, termasuk halva, vodka, dan Chibikuro Sanbo. Karya ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dengan judul 旅行者的早餐Lǚxíngzhě de ZǎocānBahasa Tionghoa.
- Origa Morisovuna no Hango-hō (オリガ・モリソヴナの反語法 - Retorika Olga Morisovna), 2002. Novel panjang ini memenangkan Penghargaan Sastra Bunkamura Deux Magots.
- Mahiru no Hoshizora (真昼の星空 - Langit Berbintang di Siang Hari), 2003.
- Pantsu no Menboku Fundoshi no Koken (パンツの面目ふんどしの沽券 - Martabat Celana Dalam dan Harga Diri Cawat), 2005. Karya ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dengan judul 팬티 인문학Paenti InmunhakBahasa Korea (Humaniora Celana Dalam).
- Hissho Kobanashi no Technique (必笑小咄のテクニック - Teknik Lelucon yang Pasti Membuat Tertawa), 2005.
- Tagen no Sorani - Kotowaza Jinruigaku (他諺の空似 - ことわざ人類学 - Pepatah Serupa - Antropologi Peribahasa), 2006. Karya ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dengan judul 속담인류학 -- 속담으로 풀어 본 지구촌 365일Sokdam Inmunhak -- Sokdam-euro Pureo Bon Jiguchon 365-ilBahasa Korea (Antropologi Peribahasa -- 365 Hari Bumi yang Ditafsirkan dengan Peribahasa).
- Uchinomesareru yo na Sugoi Hon (打ちのめされるようなすごい本 - Buku Luar Biasa yang Membuatmu Terpukul), 2006.
- Hatsumei Mania (発明マニア - Mania Penemuan), 2007.
- Shusei Hito no Osu wa Kawa zu (終生ヒトのオスは飼わず - Tidak Akan Pernah Memelihara Laki-laki Homo Sapiens Sepanjang Hidup), 2007.
- Yonehara Mari no Ai no Hosoku (米原万里の「愛の法則」 - Hukum Cinta Mari Yonehara), 2007.
- Shinzo ni Ke ga Haeteiru Riyu (心臓に毛が生えている理由 - Alasan Mengapa Jantung Berbulu), 2008.
- Yonehara Mari Best Essay 1, 2 (米原万里ベストエッセイ 1・2 - Esai Terbaik Mari Yonehara 1, 2), 2016.
- Erakunai Watashi ga Ichiban Jiyu (偉くない「私」が一番自由 - "Aku" yang Tidak Hebat adalah yang Paling Bebas), 2016.
- Hito to Mono 6 Yonehara Mari (人と物6『米原万里』 - Orang dan Benda 6: Mari Yonehara), 2017.
4.2. Karya Terjemahan
Sebagai penerjemah, Mari Yonehara memberikan kontribusi penting dalam memfasilitasi pemahaman lintas budaya. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah terjemahan buku Watashi no Gaikokugo Gakushuho - Dokugaku de Gaikokugo wo Mi ni Tsuke yo to Shiteiru Hitobito no Tame ni (わたしの外国語学習法 - 独学で外国語を身につけようとしている人々のために - Metode Belajar Bahasa Asing Saya - Untuk Mereka yang Berusaha Menguasai Bahasa Asing Sendiri) karya Kató Lomb, yang diterbitkan pada tahun 1981.
4.3. Karya Kolaboratif dan Kontribusi
Mari Yonehara juga berpartisipasi dalam berbagai buku kolaboratif, kumpulan esai, dan serialisasi majalah, menunjukkan keterlibatannya yang luas dengan intelektual lain dan kehadirannya dalam wacana publik. Beberapa di antaranya meliputi:
- Kotoba wo Sodateru Yonehara Mari Taidanshu (言葉を育てる 米原万里対談集 - Memelihara Kata-kata: Kumpulan Dialog Mari Yonehara), 2008.
- Minus 50℃ no Sekai - Kankyoku no Seikatsu (マイナス50℃の世界 - 寒極の生活 - Dunia -50 °C: Kehidupan di Kutub Dingin), 1986, yang kemudian direvisi dan diterbitkan ulang pada 2007. Buku anak-anak ini diadaptasi dari pengalamannya meliput Siberia.
- Nihon no Meizuihitsu Bekkan 66 Hogen (日本の名随筆 別巻66 方言 - Esai Terkenal Jepang Volume Tambahan 66: Dialek), 1996, yang berisi esainya "Haruskah Menerjemahkan Dialek, Haruskah Menerjemahkan Aksen?".
- Shiba-san no Osaka-ben - '97 nenban Best Essay-shu (司馬サンの大阪弁 - '97年版ベスト・エッセイ集 - Dialek Osaka Tuan Shiba - Kumpulan Esai Terbaik Edisi '97), 1997, yang mencakup esainya "Seorang Ahli dalam Mengungkapkan Suara Musik dengan Kata-kata".
- Mokutan Biyori - '99 nenban Best Essay-shu (木炭日和 - '99年版ベスト・エッセイ集 - Hari-hari Arang - Kumpulan Esai Terbaik Edisi '99), 1999, dengan esai "Kalimat Campuran Kanji-Kana adalah Harta Karun Jepang".
- Watashitachi ga Ikita 20 Seiki - Ge (私たちが生きた20世紀 - 下 - Abad ke-20 yang Kita Jalani - Bagian Bawah), 2000, yang memuat esainya "Kakek dan Ayah yang Berlari Mengejar Impian".
- 21 Seiki ni Kibo wo Motsu tame no Dokusho Annai (二十一世紀に希望を持つための読書案内 - Panduan Membaca untuk Memiliki Harapan di Abad ke-21), 2000.
- 17-sai no tame no Dokusho Annai (17歳のための読書案内 - Panduan Membaca untuk Usia 17 Tahun), 2007, dengan esai "Sulit Merayu Seseorang yang Benar-benar Kamu Cintai".
- Sake wa Rojin no Milk de Aru - Tamamura Salon Zekkocho! (酒は老人のミルクである - 玉村サロン絶好調! - Alkohol adalah Susu Orang Tua - Salon Tamamura dalam Kondisi Terbaik!), 2001, yang berisi dialog "Kebenaran Masyarakat Distilasi Rusia yang Patut Dicintai".
- Haha no Caramel - 2001 nenban Best Essay-shu (母のキャラメル - 2001年版ベスト・エッセイ集 - Karamel Ibu - Kumpulan Esai Terbaik Edisi 2001), 2001, dengan esai "Pengganti Cinta".
- Dokusho no Tanoshimi (読書のたのしみ - Kegembiraan Membaca), 2002, yang berisi esai "Metode Belajar Bahasa Asing Paling Tidak Menyakitkan".
- Hanaseba Wakaru! - Yoro Takeshi Taidanshu Karada ga Mono wo Iu (話せばわかる! - 養老孟司対談集 身体がものをいう - Kita Bisa Memahami Jika Berbicara! - Kumpulan Dialog Takeshi Yoro: Tubuh Berbicara), 2003, dengan dialog "Telinga Logika dan Mata Daftar".
- Aa, Hazukashi (ああ、恥ずかし - Oh, Memalukan), 2003, yang mencakup esai "Lidahku Sendiri Menjadi Menakutkan".
- Kimi Ima Kono Sabishii Yoru ni Mezameru Tomoshibi yo - Sataka Makoto Taidanshu (君今この寂しい夜に目覚めている灯よ - 佐高信対談集 - Kamu, Cahaya yang Terbangun di Malam Sepi Ini - Kumpulan Dialog Makoto Sataka), 2003, dengan dialog "Hidup Jauh dari Negara Itu Bijaksana".
- Zadankai Showa Bungakushi Dai 4-kan (座談会昭和文学史 第4巻 - Diskusi Sejarah Sastra Showa Volume 4), 2003, yang berisi diskusi tentang "Hideo Kobayashi - Legenda dan Pesonanya".
- Sore demo Watashi wa Senso ni Hantai Shimasu. (それでも私は戦争に反対します。 - Meski Begitu, Aku Menentang Perang.), 2004, yang mencakup esai "Penyemir Sepatu Baghdad".
- Watashi, Nekogo ga Wakaru no yo (わたし、猫語がわかるのよ - Aku Mengerti Bahasa Kucing), 2004, dengan esai "Noir Dasi Putih".
- Shosetsu 50 - Anata e no "Chosha kara no Message" (小説50 - あなたへの「著者からのメッセージ」 - Novel 50 - "Pesan dari Penulis" untuk Anda), 2005, yang berisi wawancara tentang Origa Morisovuna no Hango-hō.
- Chichi to Musume no Shozo (父と娘の肖像 - Potret Ayah dan Anak Perempuan), 2006, dengan esai "Kata-kata Ayah Tercinta".
- Natsukashii Hibi no Taiwa -- Tada Tomio Taidanshu (懐かしい日々の対話 -- 多田富雄対談集 - Dialog Hari-hari yang Dirindukan -- Kumpulan Dialog Tomio Tada), 2006, yang berisi dialog "Otak Dibuat untuk Berbohong".
- Ano Hi, Ano Aji - "Shoku no Kioku" de Tadoru Showashi (あの日、あの味 - 「食の記憶」でたどる昭和史 - Hari Itu, Rasa Itu - Menelusuri Sejarah Showa Melalui "Kenangan Makanan"), 2007, yang mencakup esai "Serutan Ikan Putih Beku".
- TV News wa Owaranai (テレビニュースは終わらない - Berita TV Tidak Berakhir), 2007, dengan dialog "Apa yang Terungkap dalam Insiden Penyanderaan Warga Jepang di Irak".
5. Dampak dan Warisan
Mari Yonehara memberikan pengaruh signifikan pada sastra Jepang, jurnalisme, dan wacana publik melalui suara unik dan perspektif kritisnya. Sebagai penerjemah simultan yang sangat dihormati, ia menjembatani kesenjangan linguistik dan budaya, terutama selama periode penting perubahan politik di Rusia dan Eropa Timur. Kontribusinya dalam menerjemahkan berita dan konferensi penting membantu membentuk pemahaman publik Jepang tentang urusan internasional yang kompleks.
Sebagai seorang penulis, Yonehara dikenal karena kemampuannya untuk mengamati masyarakat dengan tajam dan menyajikannya dengan kecerdasan serta humor yang blak-blakan. Karya-karyanya, baik fiksi maupun non-fiksi, sering kali menggali perbedaan budaya, hubungan antarmanusia, dan kritik terhadap struktur sosial. Pandangannya yang kritis terhadap kekuasaan dan sistem, yang dipengaruhi oleh pengalamannya di Uni Soviet dan pemikirannya tentang Karl Marx, memberikan kedalaman dan relevansi pada tulisannya. Ia berani menyuarakan pandangan yang tidak konvensional, menantang norma-norma sosial, dan mendorong pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang dunia di sekitar mereka.
Melalui esai-esainya yang provokatif dan novel-novelnya yang kaya karakter, Yonehara tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, menumbuhkan pemahaman yang lebih besar tentang isu-isu sosial dan politik. Ia meninggalkan warisan sebagai seorang intelektual yang berani, yang karyanya terus menginspirasi dan memicu percakapan budaya yang bermakna di Jepang.
6. Kematian dan Peringatan
Mari Yonehara meninggal dunia pada tanggal 25 Mei 2006, di usia 56 tahun, di rumahnya di Kamakura, Kanagawa, akibat kanker ovarium. Ia didiagnosis menderita kista ovarium pada Oktober 2003, dan setelah operasi endoskopi, terungkap bahwa kista tersebut adalah kanker ovarium dengan dugaan metastasis.
Dipengaruhi oleh Makoto Kondo, seorang dokter yang dikenal karena pandangannya yang menentang pengobatan kanker konvensional, Yonehara menolak operasi pengangkatan terbuka, kemoterapi, dan radioterapi. Sebaliknya, ia mencoba pengobatan alternatif seperti terapi imunostimulasi. Sekitar satu tahun empat bulan kemudian, diketahui bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di selangkangan kirinya. Meskipun ditawari operasi, ia kembali menolak dan mencoba terapi panas serta metode lainnya.
Perjalanan perjuangannya melawan penyakit ini didokumentasikan dalam bukunya Uchinomesareru yo na Sugoi Hon (Buku Luar Biasa yang Membuatmu Terpukul), yang diterbitkan secara anumerta pada Oktober 2006. Kematiannya dilaporkan pada 29 Mei 2006. Makamnya berada di Jokomyoji Temple. Nama Buddhisnya adalah "Jozi-in Roko Myokun Daishi". Pada saat kematiannya, ia masih menulis serial "Invention Mania" untuk majalah mingguan Sunday Mainichi dan "My Reading Diary" untuk Weekly Bunshun. Karya terakhir yang diterbitkan selama hidupnya adalah Hissho Kobanashi no Technique (Teknik Lelucon yang Pasti Membuat Tertawa) pada tahun 2005.
Pada 7 Juli 2006, sebuah acara peringatan bertajuk "Yonehara Mari-san wo Okuru Kai" (Pertemuan untuk Mengenang Mari Yonehara) diselenggarakan di Japan National Press Club. Yu Sato membacakan pidato belasungkawa, yang kemudian dimuat dalam buku Choji Gekiteki na Jinsei wo Okuru Kotoba (Pidato Belasungkawa: Kata-kata untuk Mengucapkan Selamat Tinggal pada Kehidupan Dramatis) yang disusun oleh Bungei Shunju pada tahun 2011.