1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Tun Fuad Stephens lahir di Kudat dari latar belakang keluarga multietnis dengan akar Kadazan, Inggris, Jepang, dan Dusun, membentuk masa kecilnya di Borneo Utara.
1.1. Kelahiran dan Keluarga
Tun Fuad Stephens dilahirkan pada 14 September 1920 di Kudat, Sabah, dengan nama lahir Donald Aloysius Marmaduke Stephens. Ayahnya, Jules Stephen Pavitt (kemudian dikenal sebagai Jules Pavitt Stephens, Snr.), memiliki keturunan campuran Kadazan dan Inggris. Jules lahir dan dibesarkan di Borneo Utara, tepatnya di distrik Papar. Kakek Tun Fuad dari pihak ayah, Ernest Alfred Pavitt, lahir di Akaroa, Selandia Baru, namun memiliki akar leluhur di Colchester, Essex, Inggris, Britania Raya. Ketika Ernest Alfred Pavitt meninggalkan Borneo Utara untuk tinggal di Selandia Baru, Jules mengganti nama belakangnya menjadi Stephens.
Ibunda Tun Fuad, Edith Cope, adalah keturunan campuran Jepang, Inggris, dan Dusun yang berasal dari Kinabatangan, Sandakan. Tun Fuad memiliki lima saudara kandung; dua adik perempuan dan tiga adik laki-laki. Dua di antaranya, John dan Martin, meninggal dunia saat masih bayi. Adik laki-lakinya yang ketiga, Leo Benedict, lahir pada tahun 1926 dan kemudian menjabat sebagai Presiden Dewan Negara dari tahun 1985 hingga 1988, di antara pencapaian lainnya. Adik-adik perempuannya adalah Esther (lahir 1928) dan Agnes (lahir 1930).
2. Karier Politik
Karier politik Tun Fuad Stephens dimulai dengan pendirian UNKO, memimpin negosiasi penting untuk pembentukan Malaysia, dan menjabat sebagai Ketua Menteri serta berbagai posisi federal dan negara bagian.
2.1. Pendirian UNKO dan Kontribusi terhadap Pembentukan Federasi Malaysia
Donald Stephens mendirikan partai politik Organisasi Kadazan Bersatu Nasional (UNKO) pada Agustus 1961. Ia memainkan peran kunci dalam negosiasi kemerdekaan Sabah dan pembentukan Malaysia, bersama dengan Tun Mustapha dari Organisasi Nasional Sabah Bersatu (USNO), Lee Kuan Yew dari Singapura, dan Tunku Abdul Rahman, yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Malaya. Pembentukan Malaysia akhirnya tercapai pada 16 September 1963, yang kini dikenal sebagai Hari Malaysia. Ia menjadi Ketua Menteri Sabah yang pertama, setelah UNKO bersama USNO dan Asosiasi Tionghoa Sabah (SCA) membentuk koalisi Aliansi Sabah untuk memerintah Pemerintahan Sabah yang baru. Tun Fuad juga merupakan anggota dari Jawatankuasa Perundingan Perpaduan Malaysia.
2.2. Penjabat Ketua Menteri Sabah (1963-1964)
Tun Fuad Stephens menjabat sebagai Ketua Menteri Sabah yang pertama dari 16 September 1963 hingga 31 Desember 1964. Selama masa jabatannya ini, ia memimpin negara bagian yang baru merdeka tersebut dalam periode awal pembentukan Federasi Malaysia.
2.3. Menjadi Anggota Kabinet Federal
Pada tahun 1964, Donald Stephens mengundurkan diri dari jabatan Ketua Menteri untuk menjadi anggota Kabinet Malaysia federal pertama dari Sabah. Ia digantikan oleh Peter Lo Sui Yin dari SCA. Stephens kemudian menjabat sebagai menteri yang bertanggung jawab atas urusan Sabah di bawah departemen Perdana Menteri.
2.4. Menjabat sebagai Komisaris Tinggi Malaysia untuk Australia
Dari tahun 1968 hingga 1973, Tun Fuad Stephens memegang jabatan sebagai Komisaris Tinggi Malaysia untuk Australia, mewakili kepentingan diplomatik negaranya di sana.
2.5. Menjabat sebagai Yang di-Pertua Negeri Sabah
Pada tahun 1973, Fuad Stephens diangkat sebagai gubernur Sabah, yang dikenal sebagai Yang di-Pertua Negara. Jabatan ini kemudian diubah menjadi Yang di-Pertua Negeri setelah tahun 1976. Ia memegang posisi ini hingga tahun 1975.
2.6. Pendirian BERJAYA dan Kemenangan Pemilu Negara Bagian 1976
Pada tahun 1975, Tun Fuad Stephens bersama Harris Salleh membentuk partai politik baru bernama Partai Bersatu Rakyat Sabah (BERJAYA). Partai ini berhasil memenangkan pemilihan umum negara bagian Sabah 1976 yang diadakan antara 5 hingga 14 April 1976, mengalahkan USNO yang dipimpin oleh Tun Mustapha. BERJAYA memenangkan 28 dari 48 kursi Dewan Undangan Negeri (DUN), membentuk pemerintahan baru Sabah.
2.7. Penjabat Ketua Menteri Sabah (1976)
Setelah kemenangan BERJAYA, Tun Fuad Stephens kembali menjabat sebagai Ketua Menteri Sabah untuk periode kedua dan kelima kalinya pada 18 April 1976. Namun, masa jabatannya ini berlangsung sangat singkat, hanya selama 54 hari, sebelum ia meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat pada 6 Juni 1976.
3. Pandangan Politik dan Peran Sosial
Tun Fuad Stephens memegang pandangan kuat tentang struktur federal Malaysia sebagai federasi empat mitra setara, dan berperan sebagai pemimpin spiritual Huguan Siou bagi masyarakat Kadazandusun, serta memandang Islam sebagai faktor pemersatu.
3.1. Peran sebagai Huguan Siou
Tun Fuad Stephens adalah Huguan Siou pertama, atau Pemimpin Tertinggi, bagi masyarakat Kadazandusun. Posisi ini memiliki signifikansi besar dalam komunitas tersebut, melambangkan kepemimpinan spiritual dan budaya yang penting bagi identitas etnis di Sabah.
3.2. Konversi ke Islam dan Implikasinya
Pada 7 Januari 1971, Tun Fuad Stephens memutuskan untuk memeluk agama Islam bersama istri dan kelima anaknya di kediaman Tun Mustapha. Setelah konversinya, ia mengadopsi nama 'Muhammad Fuad', dengan 'Fuad' yang berarti "hati" dalam bahasa Arab. Meskipun ia didorong untuk melepaskan nama belakangnya saat konversi, ia menolak untuk melakukannya. Stephens menyatakan bahwa ia dan Mustapha adalah "saudara sedarah" setelah mereka menusuk jari mereka pada Agustus 1969. Ia dan keluarganya juga memiliki ikatan erat dengan keluarga Mustapha. Stephens memandang agama Islam sebagai faktor pemersatu di Sabah dan juga di Malaysia secara keseluruhan untuk membawa kemakmuran dan kebahagiaan bagi negara.
3.3. Visi Politik dan Hubungan dengan Tokoh Lain
Stephens memandang Malaysia sebagai federasi dari empat negara-Malaya, Sabah, Sarawak, dan Singapura-yang berkedudukan sebagai mitra setara, berbeda dengan sebelas negara bagian yang membentuk Federasi Malaya yang memiliki otonomi lebih rendah. Setelah keluarnya Singapura dari Malaysia, Stephens mengupayakan peninjauan kembali partisipasi Sabah dalam federasi, meskipun ia tidak mencari pemisahan diri. Namun, permintaannya ini ditolak oleh pemerintah federal, yang khawatir bahwa langkah tersebut akan membahayakan federasi secara keseluruhan.
Ia memiliki "rahasia umum" dengan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew mengenai ambisi untuk menduduki jabatan kepala negara. Pernah Lee Kuan Yew mengatakan kepada Fuad bahwa ia akan menjadi Perdana Menteri setelah Tunku Abdul Rahman, dan Fuad akan menjadi wakil Perdana Menteri, kemudian Fuad akan menjadi Perdana Menteri setelah Lee Kuan Yew. Namun, hal ini hanya sebatas imajinasi dan tidak terwujud setelah Singapura keluar dari Federasi Malaysia pada 9 Agustus 1965.
Meskipun Tunku Abdul Rahman berhasil meyakinkan Fuad untuk mengalahkan Lee Kuan Yew, yang merupakan lawan politiknya, Fuad tetap terpengaruh oleh Sedoman Gunsanad, seorang tokoh yang sangat menentang pembentukan Malaysia. Penyerahan diri bersyarat Fuad pada akhirnya menyebabkan kekalahan Gunsanad. Setelah keluarnya Singapura, Fuad ingin mengomentari keberadaan Sabah di Malaysia, dengan alasan bahwa mereka bergabung dengan Malaysia karena Singapura, dan dengan keluarnya Singapura, tidak ada lagi alasan untuk tetap bersama Malaysia. Ia mengutip gagasan DPM, tetapi dikritik karena memfasilitasi penggabungan Malaya yang multi-etnis dan Singapura yang didominasi Tionghoa dengan Sabah dan Sarawak yang memiliki populasi Melayu dan pribumi yang signifikan.
4. Kehidupan Pribadi
Kehidupan pribadi Tun Fuad Stephens ditandai dengan konversinya ke Islam bersama keluarganya dan ikatan kuatnya dengan tokoh politik lainnya, serta tragedi kehilangan putranya dalam kecelakaan pesawat.
Seperti yang disebutkan, ia memeluk agama Islam pada 7 Januari 1971 dan mengadopsi nama Muhammad Fuad. Istrinya, Toh Puan Rahimah Stephens, juga turut serta dalam konversi tersebut bersama kelima anak mereka. Putra mereka, Johari, meninggal dunia bersamanya dalam Tragedi Double Six.
Pada 14 Maret 2022, janda Tun Fuad, Toh Puan Rahimah Stephens, meninggal dunia pada usia 92 tahun akibat serangan jantung di sebuah rumah sakit swasta setelah terjatuh di rumahnya. Rahimah juga merupakan Menteri Kesejahteraan Negara Sabah dan Anggota Dewan Undangan Negeri Sabah (MLA) untuk Kiulu, menjadikannya wanita pertama yang diangkat ke posisi menteri negara bagian. Ketua Menteri Sabah Hajiji Noor juga mengunjungi keluarganya untuk menyampaikan belasungkawa. Ia kemudian dimakamkan di Pemakaman Muslim Kampung Likas, dengan dihadiri oleh anggota keluarga dekat.
5. Kematian dan Tragedi Double Six
Kematian Tun Fuad Stephens terjadi dalam kecelakaan pesawat kontroversial 'Tragedi Double Six' pada 6 Juni 1976, yang menewaskan seluruh penumpang dan memicu spekulasi mengenai penyebabnya.
5.1. Tragedi Double Six
Pada 6 Juni 1976, yang dikenal sebagai "Double Six", Tun Fuad Stephens dan beberapa anggota kabinetnya menaiki penerbangan dari Labuan menuju Kota Kinabalu. Sekitar 2 km dari Bandar Udara Internasional Kota Kinabalu, pesawat jenis GAF Nomad buatan Australia tersebut jatuh di Kampung Sembulan, menewaskan semua orang di dalamnya. Pesawat ini dioperasikan oleh Sabah Air.
Situs kecelakaan pesawat tersebut kini ditandai dengan sebuah tugu peringatan yang disebut Monumen Double Six, yang dibangun tidak lama setelah insiden tersebut. Lokasinya berada di area Sembulan dekat kompleks perumahan Grace Garden di Kota Kinabalu, di seberang Jalan Coastal Highway dari resor Sutera Harbour.
Korban tewas dalam kecelakaan tersebut berjumlah 11 orang, termasuk awak pesawat. Mereka adalah:
- Ketua Menteri Sabah, Tun Mohd Fuad Stephens
- Menteri Pemerintahan Lokal Negara Bagian, Datuk Peter Mojuntin
- Menteri Perhubungan dan Pekerjaan Umum, Datuk Chong Thain Vun
- Menteri Keuangan Negara Bagian, Datuk Salleh Sulong
- Asisten Menteri untuk Wakil Ketua Menteri, Darius Binion
- Sekretaris Tetap Kementerian Keuangan, Wahid Peter Andau
- Direktur Unit Perencanaan Ekonomi Negara Bagian Sabah, Dr Syed Hussein Wafa
- Sekretaris Pribadi Menteri Keuangan Malaysia Tengku Razaleigh Hamzah, Ishak Atan
- Pengawal pribadi Tun Fuad, Koperal Said Mohammad
- Pilot, Gandhi J Nathan
- Johari Tun Fuad Stephens (putra Tun Fuad)
Penyebab pasti kecelakaan masih menjadi subjek spekulasi. Salah satu dugaan penyebab adalah pesawat Nomad tersebut kelebihan muatan; seharusnya hanya mengangkut 6 penumpang, tetapi diisi 11 orang. Diduga pilot gagal menaikkan sayap pesawat untuk diselaraskan dengan tekanan minyak, yang akhirnya menyebabkan kecelakaan. Sejak insiden ini, pemerintah tidak menganjurkan para VIP untuk menaiki pesawat yang sama secara bersamaan, terutama jika melibatkan jumlah yang banyak.
Ada pula spekulasi mengenai dugaan keterlibatan pemerintah federal Malaysia dalam insiden tersebut. Alasan-alasan yang sering disebut meliputi:
- Tun Fuad adalah seorang nasionalis Sabah yang pro-kemerdekaan dan diduga ingin Sabah keluar dari Malaysia, seperti yang dilakukan Singapura.
- Tun Fuad menentang pemerintah federal Malaysia.
- Tun Fuad menginginkan royalti minyak sebesar 20% untuk Sabah dari pemerintah federal.
Namun, hal ini hanyalah spekulasi, dan tidak ada bukti pasti yang menguatkan keterlibatan pemerintah federal.
Pihak Australia, negara asal pesawat, mengirimkan tim investigasi beranggotakan empat orang tak lama setelah kecelakaan. Mereka menyatakan bahwa ada beberapa malfungsi mekanis pada pesawat, namun penyelidikan ini dianggap tergesa-gesa dan tidak ada investigasi yang lebih konkret dilakukan. Oleh karena itu, penyebab kecelakaan secara resmi tetap tidak diketahui.
Yang Mulia Tengku Razaleigh Hamzah seharusnya menaiki pesawat yang sama, tetapi pada saat-saat terakhir ia diminta turun oleh Wakil Ketua Menteri saat itu, Datuk Harris Mohd. Salleh, untuk meresmikan proyek peternakan sapi di Pulau Banggi, Kudat. Tengku Razaleigh, yang juga menaiki jenis pesawat yang sama, diperintahkan untuk menjauhi pesawat segera setelah mendarat di Kudat karena dikhawatirkan pesawat mengalami masalah yang sama. Begitu mereka menerima berita buruk ini, mereka diterbangkan dengan helikopter militer ke Kota Kinabalu.
Jenazah Tun Mohammad Fuad kemudian dikebumikan di tanah perkuburan dekat Masjid Negeri Sabah, Kota Kinabalu.
6. Warisan dan Penghormatan
Warisan Tun Fuad Stephens diabadikan melalui berbagai penghargaan anumerta seperti 'Bapa Malaysia Dari Sabah' dan penamaan lokasi serta institusi penting di seluruh Sabah dan Malaysia.
6.1. Gelar Anumerta dan Julukan
Setelah wafat, Tun Fuad Stephens secara anumerta dianugerahi julukan Bapa Malaysia Dari Sabah (Ayah Malaysia Dari Sabah) sebagai pengakuan atas perannya dalam membawa Sabah ke dalam Federasi Malaysia. Ia juga diakui sebagai Huguan Siou, gelar tradisional untuk Pemimpin Tertinggi masyarakat Kadazandusun.
6.2. Tempat yang Dinamai untuk Menghormatinya
Beberapa lokasi, bangunan, taman, dan institusi telah dinamai untuk mengenang jasa-jasanya di berbagai wilayah Sabah dan Malaysia, antara lain:
- Taman Tun Fuad Stephens, sebuah taman umum di Kota Kinabalu.
- SMK Tun Fuad Stephens, sebuah sekolah menengah di Kiulu, Tamparuli, Tuaran.
- SMK Taman Tun Fuad, sebuah sekolah menengah di Kota Kinabalu.
- Jalan Tun Fuad Stephens, jalan raya utama di wilayah metropolitan Kota Kinabalu.
- Jalan Tun Mohd Fuad, sebuah jalan di Taman Tun Dr Ismail, Kuala Lumpur.
- SK Tun Fuad, sebuah sekolah dasar di Kunak, Tawau.
- Dewan Tun Fuad Stephens, balai komunitas utama distrik Penampang yang terletak di Donggongon, Penampang.
- Maktab Rendah Sains Mara Tun Muhammad Fuad Stephens, sebuah sekolah berasrama elit milik pemerintah di Sandakan.
- Wisma Tun Fuad Stephens, kompleks gedung pemerintahan negara bagian di Kota Kinabalu.
- Kolej Kediaman Tun Fuad Stephens, salah satu area perumahan mahasiswa di Universiti Malaysia Sabah.
7. Kehormatan dan Penghargaan
Tun Fuad Stephens menerima berbagai tanda jasa dan gelar kehormatan dari pemerintah federal Malaysia serta negara bagian Sabah dan Sarawak sebagai pengakuan atas kontribusinya.
7.1. Tanda Jasa dan Gelar Malaysia
- Panglima Setia MahkotaPSMBahasa Melayu (1970) - Tan Sri
- Seri Maharaja Mangku NegaraSMNBahasa Melayu (1975) - Tun
7.2. Tanda Jasa dan Gelar Sabah
- Panglima Gemilang Darjah KinabaluSPDKBahasa Melayu (1963) - Datuk Seri Panglima
7.3. Tanda Jasa dan Gelar Sarawak
- Panglima Negara Bintang SarawakPNBSBahasa Melayu (1964) - Dato
