1. Kehidupan dan Latar Belakang
Mun Ik-jeom adalah seorang tokoh penting yang lahir dari keluarga terpandang dan menempuh pendidikan di bawah bimbingan cendekiawan terkemuka pada masanya.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Mun Ik-jeom lahir pada tanggal 8 Maret 1329 di Gangseong-hyeon, Jinju-mok, Provinsi Gyeongsang (sekarang Danseong-myeon, Kabupaten Sancheong, Provinsi Gyeongsang Selatan). Ayahnya adalah Mun Suksŏn, yang meskipun telah lulus ujian negara (gwageo), tidak pernah menjabat di pemerintahan. Nama lahirnya adalah Ikch'ŏm, yang kemudian diubah menjadi Ik-jeom. Ada juga perkiraan bahwa ia lahir pada tahun 1331 dan meninggal pada tahun 1400.
1.2. Pendidikan dan Intelektualitas
Sejak usia 12 tahun, Mun Ik-jeom menjadi murid dari cendekiawan terkemuka Yi Guk, ayah dari Yi Saek, dan belajar bersama Yi Saek. Ia memiliki latar belakang yang kuat dalam studi Neo-Konfusianisme, yang membentuk pandangan intelektual dan akademisnya. Ia juga sempat belajar di Gyeongdeokjae, sebuah institusi pendidikan khusus untuk sastra klasik.
1.3. Kehidupan Keluarga
Mun Ik-jeom memiliki dua istri. Istri pertamanya adalah Bibi Chu dari klan Palgye Chu, namun mereka tidak memiliki keturunan. Istri keduanya adalah Bibi Jeong dari klan Jinju Jeong, putri dari Jeong Ch'ŏn-ik. Dari Bibi Jeong, Mun Ik-jeom memiliki beberapa anak:
- Anak laki-laki:
- Mun Chung-yong (文中庸)
- Mun Chung-sŏng (文中誠)
- Mun Chung-sil (文中實)
- Mun Chung-jin (文中晉)
- Mun Chung-gye (文中啓)
- Anak perempuan:
- Lady Mun dari klan Nampyeong Mun
- Grand Princess Mun dari klan Nampyeong Mun, istri ketiga dari Grand Prince Wanpung.
- Menantu laki-laki: Yi Wŏn'gye, Grand Prince Wanpung (1330-1388), saudara tiri Raja Taejo dari Joseon.
Cucu-cucunya, Mun Rae dan Mun Yeong, juga memainkan peran penting dalam pengembangan alat pemintal kapas.
2. Karier Birokrasi dan Aktivitas Politik
Perjalanan karier Mun Ik-jeom sebagai pejabat negara ditandai oleh pasang surut, termasuk misi diplomatik penting dan penentangan terhadap reformasi politik.
2.1. Lulus Ujian Negara dan Jabatan Awal
Pada tahun 1360 (tahun ke-9 masa pemerintahan Raja Gongmin dari Goryeo), Mun Ik-jeom lulus ujian negara (gwageo) bersama Jeong Mong-ju. Setelah lulus, ia memulai kariernya di pemerintahan Goryeo dengan berbagai jabatan awal, termasuk Sarok di Gimhae-bu (sekarang setara dengan wakil bupati), Sun-yu-baksa, dan Seungbongrang. Pada tahun 1363, ia diangkat sebagai Jwa-jeongeon di Saganwon.
2.2. Misi ke Dinasti Yuan dan Posisi Politik
Pada tahun 1363, saat menjabat sebagai Jwa-jeongeon, Mun Ik-jeom terpilih sebagai Seojanggwan (sekretaris utusan) dalam misi diplomatik ke Dinasti Yuan di Tiongkok, mendampingi Gyesa (utusan utama) Yi Gong-su. Selama di Yuan, ia dituduh mendukung Pangeran Deokheung, putra ketiga Raja Chungseon dari Goryeo, yang diangkat oleh Yuan sebagai raja Goryeo untuk menggulingkan Raja Gongmin. Akibat tuduhan ini, Mun Ik-jeom dipaksa kembali ke Korea dan diberhentikan dari jabatannya.
Namun, terdapat pandangan yang menyatakan bahwa ia mungkin tidak bersalah dan namanya dimasukkan secara sepihak oleh Choe Yu, pemimpin pemberontakan yang mendukung Deokheung-gun. Keandalan catatan dalam Goryeosa mengenai keterlibatannya dalam mendukung Deokheung-gun juga dipertanyakan, karena catatan tersebut disusun pada masa Joseon dan mungkin bias terhadap tokoh-tokoh yang tidak mendukung Yi Seong-gye. Fakta bahwa Mun Ik-jeom tidak menerima hukuman yang lebih berat setelah kembali ke Korea, serta keputusannya untuk pensiun dan menolak jabatan di Joseon, menunjukkan kemungkinan besar bahwa ia tetap setia kepada Goryeo.
2.3. Perubahan Karier dan Masa Pensiun
Setelah kontroversi dan pemecatan, Mun Ik-jeom kembali ke pemerintahan. Pada tahun 1374, ia diangkat sebagai Jung-hyeondae-bu Jwa-dae-eon U-mun-gwan-je-hak Gyeom Ji-je-gyo. Namun, pada tahun yang sama, ia bersama Jeong Mong-ju dan Jeong Do-jeon mengajukan petisi untuk menghukum utusan dari Dinasti Yuan Utara, yang menyebabkan ia diturunkan jabatannya menjadi Bupati Cheongdo akibat serangan balik dari faksi pro-Yuan.
Setelah Raja U dari Goryeo naik takhta, ia kembali ke pemerintahan pusat. Pada tahun 1375, sebagai pengakuan atas jasanya dalam menyebarkan kapas, ia diangkat sebagai Jeon-uijam Jubu. Pada tahun 1376, ia menjalani masa berkabung tiga tahun untuk ibunya sesuai dengan ajaran Zhuzi Jiali (Tata Cara Keluarga Zhu Xi), bahkan tetap setia menjaga makam ibunya meskipun terjadi invasi bajak laut Jepang (Wokou). Pada tahun 1383, sebuah prasasti孝子碑 (hyojabi) didirikan untuk menghormatinya atas rekomendasi Yi Seong-gye.
Pada tahun 1389, ia menjabat sebagai Jwa-sa-uidae-bu dan U-mun-gwan-je-hak Seo-yeon-dong-ji-sa. Namun, ia menentang reformasi tanah (Jeonje Gaeyeok) yang diusung oleh faksi Yi Seong-gye, Yi Saek, dan U Hyeon-bo. Penentangannya ini menyebabkan ia dituntut oleh Jo Jun, Daesahon dari Sahonbu, dan akhirnya diberhentikan dari jabatannya. Pada Agustus 1390, ia kembali ke pemerintahan sebagai Jwa-sa-uidae-bu U-mun-gwan-je-hak Seo-yeon-dong-ji-sa Gyeom Seonggyungwan Daesaseong. Pada Oktober tahun yang sama, ia mengajukan delapan poin kritik terhadap masalah-masalah pemerintahan, dan pada November, ia mengundurkan diri karena alasan kesehatan dan kembali ke kampung halamannya di Sancheong.
Setelah Dinasti Joseon didirikan oleh Yi Seong-gye pada tahun 1392, Mun Ik-jeom, yang menentang revolusi dinasti, menolak semua tawaran jabatan dan memilih untuk menjalani sisa hidupnya di pedesaan, menjaga kesetiaannya kepada Goryeo.
3. Pengenalan Kapas dan Dampaknya
Kontribusi terbesar Mun Ik-jeom bagi Korea adalah pengenalan dan penyebaran tanaman kapas, yang membawa dampak transformatif pada kehidupan masyarakat.
3.1. Misi ke Yuan dan Perolehan Biji Kapas
Selama misi diplomatiknya ke Dinasti Yuan pada tahun 1363, Mun Ik-jeom berhasil memperoleh biji kapas. Menurut legenda populer, ia menyelundupkan beberapa biji kapas dengan menyembunyikannya di dalam pegangan kuas tulisnya, karena pada masa itu Yuan diduga melarang ekspor biji kapas. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa biji kapas mungkin tidak termasuk dalam daftar barang yang dilarang ekspor, dan kemungkinan besar ia membawanya dalam kantong, bukan disembunyikan. Klaim penyelundupan ini mungkin merupakan bagian dari upaya generasi selanjutnya untuk mengagungkan jasanya.

Selain biji kapas, ia juga membawa pulang pengetahuan tentang teknik dan alat pengolahan kapas, seperti roda pemintal (mullye) dan alat tenun, setelah mempelajari buku-buku pertanian Tiongkok dan mendapatkan bantuan dari seorang biksu Tiongkok bernama Hongwon.
3.2. Keberhasilan Budidaya dan Penyebaran Kapas
Setelah kembali ke Korea, Mun Ik-jeom mulai menanam biji kapas secara diam-diam di halaman rumahnya bersama ayah mertuanya, Jeong Ch'ŏn-ik. Awalnya, upaya mereka tidak berhasil, dan hanya satu biji yang ditanam oleh Jeong Ch'ŏn-ik yang berhasil tumbuh dan menghasilkan sekitar 100 biji baru. Dengan usaha keras selama tiga tahun, Mun Ik-jeom akhirnya berhasil membudidayakan kapas dalam jumlah besar.
Sejak tahun 1367, ia mulai membagikan biji kapas secara gratis kepada penduduk setempat di kampung halamannya dan mengajarkan teknik budidaya dan pengolahannya. Ia tidak hanya puas dengan keberhasilan penanaman, tetapi juga terus meneliti cara memintal kapas menjadi benang. Cucu-cucunya, Mun Rae dan Mun Yeong, kemudian mengembangkan dan menyempurnakan alat pemintal benang yang dikenal sebagai 'mullye', yang namanya diyakini berasal dari nama Mun Rae.
3.3. Dampak Sosial dan Ekonomi Pengenalan Kapas
Pengenalan kapas oleh Mun Ik-jeom membawa perubahan signifikan dan revolusioner bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. Sebelumnya, bahan pakaian utama adalah rami, yang kurang nyaman dan hangat. Dengan adanya kapas, masyarakat dapat membuat pakaian dan selimut yang lebih hangat dan nyaman dari kain katun (mu-myeong) dan kapas (som). Barang-barang yang sebelumnya hanya bisa dinikmati oleh bangsawan dan keluarga kerajaan, seperti selimut dan pakaian berlapis kapas, kini dapat diakses oleh rakyat jelata.
Cendekiawan kemudian memuji Mun Ik-jeom karena jasanya dalam "memakaikan pakaian kepada rakyat jelata" dan membandingkannya dengan Shin-nong dan Hu-jik, tokoh-tokoh pertanian legendaris dari Tiongkok kuno. Selain untuk pakaian, kapas juga digunakan untuk berbagai keperluan lain, seperti kapas steril untuk pengobatan, sumbu lilin atau bubuk mesiu, serta benang katun yang kuat untuk tali, tali pancing, dan jaring.
Secara ekonomi, kapas menjadi komoditas penting. Pada masa Joseon, kain katun bahkan digunakan sebagai alat tukar dan standar mata uang untuk pembayaran pajak. Kapas juga menjadi salah satu komoditas ekspor utama dalam perdagangan dengan Jepang dan Tiongkok.
4. Pemikiran dan Keilmuan
Mun Ik-jeom adalah seorang cendekiawan Neo-Konfusianisme yang mendalami ajaran ini di bawah bimbingan Yi Guk. Pemahaman mendalamnya terhadap Neo-Konfusianisme memengaruhi pandangan dan tindakannya, termasuk keputusannya untuk menjalani masa berkabung tiga tahun untuk ibunya sesuai dengan ajaran Zhuzi Jiali, bahkan di tengah kekacauan invasi Wokou. Dedikasinya terhadap prinsip-prinsip ini juga terlihat dalam penolakannya untuk melayani Dinasti Joseon setelah kejatuhan Dinasti Goryeo, menunjukkan kesetiaannya pada nilai-nilai lama.
5. Karya Tulis
Karya tulis yang diatribusikan kepada Mun Ik-jeom adalah Samudang silgi (삼우당실기Samudang silgiBahasa Korea). Selain itu, kontribusinya terhadap pengenalan kapas didokumentasikan secara luas dalam Mokmyeonhwagi (목면화기MokmyeonhwagiBahasa Korea) yang ditulis oleh cendekiawan Neo-Konfusianisme kemudian, Jo Sik.
6. Kematian
Mun Ik-jeom meninggal dunia pada tanggal 26 Juli 1398. Sumber lain mencatat tanggal kematiannya pada 13 Juni 1398, atau bahkan tahun 1400. Ia dimakamkan di Sinan-ri, Sinan-myeon, Kabupaten Sancheong, Provinsi Gyeongsang Selatan. Setelah pensiun pada tahun 1390, ia menghabiskan sisa hidupnya di kampung halaman, mengkhawatirkan nasib negara yang semakin memburuk, ketidakmampuannya untuk sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip akademisnya, dan kurangnya kemajuan dalam studinya sendiri, sehingga ia menamai dirinya Samu-geosa (Pertapa Tiga Kekhawatiran).
7. Evaluasi dan Pengaruh
Mun Ik-jeom dikenang sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Korea karena kontribusinya yang luar biasa dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
7.1. Penilaian atas Prestasi
Meskipun Mun Ik-jeom tidak sepenuhnya diakui selama hidupnya, terutama karena penolakannya terhadap reformasi tanah dan sikapnya yang menentang pendirian Joseon, jasanya dalam membawa kapas dan menyebarkannya ke seluruh rakyat sangat dihargai pada masa Dinasti Joseon. Ia dipuji karena "memakaikan pakaian kepada rakyat jelata" dan kontribusinya disamakan dengan tokoh-tokoh pertanian legendaris seperti Shin-nong dan Hu-jik. Cendekiawan-cendekiawan terkemuka di kemudian hari, termasuk Jo Sik, Kim Yuk, Yun Hyu, Yi Ik, dan Jeong Yak-yong, sangat menghargai perannya. Jo Sik bahkan menulis puisi yang memuji Mun Ik-jeom.
Ia juga diakui secara resmi oleh pemerintah Korea Selatan, terpilih sebagai "Tokoh Budaya Bulan Ini" oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, serta masuk dalam daftar "100 Tokoh Besar yang Menyinari Korea."
7.2. Pengaruh di Masa Depan
Warisan Mun Ik-jeom diabadikan melalui berbagai gelar anumerta dan situs peringatan. Pada masa Raja Taejong dari Joseon, ia secara anumerta dianugerahi gelar Cham-ji-ui-jeong-bu-sa Dong-ji-chun-chu-gwan-sa Gyeom Ye-mun-gwan Dae-je-hak dan diberi gelar kehormatan Gangseong-gun. Kedua putranya juga diangkat sebagai Sahonbu Gamchal. Pada tahun 1440 (tahun ke-22 masa pemerintahan Raja Sejong Agung), ia dianugerahi gelar kehormatan Daegwangbo-guk-sung-rok-dae-bu Yeong-ui-jeong-bu-sa dan diberi gelar kehormatan Bu-min-hu, serta nama anumerta Chungseon-gong. Pada masa Raja Sejo dari Joseon, ia juga dianugerahi gelar Bu-min-hu.
Beberapa kuil dan prasasti didirikan untuk menghormatinya. Ia diabadikan di Docheon Seowon di Sancheong, Gyeongsang Selatan, dan Wolcheon Sau di Jangheung, Jeolla Selatan. Pada tahun 1785, Raja Jeongjo dari Joseon secara pribadi menulis plakat untuk Docheon Seowon, mengakui jasa Mun Ik-jeom.
Situs penanaman kapas pertamanya di Desa Sawol, Danseong-myeon, Kabupaten Sancheong, Provinsi Gyeongsang Selatan, kini ditetapkan sebagai Situs Bersejarah Korea Selatan Nomor 108 dengan nama Sancheong Mokmyeon Sibaeyuji (Situs Penanaman Kapas Pertama Sancheong). Di sana juga terdapat prasasti peringatan yang disebut Samudang Seonsaeng Myeonhwa Sibaesajeokbi. Makamnya di Sancheong juga ditetapkan sebagai Monumen Provinsi Gyeongsang Selatan Nomor 66.
8. Kontroversi dan Keraguan
Beberapa aspek kehidupan dan pencapaian Mun Ik-jeom menjadi subjek perdebatan dan ketidakpastian historis di kalangan sejarawan.
8.1. Kontroversi Terkait Misi ke Yuan
Terdapat perdebatan mengenai delegasi mana yang diikuti Mun Ik-jeom saat misi ke Yuan pada tahun 1363. Beberapa catatan menunjukkan ia mungkin bagian dari delegasi yang berbeda atau bahkan melakukan perjalanan pada tahun 1364.
Kontroversi terbesar adalah mengenai tuduhan bahwa ia mendukung Pangeran Deokheung, yang berupaya menggulingkan Raja Gongmin dari Goryeo. Catatan dalam Goryeosa menyatakan ia memihak Deokheung-gun dan kembali ke Goryeo bersama Yi Gong-su setelah invasi Deokheung-gun dan Choe Yu gagal. Namun, keandalan Goryeosa dipertanyakan karena disusun pada masa Joseon dan mungkin memuat bias terhadap tokoh-tokoh yang tidak mendukung pendirian Joseon. Jika Mun Ik-jeom benar-benar mengkhianati Raja Gongmin, ia seharusnya menerima hukuman yang jauh lebih berat daripada sekadar pemecatan. Fakta bahwa ia kembali ke kampung halaman setelah diberhentikan dan kemudian menolak melayani Joseon menunjukkan kemungkinan besar ia adalah seorang pejabat yang setia kepada Goryeo.
8.2. Kontroversi Proses Pengenalan Kapas
Ada keraguan mengenai detail proses Mun Ik-jeom dalam membawa biji kapas ke Korea.
- Lokasi Pengasingan**: Legenda menyebutkan ia diasingkan ke Provinsi Yunnan, wilayah terjauh dari ibu kota Yuan, dan menemukan kapas di sana. Namun, beberapa sejarawan meragukan apakah perjalanan ke Yunnan mungkin dilakukan di tengah kekacauan politik akhir Yuan, meskipun bukan tidak mungkin jika ia menghindari wilayah yang dikuasai pemberontak. Namun, tidak ada bukti kuat yang mendukung pengasingan ke Yunnan, dan ia mungkin hanya melakukan perjalanan ke wilayah Jiangnan.
- Lokasi Perolehan Biji Kapas**: Beberapa sejarawan berpendapat bahwa Mun Ik-jeom bisa saja memperoleh biji kapas di Dae-do (sekarang Beijing), ibu kota Yuan, tanpa harus pergi ke Jiangnan. Namun, sebagian besar budidaya kapas di Tiongkok pada masa itu terkonsentrasi di wilayah Jiangnan.
- Status Barang Selundupan**: Legenda populer menyatakan bahwa Mun Ik-jeom menyelundupkan biji kapas dengan menyembunyikannya di dalam kuasnya karena biji kapas adalah barang terlarang ekspor. Namun, tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan bahwa biji kapas adalah barang terlarang ekspor pada masa itu; biasanya yang dilarang adalah bahan baku senjata atau buku langka. Oleh karena itu, kemungkinan besar ia tidak perlu menyembunyikannya, dan cerita penyelundupan ini mungkin merupakan dramatisasi yang dibuat oleh generasi kemudian untuk mengagungkan jasanya. Bahkan, Taejo Sillok (Catatan Sejarah Raja Taejo) mencatat bahwa ia membawa biji kapas dalam kantongnya.
9. Aset Budaya dan Peringatan Terkait
Berbagai aset budaya dan situs bersejarah di Korea Selatan berkaitan langsung dengan Mun Ik-jeom, mengenang kontribusinya yang abadi.
- Sancheong Mokmyeon Sibaeyuji (산청 목면시배 유지Sancheong Mokmyeon SibaeyujiBahasa Korea): Situs bersejarah nasional Nomor 108, tempat Mun Ik-jeom pertama kali menanam kapas di Korea. Terletak di Desa Sawol, Danseong-myeon, Kabupaten Sancheong, Provinsi Gyeongsang Selatan.
- Sancheong Mun Ik-jeom Myoso (산청문익점묘Sancheong Mun Ik-jeom MyosoBahasa Korea): Makam Mun Ik-jeom, ditetapkan sebagai Monumen Provinsi Gyeongsang Selatan Nomor 66.
- Mun Ik-jeom Sin-do-bi (문익점신도비Mun Ik-jeom Sin-do-biBahasa Korea): Prasasti peringatan di dekat makamnya, ditetapkan sebagai Bahan Warisan Budaya Provinsi Gyeongsang Selatan Nomor 53.
- Docheon Seowon (도천서원Docheon SeowonBahasa Korea): Kuil Konfusianisme di Sancheong, tempat Mun Ik-jeom diabadikan. Raja Jeongjo dari Joseon bahkan secara pribadi menulis plakat untuk kuil ini pada tahun 1785.
- Wolcheon Sau (월천사우Wolcheon SauBahasa Korea): Kuil di Jangheung, Jeolla Selatan, tempat Mun Ik-jeom juga diabadikan.
- Changnyeong Bakmulgwan Sosang Nampyeongmunssi Gomunseo (창녕박물관 소장 남평문씨 고문서Changnyeong Bakmulgwan Sosang Nampyeongmunssi GomunseoBahasa Korea): Dokumen kuno klan Nampyeong Mun yang disimpan di Museum Changnyeong, ditetapkan sebagai Bahan Warisan Budaya Provinsi Gyeongsang Selatan Nomor 489.
10. Tokoh dan Item Terkait
Kehidupan dan kontribusi Mun Ik-jeom terkait erat dengan beberapa tokoh penting dan topik relevan dari masanya:
- Jeong Ch'ŏn-ik: Ayah mertua Mun Ik-jeom, yang membantunya dalam budidaya kapas awal.
- Mokwa (kapas): Tanaman yang diperkenalkan dan disebarkan Mun Ik-jeom, menjadi dasar industri tekstil Korea.
- Yi Saek: Cendekiawan dan rekan belajar Mun Ik-jeom.
- Jeong Mong-ju: Cendekiawan dan politikus setia Goryeo, rekan Mun Ik-jeom dalam ujian negara.
- Jeong Do-jeon: Cendekiawan dan arsitek utama pendirian Dinasti Joseon, yang berlawanan pandangan politik dengan Mun Ik-jeom di akhir Goryeo.
- Choe Mu-seon: Penemu bubuk mesiu di Korea, hidup sezaman dengan Mun Ik-jeom.
- Jo Sik: Cendekiawan Neo-Konfusianisme kemudian yang menulis Mokmyeonhwagi, mendokumentasikan dan memuji jasa Mun Ik-jeom.
- Yi Guk: Cendekiawan terkemuka dan guru Mun Ik-jeom.