1. Gambaran Umum
Osamu Higashio (lahir 18 Mei 1950) adalah seorang mantan pemain bisbol Jepang yang berposisi sebagai pitcher, manajer, dan komentator bisbol. Dikenang sebagai salah satu pitcher terkemuka di Liga Profesional Bisbol Jepang pada tahun 1980-an, ia bermain untuk Nishitetsu Lions dan berbagai inkarnasinya dari tahun 1969 hingga 1988. Setelah pensiun sebagai pemain, ia menjabat sebagai manajer Seibu Lions dari tahun 1995 hingga 2001, membawa tim meraih dua gelar juara liga. Higashio dikenal dengan gaya pitching agresifnya yang dijuluki "Kenka Tōhō" (ケンカ投法Bahasa Jepang, "Gaya Pitching Bertarung"), yang membuatnya memegang rekor NPB untuk pemukul yang terkena bola terbanyak (165). Kariernya mencakup banyak pencapaian individu, termasuk dua penghargaan MVP dan masuk ke Hall of Fame Bisbol Jepang, meskipun juga diwarnai oleh beberapa insiden dan kontroversi.
2. Kehidupan Awal dan Karier
Osamu Higashio menunjukkan bakat bisbol sejak usia muda, membentuk dasar untuk karier profesionalnya yang panjang dan berpengaruh.
2.1. Masa Kecil dan SMA
Higashio lahir pada 18 Mei 1950, di Kibi Town, Distrik Arida, Prefektur Wakayama (sekarang Aridagawa Town). Awalnya, ia berencana untuk masuk Heian High School di Kyoto, dengan persiapan akomodasi sudah diatur. Namun, setelah mendengar reputasinya, pelatih tim bisbol Minoshima High School, Tadashi Bitō, secara pribadi membujuknya untuk mendaftar di sekolah tersebut. Higashio kemudian menjadi pitcher dan pemukul keempat bintang di Minoshima High.
Pada turnamen musim gugur Kinki tahun 1967, ia mencuri perhatian dengan melempar no-hitter dalam pertandingan putaran pertama melawan Higashiyama High School dan di perempat final melawan Kōga High School. Meskipun kalah di final dari Heian High yang diperkuat Nobuo Ikeda, Minoshima High berhasil lolos ke Turnamen Undangan Bisbol SMA Nasional ke-40 pada musim semi 1968, menandai penampilan pertama sekolah tersebut di Koshien. Di Koshien, Higashio memimpin timnya hingga semifinal, di mana mereka kalah 3-5 dari Ōmiya Kōgyō High School yang kemudian menjadi juara. Pada turnamen musim panas Koshien tahun yang sama, Minoshima High kalah di putaran kedua kualifikasi prefektur dari Seirin High School. Bitō, yang kemudian memenangkan empat kejuaraan Koshien (tiga di musim semi, satu di musim panas), kemudian menyatakan bahwa tim tahun 1968 adalah yang terkuat, dan kegagalan mereka untuk menang disebabkan oleh kurangnya pengalamannya sendiri.
2.2. Draf dan Debut Profesional
Pada draf bisbol profesional 1968, Higashio dipilih di putaran pertama oleh Nishitetsu Lions. Sebelum draf, Higashio telah dihubungi oleh beberapa tim lain, bahkan ada yang mengisyaratkan pilihan putaran pertama. Namun, pilihan dari Nishitetsu datang secara mendadak tanpa kontak sebelumnya. Orang tua Higashio awalnya menentang keras keputusannya untuk bergabung dengan tim yang berbasis di Kyushu, yang mereka anggap terpencil, dan menyarankan agar ia melanjutkan ke universitas. Higashio sendiri juga marah dengan pilihan sepihak Nishitetsu dan sempat memutuskan untuk masuk Hosei University. Ia juga pernah mengikuti seleksi di Keio University sebagai pemukul, dan jika ia masuk Keio, ia mungkin akan beralih posisi menjadi pemain posisi.
Namun, ia kemudian merenungkan, "Nishitetsu juga tim profesional. Mereka memilih saya di putaran pertama," dan berhasil meyakinkan orang tuanya untuk bergabung dengan Nishitetsu. Higashio kemudian menyatakan, "Saya bergabung karena saya adalah pilihan putaran pertama. Nishitetsu melindungi harga diri saya dengan memilih saya di putaran pertama. Jika bukan pilihan putaran pertama, saya tidak akan bergabung dengan Nishitetsu." Namun, dalam bukunya Kenka Tōhō, ia juga menyatakan, "Saya mungkin akan bergabung jika saya adalah pilihan kedua, atau bahkan pilihan ketiga." Ia menandatangani kontrak dengan bonus sebesar 10.00 M JPY dan gaji tahunan sebesar 1.80 M JPY.
Pada tahun pertamanya di liga profesional (1969), Higashio kehilangan kepercayaan diri pada kemampuan pitching-nya setelah melihat tingginya level pitching di Pacific League, dan meminta tim untuk mengubahnya menjadi pemain posisi. Tim menyetujui permintaannya, tetapi dengan cepat menariknya kembali ketika Skandal Kabut Hitam meletus pada off-season 1969. Akibat skandal tersebut, pitcher andalan Lions, Masaaki Ikenaga, dilarang bermain di liga profesional, dan Higashio terpaksa menjadi pitcher penuh waktu dalam rotasi awal Lions. Kurangnya pengalamannya mengakibatkan ERA 5.15 dalam 40 pertandingan musim itu. Higashio menunjukkan peningkatan di tahun-tahun berikutnya, tetapi masih memimpin liga dalam kekalahan pada tahun 1971 dan 1972. Terutama selama musim 1972, ia melempar lebih dari 300 inning, memimpin liga tidak hanya dalam kekalahan, tetapi juga dalam hit, run, dan home run yang diberikan. Ia juga memberikan lebih dari 100 walk dalam tiga musim berturut-turut mulai tahun 1971. Higashio kemudian menyatakan bahwa skandal Kabut Hitam adalah "kesempatan terbesar dan titik balik" dalam karier bisbolnya.
3. Karier Bermain
Karier bermain Osamu Higashio membentang selama dua dekade, ditandai dengan evolusi timnya, gaya pitching yang khas, dan serangkaian pencapaian dan kontroversi yang signifikan.
3.1. Sejarah Waralaba Tim
Sepanjang karier bermainnya, Higashio tetap setia pada satu waralaba, meskipun tim tersebut mengalami beberapa perubahan nama dan kepemilikan. Ia memulai kariernya dengan Nishitetsu Lions. Pada tahun 1973, tim tersebut dijual oleh Nishi-Nippon Railroad dan menjadi Taiheiyo Club Lions. Kemudian, pada tahun 1978, tim tersebut dijual lagi dan menjadi Crown Lighter Lions. Periode ini, yang ditandai dengan ketidakstabilan finansial, menjadi masa di mana Higashio muncul sebagai pitcher andalan staf pitching Lions. Akhirnya, pada tahun 1979, Lions memperoleh stabilitas finansial ketika tim tersebut dijual kepada Kokudo dan berganti nama menjadi Seibu Lions, pindah ke Tokorozawa, Prefektur Saitama. Higashio dan Takuji Ota adalah satu-satunya pemain yang tersisa dari era Nishitetsu hingga menjadi Seibu.
3.2. Perjuangan Karier Awal dan "Skandal Kabut Hitam"
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Higashio menghadapi kesulitan signifikan di awal karier profesionalnya. Setelah draf, ia merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya di tengah tingginya level permainan di Pacific League, bahkan meminta untuk beralih posisi menjadi pemain posisi. Namun, pecahnya Skandal Kabut Hitam pada off-season 1969 mengubah jalannya. Skandal ini mengakibatkan pemecatan permanen pitcher andalan Masaaki Ikenaga dan beberapa pemain kunci lainnya, meninggalkan tim dengan kekurangan pitcher yang parah. Akibatnya, Higashio terpaksa mengambil peran sebagai pitcher utama sejak tahun pertamanya.
Di bawah bimbingan pelatih pitching Hidefumi Kawamura, Higashio menjalani latihan intensif, melempar antara 350 hingga 400 bola setiap hari bersama Hatsu Kato. Meskipun ia melihat skandal ini sebagai "kesempatan terbesar" dalam karier bisbolnya, musim-musim awalnya sangat sulit. Pada tahun 1969, ia mencatat ERA 5.15 dalam 40 pertandingan. Ia memimpin liga dalam kekalahan pada tahun 1971 (16 kekalahan) dan 1972 (25 kekalahan), yang terakhir merupakan rekor Pacific League untuk kekalahan terbanyak dalam satu musim. Pada tahun 1972, ia juga memimpin liga dalam hit, run, dan home run yang diberikan, serta memberikan lebih dari 100 walk dalam tiga musim berturut-turut mulai tahun 1971.
3.3. Gaya Pitching dan "Kenka Pitching"
Higashio mengembangkan gaya pitching yang agresif dan khas, yang dikenal sebagai "Kenka Tōhō" (ケンカ投法Bahasa Jepang, "Gaya Pitching Bertarung"). Gaya ini melibatkan pelemparan bola ke bagian dalam plate untuk mengintimidasi pemukul lawan. Ia memegang rekor karier Jepang untuk pemukul yang terkena bola terbanyak (165), dengan 132 di antaranya mengenai pemukul tangan kanan (82% dari total). Higashio tidak takut melempar bola dekat dengan pemukul dan menunjukkan sedikit penyesalan setelah mengenai mereka. Ia menyatakan bahwa ia mengembangkan gaya ini untuk memaksimalkan efektivitas slider dan shuuto andalannya, dan bahwa ia harus mengadopsi gaya ini untuk bertahan di bisbol profesional. Ia juga menyebutkan bahwa ia tidak pernah berniat sengaja mengenai pemukul, kecuali dalam "kasus-kasus luar biasa" sebagai pembalasan atas rekan satu tim yang terkena bola, dan hanya jika pemukul berikutnya secara statistik memiliki kekuatan memukul yang rendah.
Meskipun Higashio mengklaim tidak pernah sengaja mengenai pemukul, manajer tim lawan sering menuduhnya melakukan hal tersebut karena kontrolnya yang sangat baik. Ia memiliki "harga diri" untuk tidak mengenai pemukul tangan kiri, dan pernah meminta maaf kepada Shigeru Kurihashi ketika ia secara tidak sengaja mengenainya. Ia juga mengakui bahwa ia menyadari di awal kariernya bahwa fastball-nya tidak cukup cepat untuk bersaing di level profesional, sehingga ia fokus pada pengembangan breaking ball.
3.4. Performa Puncak dan Kesuksesan Tim
Meskipun awal kariernya sulit, Higashio akhirnya muncul sebagai pitcher andalan Lions. Pada musim 1975, ia mencatat ERA yang sangat terhormat yaitu 2.38 sambil memimpin liga dengan 23 kemenangan. Ia kembali memenangkan 23 pertandingan pada tahun 1978, melempar lebih dari 300 inning untuk ketiga kalinya dalam kariernya. Pada tahun 1977, Yomiuri Giants mengajukan tawaran untuk mengakuisisinya, tetapi tim menolak, menyatakan bahwa "melepaskan Higashio berarti kematian bagi tim."
Dengan stabilitas finansial di bawah nama Seibu Lions mulai tahun 1979, tim tersebut memenangkan Japan Series pada tahun 1982 dan 1983. Higashio memainkan peran penting sebagai pelempar relief dalam ketiga penampilan Japan Series-nya karena ketidakstabilan closer tim, Shigeharu Mori. Pada Japan Series 1982 melawan Chunichi Dragons, ia memenangkan dua pertandingan sebagai long reliever dan dinobatkan sebagai MVP Japan Series, menjadi pitcher pertama dalam sejarah Japan Series yang memenangkan MVP hanya dengan penampilan relief.
Pada tahun 1983, ia mencatat ERA terendah di liga (2.92) dan memimpin liga dalam kemenangan (18 kemenangan), menerima penghargaan MVP Pacific League. Ia juga terpilih sebagai Best Nine. Pada Japan Series 1983 melawan Giants, ia menghadapi Tatsunori Hara dengan bases loaded di inning ketujuh dan berhasil melakukan strikeout, yang kemudian memicu rally tim untuk memenangkan kejuaraan.
Pada tahun 1984, ia mencapai 200 kemenangan karier. Pada tahun 1985, ia mencatat rekor 17 kemenangan dan 3 kekalahan, dan meskipun tidak memenangkan gelar individu, ia terpilih sebagai Best Nine. Lions memenangkan kejuaraan Pacific League empat tahun berturut-turut dari 1985 hingga 1988 (termasuk tiga kemenangan Japan Series lagi), dan Higashio memenangkan penghargaan MVP keduanya pada tahun 1987 dengan 15 kemenangan dan 9 kekalahan serta ERA 2.59, serta Golden Glove kelimanya secara berturut-turut, sebuah rekor untuk pitcher di Pacific League.
3.5. Rekor dan Pencapaian Utama
Osamu Higashio mengumpulkan banyak rekor dan penghargaan sepanjang karier bermainnya:
- Total Kemenangan**: 251 kemenangan (peringkat ke-10 sepanjang masa di NPB).
- Total Kekalahan**: 247 kekalahan. Ia adalah pitcher kedua dalam sejarah NPB yang mencapai 200 kekalahan sebelum 200 kemenangan. Namun, ia berhasil mengakhiri kariernya dengan rekor kemenangan-kekalahan positif.
- Pemukul Terkena Bola (HBP)**: 165 (rekor NPB sepanjang masa).
- Kekalahan dalam Satu Musim**: 25 kekalahan pada tahun 1972 (rekor Pacific League).
- Inning Dilempar**: 4086 inning (peringkat ke-8 sepanjang masa di NPB). Ia adalah pitcher terakhir yang melempar lebih dari 300 inning dalam satu musim (1972, 1975, 1978).
- Penghargaan MVP**: 2 kali (1983, 1987).
- Best Nine**: 2 kali (1983, 1985).
- Golden Glove**: 5 kali berturut-turut (1983-1987), rekor terpanjang untuk pitcher di Pacific League.
- MVP Japan Series**: 1 kali (1982).
- Hall of Fame Bisbol Jepang**: Dilantik pada tahun 2010.
- Gelar Pitching**:
- Kemenangan Terbanyak: 2 kali (1975, 1983).
- ERA Terbaik: 1 kali (1983).
- Strikeout Terbanyak: 1 kali (1975, meskipun bukan gelar resmi pada saat itu).
- Penampilan All-Star Game**: 10 kali (1972, 1973, 1975, 1976, 1978, 1982, 1984, 1985, 1986, 1987).
- Nomor Punggung**: 21 (1969-1988).
3.6. Insiden dan Kontroversi Terkenal
Karier bermain Higashio tidak lepas dari insiden dan kontroversi yang menarik perhatian publik.
Pada 13 Juni 1986, dalam pertandingan melawan Kintetsu Buffaloes di Seibu Stadium, Higashio melempar shuuto ke dalam yang mengenai siku kiri Dick Davis dari Kintetsu. Davis yang marah langsung berlari ke mound dan menyerang Higashio dengan pukulan dan tendangan. Davis kemudian diusir dari pertandingan dan menerima skorsing 10 hari serta denda 100.00 K JPY. Meskipun terluka, Higashio bersikeras untuk melanjutkan pitching dan berhasil memenangkan pertandingan. Insiden ini memicu simpati luas untuk Davis dan kritik terhadap Higashio dari manajer tim lawan, seperti Shigeru Takada dari Nippon-Ham Fighters dan Toshiharu Ueda dari Hankyu Braves, yang menuduhnya sengaja mengenai pemukul. Higashio membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa ia tidak pernah sengaja mengenai pemukul, meskipun ia mengakui pernah melempar beanball sebagai pembalasan dalam konteks team play.
Pada Desember 1987, terungkap bahwa Higashio telah diinterogasi oleh polisi karena terlibat dalam perjudian mahjong. Ia mengakui perbuatannya dalam konferensi pers, menyatakan penyesalan atas "ketidakdewasaan dan kecerobohan" nya. Akibatnya, ia dijatuhi skorsing enam bulan oleh tim dan pemotongan gaji sebesar 25.00 M JPY. Meskipun ia adalah pitcher pertama yang mencapai gaji 100.00 M JPY di Jepang, insiden ini merusak reputasinya.
Pada tahun 1988, setelah kembali dari skorsing, Higashio mencatat 6 kemenangan. Dalam Japan Series 1988 melawan Chunichi Dragons, ia dipanggil untuk relief di inning kedelapan Game 1. Meskipun ia berharap untuk menyelesaikan pertandingan, manajer Kimihiro Mori hanya memintanya untuk mendapatkan satu out. Higashio berhasil melewati inning tersebut hanya dengan empat lemparan, tetapi perkataan Mori sangat membekas di hatinya. Malam itu, ia mengungkapkan niatnya untuk pensiun kepada seorang kenalan. Pada 1 November, muncul laporan tentang kemungkinan trade ke Fukuoka Daiei Hawks yang baru berganti nama. Namun, pemilik Seibu saat itu, Yoshiaki Tsutsumi, menolak trade tersebut, menyebut Higashio sebagai "pemain berjasa" dan menyatakan bahwa tidak ada pemain yang setara dengannya. Higashio sendiri menyatakan keinginannya untuk "membakar habis" kariernya di Seibu, dan pada 22 November, ia secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya. Ia mengungkapkan penyesalan karena tidak mencapai 276 kemenangan Kazuhisa Inao, tetapi bangga dengan rekor 251 kemenangan dan 247 kekalahannya.
Tahun | Tim | G | CG | SHO | W | L | SV | IP | H | HR | BB+HBP | SO | ER | ERA |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1969 | Nishitetsu Lions | 8 | 0 | 0 | 0 | 2 | 0 | 15.0 | 16 | 2 | 15 | 11 | 14 | 8.40 |
1970 | Nishitetsu Lions | 40 | 3 | 0 | 11 | 18 | 0 | 173.1 | 183 | 22 | 97 | 94 | 99 | 5.15 |
1971 | Nishitetsu Lions | 51 | 3 | 0 | 8 | 16 | 0 | 221.1 | 198 | 20 | 133 | 109 | 92 | 3.75 |
1972 | Nishitetsu Lions | 55 | 13 | 2 | 18 | 25 | 0 | 309.2 | 313 | 37 | 122 | 171 | 126 | 3.66 |
1973 | Taiheiyo Club Lions | 48 | 14 | 5 | 15 | 14 | 0 | 257.2 | 250 | 22 | 114 | 104 | 94 | 3.29 |
1974 | Taiheiyo Club Lions | 27 | 7 | 1 | 6 | 9 | 0 | 123.0 | 116 | 12 | 53 | 58 | 47 | 3.44 |
1975 | Taiheiyo Club Lions | 54 | 25 | 4 | 23 | 15 | 7 | 317.2 | 287 | 14 | 70 | 154 | 84 | 2.38 |
1976 | Taiheiyo Club Lions | 43 | 15 | 2 | 13 | 11 | 5 | 243.1 | 256 | 14 | 59 | 93 | 86 | 3.19 |
1977 | Crown Lighter Lions | 42 | 17 | 1 | 11 | 20 | 4 | 241.2 | 259 | 30 | 70 | 108 | 104 | 3.87 |
1978 | Crown Lighter Lions | 45 | 28 | 1 | 23 | 14 | 1 | 303.1 | 299 | 25 | 69 | 126 | 99 | 2.94 |
1979 | Seibu Lions | 23 | 10 | 1 | 6 | 13 | 0 | 155.0 | 181 | 19 | 39 | 61 | 78 | 4.53 |
1980 | Seibu Lions | 33 | 18 | 1 | 17 | 13 | 0 | 235.1 | 258 | 28 | 53 | 84 | 99 | 3.79 |
1981 | Seibu Lions | 27 | 11 | 1 | 8 | 11 | 0 | 181.0 | 192 | 24 | 58 | 55 | 77 | 3.83 |
1982 | Seibu Lions | 28 | 11 | 2 | 10 | 11 | 1 | 183.2 | 179 | 20 | 52 | 59 | 67 | 3.28 |
1983 | Seibu Lions | 32 | 11 | 3 | 18 | 9 | 2 | 213.0 | 198 | 14 | 57 | 72 | 69 | 2.92 |
1984 | Seibu Lions | 32 | 20 | 3 | 14 | 14 | 0 | 241.1 | 227 | 24 | 61 | 84 | 89 | 3.32 |
1985 | Seibu Lions | 31 | 11 | 3 | 17 | 3 | 1 | 174.1 | 164 | 19 | 46 | 74 | 64 | 3.30 |
1986 | Seibu Lions | 31 | 8 | 0 | 12 | 11 | 2 | 168.1 | 183 | 29 | 34 | 52 | 79 | 4.22 |
1987 | Seibu Lions | 28 | 17 | 3 | 15 | 9 | 0 | 222.2 | 215 | 16 | 29 | 85 | 64 | 2.59 |
1988 | Seibu Lions | 19 | 5 | 1 | 6 | 9 | 0 | 105.2 | 121 | 21 | 30 | 30 | 57 | 4.85 |
Total Karier | 697 | 247 | 34 | 251 | 247 | 23 | 4086 | 4095 | 412 | 1102 | 1684 | 1588 | 3.50 |
4. Karier Manajerial
Setelah pensiun sebagai pemain, Osamu Higashio beralih ke peran manajerial, memimpin Seibu Lions selama tujuh musim.
4.1. Masa Jabatan Manajerial Seibu Lions
Setelah bekerja sebagai komentator olahraga, Higashio kembali ke Lions pada tahun 1995 sebagai manajer. Ia menghadapi tekanan besar karena menggantikan Kimihiro Mori, yang telah memimpin tim meraih delapan gelar liga dalam sembilan tahun. Meskipun ia merekrut beberapa pemain top seperti Darrin Jackson dan Orestes Destrade dari liga utama, ia finis di posisi ketiga dalam dua musim pertamanya sebagai manajer. Pada tahun pertamanya (1995), timnya memiliki rekor 5 kemenangan dan 21 kekalahan melawan Orix BlueWave, yang sangat memengaruhi posisi mereka.
Kemunculan beberapa pemain muda, termasuk Kazuo Matsui, Shinji Mori, Daisuke Matsuzaka, Fumiya Nishiguchi, dan Denney Tomori, mendorong Lions ke puncak pada tahun ketiga Higashio sebagai manajer. Tim memenangkan kejuaraan liga berturut-turut pada tahun 1997 dan 1998. Pada tahun 1997, timnya berhasil memenangkan liga setelah Kazuhiro Kiyohara pindah ke Yomiuri Giants, dengan Domingo Martínez sebagai penggantinya. Meskipun demikian, Lions kalah dalam Japan Series di kedua tahun tersebut (melawan Tokyo Yakult Swallows pada 1997 dan Yokohama DeNA BayStars pada 1998).
Higashio dikenal karena gaya kepemimpinannya yang lebih santai dibandingkan pendahulunya, Tatsuro Hirooka dan Mori, bertindak sebagai sosok "kakak" atau "bos" bagi para pemain. Namun, gaya ini juga menuai kritik. Misalnya, Katsuya Nomura, manajer Yakult Swallows yang mengalahkan Seibu di Japan Series 1997, mengkritik kurangnya disiplin tim Seibu, seperti pemain yang tidak berbaris saat menyanyikan lagu kebangsaan atau memiliki rambut diwarnai.
Pada 10 Juli 1997, Higashio terlibat dalam insiden kekerasan dengan wasit Kōichi Tanba selama pertandingan melawan Kintetsu. Setelah Hiroshi Narahara di-tag out dalam upaya pickoff, Narahara mendorong wasit dan diusir. Higashio kemudian memprotes dan mendorong wasit Tanba, yang mengakibatkan pengusirannya sendiri. Higashio kemudian menendang Tanba, menyebabkan keributan. Ia menerima skorsing tiga pertandingan dan denda 100.00 K JPY.
Pada tahun 1998, Higashio membuat keputusan kontroversial dengan melepaskan Domingo Martínez, meskipun ia telah mencatat 30 home run selama dua tahun berturut-turut. Keputusan ini didasarkan pada kesulitan Martínez dalam bermain di posisi fielding di kandang Central League yang tidak menggunakan aturan DH, yang dianggap menghambat peluang tim untuk memenangkan Japan Series. Namun, tim mengalami penurunan kekuatan ofensif pada tahun 1999 dan gagal memenangkan liga.
Pada tahun 1999, dengan penampilan gemilang rookie Daisuke Matsuzaka, Seibu bersaing ketat dengan Daiei Hawks untuk memperebutkan gelar juara, tetapi akhirnya finis di posisi kedua. Pada tahun 2000, meskipun Matsuzaka memimpin liga dalam kemenangan untuk tahun kedua berturut-turut dan staf pitching kuat, tim mengalami kesulitan ofensif dan kembali finis di posisi kedua. Untuk mengatasi masalah ini, tim mengakuisisi Alex Cabrera dan Scott McClain untuk musim 2001. Pada tahun 2001, dengan kekuatan home run yang signifikan dari Cabrera (49 home run) dan McClain (39 home run), serta penampilan Matsuzaka dan Fumiya Nishiguchi, Seibu bersaing dalam perburuan gelar tetapi akhirnya finis di posisi ketiga. Merasa bertanggung jawab atas kegagalan tim untuk memenangkan kejuaraan selama tiga tahun berturut-turut, Higashio mengundurkan diri dari jabatannya pada akhir musim 2001.
Tahun | Tim | Peringkat | Pertandingan | Menang | Kalah | Seri | Persentase Menang | Game Tertinggal | Home Run Tim | Rata-rata Pukulan Tim | ERA Tim | Usia |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1995 | Seibu | 3 | 130 | 67 | 57 | 6 | .540 | 12.5 | 117 | .246 | 2.98 | 45 |
1996 | Seibu | 3 | 130 | 62 | 64 | 4 | .492 | 13.0 | 141 | .258 | 3.58 | 46 |
1997 | Seibu | 1 | 135 | 76 | 56 | 3 | .576 | - | 110 | .281 | 3.63 | 47 |
1998 | Seibu | 1 | 135 | 70 | 61 | 4 | .534 | - | 115 | .270 | 3.66 | 48 |
1999 | Seibu | 2 | 135 | 75 | 59 | 1 | .560 | 4.0 | 89 | .258 | 3.58 | 49 |
2000 | Seibu | 2 | 135 | 69 | 61 | 5 | .531 | 2.5 | 97 | .255 | 3.68 | 50 |
2001 | Seibu | 3 | 140 | 73 | 67 | 0 | .521 | 6.0 | 184 | .256 | 3.88 | 51 |
Total: 7 Tahun | 937 | 489 | 425 | 23 | .535 | A-Class: 7 kali |
4.2. Aktivitas Pasca-Manajerial
Setelah pensiun sebagai manajer Seibu Lions, Higashio kembali ke perannya sebagai komentator bisbol untuk berbagai jaringan televisi dan media cetak, termasuk TV Asahi, Bunka Broadcasting, dan Sports Nippon. Sejak 2016, ia juga menjabat sebagai komentator untuk Fukuoka Broadcasting.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai presiden tim bola basket profesional Tokyo Apache di bj league dari September 2006 hingga Agustus 2009. Pada tahun 2010, ia dilantik ke Hall of Fame Bisbol Jepang. Higashio juga menjabat sebagai pelatih pitching untuk tim nasional bisbol Jepang di World Baseball Classic 2013. Pada tahun 2019, ia diangkat sebagai penasihat kehormatan untuk tim bisbol club wanita, Wakayama Regina. Ia juga mendirikan tim bisbol remaja hardball "Setagaya Little Senior" pada tahun 1995 bersama mantan rekan setimnya, Akihiko Horai.
5. Kehidupan Pribadi
Osamu Higashio memiliki seorang putri bernama Riko Higashio, yang merupakan pegolf profesional. Ia juga memiliki menantu laki-laki, Junichi Ishida, seorang talenta dan aktor, serta sepupu perempuan, Kazuko Aoyama, seorang penyanyi.
Higashio dikenal karena gaya hidupnya yang suka bersenang-senang di masa mudanya, sering menghabiskan malam di kota. Putrinya, Riko, menyatakan kekagumannya pada ayahnya yang mampu bermain selama 20 tahun tanpa cedera serius, meskipun ia "minum alkohol seolah-olah mandi dan begadang, khas pemain bisbol profesional era Showa."
6. Warisan dan Evaluasi
Osamu Higashio meninggalkan warisan yang kompleks namun signifikan dalam sejarah bisbol Jepang. Sebagai pitcher, ia dikenang karena gaya "Kenka Tōhō" yang unik dan agresif, yang meskipun kontroversial karena jumlah pemukul yang terkena bola yang tinggi, juga merupakan kunci kesuksesannya. Kemampuannya untuk bertahan dan beradaptasi di liga profesional selama dua dekade, dari era Nishitetsu yang tidak stabil hingga masa keemasan Seibu Lions, menunjukkan ketahanan dan bakatnya yang luar biasa. Pencapaiannya seperti 251 kemenangan karier, dua penghargaan MVP, dan MVP Japan Series mengukuhkan statusnya sebagai salah satu pitcher elit di Jepang.
Sebagai manajer, Higashio berhasil memimpin Seibu Lions meraih dua gelar liga berturut-turut di tengah periode transisi setelah era keemasan tim sebelumnya. Meskipun ia menerima kritik atas gaya kepemimpinannya yang lebih santai dan insiden kekerasan dengan wasit, ia berhasil melakukan transisi generasi pemain, mengembangkan bakat-bakat muda seperti Daisuke Matsuzaka dan Kazuo Matsui, sambil mempertahankan tim di "A-class" (tiga besar liga) selama tujuh tahun masa jabatannya. Higashio sendiri merefleksikan bahwa ia bangga dengan dua gelar liga yang diraihnya, tetapi mengakui bahwa ia tidak bisa sekejam Tatsuro Hirooka atau Katsuya Nomura dalam mengejar kemenangan.
Secara keseluruhan, Higashio adalah sosok yang karismatik dan berpengaruh, baik di dalam maupun di luar lapangan. Meskipun kariernya diwarnai oleh beberapa kontroversi, termasuk skandal perjudian, ia tetap menjadi tokoh yang dihormati dan diakui dalam bisbol Jepang, yang dibuktikan dengan pelantikannya ke Hall of Fame Bisbol Jepang.