1. Biography
Pahk Yon-hee memiliki latar belakang kehidupan yang kaya, mulai dari kelahirannya di Hamhung hingga perkembangan karier sastranya yang signifikan, termasuk perannya sebagai editor dan kontribusinya dalam berbagai asosiasi penulis.
1.1. Birth and Early Activities
Pahk Yon-hee lahir pada tahun 1918 di Hamhung, Provinsi Hamgyong Selatan, yang kini menjadi bagian dari Korea Utara. Ia memulai debut sastranya pada tahun 1944 dengan cerita pendek berjudul "Jorangmal" (조랑말Kuda PoniBahasa Korea). Setelah pembebasan Korea dari penjajahan Jepang pada tahun 1945, ia sempat mengelola sebuah kebun buah.
Pada tahun 1946, ia pindah ke Korea Selatan dan mulai bekerja sebagai editor untuk berbagai majalah, termasuk Baengmin (백민Subjek MurniBahasa Korea), Jayu segye (자유세계Dunia BebasBahasa Korea), dan Jayu munhak (자유문학Sastra BebasBahasa Korea). Pada tahun yang sama, ia secara resmi memulai karier sastranya dengan publikasi cerita pendek "Ssal" (쌀NasiBahasa Korea). Ia melanjutkan aktivitas sastranya dengan menerbitkan dua cerita pendek pada tahun 1948, yaitu "Gomok" (고목Pohon TuaBahasa Korea) dan "Sampalseon" (삼팔선Garis Paralel ke-38Bahasa Korea). Kemudian, pada tahun 1953, cerita pendek "Saebyeok" (새벽FajarBahasa Korea) diterbitkan dalam antologi Jeonseon munhak (전선문학Sastra Garis DepanBahasa Korea), yang diterbitkan oleh Kelompok Penulis Perang Angkatan Darat (yukgun jonggun jakgadan) di tengah berkecamuknya Perang Korea.
1.2. Career
Pada tahun 1958, Pahk Yon-hee memulai kariernya di media massa sebagai wakil kepala divisi kebudayaan di surat kabar Dong-A Ilbo. Kemudian, pada tahun 1962, ia menjabat sebagai editor senior di kantor pers Korea Electric Power Corporation.
Selain perannya di media dan perusahaan, ia juga aktif dalam dunia sastra dan asosiasi penulis. Pada tahun 1997, ia menjabat sebagai penasihat untuk Korea Writers Association. Pahk Yon-hee meninggal dunia pada 9 Desember 2008 karena usia tua, meninggalkan warisan karya sastra yang signifikan.
2. Literary Activities
Perjalanan sastra Pahk Yon-hee menunjukkan evolusi gaya penulisan dan tema-tema utama yang mencerminkan pandangan kritisnya terhadap masyarakat dan realitas sosial-politik.
2.1. Periodical Changes in Literary World
Karya-karya Pahk Yon-hee secara umum dapat dibagi menjadi tiga periode yang berbeda: tulisan awal, tengah, dan akhir.
Periode tulisan awalnya ditandai oleh kecenderungan kuat terhadap kesia-siaan dan dekadensi, dengan cerita pendek "Gomok" (고목Pohon TuaBahasa Korea) tahun 1948 sebagai contoh paling representatif.
Periode tengah karyanya secara aktif mengkritik realitas masyarakat. Ini terlihat dalam cerita pendek "Jeungin" (증인SaksiBahasa Korea) tahun 1956, yang mengkritik rezim diktator Syngman Rhee. Karya "Hwanmyeol" (환멸KekecewaanBahasa Korea) tahun 1958 menggambarkan korupsi sifat manusia dalam lingkungan yang juga korup. Sementara itu, cerita pendek "Banghwang" (방황BerkeliaranBahasa Korea) tahun 1962 menggambarkan penderitaan para tentara mahasiswa Joseon. Dalam periode ini, ia mulai menerbitkan karya-karya dengan gaya realisme, seperti "Banghwang" (1962) dan "Byeonmo" (변모TransformasiBahasa Korea) tahun 1965, untuk mengecam realitas tidak manusiawi dan masyarakat irasional yang mengelilinginya.
Pada periode akhir tulisannya, yang diwakili oleh novel sejarah seperti Hong Gildong (홍길동Bahasa Korea) tahun 1975, Yeomyeonggi (여명기Permulaan Era BaruBahasa Korea) tahun 1978, dan Juin eomneun dosi (주인 없는 도시Kota Tanpa PemilikBahasa Korea) tahun 1988, Pahk menjelajahi masa lalu untuk mengamati masa kini secara cermat dan berupaya menggali kemanusiaan baru untuk masa depan. Novelnya tahun 1978, Hachonilga (하촌일가Keluarga di Desa Awan MawarBahasa Korea), juga merupakan karya penting di periode akhir yang menggambarkan masyarakat Korea Utara setelah pembebasan pada tahun 1945 melalui kesaksian seorang anak laki-laki. Ia juga menerbitkan dua buku lain sepanjang tahun 1980-an, yaitu Millansidae (민란시대Zaman PemberontakanBahasa Korea) dan Juin eomneun dosi (주인 없는 도시Kota Tanpa PemilikBahasa Korea) - keduanya diterbitkan pada tahun 1988 - yang menjadi bukti aktivitasnya yang besar bahkan di usia senjanya.
2.2. Main Thematic Consciousness
Karya-karya Pahk Yon-hee secara umum mengecam ketidakrasionalan politik dan kejahatan sosial kontemporer untuk menumbuhkan rasa perlawanan. Hal ini terlihat jelas dalam insiden yang terjadi antara Oktober 1954 hingga Februari 1955, ketika karyanya, Gamyeonui hoehwa (가면의 회화Percakapan TopengBahasa Korea), diserialkan di Pyeonghwa Newspaper, di mana ia mengkritik politik dan agama. Ketika perusahaan surat kabar menuntut Pahk untuk menulis cerita cinta yang populer, ia menangguhkan tulisannya atas kemauannya sendiri, sebuah insiden yang menunjukkan kesadaran kuatnya terhadap penulisan.
Selain itu, sastranya menggabungkan perspektif humanistik tentang dunia bersama dengan realisme untuk mewujudkan kemanusiaan yang sejati, menciptakan pandangan dunia yang unik. Secara khusus, humanisme yang digambarkan dalam karya-karyanya, yang sangat dipengaruhi oleh sastra Rusia, tidak terbatas pada penggambaran kehidupan sehari-hari orang biasa, tetapi juga menekankan kesadaran sosial.
2.3. Analysis of Representative Works
Pahk Yon-hee dikenal melalui beberapa karya representatif yang secara mendalam merefleksikan pandangan kritisnya terhadap masyarakat dan politik.
Cerita pendeknya tahun 1956, "Jeungin" (증인SaksiBahasa Korea), membahas rezim diktator Partai Liberal dan penindasan politik yang diakibatkan oleh ideologi anti-komunisme yang ketat. Di antara novel-novel yang diterbitkan pada tahun 1950-an, "Jeungin" adalah satu-satunya yang secara langsung dan berani mengecam sifat diktator pemerintahan mantan Presiden Syngman Rhee, sekaligus menjadi satu-satunya karya yang secara konkret menggambarkan insiden Sasaoip gaeheonpadong (사사오입 개헌 파동Reformasi Konstitusi SelektifBahasa Korea). Protagonis "Jun" diberitahu oleh perusahaan surat kabarnya untuk mengundurkan diri setelah menulis artikel yang menentang Reformasi Konstitusi Selektif, karena artikel tersebut dapat menguntungkan partai oposisi terkemuka. Tak lama kemudian, ia menerima seorang mahasiswa bernama Hyeon Il-u sebagai penyewa, tetapi karena Hyeon Il-u, ia ditangkap atas tuduhan sebagai mata-mata dan mengadakan pertemuan rahasia. Jun ditahan di sel isolasi dan kemudian subjected to interogasi yang parah. Ketika ia mulai memuntahkan darah dalam jumlah besar di tengah interogasi, ia akhirnya dibebaskan. Saat ia terbaring sakit, ia tidak bisa berhenti bertanya-tanya mengapa ia dipenjara dan alasan apa yang mungkin tersisa baginya untuk hidup. Dengan cara ini, "Jeungin" menggambarkan penderitaan orang-orang biasa di tangan tirani otoritas yang kejam dan tanpa ampun untuk mengungkapkan kemunafikan dan ketidakpekaan masyarakat kontemporer.
Dalam novelnya tahun 1958, Geu yeojaui yeonin (그 여자의 연인Kekasih Wanita ItuBahasa Korea), ia menggambarkan suka dan duka kehidupan dengan menelusuri romansa rumit seorang intelektual dalam realitas yang absurd. Geu yeojaui yeonin berpusat pada Im Gyuju, editor pelaksana Goryeo Publishers dan seorang novelis. Sementara istrinya sendiri menderita tuberkulosis, ia memulai perselingkuhan dengan Song Gyeongwon, istri kedua CEO perusahaan penerbitannya, dan Gang Seonok, istri teman penyairnya yang membelot ke Korea Utara. Ia juga menolak pendekatan romantis dari Jang Seonghye, karyawan lain yang bekerja di perusahaan penerbitan yang sama dengannya. Di tengah situasi ini, novel surat kabar berseri yang ia tulis dituduh memiliki "masalah pemikiran." Meskipun Im Gyuju dipanggil oleh pihak berwenang, ia dibebaskan berkat bantuan CEO-nya dan Song Gyeongwon. Tak lama kemudian, Im Gyuju mulai menjalankan koperasi pertanian dan saat ia menaiki bus, ia mengingat wajah semua wanita yang pernah ia cintai. Meskipun Im mungkin berkelana dalam hal cinta, ia tidak berhenti di situ dan novel tersebut menyatakan bahwa "demokrasi bukanlah mengukur kebahagiaan melalui uang" - pada akhirnya mengkritik lingkungan di mana uang dan kebahagiaan saling terhubung. Novel ini menekankan bahwa kapitalisme tidak sama dengan demokrasi dan melalui beragam karakter, menyerukan pembangunan masyarakat demokratis yang dipimpin oleh rakyat.
Selain itu, novel sejarahnya seperti Hong Gildong (홍길동Bahasa Korea) tahun 1975, menunjukkan pergeseran fokusnya untuk mengeksplorasi masa lalu guna memahami masa kini dan mencari kemanusiaan baru di masa depan.
3. List of Works
Pahk Yon-hee memiliki daftar karya yang beragam, mencakup koleksi cerita pendek dan novel yang diterbitkan sepanjang kariernya.
3.1. Short Story Collections
- Musahodong (무사호동Prajurit HodongBahasa Korea), Hagwonsa, 1957.
- Banghwang (방황BerkeliaranBahasa Korea), Jeongeumsa, 1964.
- Bameman jaraneun dol (밤에만 자라는 돌Batu yang Hanya Tumbuh di Malam HariBahasa Korea), Daeundang, 1979.
3.2. Novels
- Geu yeojaui yeonin (그 여자의 연인Kekasih Wanita ItuBahasa Korea), Samseong, 1972.
- Hong Gildong (홍길동Bahasa Korea), Gabin, 1975.
- Yeomyeonggi (여명기Permulaan Era BaruBahasa Korea), Dong-A Ilbo, 1978.
- Hachonilga (하촌일가Keluarga di Desa Awan MawarBahasa Korea), Daeundang, 1978.
- Juin eomneun dosi (주인 없는 도시Kota Tanpa PemilikBahasa Korea), Jeongeumsa, 1988.
- Millansidae (민란시대Zaman PemberontakanBahasa Korea), Munsa, 1988.
- Wangdo (왕도Aturan KerajaanBahasa Korea), Jesamgihoek, 1992.
- Hwangje yeonsangun (황제 연산군Kaisar Yeon SangunBahasa Korea), Myungmundang, 1994.
3.3. Works in Translation
- The Man She Loved (terjemahan dari Geu yeojaui yeonin), Crescent Publications, 1986.
- Sewol: Hyeondaenamjoseonseolseon (세월: 현대남조선소설선Waktu: Antologi Novel Korea Selatan ModernBahasa Korea) oleh Pahk Yon-hee et al., Shinheung Seobang, 1967.
4. Awards
Pahk Yon-hee menerima beberapa penghargaan dan pengakuan atas kontribusinya dalam sastra Korea:
- Association of Freedom Writers Award (자유문학가협회상Bahasa Korea), 1960
- The Republic of Korea's Bogwan Order of Cultural Merit, 1982
- National Academy of Arts Award, 1983
- The March 1st Literary Award (3·1 문학상Bahasa Korea), 1996
- The Republic of Korea's Eungwan Order of Cultural Merit, 2004
5. Assessment and Impact
Pahk Yon-hee adalah seorang penulis yang memberikan kontribusi signifikan terhadap sastra Korea, terutama melalui pandangan kritisnya terhadap isu-isu sosial, politik, dan kemanusiaan. Sepanjang kariernya, ia secara konsisten mengecam ketidakrasionalan politik dan kejahatan sosial, menumbuhkan semangat perlawanan melalui karya-karyanya.
Karya-karyanya, terutama setelah Perang Korea, menunjukkan pergeseran dari tema-tema awal yang bersifat dekaden menjadi fokus pada realitas sosial dan politik yang lebih tajam. Novel-novelnya seperti "Jeungin" dan Geu yeojaui yeonin secara berani mengkritik rezim otoriter dan ketidakadilan sosial, menyoroti penderitaan rakyat biasa di bawah tirani dan mengecam hubungan antara uang dan kebahagiaan dalam masyarakat kapitalis.
Selain itu, Pahk mengintegrasikan perspektif humanistik dan realisme dalam pandangan dunianya, yang dipengaruhi oleh sastra Rusia. Humanisme dalam karyanya tidak hanya terbatas pada penggambaran kehidupan sehari-hari, tetapi juga menekankan kesadaran sosial yang mendalam. Pada periode akhir kariernya, ia beralih ke novel sejarah, menggunakan masa lalu sebagai cermin untuk memahami masa kini dan menggali nilai-nilai kemanusiaan untuk masa depan. Warisan Pahk Yon-hee terletak pada kemampuannya untuk secara konsisten menantang status quo dan memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan melalui pena sastranya.