1. Kehidupan dan Karier
Paul Federn memiliki latar belakang keluarga yang terkemuka dan menjalani perjalanan karier yang signifikan di bidang psikologi dan psikoanalisis, yang puncaknya ditandai dengan emigrasi ke Amerika Serikat.
1.1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Federn lahir pada tanggal 13 Oktober 1871, di Wina, Austria. Ia berasal dari keluarga Yahudi terpandang. Kakeknya adalah seorang rabi di Praha, dan ayahnya, Salomon Federn (1832-1920), adalah seorang dokter terkemuka di Wina.
1.2. Pendidikan dan Pengaruh Awal
Setelah meraih gelar doktor pada tahun 1895, Federn bekerja sebagai asisten di bidang kedokteran umum di bawah bimbingan Hermann Nothnagel (1841-1905) di Wina. Nothnagel-lah yang memperkenalkan Federn pada karya-karya Sigmund Freud. Federn sangat terpengaruh oleh buku Freud, Penafsiran Mimpi (Die TraumdeutungBahasa Jerman), dan pada tahun 1904, ia mendedikasikan dirinya sepenuhnya pada bidang psikoanalisis.
1.3. Karier Psikoanalitik Awal
Paul Federn adalah salah satu pengikut awal penting Freud, bersama dengan Alfred Adler dan Wilhelm Stekel. Pada tahun 1924, ia diangkat menjadi perwakilan resmi Freud dan menjabat sebagai wakil presiden Masyarakat Psikoanalitik Wina.
Pada tahun 1938, Federn beremigrasi ke Amerika Serikat dan menetap di New York City. Namun, ia baru diakui secara resmi sebagai analis pelatihan di New York Psychoanalytic Institute pada tahun 1946.
2. Kontribusi Utama dan Teori
Paul Federn dikenal atas karya-karya pentingnya, teori-teori psikologisnya, serta pendekatan inovatifnya dalam psikoanalisis, terutama dalam pengobatan psikosis dan pemahamannya tentang psikologi ego.
2.1. Aktivitas Psikoanalitik
Sebagai pengikut awal Sigmund Freud dan wakil presiden Masyarakat Psikoanalitik Wina, Federn memberikan kontribusi substansial terhadap gerakan psikoanalisis, terutama dalam pengembangan psikologi ego.
2.1.1. Teori Psikologi Ego
Pada akhir tahun 1920-an, Federn menerbitkan karya-karya penting seperti "Some Variations in Ego-Feeling" dan "Narcissism in the Structure of the Ego". Dalam tulisannya, ia menguraikan konsep-konsep seperti "keadaan ego" (ego statesBahasa Inggris), "batas ego" (ego limitsBahasa Inggris), "katheksis ego" (ego cathexisBahasa Inggris), dan sifat median dari narsisisme. Meskipun ia adalah pendukung setia ajaran Freud, konsep Federn tentang ego sebagai pengalaman yang bertepatan dengan "perasaan ego" (ego feelingBahasa Inggris) tidak konsisten dengan pendekatan struktural Freud. Karena kesetiaannya kepada mentornya, Federn cenderung meremehkan teori-teorinya sendiri, meskipun kesimpulan yang ia capai sangat berbeda dari Freud. Edoardo Weiss, salah satu murid Federn yang bertugas menyusun manuskrip terakhir Federn, Ego Psychology and the Psychoses, setelah kematiannya, merumuskan asumsi Federn sebagai berikut:
"Selama ego berfungsi secara normal, seseorang dapat mengabaikan, atau tidak menyadari fungsinya. Seperti yang dikatakan Federn, biasanya tidak ada kesadaran tentang ego lebih dari kesadaran akan udara yang kita hirup; hanya ketika pernapasan menjadi memberatkan, barulah kekurangan udara disadari. Perasaan ego adalah perasaan kesatuan, dalam kesinambungan, kedekatan, dan kausalitas, dalam pengalaman individu. Dalam kehidupan terjaga, sensasi ego seseorang selalu ada, tetapi mengalami perubahan kualitas dan intensitas yang berkelanjutan. Gangguan ringan dan variasi perasaan ego adalah pengalaman umum dan mereda tanpa disadari. Ketika kita lelah atau mengantuk, kita merasa mati rasa; setelah bangun dari tidur yang menyegarkan, atau setelah menerima berita yang menggembirakan, kita merasakan perasaan ego yang lebih kuat."
2.1.2. Pendekatan Terapi Psikosis
Federn menganjurkan pendekatan yang tidak ortodoks mengenai analisis psikosis. Ia percaya bahwa upaya pasien untuk berintegrasi harus melibatkan penguatan pertahanannya, sambil pada saat yang sama menghindari materi yang direpresi. Ia juga percaya bahwa transferensi yang melibatkan psikosis tidak boleh dianalisis, dan bahwa transferensi negatif harus dihindari.
Terkait dengan pasien skizofrenia, ia meyakini bahwa ego mereka memiliki energi kathektik yang tidak cukup. Menurutnya, kekurangan, bukan kelebihan, libido narsistik adalah penyebab kesulitan individu psikotik dalam berinteraksi dengan objek.
2.1.3. Eksplorasi Psikologi Sosial
Federn juga tertarik pada psikologi sosial. Dalam karyanya tahun 1919 berjudul "Zur Psychologie der Revolution: die Vaterlose Gesellschaft" (Psikologi Revolusi: Masyarakat Tanpa Ayah), ia menjelaskan tantangan terhadap otoritas oleh generasi pasca Perang Dunia I sebagai pembunuhan ayah (parricideBahasa Inggris) secara tidak sadar, yang tujuannya adalah menciptakan "masyarakat tanpa ayah".
2.2. Konsep Mortido
Paul Federn memperkenalkan istilah mortidoBahasa Inggris untuk merepresentasikan konsep dorongan kematian Freud.
3. Kehidupan Pribadi
Meskipun sebagian besar catatan tentang Paul Federn berpusat pada kontribusi profesionalnya, ia lahir dari keluarga Yahudi terkemuka di Wina, dengan kakeknya seorang rabi dan ayahnya seorang dokter terhormat. Namun, informasi detail mengenai kehidupan pribadinya di luar lingkup profesionalnya tidak banyak tersedia dalam sumber yang ada.
4. Kematian
Paul Federn meninggal dunia pada tanggal 4 Mei 1950, di Amerika Serikat. Ia melakukan bunuh diri setelah menderita kambuhnya kanker yang diyakini tidak dapat disembuhkan.
5. Pengaruh
Meskipun teori-teori psikoanalitik Federn memiliki pengaruh yang terbatas dalam gerakan psikoanalisis secara keseluruhan, ia memiliki beberapa pengikut penting di Eropa dan Amerika yang mengembangkan karyanya.
5.1. Pengikut dan Penerus Karyanya
- Eric Berne, seorang analisis dari Federn, memperoleh konsep keadaan ego (ego statesBahasa Inggris) dalam analisis transaksional dari mentornya. Berne juga memuji Federn atas pengenalan kembali introspeksi ke dalam psikoanalisis.
- John G. Watkins juga membangun karyanya di atas fondasi pemikiran Federn untuk mengembangkan terapi keadaan ego (ego-state therapyBahasa Inggris).
- Edoardo Weiss, M.D., seorang murid Federn, ditugaskan untuk menyusun manuskrip terakhir Federn, Ego Psychology and the Psychoses, setelah kematian Federn. Weiss menjelaskan asumsi Federn mengenai fungsi ego, yang berpendapat bahwa kesadaran akan ego muncul terutama ketika fungsinya terganggu, mirip dengan kesadaran akan udara ketika pernapasan menjadi sulit.