1. Kehidupan Awal dan Karier Sumo
Rikidōzan memiliki latar belakang yang sederhana sebelum memasuki dunia sumo, di mana ia menghadapi tantangan dan diskriminasi.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Rikidōzan lahir dengan nama Kim Sin-rak pada 14 November 1924, di Hamgyong Selatan, Chōsen (sekarang bagian dari Hamgyong Selatan, Korea Utara). Ia adalah putra bungsu dari Kim Sok-tee, seorang pemilik pertanian Korea dengan tradisi Konfusianisme, dan istrinya Chon Gi. Saat muda, ia merawat ayahnya yang sakit, sementara ibu dan kakak-kakaknya mengurus pertanian. Kim juga berpartisipasi dalam ssireum (gulat tradisional Korea) di masa mudanya, bahkan menempati posisi ketiga dalam kompetisi lokal. Ada juga klaim bahwa ia mungkin lahir satu atau dua tahun lebih awal dari tanggal resmi yang tercatat, dan ahli karate Masutatsu Oyama pernah menyatakan Rikidōzan lebih tua darinya.
1.2. Kepindahan ke Jepang dan Adopsi
Setelah kematian ayahnya pada tahun 1939, Sin-rak memutuskan untuk pindah ke Jepang pada tahun berikutnya, meskipun ditentang oleh ibunya. Ia kemudian bergabung dengan tempat pelatihan Nishonoseki, sebuah heya sumo. Awalnya, asal-usul Koreanya dicantumkan pada daftar peringkat sumo, yang membuatnya mengalami pelecehan dan diskriminasi rasial. Untuk mengatasi hal ini, ia kemudian diadopsi oleh Minosuke Momota, ayah mertua seorang polisi Jepang dari Omura yang telah pindah ke Korea. Sin-rak mengambil nama Mitsuhiro Momota dan cerita dibuat bahwa ia lahir di Omura, Prefektur Nagasaki. Meskipun demikian, ia baru memperoleh Kewarganegaraan Jepang pada tahun 1951. Ia diberi nama shikona Rikidōzan Mitsuhiro.
1.3. Karier Sumo dan Pensiun

Rikidōzan memulai debutnya di sumo pada Mei 1940 dan mencapai divisi tertinggi makuuchi pada tahun 1946. Ia menjadi runner-up di turnamen Juni 1947, kalah dalam playoff dari yokozuna Haguroyama. Ia bertarung dalam total 23 turnamen dengan rekor 135 kemenangan dan 82 kekalahan. Peringkat tertingginya adalah sekiwake, meskipun ia dilaporkan hampir dipromosikan ke ōzeki sebelum pensiun.
Beberapa alasan dikemukakan untuk pensiunnya. Keberhasilannya yang luar biasa meskipun berasal dari latar belakang sederhana menimbulkan kecemburuan di antara para seniornya di Nishonoseki. Diskriminasi rasial juga mungkin menjadi faktor. Namun, pemicu utamanya adalah perselisihan finansial dengan pemilik heya, Tamanoumi Daitarō. Rikidōzan merasa kontribusinya yang besar terhadap heya membuatnya layak mendapatkan dukungan finansial besar, tetapi Tamanoumi menganggapnya egois. Akibatnya, pada 10 September 1950, setelah pertengkaran sengit dengan Tamanoumi, Momota secara impulsif memotong chonmage (ikat rambut atas) miliknya, yang secara simbolis mengakhiri karier sumonya. Penjelasan publik saat itu menyatakan ia menderita paragonimiasis, tetapi ini adalah alasan yang dibuat-buat. Setelah pensiun, ia sempat bekerja di pasar gelap dengan menjual barang-barang tentara AS yang akan bertugas di Korea kepada warga Jepang, sebelum akhirnya menjadi pengawas konstruksi untuk mantan pelindungnya, Shinsaku Nitta, seorang tokoh yang memiliki koneksi ke dunia kriminal.
1.3.1. Rekor dan Statistik Sumo
Selama karier sumonya, Rikidōzan mencapai beberapa pencapaian penting:
- Rekor keseluruhan: 135 kemenangan, 82 kekalahan, 15 kali absen (23 turnamen)
- Rekor makuuchi: 75 kemenangan, 54 kekalahan, 15 kali absen (11 turnamen)
- Peringkat tertinggi: Sekiwake (Mei 1949)
- Penghargaan: 1 kali Penghargaan Penampilan Terbaik (Mei 1948)
- Kinboshi (kemenangan atas yokozuna saat menjadi maegashira): 2 (melawan Azumafuji dan Terukuni)
Berikut adalah catatan turnamen makuuchi Rikidōzan:
Tahun | Januari | Maret | Mei | Juli | September | November |
---|---|---|---|---|---|---|
1946 | Tidak diselenggarakan | Tidak diselenggarakan | - | Tidak diselenggarakan | Tidak diselenggarakan | Maegashira 17 Timur |
1947 | Tidak diselenggarakan | - | Maegashira 8 Timur | - | Tidak diselenggarakan | Maegashira 3 Timur |
1948 | Tidak diselenggarakan | - | Maegashira 2 Timur | - | Tidak diselenggarakan | Komusubi Barat |
1949 | Komusubi Barat | - | Sekiwake Timur | - | Tidak diselenggarakan | Maegashira 2 Timur |
1950 | Komusubi Timur | - | Sekiwake Timur | - | Tidak diselenggarakan | Sekiwake Barat |
Berikut adalah catatan pertandingan makuuchi Rikidōzan melawan beberapa pegulat papan atas:
Pegulat | Menang | Kalah | Pegulat | Menang | Kalah | Pegulat | Menang | Kalah | Pegulat | Menang | Kalah |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Azumafuji | 2 | 5 | Itsuumi | 2 | 1 | Inshuyama | 2 | 0 | Ouchiyama | 1 | 0 |
Oki | 2 | 0 | Oki | 3 | 1 | Kagamisato | 2 | 1 | Kiyomigawa | 1 | 0 |
Kukonishiki | 1 | 0 | Kunitonokuni | 1 | 1 | Takatsuyama | 2 | 2 | Sagami Kawa | 1 | 0 |
Sakura Nishiki | 4 | 3 | Shionoumi | 4 | 2 | Shimizugawa | 1 | 1 | Shinshuyama | 2 | 0 |
Chiyonoyama | 3 | 5 | Tsune no Yama | 1 | 0 | Terukuni | 1 | 4 | Kishinobu | 2 (1) | 0 |
Dewanishiki | 3 | 1 | Tochinishiki | 2 | 2 | Haguroyama | 1 | 2* | Hashiyama | 4 | 2 |
Bishuyama | 3 | 2 | Hirosegawa | 4 | 0 | Fudoiwa | 0 | 1 | Maedayama | 3 (3) | 2 |
Masuiyama | 2 | 5 | Minenoyama | 3 | 3 | Mutsu no Sato | 1 | 0 | Happozan | 0 | 2 |
Yoshiyama | 3 | 4 | Wakasegawa | 5 | 1 |
- Angka dalam kurung menunjukkan jumlah kemenangan/kekalahan yang disebabkan oleh fukensho (tidak hadir).
- Rikidōzan juga kalah 1 kali dari Haguroyama dalam pertandingan penentuan juara.
2. Karier Gulat Profesional
Setelah pensiun dari sumo, Rikidōzan beralih ke gulat profesional dan menjadi fenomena yang mengangkat semangat nasional Jepang pasca-perang.
2.1. Transisi ke Gulat Profesional
Minat Rikidōzan pada gulat profesional muncul pada tahun 1951, ketika Torii Oasis Shriners Club yang berbasis di Tokyo mengumumkan tur gulat profesional untuk amal. Setelah bertemu dengan pegulat Jepang Amerika Harold Sakata (juga dikenal sebagai Tosh Togo) di sebuah klub malam, Rikidōzan memutuskan untuk beralih karier. Ia melakukan debut gulat profesionalnya di Ryogoku Memorial Hall pada 28 Oktober 1951, bertanding imbang 10 menit melawan Bobby Bruns. Namun, ia menyadari kekurangan staminanya dan pada Februari 1952, ia pergi ke Amerika Serikat untuk pelatihan lebih lanjut, berlatih di bawah bimbingan Oki Shikina di Honolulu. Selama periode ini, ia sempat bertanding melawan Lou Thesz di Hawaii pada tahun 1953 dan kalah, yang merupakan pengalamannya yang penting. Ia juga membangun hubungan dengan promotor Al Karasick, yang kemudian membantunya membawa Thesz ke Jepang.
2.2. Kebangkitan Menjadi Bintang dan Pahlawan Nasional

Penampilan terobosannya datang pada tahun 1954, ketika ia bekerja sama dengan judoka terkenal Masahiko Kimura dalam pertandingan melawan Sharpe Brothers dari Kanada. Ini bertepatan dengan peningkatan jumlah penonton televisi di Jepang. Setelah Perang Dunia II, Jepang sangat membutuhkan sosok pahlawan yang bisa membangkitkan semangat bangsa. Rikidōzan memenuhi peran ini dengan mengalahkan pegulat asing, terutama yang berasal dari Amerika Serikat. Para lawannya dari Amerika sering kali digambarkan sebagai "penjahat" yang melakukan kecurangan, yang semakin menguatkan citra Rikidōzan sebagai simbol perlawanan dan kemenangan Jepang. Ia menjadi bintang televisi utama, dengan pertandingan-pertandingannya menarik jutaan penonton dan secara signifikan berkontribusi pada popularisasi televisi di Jepang.
Ketika Rikidōzan mengalahkan pegulat asing, terutama yang berasal dari Amerika, hal ini membangkitkan semangat patriotisme. Pepatah terkenal saat itu adalah "Bahkan jika Anda tidak tahu nama Perdana Menteri, Anda pasti tahu nama Rikidōzan." Popularitasnya juga membantu menyebarkan televisi di Jepang, karena banyak orang akan berkumpul di depan toko-toko yang memiliki televisi untuk menonton pertandingannya.
2.3. Pertandingan Utama dan Kejuaraan
Rikidōzan meraih ketenaran global ketika ia mengalahkan Lou Thesz untuk merebut NWA International Heavyweight Championship pada 27 Agustus 1958, di Jepang. Thesz, yang sangat dihormati, dengan sukarela bersedia untuk mengalah demi Rikidōzan, yang membangun rasa saling hormat di antara keduanya. Rikidōzan kemudian memenangkan beberapa gelar NWA baik di Jepang maupun di luar negeri.
Pada tahun 1953, ia mendirikan Japan Pro Wrestling Alliance (JWA), promosi gulat profesional pertama di Jepang. Persaingan utamanya termasuk melawan Masahiko Kimura, seorang judoka terkenal yang diajaknya berkompetisi sebagai pegulat profesional. Pertandingan mereka, terutama yang dijuluki "Showwa no Ganryujima" (Ganryujima Era Shōwa) pada 22 Desember 1954, menjadi sangat terkenal. Awalnya direncanakan sebagai pertandingan gulat yang diatur dengan hasil imbang, Rikidōzan tiba-tiba menyerang Kimura dengan pukulan harite dan tendangan berulang kali, menyebabkan Kimura KO dan mengeluarkan banyak darah. Insiden ini, yang memicu kontroversi tentang apakah itu merupakan pertandingan yang tidak diatur atau kayfabe yang dilanggar, menjadi salah satu momen paling ikonik dalam sejarah gulat Jepang.
Pertandingan penting lainnya adalah melawan Lou Thesz pada 6 Oktober 1957, yang menghasilkan hasil imbang satu jam dan rating televisi sebesar 87.0%. Pertandingan melawan Dick "The Destroyer" Beyer pada 24 Mei 1963, juga imbang dua dari tiga falls selama satu jam, menghasilkan rating 67.0% tetapi menarik penonton yang lebih besar karena lebih banyak orang memiliki perangkat televisi saat itu. Ini adalah pertandingan terakhir Rikidōzan yang ditayangkan secara langsung sebelum kematiannya. Pertandingan terakhirnya sebelum meninggal adalah pertandingan tag team di Hamamatsu pada 7 Desember 1963, bersama Great Togo dan Michiaki Yoshimura melawan The Destroyer, Buddy Austin, dan Ileo De Paulo.
2.4. Pelatihan Murid-Murid
Rikidōzan berperan penting dalam melatih generasi pegulat profesional Jepang berikutnya. Murid-muridnya yang paling terkenal termasuk Antonio Inoki, Giant Baba, dan Kim Il. Ia menerapkan metode pelatihan yang sangat keras dan disiplin, sering disebut sebagai "spartan". Meskipun banyak laporan tentang kekerasan yang ia lakukan terhadap murid-muridnya, terutama Inoki, istrinya, Keiko Tanaka, mengatakan bahwa Rikidōzan melihat mereka seperti putranya sendiri, dan kekerasan tersebut adalah bentuk pendidikan yang ketat. Ia juga memiliki pandangan strategis mengenai karier murid-muridnya; misalnya, ia sengaja menunda debut Baba di Amerika untuk menghindari kecemburuan dari pegulat lain dan berjanji akan mengirim Inoki setelah berat badannya mencapai 100 kg.
2.5. Gerakan Khas
Gerakan khas Rikidōzan adalah "Karate Chop" (atau karate-uchi), yang sebenarnya didasarkan pada harite (tamparan tangan terbuka) sumo, bukan gerakan karate yang sebenarnya. Diyakini ia mengembangkan gerakan ini bersama temannya, ahli karate kelahiran Korea Hideo Nakamura. Ia memiliki berbagai variasi karate chop, seperti kesa-giri chop yang menargetkan arteri karotid atau tulang selangka, dan horizontal chop atau reverse horizontal chop yang menghantam dada lawan.
Selain karate chop, ia juga menggunakan berbagai gerakan gulat lainnya:
- Head Scissors Whip: Melompat dan menjepit kepala lawan dengan kedua kaki untuk memutar tubuhnya, melempar lawan atau beralih ke headscissors.
- Harite: Tamparan tangan terbuka yang kuat, warisan dari karier sumonya, yang sangat efektif dalam gulat.
- Backdrop: Gerakan yang ia pelajari dari Lou Thesz, menjadi salah satu finishing hold-nya di kemudian hari.
- Reverse Shrimp Hold: Sering digunakan sebagai finishing move melawan lawan yang lebih lemah.
- Scoop Throw: Gerakan sumo yang sering digunakan sebagai connecting move.
- Headlock: Dengan kekuatan lengan yang dilatih di sumo, ia memiliki headlock yang sangat kuat.
- Body Slam: Mengangkat lawan dan menjatuhkannya ke matras.
- Body Press: Melompat dan menjatuhkan diri ke lawan yang terbaring.
3. Usaha Bisnis
Di luar ring gulat, Rikidōzan adalah seorang pengusaha yang ambisius, menginvestasikan pendapatannya ke berbagai bidang bisnis.
3.1. Bisnis Properti dan Hiburan
Dengan keberhasilan di dunia gulat profesional, Rikidōzan memulai karier sampingan sebagai pengusaha. Ia mengakuisisi properti-properti seperti klub malam, hotel, dan kondominium, serta terlibat dalam promosi tinju. Apartemen mewahnya, yang dikenal sebagai Riki Mansion, terletak di Akasaka, Minato, Tokyo, dan mudah dikenali dengan huruf "R" besar di sisi bangunannya. Aktor Ikuro Otsuji bahkan tinggal di Riki Mansion pada tahun-tahun terakhirnya.
Rikidōzan juga memiliki "Riki Sports Palace" setinggi 9 lantai di Shibuya, yang mencakup arena bowling, ruang biliar, bar yang dikenal sebagai "Club Riki", dan restoran "Riki Restaurant". Tempat ini dirancang sebagai kompleks hiburan yang komprehensif, menunjukkan visinya yang luas di luar gulat.
3.2. Inisiatif Bisnis Lainnya
Tak lama sebelum kematiannya, Rikidōzan telah membeli tanah di Danau Sagami dan memulai pembangunan lapangan golf berskala besar yang akan dikenal sebagai "Lakeside Country Club". Proyek ini direncanakan dilengkapi dengan fasilitas seperti lapangan tembak, arena seluncur es indoor, hotel, dan banyak lagi di sepanjang tepi Danau Sagami. Namun, proyek ini tetap tidak selesai karena kematiannya dan akhirnya dijual, menjadi Sagami Lake Resort, sebuah hotel. Ia juga merencanakan pengembangan resor bahari di Aburatsubo, Semenanjung Miura.
Usaha-usaha bisnis ini juga didorong oleh pemikirannya untuk menyediakan "karier kedua" bagi murid-muridnya setelah mereka pensiun dari gulat. Namun, karena bisnisnya sangat bergantung pada manajemen satu orang dari Rikidōzan, kematian mendadaknya menyebabkan kekacauan besar dalam pengelolaan perusahaan-perusahaan terkait. Banyak asetnya memiliki utang yang besar, termasuk sekitar 450.00 M JPY utang, dan pajak warisan atas hartanya mencapai ¥20.00 M JPY, setara dengan sekitar 665.00 K USD pada tahun 2023, karena ia memiliki jutaan yen dalam bentuk pajak yang belum dibayar. Riki Sports Palace, misalnya, kemudian dijual seharga 500.00 M JPY pada tahun 1967.
4. Kehidupan Pribadi dan Karakter
Kehidupan pribadi Rikidōzan sering kali kontras dengan citra pahlawan nasionalnya, diwarnai oleh konflik dan kontroversi.
4.1. Pernikahan dan Keluarga
Rikidōzan dikenal memiliki banyak kekasih sepanjang hidupnya dan sering kali menjalin hubungan dengan beberapa wanita secara bersamaan. Ia dilaporkan menikah dengan empat wanita sepanjang hidupnya. Yang pertama di Semenanjung Korea, yang kedua adalah seorang geisha dari Kyoto (ibu dari putra-putranya, Yoshihiro dan Mitsuo Momota), yang ketiga adalah seorang geisha dari Nihonbashi (yang membesarkan putra-putranya), dan yang terakhir adalah Keiko Tanaka, seorang mantan pramugari Japan Airlines, yang dinikahinya tak lama sebelum kematiannya. Dikatakan bahwa ia sangat mencintai Tanaka sehingga ia memutuskan semua hubungan lain sebelum menikahinya.
Sebuah artikel tahun 1984 di majalah mingguan Playboy menarik perhatian besar setelah mengungkapkan bahwa Rikidōzan sebenarnya berasal dari Korea dan telah menikah serta memiliki anak sebelum bertemu Tanaka, yang dianggap tabu di Jepang pada masa itu. Anak-anaknya, Mitsuo Momota dan Yoshihiro Momota, juga kemudian menjadi pegulat profesional. Mitsuo Momota bahkan terus aktif di ring hingga berusia 73 tahun. Cucu Rikidōzan, Chikara Momota (putra Mitsuo), juga memulai debutnya di gulat profesional pada tahun 2013. Putri Rikidōzan dari pernikahan di Korea, Park Young-sook, menikah dengan Bak Myeong-cheol, seorang tokoh penting di Korea Utara yang menjadi anggota Komisi Pertahanan Nasional.
4.2. Kepribadian dan Kontroversi
Rikidōzan memiliki reputasi sebagai sosok yang kasar dan tempramental, terutama di tahun-tahun terakhir kariernya. Ia sering terlibat dalam perkelahian di bar dan insiden kekerasan lainnya. Meskipun ia dikenal suka bercanda dengan staf bar, ia juga bisa menjadi sangat agresif ketika suasana hatinya buruk. Untuk mencegah insiden ini menjadi masalah hukum, ia sering menyelesaikannya dengan uang. Misalnya, ia bisa memberi tip ¥10.00 K JPY (setara dengan gaji bulanan lulusan universitas saat itu) saat suasana hatinya bagus, tetapi juga bisa menyebabkan kekacauan.
Kecanduannya pada alkohol juga menimbulkan kecurigaan publik tentang keaslian gulat profesional, karena ia akan "bertarung" dengan lawan-lawannya di ring, namun beberapa jam kemudian terlihat minum dan bersosialisasi dengan mereka. Insiden terkenal lainnya adalah ketika ia bertemu dengan pemain bisbol Kuba, Roberto Barbon, yang mabuk dan mengejek gulat profesional itu palsu. Rikidōzan menjadi sangat marah dan mengancam Barbon hingga ia meminta maaf.
Kesehatan fisiknya yang memburuk di awal 1960-an membuatnya mulai menyalahgunakan obat pereda nyeri dan menggunakan stimulan sebelum dan sesudah pertandingan, yang mungkin memperburuk perilakunya. Ia juga terlibat dalam berbagai masalah keuangan, termasuk dugaan penipuan asuransi pada tahun 1949 terkait kapal penangkap ikan "Rikidōzan Maru", dan memiliki utang besar di akhir hidupnya. Reputasinya yang bermasalah ini, dikombinasikan dengan dugaan hubungannya dengan yakuza, sering kali membuat ia menjadi target gosip di tabloid dan majalah.
4.3. Hobi dan Minat
Di waktu luangnya, Rikidōzan memiliki beberapa hobi yang tidak biasa. Ia gemar berburu dan dilaporkan memiliki beberapa senapan berburu yang sah saat kematiannya. Otobiografinya juga mengklaim bahwa ia membuat istrinya membawa pistol genggam kemanapun ia pergi. Selain itu, ia juga memiliki minat pada shogi dan bermain dengan pemain profesional seperti Kusama Matsuji, bahkan dianugerahi peringkat amatir shogi tiga dan, meskipun seberapa baik kemampuannya sebenarnya tidak jelas.
4.4. Fisik dan Kesehatan
Rikidōzan dikenal memiliki fisik yang kuat dan kemampuan penyembuhan luka yang sangat cepat. Dikatakan bahwa darahnya akan berhenti mengalir hanya dalam 10 menit meskipun ada luka di dahinya, dan luka yang sangat dalam pun akan cepat pulih. Namun, ia juga dikenal memiliki rasa percaya diri yang berlebihan terhadap tubuhnya. Ada laporan bahwa ia akan minum minuman beralkohol kuat atau bahkan makan gelas di depan umum untuk menunjukkan ketahanan tubuhnya. Di sisi lain, di akhir kariernya, ia mulai menunjukkan penurunan kondisi fisik dan bergantung pada stimulan atau obat pereda nyeri. Ia juga sempat terlihat memegangi dadanya dan meringis kesakitan, sebuah insiden yang ia minta dirahasiakan.
5. Kematian
Kematian Rikidōzan pada tahun 1963 adalah peristiwa tragis yang mengejutkan Jepang.
5.1. Insiden Penusukan


Pada 8 Desember 1963, pukul 22:30, Rikidōzan terlibat perkelahian di klub malam "New Latin Quarter" di Akasaka, Tokyo. Perkelahian itu terjadi dengan Katsushi Murata, seorang anggota Sumiyoshi-ikka, organisasi yakuza. Insiden dimulai ketika Rikidōzan menuduh Murata menginjak sepatunya dan menuntut permintaan maaf. Murata menolak, dan keduanya mulai berdebat. Rikidōzan kemudian memukul wajah Murata, membuatnya terpental ke dinding, lalu menaiki Murata dan terus memukulnya di tanah. Merasa terancam, Murata mencabut pisau gunung dari saku dan menusuk Rikidōzan satu kali di perut bagian bawah. Meskipun luka itu awalnya tidak menunjukkan banyak pendarahan di luar pakaian, Rikidōzan dan Murata segera meninggalkan tempat kejadian. Rikidōzan dibawa ke Rumah Sakit Sannoh, di mana dokter menyatakan lukanya tidak serius tetapi menyarankan operasi.
5.2. Komplikasi Medis dan Meninggal Dunia
Operasi pertama Rikidōzan berhasil, dan ia kembali ke rumah. Namun, ia tidak mematuhi perintah dokter yang melarang makan dan minum, bahkan meminta asistennya untuk membelikan sushi dan sake pada hari yang sama. Konsumsi alkohol dan makanan ini memperburuk kondisinya. Seminggu kemudian, ia membutuhkan operasi kedua karena ia telah mengalami peritonitis (radang selaput perut) dan obstruksi usus. Operasi kedua dilakukan pada 15 Desember, pukul 14:30. Saat dibawa ke ruang operasi, ia dilaporkan berkata kepada istrinya, "Berapapun biayanya, obat apapun yang dibutuhkan. Katakan kepada dokter untuk memberikan perawatan terbaik. Aku belum ingin mati." Meskipun operasi ini juga dilaporkan berhasil, Rikidōzan tidak pernah sadar kembali. Ia meninggal sekitar pukul 21:50 pada 15 Desember 1963, pada usia 39 tahun.
Ada berbagai spekulasi dan teori seputar kematiannya. Beberapa laporan awal, termasuk yang didasarkan pada testimoni dari mahasiswa kedokteran yang konon ada di sana, mengklaim adanya malpraktik medis, seperti kegagalan intubasi trakea selama anestesi. Selain itu, kartu rekam medis yang berkaitan dengan anestesi dalam persidangan Katsushi Murata dinyatakan "hilang". Namun, laporan yang lebih baru pada tahun 2019 membantah teori malpraktik medis, menyatakan bahwa operasi dan anestesi dilakukan oleh dokter ahli dan tidak ada catatan kegagalan intubasi, serta tidak ada kemungkinan mahasiswa kedokteran terlibat dalam prosedur tersebut saat itu. Penyebab resmi kematiannya adalah peritonitis purulen akibat perforasi yang menyebabkan syok septik. Diyakini bahwa darah yang masuk ke rongga perut dan bakteri dari pisau yang berkarat menyebabkan infeksi parah. Ada juga laporan dari Mitsu Hirai, mantan asistennya, bahwa Rikidōzan pernah mengeluh sakit dada sebelum insiden penusukan, dan autopsi menunjukkan kondisi organ dalamnya yang buruk.
5.3. Pemakaman dan Dampak

Pemakaman Rikidōzan diselenggarakan pada 20 Desember 1963, di Kuil Ikegami Honmonji di Ōta, Tokyo. Upacara tersebut dihadiri oleh lebih dari 10.000 orang, termasuk murid-muridnya seperti Antonio Inoki, Giant Baba, dan Kim Il, serta berbagai lawan gulat, tokoh masyarakat terkemuka seperti Yoshio Kodama, Matsutaro Shoriki, Banjun Bando, dan Hibari Misora, dan pejabat tinggi.
Katsushi Murata, pelaku penusukan, kemudian dinyatakan bersalah atas pembunuhan pada Oktober 1964 dan menjalani hukuman delapan tahun penjara sebelum dibebaskan pada tahun 1972. Setelah dibebaskan, Murata secara rutin mengunjungi makam Rikidōzan setiap 15 Desember dan menelepon putra-putra Rikidōzan setiap tahun untuk meminta maaf. Ia kemudian menjadi anggota yakuza berpangkat tinggi. Murata meninggal pada 9 April 2013, karena sebab alami pada usia 74 tahun.
6. Warisan dan Penerimaan
Rikidōzan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah Jepang dan dunia gulat profesional.
6.1. Pengaruh pada Masyarakat dan Budaya Jepang
Rikidōzan adalah ikon budaya yang membangkitkan semangat nasional pasca-perang Jepang. Di masa sulit setelah kekalahan perang, kemenangannya yang heroik atas pegulat asing, terutama orang Amerika dan Eropa, memberikan rasa kebanggaan dan harapan bagi rakyat Jepang. Ia dianggap sebagai simbol kekuatan Jepang yang bangkit kembali. Saking populernya, ada pepatah yang mengatakan, "Bahkan jika Anda tidak tahu nama Perdana Menteri, Anda pasti tahu nama Rikidōzan." Pertandingan-pertandingannya, yang sering ditayangkan secara langsung melalui televisi di jalanan atau di dalam rumah, juga memberikan kontribusi besar terhadap popularitas dan penyebaran televisi di Jepang.
6.2. Kontribusi pada Gulat Profesional
Rikidōzan memainkan peran fundamental dalam membentuk dan mengukuhkan gulat profesional di Jepang. Ia adalah "Bapak Puroresu," mendirikan Japan Pro Wrestling Alliance (JWA) pada tahun 1953, yang menjadi promosi gulat pertama dan terkemuka di Jepang. Melalui JWA, ia membawa bakat-bakat internasional ke Jepang dan melatih generasi pegulat berikutnya yang akan memimpin industri tersebut, seperti Giant Baba dan Antonio Inoki. Metode pelatihan yang ketat dan visi bisnisnya membangun dasar yang kuat bagi gulat profesional di Jepang.
6.3. Penghargaan dan Pengakuan
Atas kontribusinya yang luar biasa, Rikidōzan secara anumerta menerima berbagai penghargaan dan pengakuan penting:
- Wrestling Observer Newsletter Hall of Fame (Anggota Kelas 1996)
- Professional Wrestling Hall of Fame and Museum (Anggota Kelas 2006)
- NWA Hall of Fame (Anggota Kelas 2011)
- WWE Hall of Fame (Anggota Kelas 2017, Sayap Warisan)
- Pada tahun 2002, ia dinobatkan sebagai pegulat profesional terbesar ketiga sepanjang masa oleh John Molinaro dalam artikel majalah "100 Wrestlers of All Time", di belakang Ric Flair dan Lou Thesz.
- Pada tahun 2021, ia diinduksikan ke International Professional Wrestling Hall of Fame.
- Pada tahun 2024, Maple Leaf Pro Wrestling mendirikan PWA Champion's Grail, sebuah kejuaraan yang menggabungkan garis keturunan trofi Toyonaka 1962 milik Rikidozan dan Toyonobori.
6.4. Kritik dan Kontroversi
Meskipun popularitasnya yang luar biasa, Rikidōzan juga menghadapi kritik dan kontroversi. Perilakunya yang kasar dan temperamennya yang meledak-ledak sering dilaporkan oleh media. Tuduhan keterlibatannya dengan kejahatan terorganisir, terutama hubungannya dengan Tosei-kai (kelompok yakuza yang mendukungnya), menimbulkan pertanyaan tentang etika dan integritasnya. Masalah keuangannya yang tidak transparan dan utang yang besar juga menjadi sumber perdebatan. Beberapa kritikus juga menyoroti bagaimana ia memperlakukan beberapa muridnya, yang digambarkan sebagai "spartan" hingga "kejam".
7. Keluarga
Rikidōzan meninggalkan warisan keluarga yang juga terkait dengan dunia gulat dan politik.
- Putranya, Mitsuo Momota, mengikuti jejak ayahnya di ring gulat pada tahun 1970 dan pensiun pada tahun 2021 di usia 73 tahun. Meskipun tidak pernah mencapai ketenaran ayahnya, ia memenangkan Kejuaraan Kelas Berat Junior Dunia pada tahun 1989.
- Putra Mitsuo, Chikara Momota (cucu Rikidōzan), memulai debut gulatnya pada 16 Desember 2013, sehari setelah peringatan 50 tahun kematian kakeknya.
- Putra Rikidōzan yang lain, Yoshihiro Momota, juga menjadi pegulat profesional.
- Menantunya, Bak Myeong-cheol (박명철Bahasa Korea), yang menikah dengan putri Rikidōzan dari pernikahan di Korea, Park Yeong-sook, telah menjadi anggota Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara sejak awal 2009. Adik perempuan Bak Myeong-cheol, Park Myeong-seon, adalah wakil sekretaris Divisi Industri Ringan Partai Buruh Korea.
- Rikidōzan juga memiliki seorang putri yang lahir tak lama setelah kematiannya. Putra dari putri ini, Tamura Kei, adalah seorang pemain bisbol sekolah menengah atas yang aktif di Keio High School.
8. Dalam Budaya Populer
Popularitas Rikidōzan yang masif membuatnya sering digambarkan dalam berbagai media, termasuk film, drama televisi, dan musik.

- Ia muncul dalam 29 film, termasuk Otsukisama ni wa warui kedo (1954), Yagate aozora (1955), dan Rikidōzan monogatari dotō no otoko (1955), di mana ia sering memerankan dirinya sendiri. Film Ikare! Rikidozan (1956) yang menggambarkan dirinya berkelahi dengan yakuza dan terluka, menarik perhatian karena kemiripannya dengan cara kematiannya di kemudian hari.
- Dalam drama televisi, ia muncul dalam Rikidozan no Yume (1955) dan Champion Ta (1962).
- Kisah hidupnya telah menjadi subjek beberapa karya, termasuk film dokumenter Pro Wrestling W League Chinurareta Ōja (1968) dan The Rikidozan (1983).
- Film Korea-Jepang berjudul Rikidōzan (2004) dengan Sol Kyung-gu sebagai pemeran utamanya, menceritakan hidupnya. Korea Utara juga telah memproduksi karya-karya tentang Rikidōzan.
- Dalam musik, grup Southern All Stars merilis lagu "Yuke!! Rikidozan" pada tahun 1993 sebagai B-side dari singel mereka.
- Ia juga menjadi karakter ikonik dalam iklan, seperti untuk suplemen gizi "Riki Hormone" dari Ono Pharmaceutical sekitar tahun 1962 dan iklan "Pansiron" dari Rohto Pharmaceutical pada tahun 1990-an.
9. Kejuaraan dan Prestasi
Selama karier gulat profesionalnya, Rikidōzan memenangkan berbagai gelar dan pencapaian:
- Japan Wrestling Association
- All Asia Heavyweight Championship (1 kali)
- All Asia Tag Team Championship (4 kali) - dengan Toyonobori (3 kali), Michiaki Yoshimura (1 kali)
- JWA All Japan Tag Team Championship (1 kali) - dengan Toyonobori
- NWA International Heavyweight Championship (1 kali)
- Japanese Heavyweight Championship (1 kali)
- World Big League (5 kali)
- Mid-Pacific Promotions
- NWA Hawaii Tag Team Championship (3 kali) - dengan Bobby Bruns (1), Azumafuji (1), dan Koukichi Endoh (1)
- NWA San Francisco
- NWA Pacific Coast Tag Team Championship (versi San Francisco) (1 kali) - dengan Dennis Clary
- NWA World Tag Team Championship (versi San Francisco) (1 kali) - dengan Koukichi Endoh
- North American Wrestling Alliance / Worldwide Wrestling Associates / NWA Hollywood Wrestling
- WWA World Heavyweight Championship (1 kali)
- International Professional Wrestling Hall of Fame
- Anggota Kelas 2021
- Maple Leaf Pro Wrestling
- PWA Champion's Grail (1 kali) - dengan Toyonobori (1962, dihidupkan kembali 2024)
- National Wrestling Alliance
- NWA Hall of Fame (Anggota Kelas 2011)
- Professional Wrestling Hall of Fame and Museum
- Anggota Kelas 2006
- Wrestling Observer Newsletter
- Wrestling Observer Newsletter Hall of Fame (Anggota Kelas 1996)
- WWE
- WWE Hall of Fame (Anggota Kelas 2017)