1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Steven López lahir dan tumbuh di lingkungan yang membentuk fondasi kuat bagi karier taekwondonya, didorong oleh semangat dan dedikasi keluarganya.
1.1. Kelahiran dan Keluarga
Steven López lahir pada 9 November 1978 di New York City, New York, Amerika Serikat. Ia lahir dari pasangan Julio dan Ondina, yang merupakan imigran asal Nikaragua. Orang tuanya beremigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1973. Ayahnya, Julio, pernah bekerja di bawah pemerintahan Presiden Anastasio Somoza Debayle di Nikaragua, yang kemudian digulingkan oleh Fron Sandinista Pembebasan Nasional pada tahun 1979. Setibanya di Amerika Serikat, Julio bekerja serabutan untuk menopang keluarganya sebelum mereka pindah ke Texas. Ayah López sangat menganjurkan ia, saudara perempuannya, dan saudara laki-lakinya untuk terlibat dalam taekwondo.
1.2. Pendidikan dan Awal Mula Taekwondo
López pertama kali belajar taekwondo di garasi rumahnya pada usia lima tahun, diajari oleh ayahnya dan kakak laki-lakinya, Jean. Ia merupakan lulusan tahun 1997 dari Kempner High School di Sugar Land, Texas, dekat Houston. Selama masa sekolahnya, ia terpilih sebagai "yang paling mungkin berhasil" dan menjadi anggota National Honor Society.
1.3. Karier Kolektif Taekwondo Keluarga
Keluarga López dikenal luas dalam dunia taekwondo Amerika Serikat. Semua saudara kandung Steven - Jean (kakak sekaligus pelatih), Mark (adik laki-laki), dan Diana (adik perempuan) - adalah anggota Tim Nasional USA Taekwondo. Mark dan Diana juga mewakili Amerika Serikat pada Olimpiade Beijing 2008, menandai pertama kalinya sejak 1904 tiga bersaudara berada dalam satu tim Olimpiade yang sama.
Pada April 2005, Steven, Mark (kelas bulu putra), dan Diana (kelas bulu putri) membuat sejarah olahraga dengan meraih gelar juara dunia pada ajang yang sama di Kejuaraan Dunia Taekwondo, dengan kakak tertua mereka, Jean, sebagai pelatih. Steven López dan Diana López kemudian juga berhasil lolos kualifikasi untuk Olimpiade 2012 di London, yang berlangsung di Pusat Pelatihan Olimpiade di Colorado Springs, Colorado.
2. Karier dan Prestasi Atletik
Karier Steven López di dunia taekwondo ditandai dengan serangkaian pencapaian yang mengesankan, menjadikannya salah satu atlet paling bergelar dalam sejarah olahraga tersebut.

2.1. Pesta Olahraga Olimpiade
Steven López memiliki rekor partisipasi Olimpiade yang panjang, berkompetisi dalam total lima Olimpiade Musim Panas dari tahun 2000 hingga 2016.
- Pada Olimpiade Sydney 2000, ia meraih medali emas di divisi 68 kg.
- Empat tahun kemudian, di Olimpiade Athena 2004, ia kembali merebut medali emas, kali ini di divisi 80 kg.
- Di Olimpiade Beijing 2008, ia menambahkan medali perunggu ke koleksinya, juga di divisi 80 kg.
2.2. Kejuaraan Dunia Taekwondo
Steven López mencatat sejarah yang tak tertandingi dalam Kejuaraan Dunia Taekwondo.
- Pada Kejuaraan Dunia Taekwondo 2001 di Jeju, ia memenangkan gelar kelas ringan.
- Sejak 2003 di Garmisch, ia beralih ke kelas welter dan memenangkan gelar juara dunia secara beruntun pada tahun 2005, 2007, dan 2009 di Kopenhagen.
- Dengan lima gelar juara dunia berturut-turut, Steven López menjadi petarung taekwondo pertama dan satu-satunya dalam sejarah yang mencapai prestasi ini. Rekor ini menempatkannya sebagai salah satu atlet taekwondo paling dominan sepanjang masa.
2.3. Kompetisi Mayor Lainnya
Selain Olimpiade dan Kejuaraan Dunia, Steven López juga meraih banyak medali di berbagai kompetisi internasional mayor:
- Kejuaraan Dunia Junior:** Meraih medali emas di Barcelona pada tahun 1996 di kelas ringan.
- Grand Prix Taekwondo Dunia:** Meraih medali perak di Astana pada 2014 dan medali perunggu di Moskwa pada 2015.
- Pesta Olahraga Pan Amerika:**
- Meraih medali emas di Winnipeg pada 1999 (-68 kg).
- Meraih medali emas di Santo Domingo pada 2003 (-80 kg).
- Meraih medali perunggu di Toronto pada 2015 (-80 kg).
- Kejuaraan Pan Amerika:** Meraih medali perak di Heredia pada tahun 1994 (-54 kg), dan medali emas di Havana pada tahun 1996 (-63 kg) serta di Lima pada tahun 1998 (-63 kg).
- Kejuaraan Piala Dunia Taekwondo:** Meraih medali emas pada tahun 1997 dan medali perunggu pada tahun 1998 dan 2002.
3. Kehidupan Pribadi
Di luar arena kompetisi, Steven López juga dikenal melalui penampilan medianya, menghadapi kontroversi doping, dan secara terbuka menyatakan keyakinan agamanya.
3.1. Penampilan Media dan Citra Publik
Steven López telah menjadi figur publik yang diakui luas, tidak hanya di dunia olahraga tetapi juga di media massa. Ia pernah masuk dalam daftar 50 Orang Terindah versi Majalah People. Pada tahun 2012, ia tampil dalam acara permainan kencan (dating game show) berjudul The Choice di jaringan Fox.

3.2. Kontroversi Doping
Pada Januari 2006, Steven López dinyatakan positif menggunakan zat terlarang L-methamphetamine. Ia menyatakan bahwa zat tersebut berasal dari inhaler uap bebas resep yang ia gunakan. López menerima skorsing tiga bulan dan mengikuti program edukasi anti-doping sebagai sanksi atas insiden tersebut.
3.3. Keyakinan Agama
Steven López adalah seorang Katolik Roma yang taat. Ia sering menghadiri Gereja Katolik St. Theresa di Sugar Land, Texas. Ia secara terbuka menyatakan bahwa imannya selalu menjadi bagian yang sangat penting dalam hidup dan kariernya, memberikan landasan moral dan spiritual bagi dirinya.
4. Tuduhan Pelecehan Seksual
Karier dan citra publik Steven López secara signifikan terpengaruh oleh serangkaian tuduhan pelecehan dan penyerangan seksual yang ditujukan kepadanya. Insiden ini memicu penyelidikan serius, sanksi dari organisasi olahraga, dan gugatan hukum.
4.1. Tuduhan dan Penyelidikan Awal
Pada 8 Juni 2017, surat kabar USA Today mempublikasikan laporan mengenai tuduhan pelecehan seksual dan pembiusan terhadap beberapa atlet wanita yang melibatkan Steven López dan kakak laki-lakinya, Jean López. Tuduhan tersebut mengklaim adanya pola perilaku penyalahgunaan yang berulang. Enam wanita secara terpisah melaporkan telah menjadi korban pelecehan seksual oleh Steven López.
Pada 25 April 2018, Houston Chronicle juga merilis artikel yang merinci gugatan terhadap Steven dan Jean López terkait tuduhan pelecehan seksual. Salah satu korban, Amber Means Rendall, mengklaim bahwa ia telah dilecehkan sejak usia 17 tahun dan mengalami penyerangan fisik. Ia juga menuduh Steven López melakukan hubungan seksual dengan atlet muda di berbagai kompetisi internasional, dan bahkan memperkosanya saat ia tidak sadarkan diri di sebuah pesta teman pada tahun 2008.
Sebagai respons terhadap tuduhan ini, USA Taekwondo mengeluarkan skorsing awal yang secara efektif melarang Steven dan Jean López berkompetisi dalam pertandingan taekwondo internasional. SafeSport juga memulai penyelidikan mendalam terhadap kedua bersaudara tersebut.
4.2. Sanksi dan Proses Hukum
Menyusul penyelidikan dan tuduhan, World Taekwondo Federation (WTF) menjatuhkan sanksi. Pada April 2018, Jean López menerima larangan seumur hidup dari semua pertandingan yang diselenggarakan WTF. Pada September 2018, Steven López sendiri juga dijatuhi larangan bertanding oleh WTF.
Namun, pada Desember 2018, seorang arbiter membatalkan larangan permanen Steven López yang dikeluarkan oleh SafeSport. Kemudian, pada Desember 2022, Court of Arbitration for Sport (CAS) mencabut larangan seumur hidup yang dijatuhkan terhadap Steven López, saudara laki-lakinya, dan pelatih mereka. CAS menemukan bahwa tuduhan Federasi Taekwondo Dunia didasarkan pada Kode Etik tahun 2011 mereka. Namun, karena insiden yang dituduhkan terjadi sebelum tahun 2011, CAS memutuskan bahwa kode tersebut seharusnya tidak diterapkan. Putusan CAS ini berdasarkan pada teknis hukum mengenai penerapan peraturan, bukan pada penentuan kebenaran fakta tuduhan.
4.3. Dampak dan Pengaruh pada Karier
Meskipun larangan dari SafeSport akhirnya dibatalkan dan CAS mencabut larangan seumur hidup oleh WTF karena alasan teknis, larangan bertanding dari Federasi Taekwondo Dunia tetap berlaku efektif. Hal ini secara langsung menghalangi Steven López untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Tuduhan pelecehan seksual ini telah menimbulkan dampak jangka panjang yang signifikan pada karier atletiknya, kegiatan kepelatihannya, dan terutama citra publiknya. Dari seorang pahlawan nasional dan ikon olahraga, Steven López harus menghadapi kritik keras dan perubahan persepsi publik yang drastis, menjadikannya figur yang kontroversial di mata banyak orang.
5. Warisan dan Penilaian
Steven López meninggalkan warisan yang kompleks dalam dunia taekwondo, memadukan pencapaian atletik yang luar biasa dengan kontroversi berat yang memengaruhi persepsi publik tentang dirinya.
5.1. Kontribusi Atletik
Steven López diakui sebagai salah satu atlet taekwondo paling dominan dan bergelar di dunia. Dengan dua gelar Olimpiade, lima gelar Kejuaraan Dunia Taekwondo, dan satu gelar Piala Dunia Taekwondo, ia telah memenangkan total delapan gelar besar internasional. Ini menempatkannya sebagai juara paling banyak bergelar setelah Hadi Saei dari Iran, yang memiliki sembilan gelar kelas dunia. Gaya bertandingnya yang inovatif dan dedikasinya terhadap olahraga telah memberikan dampak positif yang signifikan pada pengembangan teknis taekwondo dan menjadi inspirasi bagi banyak atlet junior. Prestasinya, terutama rekor lima kemenangan beruntun di Kejuaraan Dunia, menunjukkan tingkat keahlian dan ketahanan yang luar biasa dalam olahraga ini.
5.2. Persepsi Publik dan Kritik
Sebelum tuduhan pelecehan seksual muncul ke permukaan, Steven López dikenal sebagai seorang pahlawan olahraga Amerika Serikat yang dihormati dan dipuja. Citranya sangat positif, dan ia sering dianggap sebagai contoh atlet berintegritas.
Namun, serangkaian tuduhan pelecehan dan penyerangan seksual yang terungkap telah mengubah secara drastis persepsi publik dan media terhadapnya. Meskipun beberapa sanksi hukum dan olahraga dicabut berdasarkan teknis hukum, klaim dari para korban tetap menjadi sorotan serius. Akibatnya, citra sosial Steven López menjadi sangat beragam: di satu sisi, ia tetap dikenang atas prestasi atletiknya yang tak terbantahkan; di sisi lain, ia menghadapi kritik keras dan kehilangan sebagian besar dukungan publik karena tuduhan pelecehan. Warisannya kini menjadi perdebatan antara pencapaiannya di arena dan masalah etika serta moral yang dituduhkan kepadanya, menyoroti pentingnya akuntabilitas dan perlindungan bagi para korban di lingkungan olahraga.