1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Sumi Jo memiliki latar belakang yang kuat dalam musik sejak usia dini, didukung oleh keluarganya, dan menempuh pendidikan formal yang ketat baik di Korea Selatan maupun di Italia, membentuk dasar bagi karier musiknya yang gemilang.
1.1. Masa Kecil dan Bakat Musik
Jo lahir dengan nama Jo Su-gyeong (조수경Jo Su-gyeongBahasa Korea) di Changwon, Korea Selatan, dan dibesarkan di Seoul. Ibunya adalah seorang penyanyi dan pianis amatir yang tidak dapat mengejar studi musik profesionalnya sendiri karena situasi politik di Korea pada tahun 1950-an. Bertekad untuk memberikan putrinya kesempatan yang tidak pernah ia miliki, ibu Jo mendaftarkannya untuk pelajaran piano pada usia empat tahun dan kemudian pelajaran vokal pada usia enam tahun. Meskipun keluarga Jo tinggal di properti sewaan, orang tuanya membeli sebuah piano untuknya. Ibunya membesarkan dan melatih Jo dengan sangat ketat. Jo mengenang bahwa bahkan ketika ibunya keluar, ia mengunci pintu dari luar agar Jo tidak bisa membolos. Sebagai seorang anak, Jo sering menghabiskan hingga delapan jam sehari untuk belajar musik.
Sejak kecil, Jo sudah menunjukkan bakat musik yang luar biasa. Pada kelas empat sekolah dasar, ia berpartisipasi dalam kontes menyanyi anak-anak nasional yang diselenggarakan oleh KBS, memenangkan kompetisi mingguan dan mencapai final akhir tahun, meskipun hanya meraih juara kedua. Di sinilah ia bertemu dengan Yu Byeong-mu, seorang guru dari Sun Hwa Arts School, yang sangat memengaruhinya. Meskipun awalnya Jo dan ibunya mempertimbangkan piano sebagai spesialisasi utamanya, Yu Byeong-mu sangat merekomendasikan vokal, menganggap suara Jo sangat unik dan langka, hanya satu dari sepuluh ribu orang. Nasihat ini, bersama dengan bimbingan guru yang merawat suaranya selama masa pubertas, diakui Jo sebagai faktor kunci keberhasilannya.
1.2. Studi dan Guru
Pada tahun 1976, Jo masuk Sun Hwa Arts School dan lulus pada tahun 1980 dengan dua diploma dalam vokal dan piano. Ia kemudian masuk departemen musik vokal di Universitas Nasional Seoul (SNU) pada tahun 1981 dengan nilai praktik terbaik sejak departemen tersebut dibuka, melanjutkan studi musiknya hingga tahun 1983. Selama belajar di SNU, Jo membuat debut resital profesionalnya, tampil dalam beberapa konser dengan KBS, dan membuat debut opera profesionalnya sebagai Susanna dalam opera The Marriage of Figaro bersama Seoul Opera.
Pada tahun 1983, Jo meninggalkan SNU untuk belajar di Conservatorio Santa Cecilia di Roma, Italia. Di antara guru-gurunya adalah Carlo Bergonzi dan Giannella Borelli. Meskipun programnya lima tahun, Jo berhasil lulus hanya dalam dua tahun pada tahun 1985 dengan jurusan keyboard dan vokal. Selama studinya di Italia, ia sering tampil dalam konser di berbagai kota di Italia dan dalam siaran radio serta televisi nasional. Pada masa inilah Jo mulai menggunakan "Sumi" sebagai nama panggungnya agar lebih mudah diucapkan oleh penutur bahasa Eropa yang sering kesulitan melafalkan "Su-gyeong". Setelah lulus, Jo mulai belajar dengan Elisabeth Schwarzkopf dan memenangkan beberapa kompetisi internasional bergengsi di Seoul, Napoli, Enna, Barcelona, dan Pretoria. Pada Agustus 1986, ia dengan suara bulat dianugerahi hadiah pertama dalam Kompetisi Internasional Carlo Alberto Cappelli di Verona, salah satu kontes terpenting di dunia yang hanya terbuka bagi pemenang hadiah pertama dari kompetisi besar lainnya.
2. Karier Musik
Karier musik Sumi Jo membentang luas dari debutnya di Eropa hingga menjadi salah satu soprano paling diakui secara global, ditandai dengan peran-peran ikonik, kolaborasi prestisius, dan komitmennya terhadap promosi musik.
2.1. Debut Eropa dan Karier Awal
Pada tahun 1986, Jo membuat debut opera Eropanya sebagai Gilda dalam opera Rigoletto karya Verdi di Teatro Comunale Giuseppe Verdi di Trieste. Penampilan ini menarik perhatian Herbert von Karajan, yang kemudian memilihnya sebagai Oscar dalam Un ballo in maschera berlawanan dengan Plácido Domingo untuk Festival Salzburg 1989. Kematian Karajan selama latihan festival mencegah Jo untuk benar-benar bernyanyi di panggung di bawah batutanya (Georg Solti yang memimpin pertunjukan), tetapi ia memang bernyanyi di bawah Karajan dalam rekaman studio Ballo, yang dibuat pada awal tahun 1989 untuk Deutsche Grammophon.
Pada tahun 1988, Jo membuat debutnya di La Scala sebagai Thetis dalam Fetonte karya Niccolò Jommelli. Pada tahun yang sama, ia membuat debutnya dengan Bavarian State Opera dan menyanyikan Barbarina dalam The Marriage of Figaro di Festival Salzburg. Pada tahun 1989, Jo membuat debutnya dengan Vienna State Opera dan kembali ke Festival Salzburg untuk menyanyikan Oscar dalam Un ballo in maschera karya Verdi. Pada tahun yang sama, ia membuat debutnya dengan Metropolitan Opera, sekali lagi memerankan Gilda dalam Rigoletto. Jo kemudian akan mengulang peran ini berkali-kali dengan Met selama lima belas tahun berikutnya.
Pada tahun 1990, Jo membuat debutnya dengan Chicago Lyric Opera sebagai Ratu Malam dalam The Magic Flute karya Mozart. Tahun berikutnya, ia kembali ke Metropolitan Opera untuk penampilan lain sebagai Oscar dalam Un ballo in maschera dan membuat debutnya di Royal Opera, Covent Garden, sebagai Olympia dalam The Tales of Hoffmann. Ia kembali ke Covent Garden tahun berikutnya untuk menyanyikan Adina dalam L'elisir d'amore dan Elvira dalam I puritani.
2.2. Peran Opera Utama
Sumi Jo dikenal karena membawakan sejumlah peran opera koloratur lirik yang menantang dan ikonik. Pada tahun 1993, ia tampil dalam peran utama Lucia dalam Lucia di Lammermoor karya Donizetti dengan Metropolitan Opera dan menyanyikan peran Ratu Malam di Festival Salzburg dan Covent Garden. Tahun berikutnya, ia membuat debutnya dengan Los Angeles Opera sebagai Sophie dalam Der Rosenkavalier karya Richard Strauss. Pada tahun 1995, ia menyanyikan peran Countess Adèle dalam Le comte Ory di Festival Aix-en-Provence.
Selama dekade berikutnya, Jo mempertahankan jadwal yang padat, menyanyikan Lucia di Strasbourg, Barcelona, Berlin, dan Paris; La sonnambula di Brussels dan Santiago, Chili; I Capuleti e i Montecchi dengan Minnesota Opera; Olympia dan Rosina dalam The Barber of Seville di New York; Ratu Malam di Los Angeles; Gilda di Bilbao, Oviedo, Bologna, Trieste, dan Detroit antara lain; Il turco in Italia di Spanyol; L'enfant et les sortilèges di Boston dan Pittsburgh; Le comte Ory di Roma; dan Dinorah di New York. Ia juga tampil dalam pertunjukan di Théâtre du Châtelet, Théâtre des Champs-Élysées, Opéra National de Paris, Washington Opera, Deutsche Oper Berlin, Opera Australia, dan Teatro Colón. Pada tahun 2007, ia membawakan peran Violetta pertamanya dalam La traviata dengan Toulon Opera.
2.3. Kolaborasi dan Pertunjukan Utama
Sumi Jo telah berkolaborasi dengan banyak konduktor dan orkestra terkemuka di dunia. Ia tampil bersama berbagai orkestra simfoni dalam konser, termasuk Vancouver Symphony Orchestra, Cincinnati Pops, Orchestra of St. Luke's, Vienna Philharmonic, London Philharmonic Orchestra, Los Angeles Philharmonic, dan Hollywood Bowl Orchestra. Karyanya membawanya bernyanyi di bawah arahan konduktor seperti Sir Georg Solti, Zubin Mehta, Lorin Maazel, James Levine, Kent Nagano, dan Richard Bonynge. Ia juga memberikan resital di seluruh Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.
2.4. Ketenaran Internasional dan Aktivitas

Jo menjadi sorotan global ketika ia menyanyikan lagu tema untuk siaran KBS pada Piala Dunia FIFA 2002, "The Champions". Pada tahun 2008, ia berpartisipasi dalam Olimpiade Beijing bersama Renée Fleming dan Angela Gheorghiu, diakui sebagai salah satu dari tiga soprano terbaik dunia. Pada tahun 2011, ia mengisi suara nyanyian Veda Pierce dalam miniseri HBO Mildred Pierce.
Pada 9 Maret 2018, Jo menampilkan duet yang direkam khusus dengan sesama vokalis Sohyang, lagu "Here As One", selama upacara pembukaan Pesta Olahraga Paralimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, Korea Selatan.
Pada tahun 2015, lagu "Simple Song Number 3", yang ditulis oleh David Lang dan dibawakan oleh Jo serta ditampilkan dalam film Youth karya Paolo Sorrentino, dinominasikan untuk Academy Award pada tahun 2016 dalam kategori Lagu Terbaik. Meskipun Jo diundang ke upacara tersebut dan hadir, ia tidak diundang untuk membawakan lagu tersebut. Di karpet merah sebelum upacara, Jo dan Lang menyuarakan kekecewaan mereka atas keputusan produser untuk mengecualikan lagu tersebut, secara tidak langsung merujuk pada kontroversi terkait kurangnya keberagaman rasial pada Academy Awards tahun itu.
Pada tahun 2021, Jo diangkat sebagai profesor tamu terkemuka di Sekolah Pascasarjana Teknologi Budaya KAIST. Pada Oktober 2023, ia dianugerahi Geumgwan Order of Cultural Merit kelas satu atas kontribusinya dalam mempromosikan budaya Korea.
3. Rekaman dan Diskografi
Sumi Jo telah merilis lebih dari 40 album sejak debut opera Eropanya pada tahun 1986, mencakup berbagai genre dari opera klasik hingga crossover.
3.1. Album Solo dan Reguler
Sumi Jo telah merilis banyak album solo dan reguler yang menampilkan dirinya sebagai artis utama, termasuk rekaman klasik murni dan proyek crossover yang populer. Album Only Love yang dirilis pada Maret 2000, terjual lebih dari 1.055.170 kopi di Korea Selatan, menjadikannya salah satu album klasik terlaris di negara tersebut.
- Carnaval! French Coloratura Arias (Decca Records, Januari 1994)
- Saeya Saeya (새야 새야Saeya SaeyaBahasa Korea) (Nices, Juni 1994)
- Virtuoso Arias (Erato Records, Agustus 1994)
- Peter and the Wolf (Versi Korea) (Erato Records, Maret 1995)
- Ari Arirang (아리 아리랑Ari ArirangBahasa Korea) (Nices, September 1995)
- Sumi Jo Sings Mozart (Erato Records, 1995)
- Bel Canto (Erato Records, 1996)
- Live At Carnegie Hall (Erato Records, 1997)
- La Promessa (Erato Records, September 1998)
- Les Bijoux (Erato Records, Desember 1998)
- Echoes from Vienna: Tribute to Johann Strauss (Erato Records, April 1999)
- Only Love (Erato Records, Maret 2000)
- Opera Love (Decca Records, Desember 2000)
- Prayers (Erato Records, Januari 2001)
- The Christmas Album (Erato Records, September 2001)
- Hyangsu (향수HyangsuBahasa Korea) (ENE Media, September 2002)
- Be Happy: Falling In Love With Movie (Warner Classics, Juli 2004)
- Baroque Journey (Warner Classics, Januari 2006)
- Sumi Jo 101 (Warner Music, Desember 2007)
- Missing You (Deutsche Grammophon, Oktober 2008)
- The Sumi Jo Collection (Warner Classics, Agustus 2009)
- Ich Liebe Dich (Deutsche Grammophon, 1 Januari 2010)
- Libera (Deutsche Grammophon, 1 Januari 2011)
- La Luce: Sumi Jo Sings Igor Krutoy (Universal Music, 27 Desember 2012)
- Only Bach: Cantatas For Soprano, Violin & Guitar (Deutsche Grammophon, 1 Januari 2014)
- Longing (그.리.다.Geu.ri.da.Bahasa Korea) (Universal Music, 27 Agustus 2015)
- La Prima Donna: 30th Debut Anniversary (Universal Music, 23 Agustus 2016)
- Mother (Universal Music, 18 April 2019)
- LUX3570, kolaborasi dengan I Musici (Decca Records, 10 Desember 2021)
- In Love (사랑할 때Saranghal TtaeBahasa Korea) (Warner Music, 6 Desember 2022)
3.2. Rekaman Opera
Sumi Jo telah berpartisipasi dalam banyak rekaman opera penting, seringkali dalam peran koloratur yang menonjol.
- Rossini: Le comte Ory (Philips Classics Records, 1988)
- Strauss: Die Frau ohne Schatten (Decca Records, 1989)
- Verdi: Un ballo in maschera (Deutsche Grammophon, 1989)
- Mozart: The Magic Flute (Decca Records, 1990)
- Rossini: Il turco in Italia (Philips Classics Records, 1991)
- Mozart: The Magic Flute (Decca Records, 1992)
- Auber: Le domino noir (Decca Records, 1993)
- Strauss: Ariadne auf Naxos (Virgin Classics, 1994)
- Rossini: Tancredi (Naxos Records, 1994)
- Offenbach: The Tales of Hoffmann (Erato Records, 1996)
- Adam: Le toréador (Decca Records, 1997)
- Bellini: Norma (Decca Records, 2013)
3.3. Penampilan Album Lain dan Singel
Selain album solo dan opera, Sumi Jo juga telah tampil dalam berbagai proyek album lain dan merilis singel.
3.3.1. Penampilan Album Lain
- Philharmonie Berlin: Gala Opera Concert (Capriccio, 1988)
- Mahler: Symphony No. 8 in E flat major 'Symphony of a Thousand' (Deutsche Grammophon, 1990)
- Rossini: Messa di Gloria (Philips Classics Records, 1992)
- Orff: Carmina Burana (Warner Classics, 1992)
- Requiem After J.S. Bach (Black Box Classics, 1995)
- Ave Maria: The Myth of Mary (Teldec, 1999)
- "Mirame Bailar" dari versi Korea Rhythm & Romance oleh Kenny G (Concord Records, 2008)
3.3.2. Singel
Judul | Tahun | Catatan |
---|---|---|
"Hijo de la Luna" (달의 아들Dar-ui AdeulBahasa Korea) | 2011 | Lagu dari album Libera |
"Dream Of Pyeongchang" (평창의 꿈Pyeongchang-ui KkumBahasa Korea) (Remastered) | 2013 | Lagu tema resmi Olimpiade Musim Dingin 2018 |
"Moon Flower" (dengan Secret Garden) | 2014 | |
"We Are One" (우리는 하나야Urineun HanayaBahasa Korea) (dengan YB) | 2015 | Lagu tema Festival DMC 2015 |
"I'm a Korean" (dengan Yoon Il-sang) | 2019 | Dirilis untuk peringatan 100 tahun Gerakan 1 Maret |
"Life Is A Miracle" (dengan Giovanni Allevi dan Federico Paciotti) | 2020 | Singel amal |
"Guardians" (수호신SuhosinBahasa Korea) (dengan Rain) | 2021 | Singel promosi untuk Universe |
"Cuore Indigo" (dengan Yiruma) | ||
"We Will Be One" (함께HamkkeBahasa Korea) | 2022 | Lagu penyemangat untuk tawaran Busan untuk Expo 2030 |
"Love Love" | 2023 |
3.3.3. Penampilan Soundtrack
Judul | Tahun | Album |
---|---|---|
"Vocalise" | 1999 | The Ninth Gate (Original Motion Picture Soundtrack) |
"Songin" (송인SonginBahasa Korea (送人)) | 2000 | Hur Jun OST |
"If I Leave" (나 가거든Na GadeunBahasa Korea) | 2001 | Empress Myeongseong OST |
"Lets Forget Now" (이젠 잊기로 해요Ijen Ijgireo HaeyoBahasa Korea) | 2006 | Famous Seven Princesses OST |
"Memory of Love" (사랑의 기억Sarang-ui GieokBahasa Korea) | Jumong OST | |
"Der Hölle Rache kocht in meinem Herzen" (dari The Magic Flute Mozart) (dengan Vienna Philharmonic) | 2010 | Eat Pray Love (Original Motion Picture Soundtrack) |
"Love Never Dies" (Versi Korea) | Love Never Dies: Asian Edition | |
"Qui La Voce" (dari I puritani Bellini) | 2011 | Mildred Pierce (Music From The HBO Miniseries) |
"I'm Always Chasing Rainbows" | ||
"Simple Song #3" | 2015 | Youth (Music From the Motion Picture) |
"Day Without You" (그대 없는 날Geudae Eomneun NalBahasa Korea) | The Himalayas OST | |
"Oriental Performance" | 2018 | Loro (Original Motion Picture Soundtrack) |
"Fight For Love (Aria for Myth)" | 2021 | Sisyphus: The Myth OST |
"Dandelion" (민들레야MindeulleyaBahasa Korea) | 2022 | Curtain Call OST |
"My Day" (내겐 오늘Naegen OneulBahasa Korea) | 2023 | Maestra: Strings of Truth OST |
3.3.4. DVD
- Sumi Jo in Paris - For My Father (2006)
4. Filmografi dan Penampilan Siaran
Sumi Jo juga telah merambah dunia akting dan hiburan, tampil dalam film, drama televisi, dan berbagai program siaran.
4.1. Penampilan Film dan Drama
Tahun | Judul | Peran |
---|---|---|
2015 | Youth | Dirinya sendiri |
2011 | Dream High Season 1 (KBS2) | Penampilan khusus |
4.2. Acara Varietas dan Penampilan Siaran Lainnya
Tahun | Judul | Peran |
---|---|---|
1997/2002 | TV is Love Loaded (KBS1, KBS2) | Tamu |
2007 | Immortal Songs (KBS2) | Tamu |
2019 | Dialogue of the Generation (KBS2) | Episode 10, 11 |
2021 | You Quiz on the Block (tvN) | Episode 108 |
2022 | Take 1 | Peserta |
2024 | Goal Striking Girls (SBS) | Penampilan perayaan untuk pertandingan Korea-Jepang |
5. Penghargaan dan Kehormatan
Sumi Jo telah menerima berbagai penghargaan musik internasional dan domestik, serta kehormatan negara dan budaya yang mengakui kontribusi luar biasa dalam karier dan warisan budayanya.
5.1. Penghargaan Musik Utama
Penghargaan | Tahun | Kategori | Nominasi / Karya | Hasil |
---|---|---|---|---|
Viotti International Music Competition | 1985 | Vokal | Sumi Jo | Menang |
Zonta International Competition (Italia) | Vokal | Menang | ||
Concurs Tenor Viñas (Spanyol) | Vokal Wanita | Menang | ||
Unisa International Music Competition (Afrika Selatan) | 1986 | Vokal | Menang | |
Carlo Alberto Cappelli International Prize (Italia) | Menang | |||
Hong Nanpa Memorial Award (Korea Selatan) | 1992 | - | Menang | |
Grammy Awards | 1993 | Rekaman Opera Terbaik | Die Frau ohne Schatten | Menang |
Siola d'oro | - | - | Sumi Jo | Menang |
Kim Swoo-geun Performing Arts Awards (Korea Selatan) | 1994 | - | Sumi Jo | Menang |
Grammy Awards | 1996 | Rekaman Opera Terbaik | Tancredi | Nominasi |
KBS Overseas Compatriot Award (Korea Selatan) | - | - | Sumi Jo | Menang |
Korea-China Youth Academic Awards | - | Divisi Musik | Sumi Jo | Menang |
Puccini Prize (Italia) | 2008 | - | Sumi Jo | Menang |
Daewon Music Award (Korea Selatan) | 2013 | Hadiah Utama | Sumi Jo | Menang |
Premio Tiberini d'oro (Italia) | 2015 | - | Sumi Jo | Menang |
Korea Image Awards | 2022 | Cornerstone Award | Sumi Jo | Menang |
PETA | 2012 | Penghargaan Prestasi | Sumi Jo | Menang |
Penghargaan Kritikus Budaya Prancis | 1997 | Penghargaan Album Divisi Vokal | Sumi Jo | Menang |
Penghargaan CD Klasik Inggris | 1996 | Penghargaan Album Terlaris 96 | Sumi Jo | Menang |
Penghargaan Soprano Terbaik Chili | 1994 | - | Sumi Jo | Menang |
5.2. Gelar Negara dan Budaya
Negara atau Organisasi | Tahun | Kehormatan |
---|---|---|
Italia | 2018 | Order of the Star of Italy |
Korea Selatan | 1995 | Order of Culture Merit |
Korea Selatan | 2006 | Proud Korean Award |
UNESCO | 2002 | Artis Perdamaian Dunia UNESCO |
Asia | 2021 | Asia Hall of Fame |
6. Kehidupan Pribadi

Sumi Jo menjalani kehidupan pribadi yang mencerminkan dedikasinya pada seni, keyakinan pribadi, dan komitmennya terhadap isu-isu sosial, terutama hak-hak hewan.
6.1. Keluarga dan Keyakinan Pribadi
Sumi Jo adalah sepupu dari aktor Korea Selatan Yoo Gun. Ayahnya, Eonho Jo, meninggal pada tahun 2006. Saat itu, Jo sedang mengadakan resital penting di Paris. Meskipun ingin membatalkan pertunjukan dan kembali ke Korea Selatan untuk pemakaman, ibunya mengingatkannya akan janjinya kepada penonton dan menyarankan agar ia melanjutkan pertunjukan sebagai penghormatan kepada ayahnya. Penampilannya didedikasikan untuk ayahnya dan dirilis sebagai DVD berjudul Sumi Jo in Paris - For my Father.
Ibunya, Malsoon Kim, meninggal pada tahun 2021 setelah menderita Alzheimer selama sepuluh tahun. Jo tidak dapat menghadiri pemakaman ibunya di Korea Selatan karena karantina COVID-19, saat ia berada di Italia.
Jo adalah seorang Katolik yang taat. Pada Agustus 2014, saat kunjungan Paus Fransiskus ke Korea, Jo mendapat kehormatan untuk menyanyikan tiga lagu, termasuk Ave Maria, dalam acara penyambutan sebelum Misa Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, serta lagu pujian Katolik "Panis Angelicus" selama Misa yang dipimpin Paus.
Sumi Jo mengungkapkan bahwa ia tidak terlalu peduli dengan penampilan dan sering bepergian tanpa riasan. Ia juga menghindari makanan pedas untuk melindungi pita suaranya dan makanan seperti kentang goreng untuk menjaga bentuk tubuhnya agar sesuai dengan gaun panggung. Makanan favoritnya meliputi pizza, pasta, nasi, dan risotto. Ia juga dikenal sebagai penggemar berat sepak bola.
6.2. Aktivitas Sosial dan Advokasi
Jo adalah seorang advokat hak-hak hewan dan salah satu dari hanya lima selebriti Asia yang masuk dalam daftar "Best-Dressed 2008" pertama PETA Asia-Pasifik. Ia juga secara konsisten menyumbang untuk lembaga-lembaga yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan dan anak-anak.
Ia telah menjabat sebagai duta kehormatan untuk berbagai acara dan organisasi penting, termasuk:
- Duta Besar PETA (Desember 2012)
- Duta Besar Kehormatan Asian Games Incheon 2014 (Mei 2012)
- Duta Besar Kehormatan Suncheonman International Garden Expo 2013 (Mei 2011)
- Duta Besar Kehormatan Komite Penawaran Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018 (Juli 2010)
- Duta Besar Persahabatan Palang Merah Korea (2010)
- Duta Besar Kehormatan Yeosu Expo (Agustus 2007)
- Duta Besar Kehormatan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang (Desember 2006)
- Duta Besar Kehormatan Komite Penawaran Pameran Dunia (2002)
7. Evaluasi dan Pengaruh
Sumi Jo telah memberikan pengaruh signifikan dalam dunia musik klasik dan budaya secara luas, diakui atas teknik vokalnya yang inovatif dan perannya sebagai duta budaya Korea.
7.1. Pengaruh Musik dan Kritik
Aria Zerbinetta dalam opera Ariadne auf Naxos karya Richard Strauss, yang ditulis pada tahun 1912, adalah karya yang sulit dengan durasi lebih dari 20 menit dan banyak nada tinggi. Strauss bahkan memodifikasi sebagian partitur karena ia menganggapnya tidak mungkin dinyanyikan. Namun, pada tahun 1994, Jo menjadi artis pertama di dunia yang merekam versi asli lagu yang tidak diedit. Ia merekam lagu tersebut dengan konduktor Jepang-Amerika, Kent Nagano, di Lyon, Prancis. Jo mengatakan bahwa itu adalah rekaman tersulit yang pernah ia nyanyikan.
Pada tahun 1993, ia menjadi soprano Asia pertama yang memenangkan La Siola d'Oro. Selain itu, Jo memenangkan enam kompetisi internasional untuk pertama kalinya sebagai soprano Asia, dan tercatat sebagai prima donna Asia pertama yang menjadi bintang di teater opera dunia.
Herbert von Karajan, yang dianggap sebagai salah satu konduktor terbesar abad ke-20, memuji suaranya sebagai "hadiah terbaik yang diberikan Tuhan" dan "suara dari surga". Karajan juga mengagumi, "Saya terkejut Anda belajar di Korea, apakah ada guru yang begitu hebat di Korea? Korea adalah bangsa yang hebat." Opera News dari Metropolitan Opera New York memuji, "lagunya telah melampaui kritik." Le Monde dari Prancis memuji vokalnya dengan mengatakan bahwa "Bahkan peri pun mendengarkan lagu-lagunya." Pada tahun 2008, Jo terpilih sebagai salah satu dari tiga soprano terkemuka dunia, bersama Renée Fleming dan Angela Gheorghiu, untuk tampil dalam acara khusus di Olimpiade Beijing.
7.2. Kontribusi Budaya
Sumi Jo telah berperan aktif sebagai duta budaya bagi Korea Selatan. Ia seringkali merasa bahwa banyak orang asing tidak mengetahui di mana Korea berada, dan bahkan mengalami kesulitan di bandara karena paspornya tidak dikenal. Pengalaman ini memotivasinya untuk berkontribusi pada pengakuan Korea di dunia. Ia percaya bahwa "seniman sejati adalah mereka yang memancarkan warna negara asalnya." Oleh karena itu, ia selalu memprioritaskan penampilan di acara-acara internasional di Korea, bahkan jika itu berarti harus berdebat dengan manajer asingnya.
Jo tidak ingin hanya menjadi penyanyi opera biasa, melainkan seorang 'penghibur' yang mampu menampilkan semua aspek artistiknya, termasuk kostum dan tata panggung. Ia adalah salah satu pionir dalam merilis album crossover di Korea Selatan. Album crossover pertamanya, Only Love, yang dirilis pada tahun 2000, terjual lebih dari satu juta kopi, sebuah rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk artis klasik di Korea. Ia juga merupakan artis klasik Korea pertama yang mencoba album Barok, Journey To Baroque, pada tahun 2006, dan telah merilis berbagai album dengan spektrum musik yang luas, termasuk lagu-lagu rakyat Swedia dan Spanyol. Meskipun sukses besar di opera, Jo lebih menyukai resital solo dan konser karena memberinya kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan penonton.
8. Tokoh Terkait
- KAI: Penyanyi pop opera Korea Selatan yang diberi nama panggung "KAI" oleh Sumi Jo.
- André Kim: Desainer mode Korea Selatan yang menjadi pendukung setia Sumi Jo, merancang lebih dari 200 gaun untuk penampilannya selama lebih dari 20 tahun. Jo sering mengenakan karyanya di panggung internasional dan memberikan penghormatan khusus kepadanya setelah kematian Kim pada tahun 2010.
- Yoo Gun: Aktor Korea Selatan, yang merupakan sepupu Sumi Jo.