1. Kehidupan
Waggag Ibn Zallu al-Lamti lahir dan tumbuh besar di wilayah Sous, yang merupakan bagian dari Maroko. Setelah menyelesaikan pendidikan awal di kampung halamannya, ia melanjutkan perjalanan pendidikannya ke salah satu pusat keilmuan Islam terkemuka di masanya, yaitu Al Quaraouiyine di Fes. Di sana, ia menimba ilmu di bawah bimbingan salah satu ulama terbesar saat itu, Abu Imran al-Fasi.
1.1. Masa Muda dan Pendidikan
Masa muda Waggag diwarnai dengan pencarian ilmu yang mendalam. Ia mengabdikan diri untuk belajar di Al Quaraouiyine, sebuah institusi pendidikan yang sangat berpengaruh. Di bawah asuhan Abu Imran al-Fasi, Waggag mendalami doktrin Maliki dan ilmu-ilmu keislaman lainnya, yang kemudian membentuk dasar bagi pemikiran dan ajaran-ajarannya di kemudian hari. Pembelajarannya di Al Quaraouiyine dan bimbingan dari gurunya yang terkemuka menjadi fondasi bagi peran sentral yang akan ia mainkan dalam sejarah Maghreb.
1.2. Pendirian Ribat dan Aktivitas Awal
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Fes, Waggag kembali ke wilayah Sous dan mendirikan sebuah pusat keagamaan yang dikenal sebagai Ribat al-Murabitin di desa Aglu, yang terletak dekat Tiznit saat ini. Ribat ini berfungsi sebagai tempat belajar, ibadah, dan pengkaderan para murid. Di sana, Waggag tidak hanya mengajar doktrin Maliki kepada para pengikutnya, tetapi juga menyebarkan ajaran-ajaran agama secara luas. Melalui Ribat ini, ia mulai membangun basis pengikut yang kuat dan berpengaruh, yang pada akhirnya akan menjadi cikal bakal gerakan Almoravid.
q=Aglu, Tiznit, Morocco|position=right
2. Peran dalam Dinasti Almoravid
Waggag Ibn Zallu al-Lamti memainkan peran yang sangat signifikan dalam pembentukan dan perkembangan Dinasti Almoravid, bimbingan spiritualnya memiliki dampak yang mendalam terhadap arah dan ambisi gerakan tersebut.
2.1. Hubungan dengan Abdallah ibn Yasin
Hubungan antara Waggag Ibn Zallu al-Lamti dan Abdallah ibn Yasin merupakan pilar utama kebangkitan Dinasti Almoravid. Setelah menerima surat dari gurunya, Abu Imran al-Fasi, yang memintanya untuk membantu mengajarkan agama kepada suku-suku Sanhaja Saharan di selatan, Waggag memilih Abdallah ibn Yasin untuk menemani pemimpin suku Gudala, Yahya ibn Ibrahim, ke Sahara. Pilihan ini sangat strategis, karena Abdallah ibn Yasin kemudian menjadi pemimpin spiritual pertama gerakan Almoravid, dengan Waggag sebagai pembimbing utamanya. Interaksi mereka membentuk fondasi ideologis dan spiritual bagi gerakan yang akan datang.
2.2. Kepemimpinan Religius dan Pengaruh Politik
Peran Waggag Ibn Zallu al-Lamti tidak hanya terbatas pada bimbingan spiritual semata. Sejumlah catatan sejarah, termasuk oleh Al-Bakri, Ibn Abi Zar, dan Qadi Ayyad, mengakui bahwa ia secara langsung memengaruhi ambisi politik dan militer gerakan Almoravid. Waggag-lah yang mendorong Abdallah ibn Yasin untuk memerangi mereka yang tidak patuh terhadap ajaran agama. Lebih jauh, ia memerintahkan Abdallah untuk maju ke utara dan menaklukkan kota penting Sijilmasa. Perintah ini menjadi titik balik krusial, mengubah gerakan keagamaan Almoravid menjadi sebuah kekuatan militer yang ambisius, yang kemudian akan membangun sebuah dinasti. Pengaruhnya terhadap kepemimpinan dan arah ekspansi Almoravid sangat jelas, bahkan setelah kematian Abdallah ibn Yasin, dilaporkan bahwa hanya murid-murid Waggag Ibn Zallu yang dianggap layak untuk diangkat sebagai pemimpin agama yang berwenang dalam gerakan tersebut, menunjukkan legitimasi yang kuat yang ia berikan pada pengikutnya.
3. Kematian dan Pemakaman
Waggag Ibn Zallu al-Lamti diperkirakan wafat pada abad ke-11. Ia meninggal dunia di Aglu, sebuah desa yang terletak di dekat Tiznit, Maroko. Makamnya berada di Dar al-Murabitin Ribat di Aglu, tempat ia menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mengajar dan membimbing para murid. Setelah kematiannya, makam Waggag menjadi sebuah tempat pemujaan dan ziarah yang dikenal dengan nama "Sidi Waggag". Kisah hidup dan keutamaannya juga diabadikan dalam sebuah hagiografi yang ditulis oleh Ibn al-Zayyat al-Tadili, yang semakin mengukuhkan posisinya sebagai tokoh suci di mata masyarakat.
4. Warisan dan Pengaruh
Warisan Waggag Ibn Zallu al-Lamti tidak hanya terbatas pada ajarannya, tetapi juga meluas melalui murid-muridnya dan situs pemakamannya yang menjadi pusat pemujaan.
4.1. Murid-murid dan Penerus
Pengaruh Waggag Ibn Zallu al-Lamti terus berlanjut melalui murid-muridnya yang setia. Dua tokoh kunci yang menjadi penerus ajaran dan kepemimpinannya adalah kakak beradik Sulayman ibn Addu dan Abu al-Qacem ibn Addu. Kedua murid ini mengambil alih posisi sebagai pemimpin agama Dinasti Almoravid setelah wafatnya Abdallah ibn Yasin. Keberadaan mereka dalam posisi strategis memastikan bahwa doktrin dan pandangan Waggag terus membentuk arah spiritual dan moral gerakan Almoravid selama masa ekspansi dan kekuasaan mereka.
4.2. Pemujaan Anumerta dan Situs Suci
Setelah wafatnya, tempat pemakaman Waggag Ibn Zallu al-Lamti di Ribat al-Murabitin di Aglu bertransformasi menjadi sebuah makam suci yang sangat dihormati. Situs ini kemudian dikenal luas sebagai "Sidi Waggag". Sejak saat itu, makam tersebut menjadi tujuan ziarah dan tempat pemujaan bagi banyak orang, mencerminkan penghormatan mendalam terhadap peran spiritual dan warisan yang ditinggalkan oleh Waggag dalam sejarah Maroko dan Afrika Utara.
5. Transliterasi Nama
Nama Waggag Ibn Zallu al-Lamti dalam bahasa Arab adalah وجاج بن زلو اللمطيWaggag Ibn Zallu al-LamtiBahasa Arab, namun terdapat juga variasi penulisan seperti وݣاݣ بن زلو اللمطيWaggag Ibn Zallu al-LamtiBahasa Arab. Nama ini memiliki beberapa variasi transliterasi ke dalam bahasa lain, seperti Wajjaj Ibn Zelu atau Wajaj Ibn Zelwa. Variasi ini muncul karena tidak adanya padanan langsung untuk beberapa bunyi dalam abjad Arab, khususnya bunyi 'G'. Meskipun ada huruf غ (ghayn) yang menghasilkan bunyi 'G' seperti dalam bahasa Inggris, nama Waggag kadang-kadang ditulis dengan huruf ج (jim), yang menghasilkan bunyi 'J', atau bahkan ك (kaf), yang menghasilkan bunyi 'K'. Selain itu, bunyi vokal "u" sering ditulis dengan huruf و (waw), yang juga dapat dibaca sebagai bunyi "w", menambah keragaman dalam transliterasi nama tersebut.