1. Kehidupan dan Latar Belakang
Kehidupan awal Yasuo Takei, mulai dari masa kecilnya yang sulit hingga beragam pekerjaan sebelum mendirikan Takefuji, membentuk fondasi perjalanan kewirausahaannya.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Yasuo Takei lahir pada tanggal 4 Januari 1930 di Fukaya, Saitama, Jepang. Ia adalah putra dari pasangan Hamajiro Takei dan Masa Takei. Keluarganya memiliki toko kecil yang menjual kebutuhan sehari-hari, yang sebagian besar diurus oleh ibunya seorang diri. Ketika Yasuo berusia sekitar tiga tahun dan duduk di kelas tiga sekolah dasar, ayahnya meninggalkan keluarga dan melarikan diri ke Osaka bersama seorang wanita tetangga.
q=Fukaya, Saitama|position=right
1.2. Pendidikan dan Karier Awal
Pada tahun 1944, Yasuo Takei menyelesaikan pendidikan di sekolah tinggi Sekolah Nasional Aketo. Setelah lulus, ia sempat bekerja sebagai mekanik di Tentara Kekaisaran Jepang di Kumagaya, tetapi tak lama kemudian Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II. Pasca-perang, Takei bekerja sebagai pegawai di Kereta Api Nasional Jepang yang ditempatkan di Stasiun Ōmiya di Prefektur Saitama.
Kemudian, ia pindah ke Tokyo dan mencari nafkah dengan mengandalkan pamannya yang bekerja di bidang konstruksi bilah jendela. Selama periode ini, ia mencoba berbagai pekerjaan, termasuk di bidang konstruksi dan menjadi pedagang sayuran keliling. Setelahnya, ia memulai bisnis rentenir dengan bunga tinggi yang dikenal sebagai "Danchi Kinyu" (keuangan kompleks perumahan), yang menargetkan ibu rumah tangga di perumahan umum. Pengalaman-pengalaman awal ini membentuk dasar bagi perjalanan bisnisnya di kemudian hari.
2. Karier dan Bisnis
Perjalanan profesional Yasuo Takei berpusat pada perannya dalam mendirikan dan mengembangkan Takefuji menjadi grup keuangan konsumen terkemuka di Jepang, yang juga mengantarkannya pada akumulasi kekayaan yang besar.
2.1. Pendirian dan Pertumbuhan Takefuji
Pada tahun 1966, Yasuo Takei mendirikan Fuji Shoji, cikal bakal Takefuji, di Hasune, Itabashi, Tokyo. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Takefuji pada tahun 1974. Di bawah kepemimpinannya, Takefuji berkembang pesat dan menjadi pemimpin industri pinjaman konsumen di Jepang. Perusahaan ini dikenal sebagai grup keuangan konsumen nomor satu di negara tersebut. Takei menjabat sebagai ketua Takefuji hingga Desember 2003, ketika ia mengundurkan diri dari jabatannya.
q=Itabashi, Tokyo|position=right
2.2. Model Bisnis dan Kekayaan
Model bisnis Takefuji berpusat pada pemberian pinjaman kepada konsumen, sebuah sektor yang berkembang pesat di Jepang. Melalui operasi Takefuji, Yasuo Takei berhasil mengumpulkan kekayaan yang sangat besar. Menurut survei yang dilakukan oleh majalah Forbes pada Juni 2006, Takei adalah orang terkaya kedua di Jepang, hanya setelah Masayoshi Son, dengan perkiraan nilai kekayaan bersih mencapai 5.60 B USD.
3. Masalah Hukum dan Kontroversi
Karier Yasuo Takei tidak lepas dari berbagai masalah hukum dan kontroversi etika yang menarik perhatian publik.
3.1. Kasus Penyadap dan Pencemaran Nama Baik Jurnalis
Salah satu insiden paling menonjol adalah keterlibatannya dalam kasus penyadapan telepon dan pencemaran nama baik jurnalis. Antara Desember 2000 dan Februari 2001, Takei memerintahkan penyadapan telepon dua jurnalis lepas yang telah menulis artikel-artikel kritis terhadap Takefuji. Selain itu, ia juga memerintahkan karyawan Takefuji untuk menyebarkan pernyataan-pernyataan yang mencemarkan nama baik salah satu jurnalis tersebut melalui situs web perusahaan.
Atas keterlibatannya dalam insiden penyadapan telepon terhadap rumah jurnalis, Yasuo Takei ditangkap pada Desember 2003 karena melanggar Undang-Undang Bisnis Telekomunikasi. Penangkapannya ini memicu pengunduran dirinya dari posisi ketua Takefuji. Pada tanggal 17 November 2004, ia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dengan masa percobaan empat tahun.
3.2. Sengketa Pajak Warisan
Takei juga terlibat dalam pertempuran hukum yang rumit terkait dugaan penghindaran pajak warisan dan pajak hadiah. Dalam upaya untuk menghindari pajak yang signifikan, Takei menjual saham Takefuji miliknya ke sebuah perusahaan Belanda yang ia akuisisi sebelumnya. Kemudian, putra sulungnya, Toshiki Takei, yang saat itu tinggal di Hong Kong, mengakuisisi saham perusahaan Belanda tersebut. Metode ini bertujuan untuk membebaskan mereka dari pajak hadiah dan warisan yang besar.
Namun, Otoritas Pajak Nasional Jepang (Kokusei Chō) mengenakan tambahan pajak sebesar 130.00 B JPY atas transaksi tersebut. Tidak terima dengan putusan ini, Toshiki Takei mengajukan gugatan administratif. Ia awalnya memenangkan kasus di Pengadilan Distrik Tokyo, tetapi kemudian kalah di Pengadilan Tinggi Tokyo. Kasus ini berlanjut hingga ke Mahkamah Agung Jepang.
Pada tanggal 18 Februari 2011, Mahkamah Agung mengeluarkan putusan yang membatalkan keputusan Pengadilan Tinggi dan memenangkan Toshiki Takei, menyatakan bahwa "tempat tinggal utama Toshiki Takei tidak dapat dikatakan di Jepang". Putusan ini menjadi keputusan final. Setelah kalah di Pengadilan Tinggi Tokyo dan sebelum mengajukan banding ke Mahkamah Agung, keluarga Takei telah membayar sekitar 158.50 B JPY kepada Otoritas Pajak Nasional, termasuk denda keterlambatan. Akibat pembatalan penetapan pajak oleh Mahkamah Agung, pemerintah Jepang mengembalikan sekitar 200.00 B JPY kepada keluarga Takei, termasuk bunga sebesar 5% sebagai ganti rugi pengembalian dana.
4. Filosofi dan Ideologi
Filosofi dan ideologi Yasuo Takei tercermin dalam ucapan-ucapan khasnya dan pendekatannya terhadap manajemen bisnis.
4.1. Ucapan dan Filosofi Manajemen
Yasuo Takei dikenal dengan beberapa ucapan yang mencerminkan gaya berpikir dan filosofi hidupnya:
- "Bekerjalah tiga kali lebih keras agar bisa bermain tiga kali lebih banyak."
- "Kelompok sayap kanan lemah terhadap Yakuza. Yakuza lemah terhadap polisi. Polisi lemah terhadap kelompok sayap kanan. Gunakan ketiganya dengan cerdik untuk menyelesaikan masalah."
- "Aku ingin pulang. Bawa aku." (Ini adalah kata-kata terakhir Yasuo Takei sebelum meninggal.)
Ucapan-ucapan ini menunjukkan pandangan pragmatis dan strategisnya dalam menghadapi berbagai situasi, serta mungkin sisi lain dari kepribadiannya yang lebih pribadi menjelang akhir hidupnya.
5. Kehidupan Pribadi
Aspek kehidupan pribadi Yasuo Takei sebagian besar terkait dengan keluarganya dan keterlibatan mereka dalam bisnis Takefuji.
5.1. Keluarga
Yasuo Takei memiliki dua putra yang juga terlibat dalam bisnis Takefuji. Putra sulungnya adalah Toshiki Takei, yang pernah menjabat sebagai direktur pelaksana di Takefuji. Putra keduanya adalah Takeaki Takei, yang pernah menjabat sebagai wakil presiden di perusahaan yang sama. Selain itu, mantan menantunya adalah seorang penulis bernama Nozomu Takashima.
6. Kematian
Yasuo Takei meninggal dunia pada tanggal 10 Agustus 2006 di Tokyo pada usia 76 tahun. Penyebab kematiannya adalah gagal hati.
7. Warisan dan Evaluasi
Warisan Yasuo Takei adalah perpaduan kompleks antara kesuksesan bisnis yang fenomenal dan kontroversi etika serta hukum yang serius.
7.1. Evaluasi Positif
Sebagai seorang wirausahawan, Yasuo Takei diakui atas visinya dalam membangun Takefuji dari awal menjadi raksasa di industri keuangan konsumen Jepang. Keberhasilannya dalam mengoperasikan dan memperluas Takefuji menunjukkan kemampuan manajerial dan strategisnya yang luar biasa. Akumulasi kekayaannya yang masif juga menjadi bukti nyata dari kesuksesan finansial dan kontribusinya terhadap ekonomi Jepang, meskipun kontribusi ini sering kali disertai dengan kritik.
7.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun sukses secara finansial, Yasuo Takei dan Takefuji menghadapi kritik keras terkait praktik bisnis mereka. Kasus penyadapan jurnalis dan pencemaran nama baik menyoroti pelanggaran hak privasi dan kebebasan pers, yang sangat merusak reputasi perusahaan dan dirinya. Kasus penghindaran pajak warisan, meskipun akhirnya dimenangkan oleh keluarganya di Mahkamah Agung, tetap menjadi simbol dari upaya untuk menghindari kewajiban pajak yang besar, memicu perdebatan luas tentang etika bisnis dan tanggung jawab sosial korporasi. Kontroversi-kontroversi ini meninggalkan jejak negatif pada warisan Yasuo Takei, mencerminkan adanya ketegangan antara ambisi bisnis dan kepatuhan etika.
8. Dampak
Dampak Yasuo Takei dan Takefuji sangat signifikan terhadap lanskap industri keuangan konsumen di Jepang.
8.1. Dampak pada Industri Keuangan Konsumen
Strategi bisnis agresif Takefuji di bawah kepemimpinan Yasuo Takei membentuk lanskap industri pinjaman konsumen di Jepang. Model bisnis yang difokuskan pada pinjaman cepat dan mudah diakses telah membuka peluang bagi banyak individu yang tidak memiliki akses ke bank tradisional. Meskipun memberikan akses keuangan, praktik-praktik agresif ini juga memicu kekhawatiran dan regulasi yang lebih ketat di kemudian hari. Takefuji, sebagai pemain dominan, memengaruhi cara perusahaan lain beroperasi dan berkontribusi pada evolusi regulasi pinjaman konsumen di Jepang.