1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Yi Jae-gak lahir di Hanseong (sekarang Seoul), Joseon, sebagai anggota Klan Jeonju Yi, klan kekaisaran yang berkuasa.
1.1. Garis Keturunan dan Kelahiran
Yi Jae-gak adalah putra ketiga dari Pangeran Wanpyeong (Yi Seung-ung, 이승응Yi Seung-eungBahasa Korea), yang merupakan cucu dari Putra Mahkota Sado (kemudian diangkat menjadi Jangjo dari Joseon). Kakeknya, Pangeran Punggye (Yi Dang), adalah putra kedua dari Pangeran Euneon dan saudara tiri dari Jeon-gye Daewon-gun. Meskipun Pangeran Punggye adalah putra kedua dari Pangeran Euneon, ia diangkat sebagai putra angkat dari paman tirinya, Pangeran Eunjeon, yang meninggal tanpa keturunan. Ayah Yi Jae-gak, Yi Seung-ung, awalnya adalah keturunan generasi ketujuh dari Pangeran Gyeongchang, putra kesembilan Raja Seonjo. Namun, melalui adopsi ke dalam garis keturunan Pangeran Punggye, Yi Seung-ung menjadi kerabat dekat Kaisar Gojong, menjadikannya sepupu keempat Gojong. Yi Jae-gak lahir pada tanggal 4 April 1874 (tanggal 18 Februari 1874 menurut kalender lunar), meskipun ada juga catatan yang menyebutkan tahun kelahirannya adalah 1873.
1.2. Pendidikan dan Karier Awal
Yi Jae-gak menunjukkan kecerdasan akademis sejak dini. Pada tahun 1891, ia berhasil lulus ujian kesusastraan Gwageo (ujian pegawai negeri sipil Joseon) dalam kategori Byeonggwa. Setahun kemudian, pada tahun 1892, ia kembali lulus ujian khusus Mun-gwa Byeolsi di peringkat ke-42 dalam kategori Byeonggwa. Setelah itu, ia memulai kariernya di pemerintahan dengan menjabat sebagai Biseowonrang (祕書院郞) dan kemudian sebagai Ga Juseo di Seungjeongwon. Pada tanggal 15 Oktober 1895, ia diangkat sebagai Jongcheok Jipsa (宗戚執事), sebuah posisi yang berkaitan dengan urusan keluarga kerajaan. Pada tanggal 12 April 1898, ia bertugas sebagai Daechuk (大祝) dalam upacara Jeonjakrye (奠酌禮) dan Jakheonrye (酌獻禮) di Gyeonghyojeon.
2. Karier di Kekaisaran Korea
Selama periode Kekaisaran Korea, Yi Jae-gak memegang berbagai jabatan penting, baik di bidang sipil, militer, maupun diplomatik, serta terlibat dalam upaya modernisasi negara.
2.1. Jabatan dan Gelar
Pada tanggal 4 Agustus 1899, ia diutus oleh Putra Mahkota untuk menyambut seorang pangeran Jepang yang tiba di perbatasan. Pada tanggal 21 September 1899, ia dianugerahi gelar Uiyang Dojeong (義陽都正). Tak lama kemudian, pada tanggal 17 November 1899, ia secara khusus diberikan gelar tambahan dan diangkat sebagai Pangeran Uiyang (Uiyang-gun, 의양군Uiyang-gunBahasa Korea). Pada tanggal 28 November 1899, ia ditunjuk sebagai Pejabat Khusus Gungnaebu (宮內府特進官).
Pada tanggal 29 Maret 1901, ia diangkat sebagai Daebu Myeongheontaehu-gung dan diberi peringkat Chigimgwan kelas 4. Pada tanggal 6 Juni 1901, ia kembali ditunjuk sebagai Pejabat Khusus Gungnaebu dengan peringkat Chigimgwan kelas 4. Pada tanggal 30 Januari 1903, ia merangkap jabatan sebagai Jejyo Jeonseonsa (典膳司提調). Pada tanggal 2 Januari 1904, ia diangkat sebagai Jongcheok Jipsa, dan kembali pada tanggal 5 November 1904. Pada tanggal 13 Februari 1905, ia ditunjuk sebagai Gyeong Jongjeongwon (宗正院卿) dengan peringkat Chigimgwan kelas 3. Pada tanggal 22 Januari 1907, ia diangkat sebagai Pejabat Khusus Gungnaebu dengan peringkat Chigimgwan kelas 1. Pada tanggal 23 Juli 1908, ia ditunjuk sebagai Jeju Seosagwan untuk Kaisar Cheoljong Janghwangje. Pada tanggal 25 Agustus 1910, ia dinaikkan pangkat menjadi Jong1-pum.
2.2. Misi Diplomatik dan Perjalanan Luar Negeri
Yi Jae-gak memiliki peran penting dalam diplomasi Kekaisaran Korea. Pada tanggal 30 Januari 1902, ia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa untuk Britania Raya. Ia memimpin delegasi yang terdiri dari Duta Besar Luar Biasa untuk Britania Raya, Yi Jong-eung, Kepala Seksi Penerjemahan Kantor Upacara Go Hui-gyeong, dan Chamrigwan Kim Jo-hyeon, untuk menghadiri upacara penobatan Edward VII sebagai Raja Britania Raya di London.
Perjalanan ini dimulai pada tanggal 17 April 1902 dari Hanyang (Seoul), dan delegasi tiba di Vancouver, Kanada, pada tanggal 14 Mei 1902. Dari Vancouver, mereka melanjutkan perjalanan dengan kereta api dan tiba di Toronto pada tanggal 20 Mei 1902. Selama di Kanada, dengan pertimbangan dari keluarga kerajaan Inggris, Yi Jae-gak dan delegasinya berkesempatan mengunjungi Air Terjun Niagara, menjadikannya orang Korea pertama yang diketahui mengunjungi tempat tersebut. Yi Jong-eung bahkan menulis sebuah puisi untuk mengenang kunjungan mereka ke Air Terjun Niagara. Rincian perjalanan ini, yang sempat terlupakan setelah tahun 1910, baru terungkap ke publik pada tanggal 11 April 1994, ketika cucu dan cicit Yi Jong-eung mempublikasikan catatan perjalanan yang telah disimpan keluarga mereka.
Setelah kembali ke Korea, Yi Jae-gak melaporkan perjalanannya kepada Kaisar Gojong, menceritakan pengalamannya di Air Terjun Niagara, Laut Merah, dan Sri Lanka. Pada tanggal 16 Maret 1905, ia kembali diutus sebagai Duta Besar Khusus untuk Jepang sebagai bagian dari delegasi perayaan kemenangan Perang Rusia-Jepang, dan ia tinggal di Jepang selama satu bulan.
2.3. Peran sebagai Presiden Palang Merah Korea
Yi Jae-gak memainkan peran sentral dalam pendirian dan pengembangan Palang Merah Korea. Pada tanggal 24 Juli 1905, ia diangkat sebagai Presiden pertama Palang Merah Korea. Namun, pada tanggal 12 Juli 1906, ia diberhentikan dari jabatannya dan digantikan oleh Pangeran Uichin (Yi Kang). Meskipun demikian, pada tanggal 18 Januari 1907, ia kembali ditunjuk sebagai pelaksana tugas Presiden Palang Merah Korea, dan pada tanggal 24 April 1907, ia secara resmi diangkat kembali sebagai Presiden Palang Merah Korea untuk periode ketiga. Ia menjabat hingga tanggal 2 Oktober 1910, ketika Palang Merah Korea dibubarkan setelah aneksasi Korea oleh Jepang.
2.4. Jabatan Militer dan Sipil Lainnya
Selain peran diplomatik dan sipilnya, Yi Jae-gak juga berkontribusi pada modernisasi militer Kekaisaran Korea. Pada tanggal 22 September 1904, ia diangkat sebagai Direktur Biro Artileri di Kementerian Militer (Gunbu Pogong Gukjang), dengan peringkat Juimgwan kelas 1, yang menunjukkan keterlibatannya dalam upaya modernisasi angkatan bersenjata. Pada tanggal 19 April 1907, ia diangkat sebagai Mayor Jenderal Angkatan Darat (Yukgun Chamjang). Pada tahun 1908, ia diangkat sebagai ketua Sangong Geunmusa (商工勤務社), sebuah organisasi swasta yang berfokus pada industri dan perdagangan. Pada tanggal 5 Januari 1909, ia mendampingi Kaisar Sunjong dalam perjalanan kenegaraan ke wilayah selatan Korea, termasuk Daegu, Busan, dan Masan.

3. Aktivitas Selama Periode Kolonial Jepang
Setelah aneksasi Korea oleh Jepang, Yi Jae-gak menerima gelar kebangsawanan dan kompensasi finansial dari pemerintah Jepang, serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh administrasi kolonial. Tindakan-tindakan ini kemudian menjadi dasar evaluasi kritis terhadapnya sebagai kolaborator pro-Jepang.
3.1. Pemberian Gelar Bangsawan dan Kompensasi
Setelah Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea ditandatangani pada tanggal 29 Agustus 1910, Yi Jae-gak menerima gelar Marquis (侯爵) dari pemerintah Jepang pada tanggal 16 Oktober 1910, berdasarkan Ordonansi Bangsawan Joseon (朝鮮貴族令). Sebagai imbalan atas "jasa-jasanya" dalam aneksasi, ia juga menerima kompensasi finansial berupa obligasi publik senilai 168.00 K KRW pada tahun 1911. Selain itu, pemerintah Jepang juga memberikan perlakuan khusus kepadanya, termasuk seragam dan pengawal militer, setara dengan seorang mayor jenderal Angkatan Darat Jepang. Pada tanggal 1 Agustus 1912, ia menerima dekorasi dari pemerintah Jepang atas perannya dalam kolonisasi Korea.
3.2. Kegiatan di Bawah Kekuasaan Jepang
Selama periode kolonial Jepang, Yi Jae-gak terus aktif dalam berbagai upacara dan kegiatan yang diselenggarakan oleh administrasi kolonial. Pada tanggal 20 Juli 1911, ia kembali ditunjuk sebagai Jongcheok Jipsa. Pada tanggal 10 Agustus 1911, ia diangkat sebagai Hyanggwan (享官) di Deokangung (徳安宮). Pada tanggal 22 Oktober 1911, ia melakukan Bongsim (奉審) terpisah di Seonwonjeon.
Ia juga berpartisipasi dalam upacara peringatan hari lahir raja-raja Joseon:
- Pada tanggal 7 September 1914, ia melakukan Bongsim di Seonwonjeon untuk hari lahir Raja Heonjong.
- Pada tanggal 16 November 1914, ia melakukan Bongsim di Seonwonjeon untuk hari lahir Raja Yeongjo.
- Pada tanggal 30 Oktober 1915, ia melakukan Bongsim di Seonwonjeon untuk hari lahir Raja Jeongjo.
- Pada tanggal 6 September 1916, ia melakukan Bongsim di Seonwonjeon untuk hari lahir Raja Munjo.
Pada tanggal 15 September 1917, atas perintah Kaisar Gojong, ia memimpin upacara Jakheonrye (酌獻禮) di Inneung untuk memperingati Gisin (忌辰) Permaisuri Sunwon-suk (純元肅皇后), istri Raja Sunjo. Pada tanggal 22 Januari 1919, ia diangkat sebagai Hyangwon (享員) di Suryeung dan kembali sebagai Jongcheok Jipsa. Pada tahun 1924, ia dianugerahi peringkat Jong3-wi.
Setelah kematian Kaisar Sunjong pada tahun 1926, Yi Jae-gak kembali diangkat sebagai Jongcheok Jipsa pada tanggal 26 April 1926. Ia juga berpartisipasi dalam Sanneung Dogam dan Binjeon Dogam (komite yang mengurus pemakaman dan pemindahan makam kekaisaran) bersama Yi Jae-gon dan Yi Dal-yong. Pada tanggal 10 Mei 1926, ia ditunjuk sebagai Jongcheok Jipsa untuk upacara Cheonreungsi (pemindahan makam kekaisaran). Ia juga turut serta dalam upacara pemakaman kenegaraan Kaisar Gojong.
4. Penghargaan dan Tanda Jasa
Yi Jae-gak menerima berbagai penghargaan dan tanda jasa dari Kekaisaran Korea maupun Kekaisaran Jepang, mencerminkan posisinya yang tinggi di kedua era tersebut.
4.1. Penghargaan dari Kekaisaran Korea
- Ordo Taegeuk (勳一等太極章): Dianugerahkan pada tanggal 12 April 1904, dengan peringkat Hunnil-deung (勳一等).
- Ordo Bunga Plum (大勳李花大綏章): Dianugerahkan pada tanggal 19 Maret 1905, sebagai penghargaan atas karier diplomatiknya.
- Ordo Bintang Keberuntungan (瑞星大勳章): Dianugerahkan pada tanggal 21 Januari 1907.
- Ordo Penguasa Emas (金尺大綏章): Dianugerahkan pada tanggal 27 Agustus 1910, merupakan salah satu penghargaan tertinggi di Kekaisaran Korea.
- Ordo Seobong (瑞鳳章): Dianugerahkan kepada istrinya, Jeongbuin Yu-ssi, pada tanggal 27 Agustus 1909, dengan peringkat Hunnil-deung.
4.2. Penghargaan dari Kekaisaran Jepang
- Ordo Bunga Paulownia (旭日桐花大綬章): Dianugerahkan pada tanggal 1 April 1905, saat ia berada di Jepang untuk merayakan kemenangan Perang Rusia-Jepang.
- Medali Peringatan Kunjungan Putra Mahkota ke Korea (皇太子渡韓記念章): Dianugerahkan pada tanggal 18 April 1909.
- Medali Peringatan Upacara Agung (大礼記念章): Dianugerahkan pada tanggal 10 November 1915.
- Pangkat Shōsanmi (正三位): Dianugerahkan pada tanggal 16 Januari 1931.
5. Kehidupan Pribadi dan Keluarga
Yi Jae-gak memiliki kehidupan keluarga yang tercatat dalam sejarah.
5.1. Hubungan Keluarga
Yi Jae-gak memiliki dua istri. Salah satunya adalah Jeongbuin Yu-ssi (貞夫人 柳氏), yang lahir pada tanggal 29 September 1871 dan merupakan putri dari Yu Deok-su. Istri lainnya tidak disebutkan namanya dalam catatan. Dari pernikahannya, Yi Jae-gak memiliki seorang putra bernama Yi Deok-yong (이덕용Yi Deok-yongBahasa Korea), yang lahir pada tanggal 4 April 1923 dan meninggal pada tanggal 16 September 1952.
Yi Jae-gak juga memiliki beberapa saudara kandung:
- Kakak laki-laki: Pangeran Inyang (Yi Jae-geun, 이재근Yi Jae-geunBahasa Korea, 1857-1896).
- Kakak laki-laki: Yi Jae-hyeon (이재현Yi Jae-hyeonBahasa Korea, lahir 1870-an), yang kemudian diadopsi ke dalam keluarga paman dari pihak ayah, Yi Nak-eung.
- Adik laki-laki: Yeyangjeong (Yi Jae-gyu, 이재규Yi Jae-gyuBahasa Korea, lahir 1877-an).
6. Kematian dan Evaluasi Pasca-Kematian
Kehidupan Yi Jae-gak berakhir pada tahun 1935, dan setelah kematiannya, ia menjadi subjek evaluasi sejarah yang kritis, terutama terkait dengan perannya sebagai kolaborator pro-Jepang.
6.1. Kematian
Yi Jae-gak meninggal pada tanggal 11 Mei 1935, di Keijō (sekarang Seoul), pada usia 62 tahun.
6.2. Evaluasi Sejarah dan Aktivitas Pro-Jepang
Setelah kematiannya, Yi Jae-gak secara konsisten dimasukkan dalam berbagai daftar kolaborator pro-Jepang di Korea. Pada tahun 2002, ia tercantum dalam "Daftar 708 Tokoh Pro-Jepang" yang diterbitkan. Kemudian, pada tahun 2005, ia termasuk dalam daftar awal "Calon Tokoh yang Akan Dimasukkan dalam Kamus Tokoh Pro-Jepang" yang disusun oleh Institut Masalah Nasional Korea (Minjokmunje Yeonguso). Komite Investigasi Kebenaran untuk Tindakan Anti-Nasional Pro-Jepang (PCIC) juga memasukkannya dalam "Daftar 195 Tokoh yang Melakukan Tindakan Anti-Nasional Pro-Jepang" yang dirilis pada tahun 2007. Putranya, Yi Deok-yong, yang mewarisi gelar Marquis, juga termasuk dalam daftar tokoh pro-Jepang.
Sebuah laporan pada tahun 1960 menyebutkan bahwa keluarga Yi Jae-gak hidup mewah di Gyeongseongbu (Seoul) selama pendudukan Jepang, namun setelah pembebasan Korea, garis keturunan mereka terputus. Villa milik Yi Jae-gak yang terletak di Samcheong-dong 130, Seoul, hancur selama Perang Korea. Evaluasi sejarah terhadap Yi Jae-gak secara kritis menyoroti tindakannya yang berkolaborasi dengan kekuasaan kolonial Jepang, yang berdampak negatif terhadap kedaulatan dan martabat bangsa Korea.