1. Kehidupan dan Latar Belakang
Bagian ini menguraikan detail mengenai kelahiran, masa kecil, latar belakang keluarga, dan perjalanan pendidikannya.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Sasakawa Yohei lahir pada 8 Januari 1939. Saat serangan udara Tokyo pada tahun 1945, di usia 6 tahun, ia dan ibunya (yang bermarga Ogawa) secara ajaib selamat dengan menjauhi Sungai Sumida, tidak seperti sebagian besar tetangga mereka. Ia memperoleh gelarnya dari Fakultas Ilmu Politik dan Ekonomi Universitas Meiji. Ayahnya, Sasakawa Ryōichi, seorang pengusaha, politikus, dan filantropis, memiliki pengaruh besar dalam hidupnya. Rumah mereka sering disebut "Sasakawa Ryokan" (Penginapan Sasakawa) karena banyaknya tamu. Filosofi pendidikan ayahnya adalah "Tidak perlu belajar, saya akan mengajarimu tentang masyarakat," yang mengharuskan Yohei melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan, mencuci, dan menyemir sepatu dari pagi hari, serta berbelanja, memasak, dan membersihkan kamar mandi hingga larut malam. Yohei memandang ayahnya sebagai seorang mentor dan tidak pernah menentang ajarannya.
1.2. Hubungan Keluarga
Sasakawa Yohei adalah putra dari Sasakawa Ryōichi. Kakak laki-lakinya adalah Sasakawa Takashi, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat Liberal. Keponakannya adalah Sasakawa Hiroyoshi. Ia memiliki empat putra: Takao (lahir 23 November 1972), Junpei (lahir 28 Februari 1975), Kohei (lahir 17 Agustus 1976), dan Shohei (lahir 2 September 1980).
2. Karier dan Kepemimpinan
Bagian ini menguraikan perjalanan karier profesionalnya, peran kepemimpinannya, dan jabatan-jabatan penting yang pernah dipegangnya, khususnya di The Nippon Foundation.
2.1. Ketua The Nippon Foundation
Setelah menjabat sebagai ketua Asosiasi Balap Perahu Motor Jepang dan direktur Yayasan Jepang untuk Kemajuan Pembuatan Kapal (sekarang Yayasan Penelitian Kebijakan Kelautan), Sasakawa Yohei diangkat sebagai presiden The Nippon Foundation pada tahun 1989. Pada Juli 2005, ia ditunjuk sebagai ketua, menggantikan Sono Ayako. Ia dikenal sebagai seorang wirausahawan sosial yang diakui atas perencanaan dan kepemimpinannya. Sasakawa percaya bahwa masalah modern menuntut solusi kolaboratif, dan ia telah membangun jaringan luas yang mencakup sektor politik, pemerintahan, akademis, dan swasta. Ia menganjurkan pengungkapan informasi oleh kelompok-kelompok kepentingan publik dan memelihara blog harian tentang kegiatannya. Di bawah kepemimpinannya, upaya pengungkapan informasi The Nippon Foundation telah mendapat pujian tinggi di tengah reformasi pemerintah di bidang kepentingan publik. Selain itu, ia juga mempromosikan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan mengadvokasi integrasi pemerintah nasional dan lokal, organisasi nirlaba, serta upaya CSR perusahaan untuk menciptakan kebaikan bersama dalam masyarakat.
2.2. Jabatan Utama Lainnya
Sasakawa Yohei memegang beberapa peran kunci lainnya di samping posisinya di The Nippon Foundation:
- Duta Besar Niat Baik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Pemberantasan Kusta (sejak Mei 2001).
- Duta Besar Jepang untuk Hak Asasi Manusia bagi Orang yang Terkena Kusta (sejak 2007).
- Duta Besar Niat Baik untuk Kesejahteraan Ras Nasional di Myanmar (ditunjuk oleh Menteri Luar Negeri Jepang, sejak 2012).
- Utusan Khusus Pemerintah Jepang untuk Rekonsiliasi Nasional di Myanmar (ditunjuk Februari 2013).
- Ketua Kehormatan The Sasakawa Peace Foundation.
- Penasihat The Tokyo Foundation.
- Penasihat The Sasakawa Japan-China Friendship Fund.
- Wali Amanat Yayasan Franco-Japonaise Sasakawa, United States-Japan Foundation, Scandinavia-Japan Sasakawa Foundation, dan The Great Britain Sasakawa Foundation.
3. Aktivitas dan Prestasi Utama
Bagian ini merinci aktivitas dan pencapaiannya yang paling signifikan dan berdampak di berbagai bidang.
3.1. Upaya Pemberantasan Kusta
Pemberantasan kusta adalah misi pribadi Sasakawa, yang diwarisi dari ayahnya. Pada tahun 1965, ia menemani ayahnya mengunjungi fasilitas perawatan kusta di Korea Selatan, dan keterkejutannya saat melihat langsung diskriminasi yang dihadapi oleh orang-orang yang terkena kusta meyakinkannya akan perlunya pengendalian kusta, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatannya sendiri. Ia berupaya memajukan dialog antara orang-orang yang terkena kusta, pemimpin pemerintah, media, dan pihak lain di banyak negara, dengan fokus khusus pada tempat-tempat di mana penyakit ini endemik. Ia berfokus pada promosi pemahaman yang akurat tentang penyakit ini, khususnya fakta bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.
Pada tahun 1990-an, Sasakawa bekerja untuk mempromosikan distribusi terapi multidrug (MDT) sebagai sarana pengendalian kusta. Namun, menyadari bahwa orang-orang yang terkena kusta, bahkan keluarga mereka, terus menghadapi diskriminasi di bidang-bidang seperti pekerjaan dan pendidikan bahkan setelah mereka sembuh, ia menganjurkan agar kusta didekati bukan hanya sebagai masalah medis tetapi sebagai masalah sosial yang melibatkan masalah hak asasi manusia.
Pada Juli 2003, ia mengunjungi Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, berupaya membawa masalah ini ke hadapan Komite Hak Asasi Manusia PBB (sekarang Dewan Hak Asasi Manusia PBB). Selanjutnya, pada Maret 2004, ia mengangkat masalah ini pada sesi pleno Komisi. Sebagai hasilnya, pada Agustus 2004, Sub-Komisi Promosi dan Perlindungan Hak Asasi Manusia memulai studi untuk secara resmi mengatasi kusta dan isu-isu diskriminasi terkait sebagai masalah hak asasi manusia, akhirnya dengan suara bulat menyetujui resolusi yang menyerukan pemerintah nasional, organisasi terkait kusta, dan lembaga PBB untuk meningkatkan keadaan saat ini.
Sejak itu, Sasakawa terus berupaya menyelesaikan aspek sosial kusta dengan mendirikan Sasakawa-India Leprosy Foundation pada tahun 2006 untuk membantu kemandirian orang-orang yang terkena penyakit ini. Yayasan ini juga mengumpulkan dana dari kalangan bisnis India. Pada tahun 2006, ia meluncurkan Seruan Global untuk Mengakhiri Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang yang Terkena Kusta. Pada tahun 2010, ia membantu pemerintah Jepang dalam mengajukan resolusi tentang "penghapusan diskriminasi terhadap orang yang terkena kusta dan anggota keluarga mereka" bersama dengan "Prinsip dan Pedoman" yang menyertainya kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Resolusi tersebut kemudian diadopsi oleh Majelis Umum PBB. Pada tahun 2012, ia memulai serangkaian simposium internasional regional tentang kusta dan hak asasi manusia untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan implementasi resolusi PBB. Simposium pertama diadakan di Rio de Janeiro, Brasil, diikuti oleh simposium di New Delhi (2012), Addis Ababa, Ethiopia (2013), Rabat, Maroko (2014), dan diakhiri dengan simposium terakhir di Jenewa (2015) yang menggabungkan laporan penelitian dan rekomendasi oleh Kelompok Kerja Internasional. Pada Juni 2016, ia bersama-sama menyelenggarakan Simposium Internasional tentang Kusta dan Hak Asasi Manusia di Vatikan dengan Dewan Kepausan untuk Pekerja Perawatan Kesehatan dan Yayasan Samaria Baik. Simposium tersebut mengadopsi Kesimpulan dan Rekomendasi yang menyerukan diakhirinya stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang terkena kusta. Pada tahun 2018, ia meluncurkan Seruan Global ke-13 untuk mengakhiri stigma dan diskriminasi terhadap orang yang terkena kusta dari New Delhi, India, yang didukung oleh Disabled Peoples' International. Ia juga mengadakan Konferensi Kusta Nasional di Myanmar, yang dihadiri oleh Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, menyerukan diakhirinya diskriminasi terhadap orang yang terkena kusta.
3.2. Kebijakan dan Aktivitas Maritim
Sasakawa juga aktif dalam bidang isu-isu maritim. Ia telah mengusulkan pembentukan dana baru di mana pengguna akan secara sukarela berkontribusi pada biaya yang terlibat dalam mengamankan keselamatan maritim di Selat Malaka, salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Ia bermaksud untuk membalikkan gagasan tradisional bahwa penggunaan semua jalur laut harus bebas biaya. Selain itu, ia memajukan inisiatif baru untuk mengatasi isu-isu maritim di Jepang, termasuk pembentukan Undang-Undang Kelautan Dasar pertama di negara itu pada tahun 2007, di mana ia memainkan peran sentral dalam penyusunannya. Sasakawa juga mendirikan Program Beasiswa PBB - Nippon Foundation pada tahun 2004 untuk berkontribusi pada pembangunan generasi baru pemimpin dan profesional kelautan.
Pada tahun 2016, ia meluncurkan Seabed 2030, sebuah inisiatif untuk memetakan dasar laut dunia pada tahun 2030. Ia juga mendirikan The Nippon Foundation Ocean Innovation Consortium, sebuah inisiatif nasional yang melibatkan sektor industri, akademis, publik, dan swasta dengan tujuan membangun kapasitas manusia dalam pengembangan lepas pantai. Pada tahun 2017, pada pertemuan pleno Konferensi Kelautan PBB, ia mengusulkan agar PBB membentuk panel antar pemerintah untuk tata kelola kelautan yang komprehensif. Pada tahun 2015, ia meluncurkan Program Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Maritim (MSP), salah satu dari sedikit program yang menawarkan gelar master di bidang ini. Upaya bersama dengan JICA, GRIPS, dan Penjaga Pantai Jepang ini mendidik para spesialis di bidang keselamatan dan keamanan maritim di Asia. Pada tahun 2000, ia membangun jaringan internasional universitas maritim. Pada tahun 1967, ia memberikan dukungan untuk program keselamatan navigasi di Selat Malaka-Singapura.
3.3. Bantuan Internasional dan Kewirausahaan Sosial
Kegiatan bantuan internasional Sasakawa berfokus pada tiga bidang penting bagi kehidupan: ketahanan pangan, layanan kesehatan, dan pendidikan. Proyek-proyek utamanya meliputi:
- Pemeriksaan medis untuk 200000 anak-anak yang menjadi korban kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl selama 10 tahun.
- Pembentukan sistem di mana pengguna akan membayar untuk dukungan navigasi yang aman melalui Selat Malaka.
- Pembentukan jaringan beasiswa global dari 69 universitas di seluruh dunia, melalui Sasakawa Young Leaders Fellowship Fund (SYLFF) yang dimulai pada tahun 1987.
- Pembentukan program untuk membawa 2000 dokter Tiongkok ke Jepang untuk pelatihan, dimulai pada tahun 1987.
- Pengembangan jalur laut Arktik yang dapat digunakan sepanjang tahun melalui program penelitian bersama internasional yang ia pimpin pada tahun 1993.
- Program Sasakawa Global 2000, yang dimulai pada tahun 1986, untuk memungkinkan negara-negara Afrika mencapai swasembada dalam produksi tanaman pokok, bekerja sama dengan mantan Presiden AS Jimmy Carter dan Dr. Norman Borlaug.
- Mengawasi Forum 2000 bersama mantan Presiden Ceko Václav Havel selama 11 tahun, yang mempertemukan para ahli dan individu terkemuka dari seluruh dunia untuk membahas isu-isu global.
- Pada tahun 1999, memberikan bantuan medis pediatri kepada korban Bencana Chernobyl.
- Pada tahun 2009, meluncurkan Proyek Sekretariat ASEAN - The Nippon Foundation tentang Kusta dan Martabat Manusia.
- Pada tahun 2004, meluncurkan Proyek Pengobatan Tradisional di Mongolia.
3.4. Kontribusi Sosial Domestik
Kegiatan bantuan Sasakawa di Jepang berfokus pada bidang-bidang yang tidak ditangani oleh kebijakan pemerintah. Ini termasuk:
- Pengembangan organisasi non-pemerintah (LSM) dan kegiatan sukarela di negara itu.
- Peningkatan layanan bagi warga lanjut usia dan penyandang disabilitas, termasuk sumbangan 20000 kendaraan perawatan untuk organisasi kesejahteraan sosial di seluruh Jepang.
- Pelatihan perawat hospis.
- Pembangunan jaringan untuk mendukung korban kejahatan.
- Peran sentral dalam menyelenggarakan Maraton Tokyo.
- Publikasi operasi kapal mata-mata Korea Utara.
- Pendirian The Nippon Foundation Paralympic Support Center pada tahun 2015 untuk memperkuat fungsi federasi olahraga para nasional dan meningkatkan kesadaran publik tentang gerakan paralimpik, menuju Paralimpiade Tokyo 2020 dan seterusnya. Pada tahun 2018, The Nippon Foundation Para Arena dibuka di Odaiba, Tokyo, sebagai gimnasium khusus olahraga para.
- Proyek "Tooth Fairy", yang dimulai pada tahun 2009 bekerja sama dengan Asosiasi Dokter Gigi Jepang, di mana logam gigi yang tidak terpakai (seperti gigi emas) didaur ulang untuk mendanai pembangunan sekolah di Myanmar dan bangsal kanker anak.
- Ia juga meminta Akie Abe, istri mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, untuk menjadi ketua Yayasan Dukungan Kontribusi Sosial, afiliasi The Nippon Foundation.
3.5. Dukungan Perdamaian dan Rekonstruksi Myanmar
Sasakawa telah terlibat secara mendalam dalam urusan Myanmar. Sejak 2012, ia menjabat sebagai Duta Besar Niat Baik Jepang untuk Kesejahteraan Ras Nasional di Myanmar. Pada Februari 2013, ia diangkat sebagai Utusan Khusus Pemerintah Jepang untuk Rekonsiliasi Nasional di Myanmar, memfasilitasi dialog antara pemerintah dan organisasi bersenjata etnis atas permintaan mereka.
Ia telah mendukung pembangunan sekolah di daerah terpencil sejak tahun 2002, membangun 300 sekolah di Negara Bagian Shan, 100 sekolah di Negara Bagian Rakhine, dan 60 sekolah di Wilayah Ayeyarwady pada tahun 2018. Ia juga merencanakan pembangunan 200 sekolah di Negara Bagian Rakhine. Pada tahun 2015, ia menjadi saksi penandatanganan Perjanjian Gencatan Senjata Nasional (NCA) Myanmar antara pemerintah dan delapan organisasi bersenjata etnis sebagai Utusan Khusus Jepang. Jepang adalah satu-satunya negara non-tetangga yang diundang ke upacara penandatanganan ini dan berjanji untuk terus mendukung proses perdamaian. Pada tahun 2018, ia kembali menjadi saksi penandatanganan NCA dengan dua organisasi bersenjata etnis lainnya.
Pada tahun 2012, ia memimpin distribusi 3.00 M USD makanan dan obat-obatan kepada orang-orang yang terkena dampak konflik di daerah-daerah yang tidak dapat diakses di Myanmar yang berada di bawah pengaruh organisasi bersenjata etnis. Pada tahun 2016, ia menyelesaikan program lima tahun yang menyediakan makanan dan bantuan kemanusiaan kepada sekitar 500000 orang di daerah-daerah yang dilanda konflik. Juga pada tahun 2016, ia meluncurkan Program Rehabilitasi, dengan dukungan dari Kementerian Luar Negeri Jepang, untuk membangun rumah, sekolah, dan klinik kesehatan bagi orang-orang yang terkena dampak konflik di Myanmar. Program ini mencakup wilayah di bawah pengaruh kelompok bersenjata etnis yang menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata Nasional pada tahun 2015. Program rehabilitasi kedua dimulai di Negara Bagian Kayin dan Mon.
Ia mempertahankan hubungan baik dengan para pemimpin militer, termasuk Presiden Than Shwe (saat itu) dan Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing. Ia bertemu Aung San Suu Kyi pada tahun 2011 untuk menyerahkan surat dari Václav Havel dan bertemu Presiden Thein Sein pada tahun 2012. Setelah kudeta tahun 2021 oleh Min Aung Hlaing, Sasakawa terus bertemu dengan pemimpin militer tersebut pada November 2021. Meskipun beberapa media memandang upayanya sebagai navigasi positif dalam situasi yang kompleks, yang lain mengkritik ambiguitas perannya (pribadi, yayasan, atau perwakilan pemerintah) dan implikasinya terhadap hak asasi manusia, terutama karena perusahaan-perusahaan Jepang menarik diri dari usaha yang terkait dengan militer karena tekanan internasional.
3.6. Dukungan Pemulihan Bencana Gempa bumi Jepang Timur Besar
Setelah Gempa bumi dan Tsunami Besar Jepang Timur pada 11 Maret 2011, Sasakawa secara pribadi memimpin upaya bantuan The Nippon Foundation. Mereka mendirikan pusat dukungan bencana di Ishinomaki, Prefektur Miyagi, mengoordinasikan dan membantu hampir 700 kelompok sukarelawan. Mereka menyediakan hingga 1.00 M JPY dana kegiatan untuk LSM dan kelompok sukarelawan. Pada 4 April, ia secara pribadi mengunjungi Ishinomaki dan Onagawa, Prefektur Miyagi, mendistribusikan 50.00 K JPY dalam bentuk uang duka dan bantuan per orang kepada keluarga korban meninggal dan hilang. Sejak pertengahan April, tim sukarelawan mahasiswa diorganisir dan dikirim, dengan lebih dari 5000 peserta hingga saat ini. Mereka mendukung 22 stasiun radio FM bencana dan mendistribusikan 42000 radio. Upaya-upaya ini dibangun di atas 28 pengalaman dukungan sukarelawan bencana sebelumnya sejak Gempa bumi Besar Hanshin pada tahun 1995.
Pada Juni 2011, The Nippon Foundation bermitra dengan Philip Morris Japan untuk meluncurkan "Doorway to Smiles," sebuah proyek yang mendukung anak-anak yang terkena dampak bencana, dengan kontribusi awal sebesar 30.00 M JPY dari Philip Morris. Sasakawa mengakui potensi kritik karena menerima dana dari perusahaan tembakau tetapi menyatakan bahwa semua niat baik untuk korban bencana akan diterima. Pada November 2012, sebagai hasil dari proyek ini, "Ishinomaki Cafe ' '" dibuka di lantai pertama Balai Kota Ishinomaki, dirancang oleh 50 siswa sekolah menengah yang direkrut melalui undangan publik. Mereka juga mengadakan simposium di mana para ahli terkemuka dunia membahas risiko radiasi dan kesehatan di Fukushima. Selain itu, ia memulai Dialog Tokyo-Washington untuk mengembangkan proposal kebijakan bilateral.
3.7. Kontribusi Budaya dan Sosial Lainnya
Sasakawa mengusulkan dukungan The Nippon Foundation untuk Yayasan Musik Jepang dalam mengumpulkan alat musik gesek kelas dunia (Stradivarius dan Guarneri del Gesù) sejak tahun 1994, yang dipinjamkan secara gratis kepada para pemain top dan musisi muda yang menjanjikan. Koleksi ini mencakup 19 Stradivarius dan 2 Guarneri del Gesù. Pada Juni 2011, ia memutuskan untuk menjual Stradivarius "Lady Blunt", salah satu yang terbaik dalam koleksi mereka, untuk bantuan gempa bumi. Alat musik ini dilelang seharga 15.89 M USD (sekitar 1.27 B JPY pada saat itu), harga tertinggi yang pernah ada untuk Stradivarius di rumah lelang tersebut. Seluruh jumlah dialokasikan ke "Dana Dukungan Pemulihan Budaya Tradisional Gempa Bumi Besar Jepang Timur" di dalam yayasan, yang digunakan untuk seni tradisional dan peralatan festival di daerah yang terkena dampak.
Dalam kolom Sankei Shimbun pada 23 Februari 2010, ia menganjurkan pembangunan kembali Istana Edo sebagai simbol pariwisata dan kebanggaan nasional Jepang, membandingkannya dengan Istana Versailles atau Istana Buckingham. Ia melihatnya sebagai cara untuk menegaskan kembali identitas Jepang dan membawa kecerahan bagi bangsa. Ia memicu perdebatan pada tahun 2008 dengan mengusulkan harga tembakau sebesar 1.00 K JPY per bungkus, dengan alasan bahwa hal itu akan menyebabkan lebih dari 90% perokok berhenti, menguntungkan kesehatan, pencegahan kebakaran, dan pengembangan pemuda. Proposal ini dicatat dalam "Gendai Yogo no Kiso Chishiki 2009."
3.8. Hubungan dengan Tiongkok
Sasakawa memiliki sejarah panjang keterlibatan dengan Tiongkok. Ia mendirikan Program Beasiswa Medis Sasakawa pada tahun 1987 untuk melatih 2000 dokter medis Tiongkok, yang merayakan ulang tahun ke-30 pada tahun 2016 dengan sekitar 2200 penerima beasiswa. Ia mendukung pendidikan dan penelitian dengan menyumbangkan buku-buku berbahasa Jepang ke universitas-universitas Tiongkok. Sasakawa Young Leaders Fellowship Fund (SYLFF) didirikan di 10 universitas Tiongkok. Sasakawa China-Japan Friendship Fund, yang didirikan pada tahun 1989 dengan ukuran dana sebesar 10.10 B JPY, adalah dana pertukaran swasta terbesar antara Jepang dan Tiongkok. Dana ini dibentuk untuk menjaga hubungan tingkat swasta selama isolasi internasional Tiongkok setelah insiden Tiananmen.
Ia telah bertemu dengan para pemimpin Tiongkok terkemuka, termasuk Deng Xiaoping (1985), Hu Yaobang (1986), Yang Shangkun (1990), Zhu Rongji (1997), dan Hu Jintao (1994, ketika Hu adalah anggota Komite Tetap Politbiro). Ia secara konsisten menyatakan pandangannya secara terus terang kepada para pemimpin ini, sebagaimana tercermin dalam bukunya "Two Thousand Years of History as a Mirror" dan pidato tahun 2005 di Universitas Nanjing, di mana ia membahas latar belakang sejarah, peran, dan hubungan masa depan yang ideal tanpa kompromi.
Pada tahun 2004, ketika Universitas Lanzhou salah mengelola dana SYLFF sebesar 1.00 M USD (sekitar 120.00 M JPY pada saat itu), ia segera mengirim surat kepada Hu Jintao dan Duta Besar Wang Yi (saat itu), meminta penjelasan dan kerja sama dari pemerintah Tiongkok untuk memulihkan dana beasiswa. Ia juga mengadakan konferensi pers. Pada November 2006, ia menerima surat dari Duta Besar Wang yang mengonfirmasi jaminan Kementerian Pendidikan bahwa seluruh jumlah akan dipulihkan, yang kemudian dikonfirmasi oleh universitas.
3.9. Pengelolaan Bisnis Balap Perahu
Pada tahun 1981, Sasakawa menjadi Wakil Ketua Asosiasi Balap Perahu Motor Nasional (sekarang Asosiasi Balap Perahu Motor Jepang). Ia menerapkan berbagai langkah untuk meningkatkan penjualan, termasuk memperkenalkan taruhan telepon pada tahun 1985 dan membuka "Boat Race Stadiums" (fasilitas taruhan di luar jalur khusus) pada tahun 1986. Pada tahun 1994, ia menjadi ketua asosiasi tersebut. Ia menyadari kebutuhan akan balapan malam sejak dini, melakukan eksperimen di Stadion Balap Perahu Hamanako pada tahun 1984. Meskipun olahraga publik lainnya (balap kuda, balap mobil) memperkenalkan balapan malam terlebih dahulu, acara balap perahu malam pertama diadakan di Stadion Balap Perahu Kiryu pada tahun 1997.
Pada tahun 2000, ia menjadi ketua kehormatan. Pada Oktober tahun yang sama, sistem taruhan trifecta pertama dalam olahraga publik, di bawah arahan Sasakawa, diluncurkan di Stadion Balap Perahu Suminoe, yang kemudian diikuti oleh balap kuda dan balap sepeda. Meskipun penjualan balap perahu terus menurun sejak puncaknya pada tahun 1991 sebesar 2.20 T JPY karena runtuhnya ekonomi gelembung, ia telah memperkenalkan kebijakan inovatif untuk mempersiapkan masa-masa sulit. Ia memprakarsai hadiah pemenang sebesar 100.00 M JPY untuk balapan SG Grand Prix pada Desember 1997 untuk meningkatkan daya tarik dan status olahraga tersebut, yang merupakan hadiah uang tertinggi dalam olahraga profesional pada saat itu. Pada Maret 2009, ia pensiun sebagai ketua kehormatan. Pada Maret 2002, ia membuat keputusan langka di dunia olahraga untuk mengizinkan seorang atlet wanita dengan gangguan identitas gender, Chinatsu Ando, untuk mendaftar dan berkompetisi sebagai pemain pria. Keputusan ini dipuji oleh para ahli karena pertimbangan hak asasi manusianya.
3.10. Advokasi dan Protes
Pada Januari 2012, ia memprotes penggambaran diskriminatif kusta dalam film animasi "The Pirates! Band of Misfits" yang diproduksi oleh Sony Pictures Animation, mengirimkan surat protes kepada perusahaan produksi dan perusahaan induknya. Sony Pictures Entertainment kemudian mengonfirmasi penghapusan konten diskriminatif tersebut.
Pada tahun 2008, sebelum Olimpiade Beijing, ia memprotes pedoman Komite Penyelenggara Olimpiade Beijing yang melarang masuknya pasien kusta. Ia segera mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal Hu Jintao (saat itu) dan Ketua IOC Jacques Rogge, menuntut pencabutan pedoman tersebut. Pedoman tersebut dicabut sebelum Olimpiade, terutama setelah Dewan Hak Asasi Manusia PBB dengan suara bulat mengadopsi resolusi tentang penghapusan diskriminasi terhadap pasien kusta, yang telah disponsori bersama oleh Tiongkok.
4. Pemikiran dan Filosofi
Sasakawa percaya bahwa masalah modern menuntut solusi kolaboratif, menekankan pentingnya jaringan luas di seluruh sektor politik, pemerintahan, akademis, dan swasta. Karyanya dipandu oleh filosofi kewirausahaan sosial, yang melibatkan identifikasi dan penyelesaian masalah sosial melalui pendekatan inovatif. Ia sangat berkomitmen pada hak asasi manusia, khususnya mengadvokasi hak dan martabat orang-orang yang terkena kusta dan albinisme. Ia juga memperjuangkan transparansi, menganjurkan pengungkapan informasi oleh kelompok-kelompok kepentingan publik, dan percaya pada masyarakat di mana semua anggota, termasuk pemerintah nasional dan lokal, organisasi nirlaba, dan perusahaan melalui upaya CSR mereka, berpartisipasi dalam menciptakan kebaikan bersama.
5. Penghargaan dan Kehormatan
Sasakawa Yohei telah menerima berbagai penghargaan, lencana kehormatan, dan gelar kehormatan sebagai pengakuan atas pencapaiannya:
- 2021: Gran Oficial of the National Order of Ecuador (Ekuador)
- 2019: Person of Cultural Merit (Jepang), Grand Cordon of the Order of the Rising Sun (Jepang), Gandhi Peace Prize (diberikan pada 2019 untuk tahun 2018), Penghargaan Komisaris Badan Urusan Kebudayaan (Jepang), Penghargaan Seiron ke-35.
- 2018: Warga Negara Kehormatan Republik Palau, Royal Order of Monisaraphon Knight Grand Cross (Kamboja), Penghargaan Okura Kishichiro ke-47.
- 2017: Ocean's 8 Award (Komisi Oseanografi Antarpemerintah UNESCO), Penghargaan Kesehatan dan Hak Asasi Manusia (Dewan Perawat Internasional), Medali Plus ratio quam vis (Universitas Jagiellonian, Polandia), Medali Emas Kesehatan untuk Semua (WHO).
- 2016: Penghargaan Kehormatan dari Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Bulgaria.
- 2015: International Maritime Prize (IMO, diberikan untuk tahun 2014).
- 2014: The Rule of Law Award (Asosiasi Pengacara Internasional).
- 2013: Medali Emas untuk Jasa (Republik Serbia), Medali Persahabatan (Republik Sosialis Vietnam).
- 2011: Grand Cross of the Royal Order of Sahametrei (Kamboja), Commander of the Order of Recognition (Republik Afrika Tengah).
- 2010: Knight of the Order of the Dannebrog (Denmark), Order of Timor-Leste (Timor Leste), Medali Emas Milenium Ethiopia, Commander of the Order of the White Rose of Finland, Commander's Cross with Star of the Order of the Falcon (Islandia), Commander of the Order of the Defender of the Realm (Malaysia), Commander of the Royal Norwegian Order of Merit (Norwegia), Commander First Class of the Royal Order of the Polar Star (Swedia), Medali Dr. Norman E. Borlaug dari World Food Prize, Diploma Akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Rusia, Piagam Patriark dari Patriark Moskow dan Seluruh Rusia Kirill.
- 2007: Order of the Pole Star (Mongolia), Coast Guard Legion of Honor (Gelar Maginoo), International Gandhi Award (India).
- 2006: Commander of the National Order of Mali (Mali).
- 2004: Yomiuri International Cooperation Prize (Jepang).
- 2003: Commander of the Royal Order of Monisaraphon (Kamboja), National Construction Decoration (Kamboja), Officer of the National Order of Madagascar (Republik Madagaskar), The Special Award (World Maritime University, Swedia).
- 2001: Medali Peringatan Václav Havel (Republik Ceko), Millennium Gandhi Award (International Leprosy Union).
- 2000: Decerne la Medaille d'Honneur de Menerbes (Prancis), International Green Pen Awards honour Pacific Environmental Journalism (Fiji), Grand Officer of the Order for Merit (Rumania).
- 1998: Al Hussein Bin Ali Decoration for Accomplishment, First Degree (Yordania), Medali Emas Kesehatan untuk Semua (Organisasi Kesehatan Dunia).
- 1997: Medali Kesehatan Tiongkok (Republik Tiongkok).
- 1996: Medali Francis Skorina (Belarus), Commander of the Order of Merit for Distinguished Service (Peru), Kin Inka Sho (Peru), Order of Friendship (Federasi Rusia), Order of Merit, Third Class (Ukraina).
- 1995: Order of the Grand Star of Djibouti (Republik Djibouti).
- 1989: Grand Officer of the Order of Mono (Togo).
5.1. Gelar Kehormatan
- 2023: Doktor Kehormatan, Universitas Beograd (Serbia).
- 2019: Doktor Humaniora, Universitas Ateneo de Manila (Filipina).
- 2018: Doktor Kehormatan, Institut Teknik dan Teknologi (Mongolia); Profesor Penasihat, Universitas Jilin (Tiongkok).
- 2017: Doktor Hukum, Universitas Minnesota (AS).
- 2016: Doktor Honoris Causa, Universitas Sofia (Bulgaria).
- 2013: Doktor Kehormatan Universitas, Universitas York (Britania Raya).
- 2012: Doktor Kehormatan Humaniora, Universitas Malaya (Malaysia); Doktor Kehormatan Pembangunan Pertanian Honoris Causa, Universitas Hawassa (Ethiopia).
- 2010: Akademisi Kehormatan, Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Rusia.
- 2009: Profesor Kehormatan, Universitas Yunnan (Tiongkok).
- 2008: Doktor Kehormatan Humaniora, University for Peace (Kosta Rika); Profesor Kehormatan, Universitas Bahasa Asing Dalian (Tiongkok).
- 2007: Doktor Kehormatan Kemanusiaan, Universitas Kamboja (Kamboja); Profesor Kehormatan, Universitas Guizhou (Tiongkok); Doktor Kehormatan Humaniora, Institut Teknologi Rochester (AS).
- 2006: Profesor Kehormatan, Universitas Maritim Dalian (Tiongkok).
- 2005: Doktor Honoris Causa, Universitas Jadavpur (India); Presiden Kehormatan, Asosiasi Universitas Maritim Internasional.
- 2004: Profesor Kehormatan, Universitas Maritim Shanghai (Tiongkok); Doktor Honoris Causa, Universitas Maritim Dunia (Swedia); Profesor Kehormatan, Universitas Heilongjiang (Tiongkok); Profesor Kehormatan, Universitas Kedokteran Harbin (Tiongkok).
- 2003: Profesor Kehormatan, Universitas Kedokteran Tiongkok (Tiongkok); Doktor Honoris Causa, Akademi Manajemen (Mongolia).
- 2000: Doktor Honoris Causa, Universitas Bucharest (Rumania); Doktor Honoris Causa, Universitas Cape Coast (Ghana); Profesor Kehormatan, Universitas Yanbian (Tiongkok).
6. Karya Tulis
Sasakawa Yohei telah menulis beberapa buku yang mencerminkan pemikiran dan pengalamannya:
- No Matter Where the Journey Takes Me (2019)
- My Struggle against Leprosy (2019)
- Chikyū o Kakeru: Sekai no Hansen-byō no Genba Kara (地球を駆ける-世界のハンセン病の現場からRunning Around the Globe: From the Frontlines of Leprosy WorldwideBahasa Jepang) (2021)
- Aisuru Sokoku e (愛する祖国へTo My Beloved HomelandBahasa Jepang) (2016)
- Shinshi no "Hinkaku" 2 (紳士の「品格」2Gentleman's "Dignity" 2Bahasa Jepang) (2015)
- Zanshin (残心Lingering MindBahasa Jepang) (2014)
- Shinshi no "Hinkaku" (紳士の「品格」Gentleman's "Dignity"Bahasa Jepang) (2012)
- Rinjin Chūgokujin ni Itte Okitai Koto (隣人・中国人に言っておきたいことWhat I Want to Say to My Neighbors, the ChineseBahasa Jepang) (2010)
- Fukanō o Kanō ni Sekai no Hansen-byō to no Tatakai (不可能を可能に 世界のハンセン病との闘いMaking the Impossible Possible: The Fight Against Leprosy WorldwideBahasa Jepang) (2010)
- Wakamono yo, Sekai ni Habatake! (若者よ、世界に翔(はばた)け!Young People, Soar into the World!Bahasa Jepang) (2009)
- Ningen Toshite Ikite Hoshii Kara (人間として生きてほしいからBecause I Want You to Live as a Human BeingBahasa Jepang) (2008)
- Kono Kuni, Ano Kuni (この国、あの国This Country, That CountryBahasa Jepang) (2004)
- Sekai no Hansen-byō ga Nakunaru Hi (世界のハンセン病がなくなる日The Day Leprosy Disappears from the WorldBahasa Jepang) (2004)
- Nisen-nen no Rekishi o Kagami Toshite (二千年の歴史を鑑としてTwo Thousand Years of History as a MirrorBahasa Jepang) (2003)
- Gaimushō no Shiranai Sekai no "Sugao" (外務省の知らない世界の"素顔"The World's "True Face" Unknown to the Ministry of Foreign AffairsBahasa Jepang) (1998)
7. Evaluasi dan Dampak
Sasakawa Yohei telah memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai bidang, terutama dalam pemberantasan kusta dan advokasi hak asasi manusia bagi individu yang terkena dampaknya. Upayanya dalam keselamatan dan tata kelola maritim, bantuan internasional (seperti bantuan Chernobyl, program ketahanan pangan di Afrika, dan beasiswa global), kesejahteraan sosial domestik, serta bantuan bencana telah menunjukkan komitmennya terhadap kemajuan sosial. Pendekatan kolaboratifnya dan jaringan luas yang ia bangun di berbagai sektor telah menjadi kunci keberhasilan banyak inisiatifnya. Ia juga berperan penting dalam mempromosikan hubungan Jepang-Tiongkok melalui diplomasi swasta.
Namun, beberapa aspek kegiatannya juga menimbulkan diskusi dan kritik. Sumber dana utama The Nippon Foundation berasal dari bisnis balap perahu, yang merupakan bentuk perjudian. Meskipun Sasakawa telah berupaya keras untuk memastikan transparansi dan penggunaan dana untuk tujuan sosial, asal-usul dana ini terkadang menjadi perhatian.
Keterlibatannya di Myanmar setelah kudeta militer tahun 2021 juga menjadi subjek perdebatan. Meskipun ia menyatakan tujuannya adalah untuk perdamaian dan rekonsiliasi, kelanjutan keterlibatannya dengan junta militer telah menuai kritik terkait implikasi hak asasi manusia, terutama ketika perusahaan-perusahaan Jepang menarik diri dari usaha yang terkait dengan militer karena tekanan internasional. Peran Sasakawa dalam konteks ini, apakah sebagai individu, perwakilan yayasan, atau utusan pemerintah, juga seringkali dianggap ambigu. Selain itu, keputusannya untuk menerima dana dari perusahaan tembakau, Philip Morris, untuk bantuan bencana, meskipun ia dikenal sebagai advokat anti-merokok, juga menjadi titik kritik. Ia menanggapi kritik ini dengan menyatakan bahwa ia akan menerima niat baik dari siapa pun untuk membantu korban bencana.