1. Kehidupan dan Aktivitas Awal
1.1. Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecil
Charles Hodge lahir pada tanggal 27 Desember 1797 di Philadelphia, Amerika Serikat. Ayahnya, Hugh Hodge, adalah putra seorang Skotlandia yang beremigrasi dari Irlandia Utara pada awal abad ke-18. Hugh lulus dari Perguruan Tinggi Princeton pada tahun 1773 dan bertugas sebagai ahli bedah militer dalam Perang Revolusi Amerika sebelum praktik kedokteran di Philadelphia. Pada tahun 1790, ia menikahi Mary Blanchard, seorang yatim piatu terkemuka dari Boston.
Tiga putra pertama keluarga Hodge meninggal dunia dalam Epidemi Demam Kuning 1793, dan satu lagi meninggal dalam epidemi demam kuning pada tahun 1795. Putra pertama mereka yang selamat dari masa kanak-kanak, Hugh Lenox, lahir pada tahun 1796 dan kemudian menjadi otoritas dalam obstetri, sering membantu Charles secara finansial. Charles sendiri lahir tujuh bulan setelah ayahnya meninggal dunia karena komplikasi demam kuning yang dideritanya pada epidemi tahun 1795. Charles dan saudara-saudaranya dibesarkan oleh kerabat, banyak di antaranya kaya dan berpengaruh. Mary Hodge, ibu mereka, melakukan pengorbanan dan menerima indekos untuk menyekolahkan anak-anaknya. Dengan bantuan pendeta keluarga mereka, Ashbel Green, Mary juga memberikan pendidikan agama Presbiterian yang lazim menggunakan Katekismus Singkat Westminster. Pada tahun 1810, keluarga tersebut pindah ke Somerville, New Jersey, untuk bersekolah di akademi klasik, dan pada tahun 1812, mereka pindah lagi ke Princeton untuk masuk ke Perguruan Tinggi Princeton, sebuah sekolah yang awalnya didirikan untuk melatih pendeta Presbiterian.
1.2. Pendidikan dan Pengalaman Pertobatan
Saat Charles bersiap masuk perguruan tinggi pada tahun 1812, Seminari Teologi Princeton didirikan oleh Gereja Presbiterian di Amerika Serikat sebagai institusi terpisah untuk melatih pendeta. Hal ini sebagai respons terhadap anggapan ketidakcukupan pelatihan yang diterima para pendeta di universitas serta persepsi bahwa perguruan tinggi itu menjauh dari ortodoksi. Pada tahun yang sama, Ashbel Green, pendeta lama keluarga Hodge, menjadi presiden perguruan tinggi tersebut.
Di Princeton, presiden pertama seminari baru, Archibald Alexander, menunjukkan minat khusus pada Hodge, membantunya dalam bahasa Yunani dan membawanya dalam perjalanan khotbah keliling. Hodge kemudian menamai putra pertamanya dengan nama Alexander. Hodge juga menjalin persahabatan erat dengan para uskup Gereja Episkopal (Amerika Serikat) di masa depan, John Johns dan Charles Pettit McIlvaine, serta presiden Perguruan Tinggi Princeton di masa depan, John Mclean. Pada tahun 1815, selama periode fervor keagamaan yang intens di kalangan mahasiswa yang didorong oleh Green dan Alexander, Hodge bergabung dengan gereja Presbiterian setempat dan memutuskan untuk memasuki pelayanan. Tak lama setelah menyelesaikan studi sarjananya, ia masuk seminari pada tahun 1816.
Program studi di seminari sangatlah ketat, mengharuskan mahasiswa untuk menghafal kitab suci dalam bahasa aslinya dan menggunakan dogmatika abad ke-17 yang ditulis dalam bahasa Latin oleh skolastisisme Reformed Francis Turretin sebagai buku teks teologi. Profesor Alexander dan Samuel Miller juga menanamkan kesalehan yang intens pada mahasiswa mereka. Pengalaman pertobatan Hodge terjadi sekitar 15 Januari 1815, ketika ia secara terbuka mengakui imannya di hadapan jemaat Gereja Presbiterian Princeton dan menjadi orang pertama yang bertobat dalam kebangunan rohani tahun itu.
1.3. Pelayanan Awal dan Studi di Eropa
Setelah lulus dari Seminari Princeton pada tahun 1819, Hodge menerima pengajaran tambahan secara privat dari ahli Bahasa Ibrani Reverend Joseph Bates di Philadelphia. Ia menerima lisensi untuk berkhotbah dari Presbiteri Philadelphia pada tahun 1820, dan ia berkhotbah secara teratur sebagai misionaris di mimbar-mimbar yang kosong di wilayah East Falls Philadelphia, Frankford Arsenal Philadelphia, dan Woodbury, New Jersey selama beberapa bulan berikutnya.
Pada tahun 1820, ia menerima penunjukan satu tahun sebagai asisten profesor di Seminari Princeton untuk mengajar bahasa-bahasa biblikal. Pada bulan Oktober tahun itu, ia melakukan perjalanan keliling New England untuk berbicara dengan para profesor dan pendeta, termasuk Moses Stuart di Seminari Andover dan Nathaniel W. Taylor di Sekolah Teologi Yale. Pada tahun 1821, ia ditahbiskan menjadi menteri oleh Presbiteri New Brunswick, dan pada tahun 1822 ia menerbitkan pamflet pertamanya, yang memungkinkan Alexander untuk meyakinkan Majelis Umum agar mengangkatnya sebagai Profesor penuh Sastra Oriental dan Biblikal. Dalam kondisi keuangan yang stabil, Hodge menikahi Sarah Bache, cicit Benjamin Franklin, pada tahun yang sama. Pada tahun 1824, Hodge membantu mendirikan Chi Phi Society bersama Robert Baird dan Archibald Alexander. Ia mendirikan jurnal triwulanan Biblical Repertory pada tahun 1825 untuk menerjemahkan literatur ilmiah biblikal terkini dari Eropa.
Studi Hodge tentang beasiswa Eropa membuatnya mempertanyakan kecukupan pelatihannya. Seminari setuju untuk terus membayarnya selama dua tahun sementara ia melakukan perjalanan di Eropa untuk "menyempurnakan" pendidikannya. Ia menanggung biaya pengganti, John Nevin, dengan biaya sendiri. Dari tahun 1826 hingga 1828, ia melakukan perjalanan ke Paris, tempat ia belajar bahasa Prancis, Arab, dan Suriah; ke Halle, tempat ia belajar bahasa Jerman dengan George Müller dan berkenalan dengan August Tholuck; dan ke Berlin, tempat ia menghadiri kuliah Silvestre de Sacy, Ernst Wilhelm Hengstenberg, dan August Neander. Di sana ia juga berkenalan secara pribadi dengan Friedrich Schleiermacher, teolog modern terkemuka. Ia mengagumi beasiswa mendalam yang ia saksikan di Jerman, tetapi berpikir bahwa perhatian yang diberikan pada filsafat idealis mengaburkan akal sehat, dan mengarah pada teologi spekulatif dan subjektif. Tidak seperti teolog Amerika lainnya yang menghabiskan waktu di Eropa, pengalaman Hodge tidak menyebabkan perubahan apa pun dalam komitmennya pada prinsip-prinsip iman yang telah ia pelajari sejak kecil.
2. Aktivitas di Princeton Theological Seminary
Charles Hodge memainkan peran sentral dan memberikan kontribusi akademis yang signifikan sebagai profesor dan kepala sekolah di Seminari Teologi Princeton, membentuk lembaga tersebut menjadi pusat intelektual teologi konservatif.
2.1. Masa Jabatan sebagai Profesor dan Kepala Sekolah

Dimulai pada tahun 1830-an, Hodge menderita nyeri kaki yang melumpuhkan, dan terpaksa mengajar kelasnya dari ruang kerjanya dari tahun 1833 hingga 1836. Ia terus menulis artikel untuk Biblical Repertory, yang kemudian berganti nama menjadi Princeton Review. Pada tahun 1830-an, ia menulis komentari utama tentang Surat Roma dan sejarah gereja Presbiterian di Amerika. Ia mendukung faksi Old School dalam Kontroversi Old School-New School, yang menghasilkan perpecahan pada tahun 1837.
Pada tahun 1840, ia menjadi Profesor Teologi Didaktik, namun tetap mempertahankan departemen Eksegese Perjanjian Baru, tugas yang terus ia jalankan sampai kematiannya. Ia menjabat sebagai Moderator Majelis Umum Gereja Presbiterian di Amerika Serikat (Old School) pada tahun 1846. Istri Hodge meninggal pada tahun 1849, tak lama setelah Samuel Miller dan Archibald Alexander meninggal, menjadikannya profesor senior di seminari. Ia diakui sebagai pendukung utama Teologi Princeton. Saat kematiannya pada tahun 1878, ia diakui oleh teman dan lawan sebagai salah satu polemis terhebat pada masanya. Dari anak-anaknya yang masih hidup, tiga di antaranya adalah pendeta; dan dua di antaranya menggantikannya di fakultas Seminari Teologi Princeton: C. W. Hodge di departemen teologi eksegetikal, dan A. A. Hodge di departemen dogmatika. Seorang cucunya, C. W. Hodge, Jr., juga mengajar selama bertahun-tahun di Seminari Princeton. Hodge menjabat sebagai rektor Seminari Teologi Princeton antara tahun 1851 dan 1878.
2.2. Penerbitan 'Princeton Review' dan Aktivitas Akademik
Hodge mendirikan jurnal triwulanan Biblical Repertory pada tahun 1825. Jurnal ini kemudian berganti nama menjadi Princeton Review, di mana ia memainkan peran kunci sebagai editor. Melalui publikasi berkala ini, ia menerbitkan lebih dari 130 artikel. Banyak dari artikel-artikel ini, selain memberikan pengaruh yang kuat pada saat publikasinya, kemudian dikumpulkan menjadi volume-volume seperti Selection of Essays and Reviews from the Princeton Review (1857) dan Discussions in Church Polity (disunting oleh W. Durant, 1878), yang telah menempati tempat permanen dalam literatur teologi.
Catatan kehidupan sastra Hodge menunjukkan pengaruh besar yang ia berikan. Sekitar 3.000 pendeta Injil melewati bimbingannya, dan kepadanya diberikan hak istimewa yang langka, selama hidupnya yang panjang, untuk mencapai perbedaan sebagai guru, ekseget, pengkhotbah, polemis, rohaniawan, dan teolog sistematika. Sebagai seorang guru, ia memiliki sedikit saingan; dan jika ia tidak menunjukkan bakat populer di mimbar, ia mengungkapkan kekuatan homiletik tingkat tinggi dalam "konferensi" pada sore hari Sabat Kristen, di mana ia berbicara dengan kejelasan dan ketepatan logis yang biasa, tetapi dengan spontanitas yang besar serta kelembutan dan urapan yang menakjubkan. Kekuatan literatur Hodge terlihat terbaik dalam kontribusinya pada Princeton Theological Review, banyak di antaranya diakui sebagai mahakarya penulisan polemik. Mereka mencakup berbagai topik, dari pertanyaan apologetik yang menyangkut kekristenan umum hingga pertanyaan administrasi gerejawi, di mana hanya kaum Presbiterian yang dianggap tertarik. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang diperdebatkan di kalangan teolog Amerika selama periode yang dicakup oleh kehidupan Hodge sebagian besar termasuk dalam departemen antropologi dan soteriologi; dan oleh karena itu, kekuatan polemiknya sebagian besar diterapkan pada hal-hal ini. Semua buku yang ia tulis tetap dicetak lebih dari satu abad setelah kematiannya.
3. Pemikiran Teologis
Charles Hodge adalah seorang teolog yang sangat berpengaruh yang membentuk Teologi Princeton dengan pandangan-pandangan inti mengenai Kitab Suci, doktrin utama, hakikat Tuhan, dan pengaruh Filsafat Akal Sehat Skotlandia.
3.1. Pembentukan Teologi Princeton
Charles Hodge adalah eksponen utama Teologi Princeton, sebuah tradisi teologi Calvinisme ortodoks di Amerika selama abad ke-19. Teologi Princeton, yang dipimpin oleh Hodge, dikenal karena komitmennya yang teguh terhadap Calvinisme historis dan penolakannya terhadap bentuk-bentuk Calvinisme yang dimodifikasi atau bersifat provinsi di kemudian hari. Hodge sendiri sering mengatakan bahwa Princeton tidak pernah "menciptakan ide baru," yang berarti bahwa Princeton adalah pembela Calvinisme historis sebagai lawan dari Calvinisme yang dimodifikasi dan bersifat provinsi pada masa kemudian. Ia dikategorikan di antara para pembela iman yang hebat, bukan di antara pemikir konstruktif Gereja yang hebat. Hodge tidak memiliki ambisi untuk menjadi pembuat zaman dengan menandai era keberangkatan baru, melainkan ia mendapatkan gelar ketenaran yang lebih tinggi karena ia adalah juara iman Gerejanya selama hidup yang panjang dan aktif, pemimpinnya yang terpercaya di masa-masa sulit, dan selama lebih dari setengah abad guru yang paling mencolok dari pelayanannya. Pemahamannya tentang iman Kristen dan Protestantisme historis diberikan dalam karyanya Systematic Theology.
3.2. Pandangan tentang Kitab Suci dan Doktrin Utama
Hodge secara kuat berpendapat untuk otoritas dan inerransi Alkitab sebagai Firman Tuhan, yang diilhami oleh Roh Kudus. Ia menegaskan bahwa Alkitab adalah hak dan fakta firman Tuhan, perkataan Allah yang diinspirasikan oleh Roh Kudus. Baginya, doktrin gereja adalah inspirasi yang dipengaruhi oleh Roh Kudus dalam pikiran orang-orang terpilih, yang diberikan hak untuk menjadi bagian dari komunikasi Allah yang tidak dapat salah. Namun, ia juga berpendapat bahwa ketika Allah menggunakan ciptaan-Nya sebagai instrumen, Ia menggunakannya berdasarkan kodratnya, yang berarti manusia tetap menjadi agen sukarela dan cerdas, bukan tanpa sadar atau tidak rasional. Meskipun demikian, manusia adalah agen yang istimewa namun tidak sepenuhnya bebas. Pemikiran Hodge mengenai manusia ini menjadi titik awal dalam penjelajahannya mengenai teologi sistematika.
Hodge menganut Pengakuan Iman Westminster serta Katekismus Besar Westminster dan Katekismus Singkat Westminster. Sebagai buku teks teologi, ia awalnya menggunakan Institutio Theologiae Elencticae dari Francis Turretin sebelum kemudian beralih ke Teologi Sistematika karyanya sendiri setelah tahun 1870.
3.3. Pandangan tentang Hakikat Tuhan
Charles Hodge sering kali kritis terhadap pemahaman tradisional tentang kesederhanaan ilahi (divine simplicity), sebaliknya mengajarkan bentuk kesederhanaan yang lebih moderat. Ia berpendapat bahwa pandangan kesederhanaan yang diajarkan oleh Agustinus, Thomas Aquinas, dan Duns Scotus "menghancurkan pengetahuan yang benar tentang Allah".
Hodge juga menolak gagasan tradisional tentang ketidakmenderitaan ilahi (divine impassibility), menolak gagasan tradisional bahwa kasih Allah tidak boleh dipahami sebagai perasaan. Namun, ia menegaskan doktrin kelahiran abadi, seperti yang diajarkan oleh Konsili Nicea. Meskipun demikian, ia mencatat bahwa Alkitab atau kredo kuno tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah "diperanakkan," dan bahwa itu bisa berarti kesamaan hakikat (seperti seorang putra memiliki hakikat yang sama dengan ayahnya), kemiripan (seperti "Son" setara dengan eikōn, apaugasma, charakter, atau logos, atau pewahyu), derivasi esensi, atau sesuatu yang sama sekali tidak dapat dipahami oleh manusia.
3.4. Pengaruh Filsafat Akal Sehat Skotlandia
Teologi Hodge dipengaruhi oleh Filsafat Akal Sehat Skotlandia, terutama dari tokoh seperti John Witherspoon, yang juga menjabat sebagai Presiden Perguruan Tinggi Princeton. Witherspoon, seorang filsuf akal sehat yang menekankan filsafat moral, memberikan dasar bagi pemikiran Hodge. Dalam teologinya, Hodge menambahkan moralitas dari Filsafat Akal Sehat Skotlandia, berpendapat bahwa bahkan manusia yang jatuh pun memiliki "rasa moral". Ini merupakan penambahan pada doktrin-doktrin Calvinisme seperti pernyataan tentang neraka bagi orang yang terhukum, seperti yang diajarkan oleh Cotton Mather dan Jonathan Edwards. Selain itu, Hodge juga menulis sejarah Gereja Presbiterian di Amerika, dengan merinci Tindakan Penerimaan 1729.
4. Debat Utama dan Pandangan Sosial
Charles Hodge terlibat dalam beberapa debat sosial penting pada zamannya dan memiliki perspektif sosial yang kompleks, dengan analisis mendalam mengenai isu-isu seperti hak asasi manusia dan perkembangan demokrasi.
4.1. Pandangan tentang Perbudakan
Hodge mendukung institusi perbudakan dalam pengertian yang paling abstrak, mengklaim bahwa ia didukung oleh bagian-bagian tertentu dalam Alkitab. Ia sendiri memiliki budak, namun ia mengutuk perlakuan buruk terhadap mereka. Hodge membuat perbedaan antara perbudakan dalam pengertian abstrak dan apa yang ia pandang sebagai Hukum Budak Selatan yang tidak adil, yang merampas hak-hak budak untuk menerima pendidikan, hak perkawinan dan orang tua, serta "menundukkan mereka pada penghinaan dan penindasan dari orang kulit putih." Menurutnya, reformasi kemanusiaan terhadap hukum-hukum ini akan menjadi pendahulu yang diperlukan bagi berakhirnya perbudakan di Amerika Serikat.
Majelis Umum Presbiterian tahun 1818 telah menegaskan posisi serupa, yaitu bahwa perbudakan di Amerika Serikat, meskipun tidak selalu berdosa, adalah institusi yang disesalkan dan pada akhirnya harus diubah. Seperti gereja, Hodge sendiri bersimpati baik dengan kaum abolisionis di Utara maupun para pendukung perbudakan di Selatan, dan ia menggunakan pengaruhnya yang besar dalam upaya untuk memulihkan ketertiban dan mencari titik temu antara kedua faksi, dengan harapan pada akhirnya menghapus perbudakan sepenuhnya.
Dukungan Hodge terhadap perbudakan bukanlah hasil yang tak terhindarkan dari keyakinannya pada inerransi dan interpretasi harfiah Alkitab. Beberapa tokoh Kristen kontemporer Hodge di abad ke-19, yang juga percaya pada inerransi dan infallibilitas Alkitab, justru mengecam institusi perbudakan. John Williamson Nevin, seorang sarjana dan profesor seminari Reformed yang konservatif dan evangelis, mengecam perbudakan sebagai 'kejahatan moral yang besar.' Hodge dan Nevin juga secara terkenal berselisih mengenai pandangan yang berlawanan tentang Perjamuan Kudus.
4.2. Perpecahan Denominasi dan Perang Saudara
Hodge adalah pemimpin faksi Old School Presbiterian selama perpecahan Gereja Presbiterian (Amerika Serikat) pada tahun 1837. Isu-isu yang terlibat meliputi konflik doktrin, praktik keagamaan, dan perbudakan. Meskipun sebelum tahun 1861 Old School menahan diri untuk tidak mengecam perbudakan, isu ini menjadi materi perdebatan antara komponen Utara dan Selatan dari denominasi tersebut.
Hodge dapat mentoleransi perbudakan, tetapi ia tidak pernah dapat mentoleransi pengkhianatan seperti yang ia lihat berusaha memecah belah Amerika Serikat pada tahun 1861. Hodge adalah seorang nasionalis yang kuat dan memimpin perjuangan di kalangan Presbiterian untuk mendukung Union. Dalam Princeton Review edisi Januari 1861, Hodge menyampaikan kasusnya menentang pemisahan diri, pada akhirnya menyebutnya tidak konstitusional. James Henley Thornwell menanggapi dalam Southern Presbyterian Review edisi Januari 1861, berpendapat bahwa pemilihan umum tahun 1860 telah membentuk pemerintahan baru, yang tidak disetujui oleh Selatan, sehingga membuat pemisahan diri menjadi sah. Meskipun secara politis Hodge adalah seorang Unionis yang teguh, ia memberikan suara menentang dukungan untuk "Resolusi Musim Semi" dari Majelis Umum Gereja Presbiterian Old School tahun 1861, berpikir bahwa bukan urusan gereja untuk melibatkan diri dalam masalah politik; karena resolusi tersebut, denominasi tersebut kemudian terpecah menjadi Utara dan Selatan. Ketika Majelis Umum bersidang di Philadelphia pada Mei 1861, satu bulan setelah Perang Saudara dimulai, resolusi tersebut menetapkan janji dukungan untuk pemerintah federal di tengah keberatan berdasarkan kekhawatiran tentang ruang lingkup yurisdiksi gereja dan ketidaksepakatan tentang interpretasi Konstitusi. Pada bulan Desember 1861, gereja-gereja Presbiterian Old School Selatan memutuskan hubungan dengan denominasi tersebut.
4.3. Kritik terhadap Darwinisme
Pada tahun 1874, Hodge menerbitkan What is Darwinism? (Apa Itu Darwinisme?), mengklaim bahwa Darwinisme pada dasarnya adalah ateisme. Bagi Hodge, Darwinisme bertentangan dengan gagasan rancangan dan oleh karena itu jelas-jelis ateistik. Baik dalam Review maupun dalam What is Darwinism? (1874), Hodge menyerang Darwinisme. Pandangannya menentukan posisi Seminari hingga kematiannya pada tahun 1878. Meskipun ia tidak menganggap semua ide evolusi bertentangan dengan agamanya, ia prihatin dengan pengajarannya di perguruan tinggi.
Sementara itu, di Universitas Princeton, sebuah institusi yang sepenuhnya terpisah, Presiden John Maclean juga menolak teori evolusi Darwin. Namun, pada tahun 1868, setelah Maclean pensiun, James McCosh, seorang filsuf Skotlandia, menjadi presiden. McCosh percaya bahwa banyak aspek Darwinisme dapat dan akan terbukti benar, sehingga ia berusaha mempersiapkan orang Kristen untuk peristiwa ini. Alih-alih konflik antara sains dan agama, McCosh mencari rekonsiliasi. Dengan bersikeras pada prinsip rancangan dalam alam, McCosh menafsirkan penemuan Darwinian sebagai bukti lebih lanjut dari penataan, keterampilan, dan tujuan yang telah ada di alam semesta. Dengan demikian, ia berpendapat bahwa Darwinisme tidak ateistik dan tidak bermusuhan secara tidak dapat didamaikan dengan Alkitab. Dengan demikian, kaum Presbiterian di Amerika dapat memilih antara dua aliran pemikiran tentang evolusi, keduanya berpusat di Princeton. Seminari mempertahankan posisi Hodge hingga para pendukungnya disingkirkan pada tahun 1929, dan perguruan tinggi (Universitas Princeton) menjadi pusat kelas dunia untuk ilmu baru biologi evolusioner.
Debat antara Hodge dan McCosh menunjukkan konflik yang muncul antara sains dan agama mengenai pertanyaan teori evolusi Darwin. Namun, kedua pria tersebut menunjukkan kesamaan yang lebih besar mengenai masalah sains dan agama daripada yang umumnya dihargai. Keduanya mendukung peningkatan peran penyelidikan ilmiah dalam sejarah alam dan menolak intrusinya ke dalam filsafat dan agama.
5. Karya Tulis
Charles Hodge adalah seorang penulis yang produktif, menghasilkan banyak karya biblikal dan teologis yang signifikan sepanjang kariernya.
5.1. Buku-buku Utama
Hodge mulai menulis di awal karier teologisnya dan terus menerbitkan hingga kematiannya. Pada tahun 1835, ia menerbitkan Commentary on the Epistle to the Romans (Komentari Surat Roma). Meskipun dianggap sebagai karya eksegetikal terbesarnya, Hodge merevisi komentar ini pada tahun 1864, di tengah Perang Saudara Amerika, dan setelah berdebat dengan James Henley Thornwell tentang pemisahan negara dari Union.
Karya-karya lain menyusul pada interval yang lebih panjang atau lebih pendek:
- Constitutional History of the Presbyterian Church in the United States (Sejarah Konstitusional Gereja Presbiterian di Amerika Serikat) (1840).
- Way of Life (Jalan Kehidupan) (1841), yang diterbitkan ulang di Inggris, diterjemahkan ke bahasa lain, dan diedarkan hingga 35.000 eksemplar di Amerika. Buku ini digunakan oleh Sawayama Horo dalam studi Alkitabnya saat belajar di Amerika Serikat.
- A Commentary on the Epistle to the Ephesians (Komentari Surat Efesus) (1856).
- An Exposition of the First Epistle to the Corinthians (Eksposisi Surat Pertama kepada Jemaat Korintus) (1857).
- An Exposition of the Second Epistle to the Corinthians (Eksposisi Surat Kedua kepada Jemaat Korintus) (1859).
Karya agungnya adalah Systematic Theology (Teologi Sistematika) (1871-1873), yang terdiri dari tiga volume dan mencapai 2.260 halaman. Buku terakhirnya, What is Darwinism? (Apa Itu Darwinisme?), muncul pada tahun 1874. Selain itu, ia menyumbangkan lebih dari 130 artikel ke Princeton Review, banyak di antaranya, selain memberikan pengaruh yang kuat pada saat publikasinya, telah dikumpulkan menjadi volume, dan sebagai Selection of Essays and Reviews from the Princeton Review (1857) dan Discussions in Church Polity (disunting oleh W. Durant, 1878) telah menempati tempat permanen dalam literatur teologi. Semua buku yang ia tulis tetap dicetak lebih dari satu abad setelah kematiannya.
5.2. Jurnal dan Artikel
Hodge adalah editor Biblical Repertory (1825-1829), yang kemudian berganti nama menjadi Princeton Review (1825-1888), tempat ia menerbitkan banyak artikel. Beberapa artikel penting yang ia tulis meliputi:
- "Preaching the Gospel to the Poor" (1871)
- "Christianity without Christ" (1876)
- "What is Presbyterianism?" (1855)
6. Pengaruh dan Penilaian
Charles Hodge memiliki pengaruh yang mendalam pada teologi Amerika, membentuk warisan teologis yang berkelanjutan sekaligus menghadapi kritik dan kontroversi sepanjang karier dan setelah kematiannya.
6.1. Warisan Teologis
Devosi kepada Kristus adalah karakteristik menonjol dari pengalamannya, dan itu adalah ujian di mana ia menilai pengalaman orang lain. Oleh karena itu, meskipun ia seorang Presbiterian dan Calvinis, simpatinya jauh melampaui batas-batas sekte. Ia menolak untuk menganut pandangan sempit tentang tata gereja yang diadvokasikan oleh beberapa saudaranya. Ia menolak posisi yang tidak historis dari mereka yang menyangkal validitas baptisan Katolik Roma.
Hodge secara alami bersifat konservatif, dan hidupnya dihabiskan untuk membela Teologi Reformed seperti yang dijelaskan dalam Pengakuan Iman Westminster dan Katekismus Besar serta Katekismus Singkat Westminster. Ia senang mengatakan bahwa Princeton tidak pernah melahirkan ide baru; tetapi ini berarti tidak lebih dari bahwa Princeton adalah advokat Calvinisme historis yang bertentangan dengan Calvinisme yang dimodifikasi dan provinsi pada masa kemudian. Banyak idenya diadopsi pada abad ke-20 oleh kaum Fundamentalis dan Evangelis.
6.2. Penilaian Positif
Hodge diakui sebagai salah satu teolog dan pengajar terkemuka pada masanya. Sekitar 3.000 pendeta Injil menerima bimbingan darinya, dan ia diberi kehormatan langka, selama hidupnya yang panjang, untuk mencapai perbedaan sebagai guru, ekseget, pengkhotbah, polemis, rohaniawan, dan teolog sistematika. Sebagai seorang guru, ia memiliki sedikit saingan. Meskipun ia tidak menampilkan bakat populer di mimbar, ia mengungkapkan kekuatan homiletik tingkat tinggi dalam "konferensi" pada sore hari Sabat Kristen, di mana ia berbicara dengan kejelasan dan ketepatan logis yang biasa, tetapi dengan spontanitas yang besar serta kelembutan dan urapan yang menakjubkan. Kekuatan literatur Hodge terlihat terbaik dalam kontribusinya pada Princeton Theological Review, banyak di antaranya diakui sebagai mahakarya penulisan polemik. Artikel-artikel ini mencakup berbagai topik, dari pertanyaan apologetik yang menyangkut kekristenan umum hingga pertanyaan administrasi gerejawi. Ia adalah juara iman Gerejanya, pemimpinnya yang terpercaya di masa-masa sulit, dan selama lebih dari setengah abad guru yang paling mencolok dari pelayanannya.
6.3. Kritik dan Kontroversi
Meskipun Charles Hodge dihormati sebagai teolog dan pengajar, ia juga menghadapi kritik dan kontroversi, terutama terkait dengan pandangannya tentang perbudakan. Meskipun ia mengutuk perlakuan buruk terhadap budak dan berharap pada akhirnya perbudakan akan berakhir, pendiriannya yang kompleks dan abstrak yang mendasari perbudakan pada Alkitab telah menjadi sumber perdebatan dan kritik. Posisi ini, meskipun ia berusaha untuk mencari titik temu antara kaum abolisionis dan pendukung perbudakan, sering kali dipandang sebagai pembenaran tidak langsung terhadap institusi tersebut. Selain itu, keterlibatannya dalam perpecahan Gereja Presbiterian dan pandangannya yang konservatif terhadap Darwinisme juga menjadi titik perdebatan historis, terutama kontras dengan pandangan James McCosh yang mencari rekonsiliasi antara sains dan agama.
7. Meninggal Dunia
Charles Hodge meninggal dunia pada tanggal 19 Juni 1878.
8. Daftar Karya
Berikut adalah daftar karya penting Charles Hodge:
8.1. Buku-buku
- A Commentary on the Epistle to the Romans (1837)
- The Constitutional History of the Presbyterian Church in the United States of America (1839-40)
- The Way of Life (1841)
- A Commentary on the Epistle to the Ephesians (1856)
- An Exposition of the First Epistle to the Corinthians (1857)
- An Exposition of the Second Epistle to the Corinthians (1860)
- Systematic Theology (3 volume, 1872-73)
- The Spiritual Kingdom: An Exposition of the First Eleven Chapters of the Book of the Revelation (1873), disunting oleh James Beverlin Ramsey
- Lectures (on Theology) (tidak bertanggal)
- What is Darwinism? (1874)
8.2. Jurnal
- The Princeton Review (editor, 1825-88)
- Biblical Repertory (editor, 1825-29)
8.3. Khotbah
- A Sermon, Preached in Philadelphia... American Sunday-school Union, May 31, 1832 (1833)
8.4. Artikel
- "Preaching the Gospel to the Poor", The Princeton Review Vol. 43, No. 1 (Januari 1871): 83-95.
- "Christianity without Christ", The Princeton Review Vol. 5, No. 18 (April 1876): 352-362.
- "What is Presbyterianism?" (1855).
8.5. Cetak-ulang Modern
- Systematic Theology. Hendrickson Publishers (1999).
- Romans (The Crossway Classic Commentaries). Crossway Books (1994).
- Romans (Geneva Series of Commentaries). Banner of Truth (1998).
- Corinthians (Crossway Classic Commentaries). Crossway Books (1995).
- 1 & 2 Corinthians (Geneva Series of Commentaries). Banner of Truth (1998).
- 2 Corinthians (Crossway Classic Commentaries). Crossway Books (1995).
- Ephesians (The Crossway Classic Commentaries). Crossway Books (1994).
- Ephesians (Geneva Series of Commentaries). Banner of Truth (1998).
- The Way of Life (Sources of American Spirituality). Diedit oleh Mark A. Noll. Paulist Press (1987).