1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Chilperic I lahir sebagai salah satu putra Raja Franka Clotaire I dan Ratu Aregonda, dan setelah kematian ayahnya, ia terlibat dalam perebutan kekuasaan yang menyebabkan pembagian wilayah kerajaan di antara saudara-saudaranya.
1.1. Kelahiran dan Orang Tua
Chilperic I lahir sekitar tahun 539 Masehi. Ia adalah putra dari Raja Franka Clotaire I dan Ratu Aregonda. Clotaire I adalah raja yang berhasil menyatukan kembali seluruh Kerajaan Franka di bawah pemerintahannya sebelum kematiannya.
1.2. Suksesi Takhta dan Pembagian Wilayah
Segera setelah kematian ayahnya, Clotaire I, pada tahun 561, Chilperic I berupaya untuk mengambil alih seluruh kerajaan. Ia dengan cepat merebut harta karun yang terkumpul di kota kerajaan Berny dan memasuki Paris. Namun, saudara-saudaranya, yaitu Charibert I, Guntram, dan Sigebert I, memaksanya untuk membagi kerajaan. Melalui proses pembagian ini, Chilperic mendapatkan wilayah Soissons, bersama dengan Amiens, Arras, Cambrai, Thérouanne, Tournai, dan Boulogne. Saudara tertuanya, Charibert, menerima Paris, sementara Guntram, saudara keduanya, menerima Burgundy dengan ibu kotanya di Orléans. Sigebert, saudara lainnya, menerima Austrasia.
Pada tahun 567, setelah kematian Charibert I, wilayah Chilperic semakin luas. Saudara-saudara yang tersisa membagi kerajaan Charibert di antara mereka dan sepakat untuk berbagi kendali atas Paris dan wilayah di sekitarnya. Chilperic mewarisi sepertiga dari Paris, serta kota-kota Limoges, Cahors, Bordeaux, Béarn, dan Bigorre, termasuk wilayah Pegunungan Pirenia.
2. Pemerintahan dan Aktivitas Politik
Pemerintahan Chilperic I ditandai oleh konflik yang intens, baik dengan saudara-saudaranya maupun dengan kekuatan eksternal, yang mencerminkan ambisi dan sifat kerasnya.
2.1. Perselisihan dengan Saudara
Tidak lama setelah naik takhta, Chilperic terlibat dalam perang dengan saudaranya, Sigebert I, yang akan menjadi musuh bebuyutannya selama bertahun-tahun. Konflik ini dimulai ketika Sigebert menyerang Avar dan mengalahkan mereka, kemungkinan di Thuringia, serta mendorong mereka keluar dari wilayah Elbe. Chilperic, melihat saudaranya jauh dari wilayahnya, menyerang dan merebut Reims. Namun, Sigebert segera kembali, merebut kembali Reims, dan bergerak menuju Soissons, di mana ia mengalahkan dan memenjarakan putra sulung Chilperic, Theudebert.

Perang kembali berkobar pada tahun 567, setelah kematian Charibert. Chilperic segera menyerbu wilayah baru Sigebert, namun kembali dikalahkan. Pada tahun 573, Chilperic bersekutu dengan Guntram melawan Sigebert, tetapi Guntram mengubah pihak karena takut akan kekuatan besar yang dikumpulkan Sigebert di seberang Sungai Rhein, yang kemudian melintasi Burgundy untuk melewati pertahanan kuat Chilperic. Chilperic kembali kalah dalam perang ini.

Pada awal Desember 575, Sigebert dibunuh oleh dua pembunuh bayaran yang bekerja untuk Fredegunda, istri Chilperic. Pembunuhan ini terjadi ketika Sigebert telah mengepung Chilperic di Tournai dan Rouen, dan putra Chilperic, Thibert, telah terbunuh di dekat Paris sementara Sigebert secara ilegal memasuki dan merebut kota tersebut. Setelah kematian Sigebert, Chilperic melanjutkan perang dengan Guntram, yang menjadi pelindung istri dan putra Sigebert. Chilperic berhasil mendapatkan kesetiaan dari para bangsawan yang sebelumnya berpihak pada Sigebert, merebut Tours dan Poitiers dari Austrasia, serta beberapa tempat di Aquitaine seperti Saintes dan wilayah Auvergne, di mana pertempuran besar terjadi melawan Mummol, yang melayani Guntram. Ia juga memicu perselisihan di kerajaan timur selama masa minoritas Childebert II.
2.2. Ekspansi dan Konflik Eksternal
Pada tahun 578, Chilperic mengirim pasukan untuk melawan penguasa Breton, Waroch II dari Bro-Wened, di sepanjang Sungai Vilaine. Pasukan Franka terdiri dari unit-unit dari Poitou, Touraine, Anjou, Maine, dan Bayeux. Pasukan dari Bayeux, yang dikenal sebagai Baiocassenses (orang-orang dari Bayeux) dan merupakan Saxon, secara khusus dikalahkan oleh Breton. Kedua pasukan bertempur selama tiga hari sebelum Waroch menyerah, memberikan penghormatan untuk Vannes, mengirim putranya sebagai sandera, dan setuju untuk membayar upeti tahunan. Meskipun Waroch kemudian melanggar sumpahnya, kekuasaan Chilperic atas Breton relatif aman, sebagaimana dibuktikan oleh perayaan Venantius Fortunatus dalam sebuah puisinya.
3. Pernikahan dan Keluarga
Kehidupan pribadi Chilperic I, terutama pernikahannya, sangat berpengaruh terhadap politik dan stabilitas kerajaannya, sering kali memicu konflik berdarah.
3.1. Pernikahan Pertama dan Anak-anak
Pernikahan pertama Chilperic I adalah dengan Audovera. Dari pernikahan ini, mereka memiliki lima orang anak:
- Theudebert (terbunuh dalam pertempuran pada tahun 573).
- Merovech (terbunuh oleh seorang pelayan atas permintaannya sendiri pada tahun 577); ia menikah dengan janda Brunhilda (bibinya melalui pernikahan) dan menjadi musuh ayahnya.
- Clovis (dibunuh oleh Fredegunda pada tahun 580).
- Basina (meninggal setelah 590) - seorang biarawati; ia memimpin pemberontakan di biara Poitiers.
- Childesinda (meninggal muda karena disentri).
3.2. Pernikahan Kedua dan Kematian Galswintha
Setelah menceraikan istri pertamanya, Audovera, Chilperic mengambil seorang pelayan bernama Fredegunda sebagai selirnya. Namun, ketika saudaranya Sigebert menikah dengan Brunhilda, putri penguasa Visigoth di Spanyol (Athanagild), Chilperic juga ingin melakukan pernikahan yang cemerlang. Ia kemudian menyingkirkan Fredegunda dan menikahi saudara perempuan Brunhilda, Galswintha. Namun, ia segera bosan dengan pasangan barunya, dan suatu pagi Galswintha ditemukan tewas dicekik di tempat tidurnya. Sumber lain menyebutkan bahwa ia dicekik oleh orang kepercayaan Chilperic atas perintahnya.
Kematian Galswintha ini menjadi penyebab perang yang panjang dan berdarah, diselingi dengan gencatan senjata, antara Chilperic dan Sigebert, yang biasanya berakhir dengan status quo di Tours dan Poitiers.
3.3. Hubungan dengan Fredegunda dan Anak-anak
Beberapa hari setelah kematian Galswintha, Chilperic menikahi Fredegunda, sekitar tahun 568. Dari hubungan ini, mereka memiliki enam anak sah:
- Rigunth (sekitar 569 - setelah 589), bertunangan dengan Reccared tetapi tidak pernah menikah.
- Chlodebert (sekitar 570/72 - 580), meninggal muda.
- Samson (sekitar 573 - akhir 577), meninggal muda.
- Dagobert (sekitar 579/80 - 580), meninggal muda.
- Theuderic (sekitar 582 - 584), meninggal muda.
- Chlothar II (lahir sebelum September 584 - 18 Oktober 629), penerus Chilperic di Neustria, yang kemudian menjadi raja tunggal Franka.

4. Aktivitas Budaya dan Intelektual
Meskipun dikenal karena kekejaman politiknya, Chilperic I juga menunjukkan sisi yang berbeda sebagai seorang tokoh yang tertarik pada budaya dan reformasi hukum, terutama yang berkaitan dengan keadilan sosial.
4.1. Sastra, Musik, dan Reformasi Bahasa
Chilperic I adalah seorang yang memiliki bakat di bidang budaya. Ia adalah seorang musisi yang cukup berbakat dan juga menulis puisi, meniru gaya Sedulius. Selain itu, ia berupaya mereformasi Abjad Franka, menunjukkan minatnya dalam pengembangan bahasa dan literasi.

4.2. Upaya Reformasi Hukum
Salah satu aspek penting dari pemerintahannya adalah upayanya untuk mengurangi dampak terburuk dari Hukum Salika terhadap perempuan. Hukum Salika, yang merupakan kumpulan hukum adat Franka, seringkali membatasi hak-hak perempuan, terutama dalam hal warisan. Upaya Chilperic untuk mereformasi hukum ini menunjukkan perhatiannya terhadap keadilan sosial dan hak-hak minoritas dalam masyarakatnya, sebuah langkah progresif untuk zamannya.
5. Pandangan Keagamaan dan Kontroversi
Pandangan keagamaan Chilperic I sering kali menjadi sumber kontroversi, terutama karena upaya-upayanya yang tidak konvensional dan kebijakan represif terhadap kelompok minoritas.
5.1. Kontroversi Doktrin Tritunggal
Sebagian besar informasi mengenai Chilperic I berasal dari Sejarah Franka karya Gregorius dari Tours. Gregorius sangat membenci Chilperic, bahkan menyebutnya sebagai "Nero dan Herodes pada masanya" (VI.46). Salah satu alasan kebencian Gregorius adalah upaya Chilperic untuk mengajarkan doktrin baru mengenai Tritunggal. Meskipun beberapa sarjana memperdebatkan sejauh mana Gregorius tidak menyukai Chilperic, jelas bahwa pandangan keagamaan Chilperic yang tidak ortodoks menimbulkan ketidaksetujuan di kalangan gereja dan tokoh-tokoh keagamaan pada masanya.
5.2. Pemaksaan Konversi Yahudi
Menurut Gregorius dari Tours, Chilperic juga terlibat dalam kebijakan pemaksaan konversi terhadap kaum Yahudi. Kebijakan ini, yang memaksa kelompok minoritas untuk meninggalkan keyakinan mereka, mencerminkan pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan beragama. Tindakan ini menambah daftar kritik terhadap pemerintahannya, menyoroti sisi represif dari kekuasaannya.
6. Kematian
Kematian Chilperic I terjadi secara tiba-tiba dan misterius, mengakhiri pemerintahannya yang penuh gejolak.
6.1. Pembunuhan
Pada September 584, Chilperic I tewas ditikam oleh seorang penyerang tak dikenal saat ia kembali dari ekspedisi berburu di vila kerajaannya di Chelles. Meskipun identitas pembunuhnya tidak pernah terungkap secara pasti, beberapa sumber menyebutkan bahwa pelakunya dinyatakan sebagai bendaharanya, Eberulf, dan seluruh wilayah kekuasaannya disita. Ia dimakamkan di Basilika Saint Vincent di Paris, yang kemudian menjadi bagian dari Saint-Germain-des-Prés.
7. Evaluasi dan Warisan
Chilperic I adalah sosok yang kompleks dan kontroversial, yang penilaiannya sangat bervariasi antara sezaman dan sejarawan modern.
7.1. Evaluasi Sezaman (Gregorius dari Tours)
Seperti yang telah disebutkan, Gregorius dari Tours memiliki pandangan yang sangat negatif terhadap Chilperic, menjulukinya "Nero dan Herodes pada masanya." Kebencian Gregorius dipicu oleh beberapa tindakan Chilperic, termasuk perebutan Tours dari Austrasia, penyitaan properti gerejawi, dan penunjukan bangsawan istana yang bukan klerus sebagai uskup. Ini menunjukkan bahwa Chilperic tidak ragu untuk menantang otoritas gereja dan memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, yang tentu saja menimbulkan kemarahan dari kalangan rohaniwan. Selain itu, pemerintahan Chilperic di Neustria juga memperkenalkan hukuman pencongkelan mata yang berasal dari Bizantium, sebuah praktik brutal yang menambah citra tirani pada pemerintahannya.

7.2. Kritik Sejarah
Sejarawan kemudian juga mengkritik gaya pemerintahan Chilperic, yang sering kali dianggap tirani dan kejam. Keputusan-keputusannya dalam konflik dengan saudara-saudaranya, seperti pembunuhan Galswintha dan keterlibatan Fredegunda dalam pembunuhan Sigebert, menunjukkan sisi gelap kepemimpinannya. Pandangan keagamaan yang kontroversial dan kebijakan pemaksaan konversi terhadap kaum Yahudi juga menjadi poin kritik yang menyoroti pelanggaran hak asasi manusia selama pemerintahannya.
7.3. Evaluasi Positif
Meskipun banyak kritik, Chilperic I juga memiliki aspek-aspek positif yang patut dicatat. Ia dikenal sebagai seorang yang berbudaya, seorang musisi berbakat, dan seorang penulis puisi. Upayanya untuk mereformasi alfabet Franka menunjukkan minatnya dalam pengembangan intelektual dan pendidikan. Yang paling signifikan, usahanya untuk mengurangi dampak negatif Hukum Salika terhadap perempuan mencerminkan perhatian terhadap keadilan sosial dan hak-hak yang lebih besar bagi kelompok yang rentan. Hal ini menempatkannya sebagai seorang penguasa yang, di tengah kekejaman politiknya, juga memiliki visi untuk perbaikan masyarakat.
8. Dampak
Pemerintahan Chilperic I memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan Kerajaan Franka dan sejarah Eropa selanjutnya. Konflik internal yang berkepanjangan di antara saudara-saudara Merovingian, yang sebagian besar dipicu oleh ambisi Chilperic, melemahkan persatuan Franka dan menciptakan periode ketidakstabilan. Namun, di sisi lain, upaya reformasi hukumnya, khususnya yang berkaitan dengan hak-hak perempuan, menunjukkan adanya benih-benih pemikiran progresif dalam masyarakat Franka. Meskipun ia sering dianggap sebagai tiran, warisannya adalah campuran dari kekejaman politik dan kontribusi budaya yang jarang ditemukan pada penguasa sezamannya.
9. Etimologi
Nama "Chilperic" berasal dari bahasa Jermanik kuno. Dalam bahasa Franka, nama ini berarti "pendukung yang kuat" atau "penolong yang kaya". Makna ini mirip dengan kata dalam bahasa Jerman modern, hilfreichhilfreichBahasa Jerman, yang berarti "membantu" atau "bermanfaat", yang berasal dari HilfeHilfeBahasa Jerman (bantuan) dan reichreichBahasa Jerman (kaya, aslinya kuat).
10. Referensi Budaya
Chilperic I telah menginspirasi karya budaya populer, salah satunya adalah operetta berjudul Chilpéric, yang diciptakan oleh Hervé dan pertama kali dipentaskan pada tahun 1864.