1. Overview
Chonlathee Thanthong (ชลธี ธารทองBahasa Thai; terlahir dengan nama Somnuk Thongma; 31 Agustus 1937 - 21 Juli 2023) adalah seorang komposer dan penyanyi luk thung Thailand yang dikenal luas dengan julukan "Malaikat Lagu" (เทวดาเพลงBahasa Thai). Ia aktif berkarya dalam industri musik selama 57 tahun, dari tahun 1965 hingga 2022. Lagu-lagu ciptaannya sangat terkenal dan berhasil menjadikan banyak penyanyi meraih ketenaran di industri musik country Thailand. Atas kontribusinya yang luar biasa, ia dihormati oleh Kantor Komisi Kebudayaan Nasional (saat ini Departemen Promosi Kebudayaan) sebagai Seniman Nasional Thailand dalam kategori Seni Pertunjukan (Komposer Luk Thung) pada tahun 1999. Perannya dalam mengembangkan dan memperkaya genre luk thung sangat signifikan, menjadikannya salah satu figur paling berpengaruh dalam sejarah musik Thailand.
2. Biography

Chonlathee Thanthong menjalani kehidupan yang penuh perjuangan sejak masa kecilnya, membentuknya menjadi pribadi yang ulet dan akhirnya mencapai puncak kesuksesan di dunia musik.
2.1. Birth and Childhood
Somnuk Thongma lahir pada 31 Agustus 1937, di Moo 2, Tambon Sa Si Liam, Distrik Phanat Nikhom, Provinsi Chonburi, Thailand. Ayahnya bernama Phan Thongma dan ibunya bernama Somkliang Thongma. Kehidupan masa kecilnya sangatlah miskin dan sulit. Ayahnya adalah seorang buruh lepas yang sering bepergian. Ibunya melahirkan dia saat sedang memanen padi dan meninggal karena pendarahan ketika Somnuk baru berusia enam bulan. Pada saat kelahirannya, bahkan tidak ada kain lap untuk dijadikan popok.
2.2. Education
Chonlathee memulai pendidikan di kelas 1 sekolah dasar di Sekolah Wat Kaewsilaram, Provinsi Chonburi. Ia kemudian melanjutkan ke kelas 4 di Sekolah Wat Khok Khin Nom, Chonburi. Ia menyelesaikan pendidikan menengahnya di Sekolah Pracha Songkhro, Distrik Phan Thong, Provinsi Chonburi.
2.3. Early Career and Various Jobs
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Somnuk pindah untuk tinggal bersama kerabatnya di Provinsi Ratchaburi dan telah bekerja di berbagai bidang untuk menyambung hidup. Pekerjaan-pekerjaan yang pernah ia jalani meliputi bertani, menggali tanah, membakar arang, menjadi tukang kayu, pekerja konstruksi, petinju, pemain likay, komentator film, penari latar, buruh, dan penyanyi. Berbagai pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang kehidupan rakyat jelata, yang kemudian banyak memengaruhi tema dan lirik lagu-lagu ciptaannya.
3. Music Career and Activities
Perjalanan karier musik Chonlathee Thanthong adalah kisah ketekunan dan bakat yang luar biasa, dari awal yang sulit hingga menjadi salah satu maestro musik luk thung Thailand.
3.1. Entry into the Music Industry
Chonlathee sudah tertarik pada lagu-lagu luk thung sejak kecil. Ia pernah menjadi penyanyi pemandu ramwong untuk grup tari ramwong terkenal pada masanya, Dao Thong. Kemudian, ia mendaftar sebagai penyanyi di grup musik Suraphon Sombatjaroen, Raja Lagu Luk Thung Thailand, dan sempat tampil di panggung saat pendaftaran. Namun, karena tidak memiliki tempat tinggal di Bangkok dan harus pulang-pergi dari provinsi (Ratchaburi) serta tidak familiar dengan rute di Bangkok, ia sering terlambat selama tiga hari berturut-turut, yang menyebabkan ia diberhentikan dari grup.
Setelah itu, ia diajak untuk bergabung dengan grup likay dan menjadi komentator film sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi biksu. Setelah keluar dari kebhikkhuan, ia bekerja sebagai penari latar di grup musik Thianchai Somayaprasert, yang saat itu memiliki penyanyi terkenal Phongsi Woranut (istri Thianchai). Namun, ia harus meninggalkan grup tersebut karena dituduh mencuri emas milik seorang penyanyi saat bus rombongan mengalami kecelakaan.
Kemudian, ia mendaftar dalam kontes menyanyi yang diselenggarakan oleh grup Ruam Dao Krachai milik guru Samniang Muangthong. Ia menggunakan lagu ciptaannya sendiri dan memenangkan kontes tersebut. Guru Samniang mengajaknya bergabung dengan rombongan, tetapi ia tidak langsung tampil karena jumlah penyanyi sudah penuh. Guru Samnianglah yang memberinya nama panggung "Chonlathee Thanthong," karena ia berasal dari Chonburi. Setelah satu setengah tahun, Chonlathee akhirnya mulai tampil menyanyi. Ia kemudian mendapatkan kesempatan untuk merekam lagu pertamanya, "Ruean Hor Ti Rai Nang" (Rumah Pengantin Tanpa Kekasih), yang diciptakan oleh Thonglor Khongsuk. Setelah itu, ia merekam tiga lagu lainnya: "Lagorn Kwam Rak" (Selamat Tinggal Cinta), "Ruea Jang Tha Phra Jan" (Perahu Penyeberangan Tha Phra Jan), dan "Fashion Mai" (Mode Baru). Selama waktu luang, ia belajar seni komposisi lagu secara formal dari guru Samniang, menerapkan pengetahuannya dalam menulis klong (puisi Thailand), chan, kab, dan klon (bentuk-bentuk puisi Thailand) dalam penciptaan lagunya.
Saat berada di grup Ruam Dao Krachai, lagu "Po Rue Yang" (Apakah Sudah Cukup?) ciptaan Chonlathee dibawakan oleh Sornkiri Sriprachuap dan meraih kesuksesan besar. Namun, awalnya tidak ada yang percaya bahwa Chonlathee adalah penciptanya. Lagu ini tercipta setelah ia patah hati karena cintanya ditolak oleh seorang gadis di grup yang sama. Ia menyanyikan lagu itu untuk meredakan kekecewaannya. Seorang penyanyi pria di grup itu menyukainya dan memintanya untuk membawakan lagu tersebut di panggung. Belakangan, penyanyi pria tersebut diberhentikan dan bergabung dengan grup Sornkiri. Ketika Sornkiri mendengar lagu itu, ia menanyakan siapa penciptanya, dan penyanyi itu mengaku sebagai penciptanya. Sornkiri kemudian merekam lagu itu dengan mencantumkan namanya sebagai pencipta. Ketika Chonlathee Thanthong mengetahui hal ini dan menyampaikan keberatannya, Sornkiri menjelaskan situasinya, dan semua pihak akhirnya memahami.
Setelah beberapa tahun bersama guru Samniang, Chonlathee mulai dikenal, tetapi suatu hari ia diminta untuk meninggalkan grup bersama Prayong Chuenyen, Dan Buriram, dan Rungroj Phatthalung, dengan tuduhan bahwa mereka terlalu populer dan akan membentuk grup sendiri, meskipun tuduhan tersebut tidak benar. Mereka semua kembali ke Bangkok tanpa sempat tampil. Dalam perjalanan pulang, guru Chonlathee Thanthong menciptakan lagu "Fak Jai Wai Phitsanulok" (Nitipkan Hati di Phitsanulok), yang kemudian direkam oleh Jeerapan Weerapong.
Kemudian, seorang investor mendanai pembentukan grup musiknya sendiri yang bernama "Suraphat," milik Khun Praphol Suraphat. Dua temannya, Prasopchok Meelarp dan Rungrawee Nongkhae, sudah lebih dulu bergabung di sana. Di grup Suraphat, Chonlathee dan kelima penyanyi utama lainnya masing-masing merekam satu lagu ciptaan guru Phaiboon Butrkhan: Chonlathee Thanthong menyanyikan "Sao Chanthaboon," Dan Buriram menyanyikan "Rak Kan Chan Puean," Rungrawee Nongkhae menyanyikan "Noom Nongkhae," Rungroj Phatthalung menyanyikan "Namta Klaem Lao," Prasopchok Meelarp menyanyikan "Long Rak," dan Prayong Chuenyen menyanyikan "Lakhon Long Bot."
3.2. Songwriting Career
Chonlathee Thanthong telah menciptakan lebih dari 2.000 lagu. Karya-karyanya yang terkenal telah mengangkat banyak penyanyi *luk thung* ke puncak ketenaran. Ia dikenal karena kemampuannya yang unik dalam memilih kata-kata puitis untuk lirik lagunya, menyampaikan pesan yang sarat makna dan mempromosikan nilai-nilai kehidupan Thailand. Melodi lagu-lagunya memikat dan menyentuh hati pendengar. Ia adalah komposer yang menciptakan baik lirik maupun melodi lagunya sendiri, seringkali menggunakan berbagai bentuk prosodi Thailand (*chanthalak*) dalam komposisinya. Kualitas karyanya ini membuat ia dijuluki "Malaikat Lagu" oleh Yingyong Sadedyard, seorang kolumnis surat kabar Thai Rath.
Pada tahun 1973, ia sempat memutuskan untuk meninggalkan industri musik setelah Sornkiri Sriprachuap meninggal dalam kecelakaan setelah ia menyelesaikan serangkaian lagu untuknya. Chonlathee membawa keluarganya untuk membantu mertuanya bertani jagung di Kaeng Suea Ten. Namun, sebelum meninggalkan Bangkok, ia bertemu secara tidak sengaja dengan seorang pencuci mobil di sebuah pom bensin di daerah Bukkhalo yang memiliki suara yang sangat ia sukai. Chonlathee memberikan dua lagu yang seharusnya untuk Sornkiri kepada pemuda itu tanpa memungut biaya. Pemuda itu kemudian dikenal sebagai Sayan Sanya, yang menjadi sangat terkenal dengan lagu "Look Sao Poo Karn" dan "Maem Pla Ra" yang diberikan oleh Chonlathee pada hari itu.
Ketika Sayan Sanya meraih ketenaran, Mon Mueang Nuea memanggil Chonlathee kembali ke Bangkok untuk menciptakan lebih banyak lagu. Sejak saat itu, murid berikutnya yang ia buat terkenal adalah Sekkasak Phukanthong, yang populer dengan lagu "Thahan Akat Khat Rak" (Prajurit Udara Kehilangan Cinta). Chonlathee terus-menerus menghasilkan karya-karya berkualitas dan menemukan penyanyi-penyanyi berbakat untuk industri musik, meraih kesuksesan besar.
3.3. Singing Career
Selain sebagai pencipta lagu, Chonlathee juga aktif sebagai penyanyi. Selama lebih dari setahun ia berada di grup Suraphat, ia memiliki beberapa lagu yang ia nyanyikan sendiri dan menjadi populer, seperti "Leua Mai Tao Kao" (Tidak Tersisa Sebanyak Dulu), "Malai Rak Jak Fan Pleng" (Kalungan Bunga Cinta dari Penggemar), "Yok Hai Phoo Ying" (Diberikan untuk Wanita), "Khong Plom" (Barang Palsu), dan "Dang Waek Talat" (Populer Membelah Pasar). Setelah meninggalkan grup Suraphat, ia membentuk grup musiknya sendiri dengan mengajak Rungroj Phatthalung bersamanya.
3.4. Mentoring and Influence
Chonlathee Thanthong memainkan peran krusial dalam membina banyak bakat baru dan meninggalkan dampak besar pada perkembangan genre musik luk thung. Ia tidak hanya menciptakan lagu, tetapi juga membentuk karier banyak penyanyi terkenal. Beberapa penyanyi *luk thung* terkemuka yang namanya melambung berkat lagu-lagu ciptaannya termasuk Sayan Sanya, Yodrak Salakjai, Got Jakrapan, Sornphet Sornsuphan, Sodsai Rungphothong, Seree Rungsawang, Ekaphod Wongnak, Add Carabao, Monsit Khamsoi, Damrong Wongthong, dan Chalermphol Malakharm, di antara banyak lainnya. Kontribusinya dalam memperkenalkan dan mendukung generasi baru penyanyi sangat vital bagi kelangsungan dan evolusi musik *luk thung*.
3.5. Business and Band Management
Chonlathee Thanthong pernah mencoba terjun ke dunia bisnis musik dengan mengelola grup musik *luk thung* untuk Suriyan Songsang. Namun, musibah menimpa ketika penyanyi utama tersebut tewas ditembak sebelum grup dapat sepenuhnya berkembang. Peristiwa ini menyebabkan Chonlathee menanggung hutang yang sangat besar, sebuah tantangan signifikan dalam kariernya.
4. Musical Characteristics and Style
Ciri khas musik Chonlathee Thanthong terletak pada pemilihan kata-kata yang puitis dan mendalam, menyerupai puisi, yang ia gunakan dalam lirik lagunya. Konten lagu-lagunya selalu sarat makna, mendorong nilai-nilai dan cara hidup tradisional Thailand. Melodi yang ia ciptakan memiliki keindahan yang memikat dan mudah diingat oleh pendengar.
Ia dikenal sebagai komposer yang menciptakan lirik dan melodi lagunya sendiri, menunjukkan kepiawaian artistik yang lengkap. Karya-karyanya menonjol karena penggunaan berbagai bentuk prosodi tradisional Thailand (*chanthalak*) yang cerdas, menunjukkan pemahaman mendalam tentang sastra dan musik. Semua lagu ciptaannya menjadi terkenal dan akrab di telinga para pecinta musik, menjadikannya salah satu ikon dalam penciptaan lagu *luk thung*.
5. Major Works
Chonlathee Thanthong memiliki katalog karya yang luas dalam berbagai medium, yang mencerminkan bakat multi-fasenya sebagai seniman.
5.1. Composed Songs
Chonlathee Thanthong telah menciptakan lebih dari 2.000 lagu, beberapa di antaranya telah menjadi lagu ikonik dalam genre *luk thung*. Berikut adalah beberapa lagu utama yang ia ciptakan beserta penyanyi yang membawakannya:
- "Po Rue Yang" (Apakah Sudah Cukup?) - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Jam Pa Lueam Ton" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Ai Noom Rot Tai" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Wan Nee Rak Wan Nee Lueam" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Katha Mat Jai" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Pit Hong Rong Hai" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Nangfa Yan Ay" (Malaikat Pun Malu) - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Phop Rak Pak Nam Pho" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Kham Sang Triam Phrom" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Kon Sue Thi Rai Khwam Mai" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Thahan Akat Khat Rak" (Prajurit Udara Kehilangan Cinta) - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Fak Jai Wai Thi Duean" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Nak Pleng Khon Jon" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Maem Pla Ra" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Yin Dee Rap Den" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Rak Thoraman" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Namta Isaan" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Look Sao Poo Karn" (Anak Gadis Kapten) - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Kin A Rai Thueng Suay" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Khong Khwan Chak Fan" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Long Ruea Ha Rak" (Berlayar Mencari Cinta) - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Ai Noom Tang Ke" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Khong Khwan Hai Fan" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Khong Khwan Khon Jon" - dibawakan oleh Sayan Sanya
- "Thep Thida Pha Sin" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Jot Mai Chak Mae" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Noom Thung Kra Chom Thong" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Rong Pleng Puea Mae" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Kon Klom Lok" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Kot Kae Jon" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Yin Dee Rap Den" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Rak An Tarai" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Ai Noom Rot Sung" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Riak Phi Dai Mai" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Pik Ban Hao Te" - dibawakan oleh Seree Rungsawang
- "Jot Mai Chak Naew Na" - dibawakan oleh Yodrak Salakjai
- "Sao Phak Hai" - dibawakan oleh Sornphet Sornsuphan
- "Long Ruea Ha Rak" - dibawakan oleh Yodrak Salakjai
- "Hom Thong Non Tai" - dibawakan oleh Yodrak Salakjai
- "Ngern Chai Mai" - dibawakan oleh Yodrak Salakjai
- "Kon Ban Nok" - dibawakan oleh Yodrak Salakjai
- "Sawan Ban Thung" - dibawakan oleh Yodrak Salakjai
- "Lueat Si Diaw Kan" - dibawakan oleh Yodrak Salakjai
- "Na Yang Thoe Ja Rak Khrai Jing" - dibawakan oleh Sodsai Rungphothong
- "Ai Thong Rong Hai" - dibawakan oleh Sornphet Sornsuphan
- "Mai Rak Ya Mong" - dibawakan oleh Sornphet Sornsuphan
- "Kon Jon Yang Phi" - dibawakan oleh Sornphet Sornsuphan
- "Wan Nee Suay Kwa Muea Wan" - dibawakan oleh Got Jakrapan
- "Metta Tham" (lagu amal untuk Dana Anak Thailand)
- "Yang Rak Sa Mer" - dibawakan oleh Damrong Wongthong
- "Duean Khrueng Duang" - dibawakan oleh Damrong Wongthong
- "Phoo Ying Kon Sut Tai" - dibawakan oleh Damrong Wongthong
- "Thahan Ko Mee Hua Jai" - dibawakan oleh Damrong Wongthong
- "Rao Ro Khao Lueam" - dibawakan oleh Ekaphod Wongnak
- "Ai Noom T.Ch.D." - dibawakan oleh Ekaphod Wongnak
- "Aep Fan" - dibawakan oleh Ekaphod Wongnak
- "Chuea Phom Thoe Na" - dibawakan oleh Ekaphod Wongnak
- "Sao Rong Ngan Khon Suay" - dibawakan oleh Ekaphod Wongnak
- "Hom Fang Tang Pha" - dibawakan oleh Monsit Khamsoi
- "Mai Rak Tae Khit Thueng" - dibawakan oleh Monsit Khamsoi
- "Thewada Pleng" (Malaikat Lagu) - dibawakan oleh Add Carabao
- "Kra Thon Bai Mai" - dibawakan oleh Santi Duangsawang
- "Phop Rak Wan Khao Phansa" - dibawakan oleh Santi Duangsawang
- "Boon Lon Thap" - dibawakan oleh Santi Duangsawang
- "Ngoo Si Teen" - dibawakan oleh Santi Duangsawang
- "Noom Mueang Phet" - dibawakan oleh Wanchana Koetdee
- "Sia Jai Thammai" - dibawakan oleh Wanchana Koetdee
- "Mae Kha Ja Ya Na Ngo" - dibawakan oleh Wanchana Koetdee
- "Noom Na Ha Fan" - dibawakan oleh Wanchana Koetdee
- "Rok Pae Khwam Suay" - dibawakan oleh Wanchana Koetdee
- "Khuen La Alai" - dibawakan oleh Sonthi Sommart
- "Yaek Thang Kan Dern" - dibawakan oleh Nakhon Meechokchai
- "Noom Phetchabun Yang Koi" - dibawakan oleh Nakhon Meechokchai
- "Rak Sao Rong Ngan" - dibawakan oleh Nakhon Meechokchai
- "Pho Dai" - dibawakan oleh Nakhon Meechokchai
- "Bak Ham Thook Huay" - dibawakan oleh Nakhon Meechokchai
- "Silapin" - dibawakan oleh Banthoeng Thanthong
- "Racha Haeng Rachan" (Lagu duka cita untuk Bhumibol Adulyadej)
- "Fa Rong Hai" (Lagu duka cita untuk Bhumibol Adulyadej)
5.2. Film Appearances
Chonlathee Thanthong juga pernah tampil dalam beberapa film:
- Pleng Rak Luk Thung (1972)
- Mon Pleng Luk Thung F.M. (2002), di mana ia berperan sebagai juri kontes.
- Ruam Pon Kon Luk Thung Nern Lan (2013), di mana ia tampil sebagai Chonlathee (peran tamu).
5.3. Writings
Ia juga dikenal sebagai penulis, dengan sebuah buku berjudul Chonlathee Thanthong The Angel of Songs yang diterbitkan pada tahun 2004.
5.4. Concerts
Chonlathee Thanthong mengadakan beberapa konser besar yang merayakan karier musiknya:
- Konser "78 Tahun Legenda Sungai: Guru Chonlathee Thanthong" pada 16 Mei 2015.
- Konser "80 Tahun Legenda Sungai: Guru Chonlathee Thanthong" pada 2 Mei 2017.
6. Awards and Honors
Chonlathee Thanthong menerima berbagai penghargaan dan kehormatan atas kontribusi artistiknya yang signifikan terhadap musik Thailand.
6.1. National Artist Selection
Pada tahun 1999, Chonlathee Thanthong diangkat sebagai Seniman Nasional Thailand dalam kategori Seni Pertunjukan (Komposer Luk Thung) oleh Kantor Komisi Kebudayaan Nasional (saat ini Departemen Promosi Kebudayaan Kementerian Kebudayaan). Penobatan ini adalah pengakuan tertinggi negara atas bakat luar biasa dan kontribusinya yang tak ternilai bagi warisan budaya Thailand, khususnya dalam genre *luk thung*.
6.2. Major Awards
Sepanjang kariernya, Chonlathee Thanthong menerima banyak penghargaan bergengsi:
- Satu Penghargaan Piringan Emas Kerajaan untuk lagu "E Sao Transistor" pada tahun 1982.
- Tiga Penghargaan Antena Emas untuk lagu "Namta Isaan" pada tahun 1975, "Tai Thun Thoranee" pada tahun 1978, dan "Hom Thong Non Tai" pada tahun 1976.
- Tujuh Penghargaan dari Festival Peringatan Setengah Abad Luk Thung Thailand Bagian 1-2. Pada tahun 1989, ia menerima penghargaan untuk lagu "Ai Noom Tang Ke," "Mai Riao Khru," "Sao Tai Rai Khoo," dan "E Sao Transistor." Pada tahun 1991, ia menerima penghargaan untuk lagu "Lon Klao Phao Thai," "Thep Thida Pha Sin," dan "Raeng Ngan Khao Niaw."
- Satu Penghargaan Juara Lagu Tradisi Songkran dari Kantor Komisi Kebudayaan Nasional pada tahun 1990.
- Tiga Penghargaan Penyanyi Luk Thung Teladan untuk Promosi Budaya Thailand untuk lagu "Nao Jai Chai Daen," "Phop Rak Nakhon Phanom," dan "Jong Tham Dee."
- Satu Penghargaan Plakat Kehormatan pada Festival Musik ASEAN di Malaysia untuk lagu "E Sao Transistor" pada tahun 1981.
- Ia juga mendapat kehormatan untuk menampilkan lagu "Lon Klao Phao Thai" dalam acara "60 Tahun Bercerita Kisah Luk Thung Thailand."
- Pada tahun 2008, ia dianugerahi Ordo Direkgunabhorn kelas 4, Jatutadirek Khunaporn (จ.ภ.), sebuah tanda kehormatan kerajaan atas kontribusinya kepada negara.
7. Personal Life
Chonlathee Thanthong memiliki dua anak dari istri pertamanya: seorang putra bernama Ekkarin Thongma (atau Noom) dan seorang putri bernama Chalalai Thongma (atau Nan). Istri keduanya adalah Sasiwimol Thanthong (atau Kru Pum), yang berusia 28 tahun lebih muda darinya. Pada saat wafatnya, ia bermukim di Distrik Tha Muang, Provinsi Kanchanaburi.
8. Death
Chonlathee Thanthong meninggal dunia pada 21 Juli 2023, pukul 17.57 waktu setempat, pada usia 85 tahun. Ia menghembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan intensif akibat infeksi aliran darah di Rumah Sakit Siriraj, Bangkok, Thailand.
Setelah kematiannya, Raja Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida dengan kemurahan hati memberikan air mandi jenazah kerajaan, peti mati bermotif garis-garis, serta karangan bunga kerajaan yang diletakkan di depan peti jenazah. Selain itu, Putri Maha Chakri Sirindhorn juga dengan murah hati memberikan karangan bunga pribadi yang diletakkan di depan peti jenazah. Pada hari Sabtu, 6 Januari 2024, Putri Maha Chakri Sirindhorn secara pribadi menghadiri upacara kremasi kerajaan di Wat Rai Khing, Kuil Kerajaan, Distrik Sam Phran, Provinsi Nakhon Pathom. Banyak seniman dan penyanyi yang dekat dengan Chonlathee Thanthong, serta masyarakat umum, turut hadir dalam upacara kremasi kerajaan tersebut.
9. Assessment and Legacy
Chonlathee Thanthong meninggalkan warisan yang tak terhapuskan dalam industri musik Thailand. Ia dikenang sebagai "Malaikat Lagu" yang menciptakan lebih dari 2.000 lagu, banyak di antaranya menjadi hit abadi dan membentuk fondasi genre *luk thung*. Kontribusinya melampaui sekadar komposisi; ia adalah seorang mentor dan penemu bakat, yang berhasil mengangkat banyak penyanyi *luk thung* menjadi bintang nasional.
Karya-karyanya dihargai karena liriknya yang puitis dan bermakna, melodi yang indah, serta kemampuannya untuk menangkap esensi kehidupan dan budaya Thailand. Pengangkatannya sebagai Seniman Nasional Thailand pada tahun 1999 menegaskan statusnya sebagai salah satu figur budaya paling penting di negara tersebut. Chonlathee Thanthong akan selalu diingat sebagai maestro yang tidak hanya menciptakan musik, tetapi juga membentuk dan memperkaya identitas musik *luk thung* bagi generasi mendatang. Pengaruhnya terus terasa dalam karya-karya seniman kontemporer dan kekaguman publik terhadap warisan artistiknya.