1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Etsuko Inada lahir pada 8 Februari 1924 di Osaka, Jepang, sebagai putri bungsu dari keluarga pemilik toko jam tangan Inada. Ia mulai mengenal seluncur indah dan menerima pelatihan sejak usia delapan tahun, pada tahun 1932, di bawah bimbingan pelatih Yasumi Nagai. Bakatnya dalam olahraga ini segera berkembang pesat.
Ia menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Wanita Baika (saat ini Sekolah Menengah Atas Baika), dan setelah lulus, ia melanjutkan studi di sekolah kejuruan untuk mendalami bahasa Inggris.
2. Karier Seluncur Indah
Karier Etsuko Inada dalam seluncur indah membentang dari era pra-perang hingga periode pasca-perang, ditandai dengan pencapaian historis dan upaya adaptasi terhadap kondisi sulit. Bagian ini membahas perjalanan kariernya dari debut olimpiade hingga masa pasca-perang.
2.1. Karier Pra-Perang dan Debut Olimpiade
Inada memulai debutnya di kompetisi seluncur indah pada tahun 1933-1934 dengan memenangkan Kejuaraan Junior Seluruh Jepang. Ia kemudian meraih gelar juara pertamanya sebagai juara nasional wanita pertama di Kejuaraan Seluruh Jepang pada tahun 1934-1935. Pada seleksi perwakilan Jepang pada November 1935, ia unggul jauh dengan total skor 1745.3 poin, lebih dari 300 poin di atas peringkat kedua, Tamako Togo. Penilaian saat itu menyebutkan bahwa akurasi putarannya bahkan melampaui atlet putra. Menanggapi keputusan seleksi, ia berkata, "Yang saya takutkan hanyalah saudari Sonja Henie."
Pada Januari 1936, Inada berpartisipasi dalam Kejuaraan Seluncur Indah Eropa di Berlin, Jerman. Dalam kesempatan itu, ia berkesempatan bersalaman dengan Adolf Hitler, Kanselir Jerman.
Pada Februari 1936, Inada, yang saat itu berusia 12 tahun, berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin Garmisch-Partenkirchen di Jerman. Keikutsertaannya ini mencetak sejarah sebagai rekor partisipasi atlet Jepang termuda di Olimpiade (baik Musim Panas maupun Musim Dingin) hingga saat ini, serta menjadi satu-satunya atlet wanita Jepang yang berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin sebelum Perang Dunia II. Atas dasar ini, Inada dikenal luas sebagai salah satu pionir seluncur indah wanita di Jepang.


Selama Olimpiade, ia mengenakan kostum putih yang dihiasi bunga anyelir merah, hadiah dari Asosiasi Wanita Jepang di Berlin, dan tampil dengan iringan lagu mars militer Jerman, menarik perhatian banyak penonton. Kostum asli yang dikenakannya saat Olimpiade kini disimpan di Museum Olahraga Peringatan Pangeran Chichibu, dengan tambahan aplikasi bendera Jepang dan anyelir merah yang direstorasi pada bagian dada atas permintaan Inada sendiri di kemudian hari. Meskipun finis di posisi ke-10 dari 26 peserta, penampilannya mendapat pujian dari Sonja Henie, peraih medali emas tiga kali dari Norwegia, yang menyatakan, "Era Inada pasti akan datang dalam waktu dekat." Inada sendiri sangat mengagumi Henie dan di kemudian hari mengunjungi rumah Henie di Oslo. Ia juga sempat bersalaman lagi dengan Adolf Hitler, yang hadir sebagai penonton, bersama dengan atlet seluncur cepat Kunio Nando. Dilaporkan bahwa saat upacara pembukaan, Hitler bertanya kepada stafnya, "Apa yang dilakukan gadis kecil itu di sini?", merujuk pada tinggi Inada yang hanya 127 cm.
Setelah Olimpiade, pada bulan Maret, Inada berkompetisi di Kejuaraan Dunia Seluncur Indah di Paris, Prancis, dan kembali finis di posisi ke-10. Dari tahun 1937 hingga 1941, Inada berhasil meraih lima gelar juara berturut-turut di Kejuaraan Nasional Jepang, sebuah rekor yang baru terpecahkan pada tahun 1977 oleh Emi Watanabe. Pada tahun 1938, komposer Kunihiko Hashimoto menggubah lagu mars "Happy Skaters" sebagai penghormatan atas penampilan Inada, yang kemudian dirilis dalam sebuah rekaman bersama waltz "Rising Sun" karya Walter Peters oleh perusahaan rekaman Victor.
Inada diharapkan menjadi salah satu atlet terkemuka di Olimpiade Musim Dingin 1940 yang direncanakan akan diadakan di Sapporo. Namun, karena memburuknya situasi internasional akibat berlarut-larutnya Perang Tiongkok-Jepang Kedua, Jepang menyerahkan hak penyelenggaraan Olimpiade pada tahun 1938, sehingga kesempatan Inada untuk tampil di Olimpiade kedua kalinya pun sirna.
Selama Perang Dunia II, Inada pernah melakukan kunjungan ke Manchuria untuk menghibur tentara dan dilaporkan pernah berseluncur di sungai yang membeku. Pada tahun 1945, saat perang berakhir, ia berada di Prefektur Nara dan menikah setahun kemudian.
2.2. Comeback Pasca-Perang dan Karier Lanjut
Setelah perang, Etsuko Inada kembali ke dunia kompetisi pada tahun 1949, meskipun ia menghadapi perceraian dalam kehidupan pribadinya. Ia memenangkan sebuah kompetisi tak lama sebelum Kejuaraan Nasional Jepang 1949 yang direncanakan, tetapi kejuaraan tersebut dibatalkan karena cuaca yang terlalu hangat.
Pada tahun 1951, ia meraih gelar juara nasional Jepang ketujuh kalinya. Pada tahun yang sama, ia berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia Seluncur Indah 1951 di Italia bersama dengan Ryusuke Arisaka, menandai partisipasi atlet Jepang di kejuaraan dunia setelah 15 tahun. Namun, Inada menghadapi berbagai kesulitan, termasuk terpaksa menggunakan celana dalam pria (ももひきmomohikiBahasa Jepang) sebagai pengganti celana ketat seluncur indah yang layak karena kelangkaan pasca-perang. Pilihan musiknya juga tertinggal dari tren global. Akibatnya, ia hanya finis di posisi ke-21 dari 23 peserta. Inada pensiun dari karier kompetitif pada tahun 1952.
3. Aktivitas Pasca-Pensiun
Setelah pensiun dari karier kompetitifnya, Etsuko Inada mengabdikan dirinya untuk pengembangan seluncur indah di Jepang melalui peran kepelatihan dan juga menjalani kegiatan bisnis. Bagian ini merinci kontribusinya sebagai pelatih dan kiprahnya di luar arena seluncur indah.
3.1. Karier Kepelatihan
Setelah pensiun sebagai atlet pada tahun 1952, Inada beralih profesi menjadi pelatih seluncur indah. Ia berhasil membimbing sejumlah atlet terkenal, termasuk para peserta Olimpiade seperti Miwa Fukuhara, Junko Hiramatsu (dikenal juga sebagai Junko Ueno), dan Haruko Okamoto (dikenal juga sebagai Haruko Ishida). Selain itu, Inada juga memiliki kehormatan untuk memberikan pelajaran seluncur indah kepada anggota Keluarga Kekaisaran Jepang, yang menunjukkan statusnya yang dihormati dalam masyarakat Jepang.
3.2. Aktivitas Lain
Di luar dunia seluncur indah, Etsuko Inada juga dikenal sebagai seorang pebisnis. Ia membuka sebuah butik di Aoyama, Tokyo, sebuah area yang terkenal dengan pusat mode dan gaya hidup. Kegiatan ini menunjukkan sisi lain dari kehidupannya setelah masa kejayaan sebagai atlet.
4. Filosofi dan Kehidupan Pribadi
Etsuko Inada dikenal memiliki filosofi hidup yang kuat dan semangat juang yang tinggi. Ia pernah menyatakan, "Berpartisipasi dalam Olimpiade hanya demi partisipasi adalah sebuah kebohongan. Di kesempatan sekali seumur hidup, Anda harus berhasil dan menjadi nomor satu!" Keyakinan seumur hidupnya adalah "Untuk menjadi yang terbaik di dunia, dibutuhkan usaha, usaha, dan usaha."
Dalam kehidupan pribadinya, Inada menikah setelah Perang Dunia II dan memiliki seorang putra. Namun, ia kemudian mengalami perceraian.
5. Kematian
Etsuko Inada meninggal dunia pada 8 Juli 2003, di sebuah rumah sakit di Chiba, Jepang, pada usia 79 tahun. Penyebab kematiannya adalah kanker perut.
Upacara pemakamannya diadakan di Tsukiji Hongan-ji, Tokyo. Mengingat hubungannya yang pernah melatih anggota keluarga kekaisaran Jepang, banyak anggota keluarga kekaisaran, termasuk Kaisar dan Permaisuri, mengirimkan karangan bunga sebagai tanda penghormatan. Kehadiran dan penghormatan dari keluarga kekaisaran menunjukkan betapa dihormatinya Inada dalam masyarakat Jepang.
6. Warisan dan Pengaruh
Etsuko Inada meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah seluncur indah Jepang dan terus memberikan pengaruh pada budaya Jepang.
6.1. Signifikansi Sejarah
Sebagai atlet wanita Jepang pertama yang berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin pada usia 12 tahun di Olimpiade Musim Dingin 1936, Etsuko Inada memegang rekor sebagai atlet Olimpiade termuda Jepang sepanjang masa, baik di Olimpiade Musim Panas maupun Musim Dingin. Ia adalah pionir yang membuka jalan bagi atlet wanita Jepang lainnya dalam olahraga seluncur indah di panggung internasional. Gelar juara nasional tujuh kali juga menegaskan dominasinya dalam olahraga tersebut di Jepang selama era pra-perang dan pasca-perang.
6.2. Referensi Budaya
Kehidupan dan pengalaman Etsuko Inada telah diadaptasi atau direferensikan dalam berbagai karya seni dan media. Salah satu contohnya adalah novel karya Nakanishi Rei berjudul Teru Teru Bozu no Teruko-san (新潮社), di mana karakter pelatih seluncur indah dalam cerita tersebut diyakini terinspirasi dari Inada. Novel ini kemudian diadaptasi menjadi serial televisi drama pagi NHK Renzoku Terebi Shōsetsu berjudul Teru Teru Kazoku pada tahun 2003, di mana karakter "Eiko Inamoto" yang diperankan oleh Yoko Ishino adalah representasi fiksi dari Inada.
7. Sorotan Kompetisi
Berikut adalah rangkuman hasil dan prestasi Etsuko Inada dalam berbagai kompetisi seluncur indah yang ia ikuti sepanjang kariernya:
Internasional | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Event | 1933-34 | 1934-35 | 1935-36 | 1936-37 | 1937-38 | 1938-39 | 1939-40 | 1940-41 | 1948-49 | 1949-50 | 1950-51 | 1951-52 | |
Olimpiade | 10 | ||||||||||||
Kejuaraan Dunia | 10 | 21 | |||||||||||
Kejuaraan Eropa | 9 | ||||||||||||
Nasional | |||||||||||||
Event | 1933-34 | 1934-35 | 1935-36 | 1936-37 | 1937-38 | 1938-39 | 1939-40 | 1940-41 | Pensiun | 1948-49 | 1949-50 | 1950-51 | 1951-52 |
Kejuaraan Nasional Jepang | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 | ||||||
Festival Olahraga Nasional Jepang | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 | |||||||
Kejuaraan Junior Jepang | 1 |