1. Overview
Karmapa adalah garis keturunan tulku tertua dalam Buddhisme Tibet, khususnya sebagai kepala mazhab Karma Kagyu, salah satu dari empat mazhab utama Buddhisme Tibet. Gelar "Karmapa" berarti "dia yang melaksanakan aktivitas Buddha" atau "personifikasi semua aktivitas Buddha". Sejak pendiriannya oleh Düsum Khyenpa pada tahun 1110 M, silsilah ini telah mengalami 17 manifestasi, dengan setiap Karmapa yang bereinkarnasi memprediksi kelahirannya kembali dalam surat-surat terperinci. Meskipun sering disalahpahami sebagai "urutan ketiga" setelah Dalai Lama dan Panchen Lama, Karmapa memegang posisi otoritas spiritual yang unik dan dihormati di dalam tradisi Karma Kagyu dan Buddhisme Tibet secara keseluruhan. Identitas Karmapa dikonfirmasi melalui kombinasi wawasan supernatural guru garis keturunan, surat prediksi dari Karmapa sebelumnya, dan kemampuan anak yang baru lahir untuk mengenali objek dan orang yang dikenal oleh inkarnasi sebelumnya. Walaupun silsilah ini menghadapi beberapa sengketa pengakuan di masa lalu, termasuk perselisihan mengenai Karmapa ke-17 yang telah berlangsung lama, isu tersebut telah diselesaikan melalui pernyataan bersama oleh dua kandidat utama, Ogyen Trinley Dorje dan Trinley Thaye Dorje, pada Desember 2023.
2. Sejarah Garis Keturunan
Garis keturunan Karmapa memiliki sejarah yang kaya dan kompleks, dimulai dari pendirinya, Düsum Khyenpa, dan berkembang menjadi salah satu silsilah terpenting dalam Buddhisme Tibet. Perkembangan ini mencakup pembentukan sistem pengakuan reinkarnasi dan penyelesaian sengketa yang terjadi sepanjang sejarahnya.
2.1. Asal Usul dan Pembentukan

Asal usul garis keturunan Karmapa dimulai dengan Düsum Khyenpa (1110-1193), yang secara anumerta diakui sebagai Karmapa pertama. Beliau adalah seorang murid berbakat dari guru Tibet, Gampopa, dan juga tercatat sebagai murid Sonam Rinchen. Düsum Khyenpa dikenal karena ketekunannya dalam mempelajari Buddhisme sejak usia muda dan mencari guru-guru besar pada usia dua puluhan dan tiga puluhan. Dikatakan bahwa ia mencapai pencerahan pada usia lima puluh tahun saat mempraktikkan Yoga Mimpi. Sejak saat itu, ia dihormati oleh para guru kontemporer terkemuka seperti Shakya Śri dan Lama Shang sebagai Karmapa, sebuah manifestasi dari Avalokiteśvara, yang kedatangannya telah diprediksi dalam Samadhiraja Sutra dan Laṅkāvatāra Sūtra. Pada tahun 1147, Düsum Khyenpa mendirikan Vihara Karma Dansa di Karma, dekat Rioche di Tibet timur, yang menandai awal mula mazhab Karma Kagyu dan garis keturunan Karmapa.
Silsilah oral dari Karma Kagyu, yang secara tradisional ditelusuri kembali ke Buddha Vajradhara, ditransmisikan kepada guru mahamudra dan tantra India bernama Tilopa (989-1069), kemudian melalui Naropa (1016-1100) kepada Marpa Lotsawa, dan seterusnya kepada Milarepa. Para leluhur silsilah Kagyu (བཀའ་བརྒྱུBka' brgyudBahasa Tibet) ini secara kolektif disebut "Rosario Emas".
2.2. Sistem Pengakuan Reinkarnasi
Karmapa adalah garis panjang lama yang secara sadar bereinkarnasi, dan Karma Pakshi, Karmapa kedua (1204-1283), adalah tulku (སྤྲུལ་སྐུ་sprul skuBahasa Tibet) pertama yang diakui dalam Buddhisme Tibet yang memprediksi keadaan kelahirannya kembali. Identitas seorang Karmapa dikonfirmasi melalui kombinasi beberapa faktor. Ini termasuk wawasan supernatural dari guru-guru garis keturunan yang telah mencapai realisasi, surat-surat prediksi yang ditinggalkan oleh Karmapa sebelumnya, serta proklamasi diri anak muda itu sendiri dan kemampuannya untuk mengidentifikasi objek dan orang yang dikenal oleh inkarnasi sebelumnya. Surat-surat prediksi ini dianggap sebagai bukti mutlak bahwa silsilah spirituallah yang bereinkarnasi, bukan garis keturunan dinasti.
2.3. Sengketa Pengakuan Historis
Sepanjang sejarahnya, garis keturunan Karmapa telah menghadapi beberapa konflik dalam proses pengakuan reinkarnasi mereka. Inkarnasi ke-8, ke-10, dan ke-12, serta Rangjung Rigpe Dorje, Karmapa ke-16 yang sangat terkenal, masing-masing menghadapi perselisihan selama pengakuan mereka, yang pada akhirnya berhasil diselesaikan.
Salah satu perpecahan paling signifikan terjadi setelah kematian Karma Pakshi, ketika dua kandidat muncul. Ini menyebabkan perpisahan antara Faksi Topi Hitam, yang dipimpin oleh Rangjung Dorje, dan Faksi Topi Merah, yang dipimpin oleh Dragpa Sengge. Faksi Topi Merah ini kemudian dikenal sebagai Shamarpa. Saat ini, Karmapa berasal dari Faksi Topi Hitam.
Kasus lain yang mencolok adalah pengakuan Karmapa ke-16. Pada waktu itu, Dalai Lama ke-13 mengakui seorang anak laki-laki, putra Menteri Keuangan Lungshawa, sebagai Karmapa ke-16. Namun, lama Karma Kagyu mengakui anak laki-laki lain dari keluarga Athubtsang di Derge. Lama Karma Kagyu menolak kandidat yang diakui oleh Dalai Lama ke-13, dan Dalai Lama ke-13 pada akhirnya menerima penolakan tersebut dan mengakui kandidat pilihan Kagyu, yang kemudian tumbuh menjadi Rangjung Rigpe Dorje.
3. Karakteristik dan Simbol
Karmapa memiliki ciri-ciri unik dan simbol-simbol penting yang mencerminkan status spiritual dan sejarah garis keturunan mereka.
3.1. Mahkota Hitam
Karmapa dikenal sebagai pemegang Mahkota Hitam (ཞྭ་ནག་Zhwa-nagBahasa Tibet), sehingga mereka kadang-kadang disebut sebagai "Lama Bertopi Hitam". Mahkota ini secara tradisional dipercaya ditenun oleh para dakini dari rambut mereka dan diberikan kepada Karmapa sebagai pengakuan atas pencapaian spiritualnya. Mahkota spiritual ini dikenal sebagai "mahkota yang muncul dengan sendirinya" (རང་འབྱུང་ཅོད་པནrang 'byung cod panBahasa Tibet).
Mahkota fisik yang diperlihatkan oleh para Karmapa adalah perwakilan material dari mahkota spiritual tersebut. Mahkota fisik ini dipersembahkan kepada Deshin Shekpa, Karmapa ke-5, oleh Kaisar Yongle dari Dinasti Ming Tiongkok. Mahkota tersebut terakhir diketahui berada di Vihara Rumtek di Sikkim, tempat kediaman terakhir Karmapa ke-16. Namun, lokasi tersebut telah mengalami beberapa gejolak sejak tahun 1993, menyebabkan kekhawatiran apakah mahkota itu masih ada di sana. Pemerintah India dilaporkan berencana untuk melakukan inventarisasi barang-barang yang tersisa di Rumtek dalam waktu dekat.
4. Daftar Karmapa
Berikut adalah daftar kronologis para Karmapa:
| No. | Nama | Periode Hidup | Keterangan |
|---|---|---|---|
| 1 | Düsum Khyenpa | 1110-1193 | Murid utama Gampopa; pendiri mazhab Karma Kagyu; secara anumerta diakui sebagai Karmapa pertama. |
| 2 | Karma Pakshi | 1204-1283 | Karmapa pertama yang diakui secara resmi dan memulai sistem reinkarnasi; diakui secara anumerta sebagai Karmapa kedua. |
| 3 | Rangjung Dorje | 1284-1339 | Memulai sistem tulku (lama reinkarnasi). |
| 4 | Rolpe Dorje | 1340-1383 | |
| 5 | Deshin Shekpa | 1384-1415 | Menerima Mahkota Hitam fisik dari Kaisar Yongle. |
| 6 | Thongwa Dönden | 1416-1453 | |
| 7 | Chödrak Gyatso | 1454-1506 | |
| 8 | Mikyö Dorje | 1507-1554 | |
| 9 | Wangchuk Dorje | 1556-1603 | |
| 10 | Chöying Dorje | 1604-1674 | |
| 11 | Yeshe Dorje | 1676-1702 | |
| 12 | Changchub Dorje | 1703-1732 | |
| 13 | Dudul Dorje | 1733-1797 | |
| 14 | Thekchok Dorje | 1798-1868 | |
| 15 | Khakyab Dorje | 1871-1922 | |
| 16 | Rangjung Rigpe Dorje | 1924-1981 | Mengalami sengketa pengakuan yang berhasil diselesaikan. |
| 17 | Ogyen Trinley Dorje | 1985-sekarang | Diakui oleh mayoritas Karma Kagyu, Dalai Lama ke-14, dan pemerintah Tiongkok. |
| 17 (Klaim Alternatif) | Trinley Thaye Dorje | 1983-2017 | Diakui oleh Shamar Rinpoche dan faksi minoritas. Menikah pada tahun 2016 dan melepaskan status kebhiksuan pada tahun 2017. |
5. Kontroversi Karmapa ke-17
Kontroversi mengenai identitas Karmapa ke-17 merupakan salah satu perselisihan suksesi paling signifikan dalam sejarah Buddhisme Tibet modern, yang menyebabkan perpecahan dalam mazhab Karma Kagyu.
5.1. Latar Belakang Sengketa
Setelah wafatnya Karmapa ke-16, Rangjung Rigpe Dorje, pada tahun 1981, muncul perbedaan pendapat yang tajam di antara para penguasa Karma Kagyu mengenai identitas reinkarnasinya. Perselisihan ini dipicu oleh penafsiran yang berbeda terhadap surat prediksi yang ditinggalkan oleh Karmapa ke-16, serta campur tangan faktor-faktor politik dan kepentingan yang berbeda. Konflik ini menyebabkan munculnya dua kandidat utama yang diakui secara terpisah, yang masing-masing memiliki dukungan kuat dari faksi-faksi tertentu dalam silsilah Karma Kagyu.
5.2. Tokoh Kunci dan Klaim
Dua kandidat utama yang muncul dalam kontroversi Karmapa ke-17 adalah:
- Ogyen Trinley Dorje (lahir 1985): Ia diakui sebagai Karmapa ke-17 oleh mayoritas pemegang silsilah Karma Kagyu, termasuk para regent senior. Pengakuan ini juga didukung oleh Dalai Lama ke-14 dan Pemerintah Pusat Tiongkok.
- Trinley Thaye Dorje (lahir 1983): Ia diakui sebagai Karmapa ke-17 oleh Shamar Rinpoche, yang merupakan kepala regent (wakil kepala) dari mazhab Karma Kagyu dan juga dikenal sebagai "Lama Bertopi Merah Karma".
Selain dua kandidat utama ini, ada juga klaim alternatif dari Dawa Sangpo Dorje (lahir 1977) dari Sikkim, yang memproklamirkan dirinya sebagai Karmapa ke-17 pada tahun 2001, meskipun klaimnya tidak mendapatkan dukungan luas.
5.3. Perkembangan Terkini dan Upaya Penyelesaian
Sejak awal kontroversi, kedua belah pihak dan para pendukungnya telah melakukan upaya untuk menyelesaikan perselisihan. Trinley Thaye Dorje, setelah diakui oleh Shamar Rinpoche, telah aktif melakukan kegiatan misionaris terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Namun, pada tanggal 25 Maret 2016, ia menikah dengan seorang wanita di New Delhi, India, dan mengumumkan pengunduran dirinya dari status kebhiksuan. Keputusan ini secara efektif menyebabkan faksi Shamar kehilangan pemimpin spiritual mereka.
Perkembangan paling signifikan terjadi pada tanggal 4 Desember 2023, ketika Ogyen Trinley Dorje dan Trinley Thaye Dorje mengeluarkan pernyataan bersama mengenai reinkarnasi Kunzig Shamar Rinpoche. Pernyataan ini menandai langkah besar menuju rekonsiliasi dan penyelesaian identitas Karmapa ke-17, yang mengakhiri perselisihan yang telah berlangsung puluhan tahun. Pernyataan bersama ini dianggap telah menyelesaikan masalah identitas Karmapa saat ini oleh kedua Karmapa itu sendiri.
6. Peran dan Pengaruh
Karmapa memegang peran yang sangat penting dan berpengaruh dalam Buddhisme Tibet dan khususnya dalam mazhab Karma Kagyu. Sebagai kepala dari salah satu mazhab utama, Karmapa tidak hanya menjadi simbol spiritual tetapi juga pemimpin administratif dan pelestari ajaran.
Meskipun terkadang secara keliru disebut sebagai "urutan ketiga" setelah Dalai Lama dan Panchen Lama, penting untuk dicatat bahwa Karmapa memimpin mazhab Karma Kagyu, yang berbeda dari mazhab Gelug yang dipimpin oleh Dalai Lama dan Panchen Lama. Oleh karena itu, frasa "urutan ketiga" tidak sepenuhnya akurat dalam konteks hierarki seluruh Buddhisme Tibet yang berbeda mazhab. Namun, karena ukuran dan pengaruh besar mazhab Karma Kagyu, serta perhatian global yang diterima oleh berita mengenai pengungsian dan kontroversi Karmapa ke-17, Karmapa memang memiliki tingkat pengakuan dan ketenaran yang setara dengan Dalai Lama dan Panchen Lama di mata publik internasional.
Karmapa adalah yang pertama di antara semua silsilah tulku di Tibet yang memulai tradisi sistem pengakuan reinkarnasi, sebuah inovasi signifikan yang kemudian diadopsi oleh mazhab-mazhab lain, termasuk garis keturunan Dalai Lama dan Panchen Lama. Ini menunjukkan kepeloporan dan dampak jangka panjang Karmapa terhadap praktik spiritual dan organisasi Buddhisme Tibet.
7. Biara dan Pusat Utama
Garis keturunan Karmapa memiliki beberapa biara dan pusat utama yang berfungsi sebagai pusat spiritual dan administratif di Tibet dan di seluruh dunia.
Biara utama dan bersejarah bagi para Karmapa adalah Vihara Tsurphu di U-Tsang, yang terletak di sepanjang lembah Tolung di Tibet tengah. Vihara ini telah menjadi kediaman utama Karmapa selama berabad-abad.
Setelah diaspora Tibet, tempat kediaman utama Karmapa didirikan di Dharma Chakra Centre di Vihara Rumtek di Sikkim, India. Vihara Rumtek berfungsi sebagai pusat utama kegiatan Karmapa di pengasingan.
Selain itu, Karmapa juga memiliki beberapa pusat monastik internasional yang penting:
- Karma Triyana Dharmachakra di New York, Amerika Serikat.
- Dhagpo Kagyu Ling di Dordogne, Prancis.
- Tashi Choling di Bhutan.
- Sebuah pusat di Dominika.
Pusat-pusat ini memainkan peran vital dalam menyebarkan ajaran Karma Kagyu dan melayani komunitas Buddhis di luar Tibet.