1. Overview
Hiroyuki Tomita (冨田 洋之Tomita HiroyukiBahasa Jepang; lahir 21 November 1980) adalah seorang pesenam artistik putra asal Jepang. Tomita secara luas diakui atas gaya senamnya yang elegan, bersih, dan tajam, serta filosofinya yang mengedepankan keindahan dalam penampilan. Ia menjadi salah satu pesenam terkemuka di dunia, terkenal sebagai all-arounder yang kuat di keenam disiplin senam. Sepanjang kariernya, ia meraih tiga medali Olimpiade dan gelar Kejuaraan Dunia di nomor all-around. Setelah pensiun dari kompetisi, Tomita melanjutkan kontribusinya pada olahraga senam dalam kapasitas kepelatihan dan akademik.
2. Kehidupan awal dan pendidikan
Hiroyuki Tomita memulai perjalanan senamnya pada usia muda dan menunjukkan bakat yang berkembang sepanjang masa pendidikannya, yang membentuk dasar karier kompetitifnya yang sukses.
2.1. Kehidupan awal dan awal karier senam
Hiroyuki Tomita lahir pada 21 November 1980 di Osaka, kota Osaka, Jepang. Ia mulai berlatih senam pada usia delapan tahun atas dorongan ibunya di Mac Gymnastics Club. Di klub yang sama, Kashima TakehiroKashima TakehiroBahasa Jepang, seorang pesenam yang sebaya dengannya, juga berlatih. Selain masa sekolah menengah, Tomita dan Kashima terus menjadi rekan satu tim hingga pensiun. Sekitar usia 12 tahun, Tomita mulai menyadari kemungkinan untuk berpartisipasi dalam Olimpiade. Ia dikenal sebagai individu yang pendiam dan rajin dalam latihan. Ia sering mengulang-ulang latihan dasar dan bahkan harus berlatih mengucapkan salam sebanyak 100 kali karena suaranya yang kecil.
2.2. Pendidikan dan karier sekolah menengah
Tomita menempuh pendidikan di SMA Rakunan. Pada tahun 1996, ia memulai debutnya di All-Japan Highschool Games, di mana ia menempati posisi ke-10 di kategori all-around. Tahun berikutnya, hasil kompetisinya meningkat pesat, dan ia berhasil meraih posisi pertama di all-around pada All-Japan Highschool Games 1997. Pada tahun yang sama, ia menempati posisi ke-9 di All-Japan Junior Championships. Tomita terus mendominasi All-Japan Highschool Games, memenangkan posisi pertama di all-around pada tahun 1998, serta menempati posisi pertama dalam event-event seperti palang tunggal (yang kemudian menjadi event khasnya), palang sejajar (di mana ia kemudian memenangkan medali Olimpiade), dan kuda pelana. Pada tahun 1998, ia meraih tiga gelar kejuaraan: Kejuaraan Seleksi Sekolah Menengah, Inter-High, dan Kejuaraan Junior Seluruh Jepang. Setelah lulus dari SMA Rakunan, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Juntendo.
3. Karier kompetitif
Karier kompetitif Hiroyuki Tomita ditandai oleh konsistensi yang luar biasa dan serangkaian pencapaian penting di panggung domestik maupun internasional, termasuk Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.
3.1. Debut internasional awal
Pada tahun 2000, Hiroyuki Tomita memenangkan Kejuaraan Mahasiswa Seluruh Jepang, dan berhasil mempertahankan gelarnya selama dua tahun berturut-turut hingga 2001. Pada tahun 2001, ia juga meraih kemenangan di Kejuaraan Seluruh Jepang. Konsistensi ini berlanjut pada tahun 2002, di mana ia memenangkan Kejuaraan Seluruh Jepang untuk kedua kalinya berturut-turut, meraih gelar di NHK Cup, dan menjadi juara tiga kali berturut-turut di Kejuaraan Mahasiswa Seluruh Jepang. Pada tahun yang sama, ia melakukan debut di Kejuaraan Dunia 2002, di mana ia menempati posisi keempat di final nomor gelang-gelang. Di Pesta Olahraga Asia Busan pada tahun 2002, ia meraih medali emas di nomor palang tunggal.
Pada tahun 2003, Tomita bergabung dengan Central Sports. Ia memenangkan NHK Cup untuk kedua kalinya berturut-turut. Pada Kejuaraan Dunia 2003, ia menjadi anggota tim putra Jepang yang meraih medali perunggu. Ia juga memenangkan medali perunggu di nomor all-around individu pada kompetisi yang sama, menegaskan dirinya sebagai salah satu pesenam putra terbaik Jepang, sementara rekan satu timnya, Naoya Tsukahara, hanya menempati posisi ketujuh di all-around.
3.2. Olimpiade Athena 2004
Pada Olimpiade Athena 2004 di bulan Agustus, Tomita menjadi salah satu atlet kunci tim putra Jepang dan memainkan peran penting dalam kemenangan mengejutkan tim tersebut, merebut gelar Olimpiade untuk pertama kalinya sejak tahun 1976. Kemenangan ini diraih atas tim putra Tiongkok yang sangat diunggulkan. Tomita memimpin tim dan sebagai pesenam terakhir di palang tunggal, ia berhasil melakukan Kovacs dengan putaran penuh, yang merupakan teknik E-sulit super, dan menyelesaikan dengan pendaratan sempurna pada salto mundur berputar ("Shinshin no Tsuki-men Chuugaeri"). Kontribusinya membantu Jepang meraih medali emas beregu, yang merupakan medali emas pertama dalam 28 tahun untuk senam putra Jepang, dan mengakhiri penantian 12 tahun sejak medali terakhir di Olimpiade Barcelona 1992. Penampilan ini juga menjadi sorotan, dengan siaran langsung dari penyiar NHK, Kariya FujioKariya FujioBahasa Jepang, yang banyak diperbincangkan.
Dalam kompetisi individu, Tomita menempati posisi keenam di all-around. Ia berhasil lolos ke final event di nomor palang sejajar, gelang-gelang, dan kuda pelana. Di final palang sejajar, ia berhasil meraih medali perak.
3.3. Era pasca-Athena (2004-2007)
Setelah Olimpiade Athena 2004, Hiroyuki Tomita terus membangun dominasinya di dunia senam. Pada tahun 2004, ia memenangkan Kejuaraan Seluruh Jepang di nomor all-around untuk ketiga kalinya dalam dua tahun, serta meraih gelar juara di Chunichi Cup all-around untuk ketiga kalinya berturut-turut.
Pada Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2005 di Melbourne, Australia, Tomita mengukuhkan dirinya sebagai pesenam terbaik di dunia dengan merebut gelar all-around. Kemenangan ini menjadikannya pesenam Jepang pertama dalam 31 tahun yang memenangkan Kejuaraan Dunia putra. Tomita memasuki rotasi terakhir dengan keunggulan lebih dari satu poin dan menyelesaikan rutin palang tunggalnya, meraih total 56.698 poin. Rekan satu timnya, Hisashi Mizutori, meraih medali perak all-around putra, menegaskan Jepang sebagai kekuatan serius dalam senam putra.
Pada Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2006, Tomita melakukan kesalahan saat mencoba Kovacs putaran penuh di palang tunggal dalam kompetisi beregu. Tim putra Jepang akhirnya menempati posisi ketiga. Dalam kompetisi all-around individu, Tomita berada di posisi ketiga setelah lima event. Event terakhirnya adalah palang tunggal, di mana ia sebelumnya jatuh dalam kompetisi beregu. Namun, Tomita memberikan penampilan yang menginspirasi dan memenangkan medali perak, di belakang pesenam Tiongkok, Yang Wei. Ia juga meraih medali perak di palang sejajar, sementara tim Jepang memenangkan medali perunggu beregu. Di Pesta Olahraga Asia Doha pada tahun yang sama, ia meraih medali emas di nomor kuda pelana.
Pada Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2007, tim putra Jepang dan Tiongkok melanjutkan rivalitas mereka untuk posisi tim putra teratas, dengan Tiongkok berada di puncak dan Jepang meraih medali perak beregu. Tomita tidak tampil baik di kompetisi all-around, menempati posisi ke-12, sementara rekan satu timnya Hisashi Mizutori meraih medali perunggu all-around. Tomita lolos ke final event di palang tunggal, gelang-gelang, dan kuda pelana, tetapi tidak memenangkan medali di event-event ini.
Pada 7 September 2007 di Stuttgart, Jerman, Tomita menerima "Longines Prize for Elegance" bersama Shawn Johnson. Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas atlet yang menunjukkan keanggunan luar biasa selama kompetisi internasional di tingkat dunia. Tomita adalah orang Jepang pertama yang menerima penghargaan ini. Selain trofi yang dirancang oleh seniman Swiss Piero Travaglini, penerima juga mendapatkan jam tangan dari koleksi Longines Evidenza dan cek senilai 5.00 K USD.
3.4. Olimpiade Beijing 2008
Pada Olimpiade Beijing 2008 di bulan Agustus, Jepang sebagai juara bertahan medali emas tim putra Olimpiade, dan dengan Tomita sebagai anggota tim putra tertua dan pemimpin, kembali bersaing ketat dengan Tiongkok untuk posisi teratas. Tim putra Tiongkok memenangkan medali emas dengan total tim 286.125, lebih dari tujuh poin di atas total Jepang 278.875, yang hanya cukup untuk medali perak.
Berdasarkan babak kualifikasi, Tomita menempati posisi keenam dalam kualifikasi all-around. Kōhei Uchimura dan Koki Sakamoto menempati posisi lebih tinggi darinya, masing-masing di posisi keempat dan kelima. Tomita jatuh di vault dalam kualifikasi, sehingga ia tertinggal 0.050 di belakang rekan satu timnya, Koki Sakamoto. Meskipun hanya dua kualifikasi teratas dari setiap negara yang bisa maju ke final all-around, yang berarti Tomita seharusnya tidak maju, pelatih kepala Jepang, Koji Gushiken, mengumumkan bahwa Tomita akan menggantikan Sakamoto dan berkompetisi di all-around, mengingat pengalamannya.
Dalam kompetisi all-around, Tomita bersaing memperebutkan medali hingga pada event ketiganya, gelang-gelang, sebuah kecelakaan menyebabkan ia jatuh ke matras dari gelang-gelang. Tomita terlihat kesakitan setelah jatuh dan kemudian terlihat mengaplikasikan kompres es di lehernya. Rupanya, kecelakaan itu menyebabkan Tomita mengalami cedera leher, bahu, dan punggung bawah. Namun, Tomita tetap melanjutkan kompetisi dan tampil baik di tiga event terakhir. Pada akhirnya, pesenam Prancis Benoît Caranobe mengungguli Tomita untuk medali perunggu all-around dengan selisih 0.175, menyebabkan Tomita finis di posisi keempat. Dalam sebuah wawancara, Tomita menyatakan bahwa ia tidak menyerah hingga akhir karena ia telah diberi kesempatan untuk berkompetisi di event tersebut dengan menggantikan rekan satu timnya, Koki Sakamoto, yang memiliki skor lebih baik darinya di kualifikasi. Tomita juga lolos ke final event palang tunggal putra dan menempati posisi keenam.
3.5. Pensiun dan kompetisi terakhir
Pada konferensi pers tanggal 10 November 2008, Hiroyuki Tomita mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia senam. Ia mengutip penurunan kekuatan dan ketidakmampuannya untuk terus melakukan senam pada tingkat tinggi sebagai alasan pensiunnya. Ia juga menyatakan bahwa "senam indah yang diidealkan menjadi sulit untuk dilakukan sendiri."
Kompetisi terakhir Tomita sebagai pesenam elit adalah di Final Piala Dunia di Madrid, Spanyol, pada bulan Desember 2008. Dalam kompetisi ini, hanya kejuaraan event yang diperebutkan tanpa kompetisi all-around. Tomita berkompetisi di nomor palang sejajar dan palang tunggal. Ia menempati posisi keenam di palang sejajar karena beberapa kesalahan yang terlihat. Dalam kompetisi terakhirnya di palang tunggal, Tomita tampil dengan keterampilan dan keanggunan khasnya, satu-satunya kesalahan jelas yang ia lakukan adalah saat ia menyentuh tangannya ke matras setelah pendaratan. Meskipun demikian, ia menutup kompetisi terakhirnya dengan medali perunggu. Ia pensiun pada usia 28 tahun.
4. Gaya dan filosofi senam
Gaya senam Hiroyuki Tomita didasarkan pada keyakinan bahwa "jika tidak indah, itu bukanlah senam." Ia berpendapat bahwa "jika hanya melakukan teknik-teknik mencolok, itu tidak berbeda dengan sirkus." Filosofi ini menekankan keanggunan, kebersihan, dan ketajaman dalam penampilannya.
Tomita adalah all-arounder terkemuka di dunia yang kuat di keenam event senam. Ia dikenal karena tidak menunjukkan ekspresi wajah selama penampilannya, yang ia lakukan secara sadar. Meskipun ia menguasai semua event, ia mengakui bahwa senam lantai adalah event yang paling tidak ia kuasai. Tomita sangat menghormati Vitaly Scherbo, seorang pesenam yang juga dikenal karena keindahan tekniknya. Pada Kejuaraan Dunia 2007, ia menjadi orang Jepang pertama yang dianugerahi Longines Elegance Award, yang mengakui ekspresi paling elegan dalam dunia senam.
5. Aktivitas pasca-pensiun
Setelah mengakhiri karier senam kompetitifnya, Hiroyuki Tomita beralih ke berbagai profesi, melanjutkan kontribusinya pada olahraga senam melalui peran kepelatihan dan posisi akademik.
5.1. Karier kepelatihan
Tomita memulai karier kepelatihannya pada musim semi 2009, menjabat sebagai kepala pelatih di Universitas Juntendo. Ia bekerja dengan pesenam-pesenam muda berbakat seperti Koki Sakamoto dan Yosuke Hoshi. Selain itu, ia juga diangkat sebagai pelatih penuh waktu Komite Olimpiade Jepang (JOC).
5.2. Aktivitas akademik dan juri
Selain peran kepelatihannya, Tomita juga menjabat sebagai asisten profesor di Departemen Ilmu Olahraga, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Olahraga, Universitas Juntendo. Pada bulan Februari 2009, ia menerima sertifikasi resmi yang memungkinkannya untuk menjadi juri kompetisi senam internasional, setelah memperoleh kualifikasi juri internasional pada bulan Januari 2009. Pada bulan Maret 2009, ia meninggalkan Central Sports.
6. Penghargaan dan kehormatan
Hiroyuki Tomita menerima berbagai penghargaan dan kehormatan sepanjang kariernya, yang mengakui kontribusinya yang luar biasa terhadap senam dan keunggulan atletiknya.
- September 2004:**
- Medali Pita Ungu (Shiju Hosho)
- Penghargaan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
- Penghargaan Gubernur Prefektur Osaka
- Penghargaan Olahraga Utama Osaka
- September 2007:**
- Longines Elegance Award dari perusahaan jam tangan mewah Swiss, Longines.
7. Kehidupan pribadi
Di luar karier senamnya, Hiroyuki Tomita memiliki beberapa aspek kehidupan pribadi yang diketahui publik. Hobinya meliputi menonton bisbol dan sepak bola. Pada tahun 2006, dalam sebuah tes yang dilakukan, Tomita diketahui memiliki kurang dari 2% lemak tubuh. Ia berpegang pada metode latihan senam secara eksklusif, tanpa melakukan latihan beban. Pada bulan Februari 2010, ia menikah dengan seorang wanita yang tiga tahun lebih muda darinya, yang dulunya adalah seorang guru sekolah menengah.
8. Warisan dan penilaian
Warisan Hiroyuki Tomita dalam dunia senam melampaui medali yang ia raih, mencakup kontribusinya terhadap kembalinya Jepang sebagai kekuatan senam dan gaya senamnya yang unik.
8.1. Kontribusi dan penerimaan positif
Hiroyuki Tomita memainkan peran krusial dalam kebangkitan kembali Jepang sebagai kekuatan utama dalam senam putra internasional. Ia dikenal karena gaya senamnya yang elegan, bersih, dan tajam, serta filosofinya yang konsisten bahwa "jika tidak indah, itu bukanlah senam." Penampilan dan pencapaiannya seringkali dipuji karena kombinasi keterampilan teknis yang tinggi dengan keindahan eksekusi. Ia dinilai telah menyempurnakan keindahan dan kelengkapan tekniknya. Kontribusinya mencakup kemenangan signifikan seperti medali emas beregu Olimpiade Athena 2004 dan gelar all-around Kejuaraan Dunia 2005, yang menegaskan posisi Jepang di kancah senam global.
8.2. Perbandingan dengan rival
Tomita seringkali dibandingkan dengan Yang Wei, seorang pesenam all-arounder dari Tiongkok yang lahir pada tahun yang sama (1980) dan juga merupakan pesaing utama di tingkat dunia. Meskipun Yang Wei seringkali dinilai memiliki tingkat kesulitan teknik (nilai-D) yang lebih tinggi, Hiroyuki Tomita diakui unggul dalam kesempurnaan dan keindahan eksekusi dari masing-masing tekniknya. Perbandingan ini seringkali menyoroti perbedaan antara pendekatan yang menekankan kesulitan dan pendekatan yang mengutamakan estetika dalam senam artistik tingkat tinggi.