1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Bagian ini membahas latar belakang pribadi Homer B. Hulbert, termasuk masa kecilnya di Amerika Serikat dan perjalanan pendidikannya.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga
Homer Bezaleel Hulbert lahir pada tanggal 26 Januari 1863, di New Haven, Vermont, Amerika Serikat. Ia adalah putra kedua dari enam bersaudara pasangan Calvin Butler Hulbert dan Mary Elizabeth Woodward Hulbert. Ayahnya, Calvin Butler Hulbert, adalah seorang teolog terkemuka yang menjabat sebagai presiden Middlebury College. Ibunya, Mary Elizabeth Woodward Hulbert, adalah cicit dari Eleazar Wheelock, pendiri Dartmouth College. Mary Woodward Hulbert sendiri lahir di Sri Lanka karena ayahnya adalah seorang misionaris yang aktif di Sri Lanka dan India. Hulbert dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, dengan semboyan keluarga "Karakter lebih mendasar daripada kemenangan." Latar belakang keluarganya yang kuat dalam pendidikan dan misi sangat memengaruhi jalur hidupnya.
1.2. Pendidikan
Hulbert menempuh pendidikan awalnya di St. Johnsbury Academy sebelum melanjutkan ke Dartmouth College. Setelah lulus dari Dartmouth, ia melanjutkan studinya di Union Theological Seminary pada tahun 1884. Pada musim panas 1884, John Eaton, Ketua Komite Pendidikan Amerika, mengusulkan kepada ayah Hulbert untuk mengirim salah satu putranya sebagai guru ke Joseon (Korea), yang baru saja menandatangani Perjanjian Perdagangan dan Persahabatan Joseon-Amerika Serikat pada tahun 1882 dan meminta guru bahasa Inggris serta pendidikan modern. Homer Hulbert secara sukarela mengajukan diri untuk tugas ini. Namun, rencana keberangkatannya tertunda karena Kudeta Gapsin yang terjadi pada Desember 1884. Meskipun demikian, Hulbert tidak menyerah dan terus mempersiapkan diri dengan mempelajari Korea dan Asia Timur. Ia menghentikan studinya di Union Theological Seminary pada tahun 1886 untuk berangkat ke Joseon setelah situasi politik di sana stabil.
2. Misi dan Kegiatan Pendidikan di Korea
Homer B. Hulbert memainkan peran penting sebagai misionaris dan pendidik di Korea, memberikan kontribusi besar pada berbagai institusi dan gerakan sosial.
2.1. Guru di Royal English School
Pada tanggal 5 Juli 1886, Homer Hulbert tiba di Jemulpo (sekarang Incheon), Korea, bersama dua instruktur lainnya, Delzell A. Bunker dan George W. Gilmore. Mereka segera menuju Seoul dan menjadi guru di Yukyeong Gongwon (육영공원Yukyeong GongwonBahasa Korea), sekolah modern nasional pertama di Joseon. Di sana, Hulbert mengajar bahasa Inggris dan geografi kepada anak-anak bangsawan dan anggota keluarga kerajaan Korea. Sejak Maret 1888, ia juga mengajar selama dua jam sehari di Akademi Jejungwon (제중원JejungwonBahasa Korea). Segera setelah kedatangannya, Hulbert mulai belajar bahasa Korea, meyakini bahwa penguasaan bahasa lokal sangat penting untuk mengajar secara efektif. Ia bahkan menyewa guru privat dengan biaya sendiri untuk mempercepat pembelajarannya.
2.2. Kontribusi di Paichai Hakdang dan Dunia Pendidikan
Setelah kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1891 dan menjabat sebagai kepala sekolah militer di Ohio, Hulbert kembali ke Joseon pada tanggal 14 Oktober 1893, kali ini sebagai misionaris yang ditugaskan oleh Gereja Metodis Amerika. Ia mengambil alih tanggung jawab di Sammoon Publishing House, sebuah penerbitan Gereja Metodis yang mencetak buku dalam tiga bahasa: Korea, Tionghoa, dan Inggris. Hulbert membawa mesin cetak modern dari Cincinnati, dan dalam waktu kurang dari setahun, penerbitan tersebut telah mencetak lebih dari 1 juta halaman traktat dan buku-buku keagamaan, mencapai tingkat swasembada.
Selain itu, ia mengajar di Paichai Hakdang, di mana beberapa muridnya yang paling terkenal adalah Seo Jae-pil (Philip Jaisohn), Syngman Rhee (yang kelak menjadi presiden pertama Korea Selatan), dan Ju Si-gyeong. Pada Mei 1897, Hulbert diangkat sebagai kepala Hansung Normal School yang memiliki 50 siswa, dan ia juga terus mengajar di sekolah-sekolah berbahasa Inggris. Dari tahun 1900 hingga 1905, ia menjabat sebagai guru di Gwanlip Middle School, cikal bakal Sekolah Menengah Atas Gyeonggi. Istrinya, May Hanna, yang dinikahinya pada tahun 1888, juga berkontribusi pada pendidikan di Korea dengan mengajar musik di Ewha Hakdang dan memberikan les privat bagi anak-anak asing di rumah mereka.
2.3. Kegiatan Jurnalistik dan Penerbitan
Hulbert memiliki peran penting dalam dunia jurnalistik dan penerbitan di Korea. Pada tahun 1895, ia kembali menerbitkan majalah bulanan berbahasa Inggris "The Korean Repository" setelah sempat berhenti selama dua tahun. Ia juga menerbitkan "Cheonroyeokjeong" (텬로력뎡CheonroyeokjeongBahasa Korea), terjemahan Korea pertama dari novel berbahasa Inggris "The Pilgrim's Progress".
Pada April 1896, Hulbert bersama Seo Jae-pil dan Ju Si-gyeong membantu mendirikan dan mencetak "The Independent" (독립신문Dokrip SinmunBahasa Korea), surat kabar swasta pertama di Korea, yang dicetak di Sammoon Publishing House yang ia kelola. Pada tahun 1901, ia mendirikan dan mengedit majalah bulanan berbahasa Inggris "The Korea Review", yang terus terbit hingga tahun 1906. Melalui majalah ini, ia menyuarakan pandangannya tentang situasi politik dan sosial di Korea.
2.4. Peran di YMCA dan Pencerahan Pemuda
Homer B. Hulbert juga berperan aktif dalam gerakan pencerahan sosial dan pemuda di Korea. Ia turut serta dalam pendirian YMCA Korea dan menjabat sebagai ketua pertamanya. Sebagai seorang pendeta, ia juga memimpin Gereja Baldwin, yang sekarang dikenal sebagai Gereja Dongdaemun. Melalui perannya ini, ia menerjemahkan banyak buku asing dan menulis artikel untuk mempromosikan Korea di luar negeri.
Ia sangat tertarik pada sejarah Korea dan pada tahun 1903 membantu penerbitan "Daedongginyeon" (대동기년DaedongginyeonBahasa Korea), sebuah buku sejarah Joseon yang ditulis oleh Yun Gijin. Pada tahun 1908, ia bersama muridnya, Oh Seong-geun, menerbitkan buku sejarah dalam aksara Hangul murni berjudul "Daehan Yeoksa" (대한역사Daehan YeoksaBahasa Korea). Namun, buku ini dilarang oleh pemerintah kolonial Jepang pada tahun 1909 dan semua salinannya disita serta dibakar.
3. Kontribusi Linguistik dan Akademik
Hulbert memiliki kekaguman mendalam terhadap Hangul dan memberikan kontribusi signifikan dalam penelitian, promosi, dan pengembangan aksara Korea, serta dalam studi sejarah dan antropologi Korea.
3.1. Penelitian tentang Keunggulan Hangul dan Promosinya
Segera setelah kedatangannya di Korea, Hulbert mulai belajar bahasa Korea dengan intensif, bahkan menyewa guru privat. Dalam waktu empat hari, ia sudah bisa membaca dan menulis Hangul. Dalam seminggu, ia menyadari bahwa banyak orang Korea, terutama kaum bangsawan, mengabaikan keunggulan aksara mereka sendiri.
Kekagumannya terhadap Hangul semakin mendalam ketika ia mengamati Kaisar Gojong membaca soal ujian bahasa Inggris yang telah ditranskripsi ke dalam Hangul. Hulbert menyadari bahwa Hangul memiliki kemampuan unik untuk merepresentasikan suara bahasa Inggris tanpa perlu simbol fonetik tambahan, menunjukkan kesederhanaan dan efisiensi aksara tersebut. Sejak saat itu, ia mulai meneliti Hangul secara serius.
Ia menganggap Hangul sebagai "aksara paling unggul yang ada" dan bahkan menyatakan bahwa "sebagai media komunikasi, Hangul lebih unggul daripada alfabet Inggris." Pada tahun 1892, ia menerbitkan esai berjudul "The Korean Alphabet" (The Korean AlphabetThe Korean AlphabetBahasa Inggris), di mana ia memuji penciptaan Hangul oleh Raja Sejong sebagai "pencapaian yang gemilang dalam sejarah umat manusia." Pada tahun 1903, ia mempresentasikan sebuah makalah tentang keunggulan Hangul dalam laporan tahunan Smithsonian Association, lebih lanjut mempromosikan nilai ilmiah dan kepraktisan aksara tersebut kepada dunia internasional. Ia secara aktif menganjurkan penggunaan Hangul dan menentang dominasi karakter Tionghoa yang rumit.

3.2. Penyusunan Buku Teks dan Materi Pendidikan
Pada tahun 1889, Hulbert menulis "Samhin Pilchi" (사민필지Samin PiljiBahasa Korea), buku teks geografi pertama yang ditulis sepenuhnya dalam Hangul. Buku ini digunakan sebagai materi pelajaran di Yukyeong Gongwon dan mencakup informasi tentang geografi, masyarakat, dan budaya dunia. Dalam kata pengantarnya, ia mengkritik keras sikap kaum elit Joseon yang hanya berpegang pada karakter Tionghoa dan meremehkan Hangul. Ia menyatakan, "Meskipun aksara Korea (Hangul) jauh lebih penting daripada karakter Tionghoa, orang-orang tidak menyadari pentingnya dan meremehkannya, betapa disayangkan!" Hingga tahun 1908, ia telah menerbitkan total 15 buku teks dalam Hangul.
Ia juga membantu penerbitan "Daedongginyeon" (대동기년DaedongginyeonBahasa Korea), sebuah buku sejarah Korea yang ditulis oleh Yun Gijin pada tahun 1903. Pada tahun 1908, ia bersama muridnya, Oh Seong-geun, menerbitkan buku teks sejarah dalam Hangul murni berjudul "Daehan Yeoksa" (대한역사Daehan YeoksaBahasa Korea). Sayangnya, buku ini dilarang dan semua salinannya disita serta dibakar oleh otoritas Jepang pada tahun 1909.
3.3. Kontribusi Linguistik
Bersama muridnya, Ju Si-gyeong, Hulbert melakukan penelitian mendalam tentang Hangul. Mereka berdua berperan penting dalam memperkenalkan spasi (띄어쓰기ttieo sseugiBahasa Korea), tanda baca seperti titik dan koma, ke dalam penulisan Hangul, yang secara signifikan meningkatkan keterbacaan dan standarisasi aksara tersebut. Hulbert juga berulang kali mengusulkan kepada Kaisar Gojong tentang perlunya pendirian Institut Penelitian Bahasa Nasional (국문 연구소Gungmun YeongusoBahasa Korea) untuk memajukan studi dan penggunaan Hangul.
Selain itu, Hulbert melakukan studi perbandingan antara bahasa Korea dan bahasa Dravida di India, sebuah minat yang mungkin dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya (kakeknya adalah misionaris di India dan ibunya lahir di sana). Ia juga merupakan orang pertama yang menuliskan notasi musik untuk lagu rakyat Korea yang terkenal, Arirang, yang sebelumnya hanya diturunkan secara lisan.
3.4. Studi Sejarah dan Antropologi
Hulbert adalah seorang sejarawan yang produktif. Ia menulis "The History of Korea" (The History of KoreaThe History of KoreaBahasa Inggris) pada tahun 1905. Karyanya yang paling terkenal adalah "The Passing of Korea" (The Passing of KoreaThe Passing of KoreaBahasa Inggris) yang diterbitkan pada tahun 1906, di mana ia secara tajam mengkritik pemerintahan Jepang di Korea. Buku ini dianggap sebagai salah satu dari tiga catatan penting orang asing tentang Joseon akhir, bersama dengan "Hermit Kingdom" karya William Elliot Griffis dan "Corea and her Neighbors" karya Isabella Bird Bishop. Melalui karya-karya ini, ia berusaha membantu masyarakat Amerika memahami dan mendukung Korea.
Dalam studinya tentang antropologi, Homer Hulbert menyatakan bahwa Korea dan Jepang memiliki dua jenis ras yang sama, tetapi Jepang sebagian besar adalah ras Melayu, sedangkan Korea sebagian besar adalah ras Manchu-Korea. Ia berpendapat bahwa meskipun secara fisik Korea sebagian besar bertipe utara, hal ini tidak membantah klaimnya bahwa unsur Melayu mengembangkan peradaban pertama Korea, meskipun tidak harus berasal dari sana, dan unsur Melayu memaksakan bahasanya dalam fitur-fitur utamanya di seluruh semenanjung. Hulbert juga menyatakan bahwa di Korea terjadi pencampuran genetik dengan darah Tionghoa yang berhenti lebih dari 1000 tahun yang lalu.
4. Dukungan untuk Gerakan Kemerdekaan Korea
Homer B. Hulbert memainkan peran krusial dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Korea melawan penjajahan Jepang, terutama melalui hubungan dekatnya dengan Kaisar Gojong dan upaya diplomatik internasional.
4.1. Hubungan dengan Kaisar Gojong dan Peran Diplomatik
Hulbert memiliki hubungan pribadi yang sangat dekat dan dipercaya oleh Kaisar Gojong. Ia menjabat sebagai penasihat terdekat kaisar dan menjadi saluran komunikasi penting untuk diplomasi dengan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat. Gojong menaruh kepercayaan besar padanya, mengangkatnya sebagai utusan khusus sebanyak tiga kali.
Awalnya, Hulbert memiliki pandangan positif terhadap keterlibatan Jepang di Korea, melihat mereka sebagai agen reformasi dibandingkan dengan Kekaisaran Rusia yang dianggapnya reaksioner. Namun, pandangannya berubah drastis pada September 1905 ketika ia mengkritik keras rencana Jepang untuk mengubah Kekaisaran Korea menjadi protektorat. Sebagai koresponden tamu untuk The Times dan Associated Press (AP), ia meliput Perang Rusia-Jepang secara mendalam, yang semakin memperjelas niat agresif Jepang.
4.2. Penolakan Perjanjian Eulsa dan Seruan Internasional
Setelah Perjanjian Eulsa (을사늑약Eulsa NeugyakBahasa Korea) yang secara paksa merampas hak diplomatik Kekaisaran Korea pada tahun 1905, Hulbert berupaya keras untuk memberitahukan masyarakat internasional tentang ilegalitas dan ketidakabsahan perjanjian tersebut. Ia diangkat sebagai utusan khusus oleh Kaisar Gojong untuk menyampaikan surat pribadi kaisar kepada Presiden Amerika Serikat, Theodore Roosevelt, yang menyatakan pembatalan perjanjian tersebut.
Hulbert segera berangkat ke Washington, D.C. setelah memberitahukan misinya kepada Duta Besar Amerika Serikat di Seoul. Namun, setibanya di sana, ia ditolak untuk bertemu tidak hanya oleh Presiden Roosevelt, tetapi juga oleh Menteri Luar Negeri Elihu Root. Dalam sebuah pernyataan yang diajukan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat, Hulbert mengungkapkan keterkejutannya atas penolakan tersebut, mengingat kewajiban Perjanjian Persahabatan Joseon-Amerika Serikat tahun 1882. Ia menduga penolakan itu telah direncanakan sebelumnya, dan bahwa pemerintah AS telah menerima pernyataan sepihak dari Jepang yang mengklaim bahwa Kaisar dan rakyat Korea puas dengan kebijakan Jepang, padahal surat kaisar belum disampaikan.
Penolakan ini terjadi karena Amerika Serikat telah menandatangani Perjanjian Taft-Katsura (가쓰라-태프트 밀약Gatsura-Taepeuteu MiryakBahasa Korea) pada Juli 1905, yang mengakui hak Jepang untuk menguasai Korea. Hulbert berpendapat bahwa tindakan AS ini secara langsung melanggar perjanjian tahun 1882 dan mempercepat pendudukan Jepang di Korea.
4.3. Keterlibatan dalam Peristiwa Utusan Rahasia Den Haag
Pada tahun 1907, Hulbert berperan besar dalam membantu Kaisar Gojong secara rahasia mengirim tiga utusan khusus (yaitu Yi Jun, Yi Sang-seol, dan Yi Wi-jong) ke Konferensi Perdamaian Internasional Kedua di Den Haag, Belanda, pada Juni 1907. Berkat kontribusinya yang signifikan dalam persiapan dan pengiriman utusan di bawah pengawasan ketat Jepang, Hulbert sering disebut sebagai "utusan keempat".

Namun, upaya Jepang untuk menghalangi para utusan berhasil, dan mereka tidak diizinkan masuk ke dalam konferensi. Kegagalan misi ini diketahui oleh Jepang, yang kemudian menggunakan insiden tersebut sebagai dalih untuk memaksa Kaisar Gojong turun takhta. Akibat kritiknya terhadap Jepang di The Hague Peace Club, Hulbert diusir dari Korea oleh Residen Jenderal Jepang pada 8 Mei 1907.
4.4. Aktivisme di Amerika Serikat dan Dukungan bagi Aktivis Kemerdekaan
Setelah diusir dari Korea, Hulbert menetap di Springfield, Massachusetts, Amerika Serikat, dan ditahbiskan sebagai pendeta di Springfield Faith Congregational Church. Dari Amerika, ia terus mendukung gerakan kemerdekaan Korea. Ia secara aktif membantu para aktivis kemerdekaan Korea di Amerika Serikat, seperti Seo Jae-pil dan Syngman Rhee, memberikan dukungan finansial dan moral.

Hulbert melakukan perjalanan ke berbagai penjuru Amerika Serikat, mengkritik tindakan agresi Jepang dan menyerukan kemerdekaan Korea. Pada tahun 1918, ia bersama Yeo Un-hong menyusun "Petisi Kemerdekaan" yang ditujukan kepada Konferensi Perdamaian Paris. Ia juga secara aktif mendukung Gerakan 1 Maret pada tahun 1919, menerbitkan artikel-artikel yang mendukung gerakan tersebut di majalah yang dikelola oleh Seo Jae-pil, dan melaporkan kekejaman Jepang kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat. Pada tahun 1942, ia menghadiri Konferensi Kebebasan Korea di Washington, D.C..
Pada tahun 1944, dalam sebuah publikasi berjudul "Voice of Korea" yang diterbitkan oleh Korean Research Council, Hulbert berpendapat bahwa penolakan Presiden Roosevelt terhadap permohonan Kaisar Gojong setelah Perjanjian Eulsa telah mengubah sejarah Asia, dan bahwa kebijakan pro-Jepang Amerika Serikat adalah penyebab Perang Pasifik.
An Jung-geun, pahlawan kemerdekaan Korea, dalam interogasinya oleh polisi Jepang pada 2 Desember 1909, menyatakan, "Orang Korea tidak boleh melupakan Hulbert, bahkan untuk satu hari pun." Ini menunjukkan betapa besar penghargaan yang diberikan kepadanya oleh para pejuang kemerdekaan Korea.
5. Kehidupan Akhir dan Kematian
Bagian ini menguraikan periode terakhir kehidupan Homer B. Hulbert, termasuk kunjungan terakhirnya ke Korea dan kematiannya di sana.
5.1. Kembali ke Korea dan Wafat
Setelah Perang Dunia II berakhir dan Korea memperoleh kemerdekaannya, Syngman Rhee, salah satu mantan muridnya di sekolah menengah dan presiden pertama Korea Selatan, mengundang Hulbert kembali ke Korea pada tahun 1948. Pada tanggal 29 Juli 1949, Hulbert, yang saat itu berusia 86 tahun, kembali ke Korea setelah 40 tahun. Ia berencana untuk menghadiri upacara Hari Pembebasan. Namun, tujuh hari setelah kedatangannya, pada tanggal 5 Agustus 1949, Hulbert meninggal dunia di Rumah Sakit Kebersihan Cheongnyangni, Seoul, kemungkinan karena pneumonia dan kelelahan akibat perjalanan panjang selama lebih dari 30 hari.
Pada tanggal 11 Agustus, upacara pemakamannya diadakan sebagai pemakaman publik pertama bagi orang asing di Korea, dengan Presiden Syngman Rhee turut hadir dan membacakan pidato eulogi yang panjang.
5.2. Wasiat Terakhir dan Pemakaman
Sesuai dengan wasiatnya yang telah berulang kali ia sampaikan, "Saya lebih suka dimakamkan di Korea daripada di Westminster Abbey", jenazah Homer B. Hulbert dimakamkan di Pemakaman Orang Asing Yanghwajin di Seoul. Putra pertamanya, Sheldon, yang meninggal pada usia dua tahun, juga telah dimakamkan di sana.
Namun, ada dua keinginan Hulbert yang tidak terpenuhi sebelum ia meninggal. Yang pertama adalah melihat Korea yang bersatu, dan yang kedua adalah menemukan kembali dana rahasia Kaisar Gojong. Pada tahun 1903, Kaisar Gojong secara rahasia memberi tahu Hulbert tentang sejumlah besar dana pribadi (sekitar 510.000 mark dalam bentuk emas dan yen Jepang) yang disimpan di Deutsche Bank di Shanghai, dengan harapan dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai gerakan kemerdekaan Kekaisaran Korea. Ini adalah misi rahasia ketiga yang diberikan Gojong kepada Hulbert.
Pada tahun 1909, Hulbert sempat kembali ke Korea dengan dalih menghadiri perayaan 25 tahun masuknya Protestan ke Korea, di bawah perlindungan pemerintah AS. Saat ia mengurus harta bendanya, Hulbert pergi ke Shanghai untuk mencari dana tersebut. Meskipun ia menyerahkan surat konfirmasi dari direktur Deutsche Bank yang menyatakan bahwa uang tersebut hanya akan diberikan kepada Gojong, surat kuasa dari Gojong, sertifikat dari Konsul Jerman di Tiongkok, dan tanda terima deposit, ia tidak dapat menemukan uang itu karena Jepang telah menariknya secara ilegal.
Hulbert tidak menyerah. Ia menyewa pengacara, mengumpulkan bukti termasuk tanda terima penarikan yang ditulis oleh Nabejima (Kepala Urusan Luar Negeri pertama Kantor Residen Jenderal Jepang), dan membuat pernyataan tertulis yang diajukan ke Kongres AS. Ia terus berupaya mendapatkan kembali dana tersebut selama 40 tahun. Pada tahun 1948, saat ia berusia delapan puluhan, ia bahkan mengirimkan laporan penelusuran dan semua dokumen terkait kepada Presiden Syngman Rhee. Salah satu tujuan kunjungan Hulbert ke Korea pada tahun 1949 adalah untuk mengungkap fakta bahwa Jepang telah secara ilegal merampas dana kemerdekaan Kaisar Gojong 40 tahun sebelumnya, memprotes secara resmi kepada pemerintah Jepang, dan memenuhi janji serta misi diplomatik yang diberikan kepadanya.
6. Warisan dan Pengakuan
Homer B. Hulbert dikenang dan dihormati secara luas di Korea atas dedikasinya yang tak tergoyahkan terhadap bangsa tersebut.
6.1. Penghargaan dan Kehormatan Pascakematian oleh Pemerintah Korea Selatan
Pemerintah Korea Selatan telah menganugerahkan berbagai penghargaan anumerta kepada Homer B. Hulbert sebagai pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa:
- Pada tanggal 1 Maret 1950, ia secara anumerta dianugerahi Ordo Jasa untuk Pendirian Negara (건국공로훈장 태극장Geonguk Gongro Hunjang TaegeukjangBahasa Korea) dengan kelas Taegeukjang (Dokripjang), menjadikannya orang asing pertama yang menerima penghargaan ini.
- Pada bulan Juli 2013, ia terpilih sebagai "Aktivis Kemerdekaan Bulan Ini" oleh Kementerian Patriot dan Urusan Veteran, juga sebagai orang asing pertama yang menerima kehormatan tersebut.
- Pada Hari Hangul, 9 Oktober 2014, ia secara anumerta dianugerahi Ordo Budaya Mahkota Emas (금관문화훈장Geumgwan Munhwa HunjangBahasa Korea) sebagai pengakuan atas dedikasinya dalam pelestarian dan promosi Hangul.
- Pada tahun 2015, ia dianugerahi "Penghargaan Arirang Seoul" (서울 아리랑상Seoul Arirang SangBahasa Korea) yang pertama oleh Komite Penyelenggara Festival Arirang Seoul, atas perannya dalam memperkenalkan lagu rakyat Arirang ke dunia.
6.2. Pengakuan Publik dan Monumen di Korea
Homer B. Hulbert dikenal di Republik Korea sebagai seorang dokrip yugongja (독립유공자dokrip yugongjaBahasa Korea, kontributor kemerdekaan). Ia sering disebut sebagai "orang asing yang paling disukai orang Korea" bersama dengan jurnalis Inggris Ernest Bethell, yang juga aktif di Korea pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Sebagai bentuk penghormatan, sebuah patung didirikan untuknya di Seoul, menjadikannya satu-satunya patung yang didedikasikan untuk warga sipil Amerika di kota tersebut.
Batu nisannya di Pemakaman Orang Asing Yanghwajin bertuliskan wasiatnya: "Saya lebih suka dimakamkan di Korea daripada di Westminster Abbey." Selama 50 tahun pertama, bagian tengah batu nisan Hulbert kosong karena Presiden Syngman Rhee, yang berjanji untuk menuliskan epitaf, tidak pernah melakukannya. Namun, pada peringatan 50 tahun kematiannya pada tahun 1999, mantan Presiden Kim Dae-jung menulis epitaf "Makam Dr. Hulbert" dalam Hangul, yang kemudian diukir di batu nisan tersebut. Hal ini terwujud berkat petisi berkelanjutan dari Hulbert Memorial Society.
Pada tahun 2009, Distrik Mapo menganugerahkan kewarganegaraan kehormatan kepada cucu Hulbert dan istrinya, dan pada tahun 2013, kepada cicitnya.

Sebuah monumen Arirang Hulbert juga didirikan di Mungyeong Saejae pada tahun 2013, semakin mengukuhkan warisannya di tanah Korea.

6.3. Dampak Sejarah
Hulbert memberikan dampak yang berkelanjutan dalam memajukan studi Hangul dan studi Korea secara umum. Penelitiannya tentang ortografi dan tata bahasa Hangul, yang dilakukan bersama Ju Si-gyeong, berkontribusi pada standarisasi dan penyebaran aksara Korea. Karya-karyanya seperti "The Passing of Korea", "The History of Korea", dan majalah "The Korea Review" memainkan peran penting dalam meningkatkan pemahaman masyarakat Amerika tentang Korea dan mendorong dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Korea. Melalui dedikasinya, Hulbert tidak hanya membantu memodernisasi pendidikan Korea tetapi juga memperkuat ikatan budaya dan pemahaman antara Korea dan dunia.