1. Asal Usul dan Silsilah
Ikshvaku adalah seorang raja legendaris yang memiliki silsilah yang diyakini berasal dari para dewa dan leluhur mitologis. Asal-usulnya telah menjadi subjek berbagai teori, termasuk perdebatan mengenai apakah ia berakar dari peradaban Arya atau non-Arya.
1.1. Silsilah
Menurut mitologi Hindu, silsilah Ikshvaku dapat ditelusuri kembali ke Brahma, dewa pencipta. Dari Brahma lahirlah Marichi, salah satu dari Prajapati, sebelas manusia pertama yang diciptakan Brahma. Putra Marichi adalah Kashyapa. Melalui Aditi, salah satu putri Kashyapa dan bagian dari Aditya, lahirlah Vivasvat, sering diidentifikasi dengan Surya, Dewa Matahari. Dari Vivasvat, lahirlah Shraddhadeva Manu, yang juga dikenal sebagai Vaivasvata Manu, leluhur umat manusia dan pelopor peradaban dunia pada Manwantara ketujuh.
Shraddhadeva Manu memiliki sepuluh putra dari istrinya, Shraddha, dan Ikshvaku adalah salah satu di antaranya, bersama dengan Nriga. Waiwaswata Manu memperoleh pengetahuan tentang Dharma dan kemanusiaan dari Wiwaswat (Dewa Surya), lalu menurunkannya kepada Ikshvaku, menandai dimulainya garis keturunan Dinasti Surya.
1.2. Teori Mengenai Asal Usul
Asal-usul Ikshvaku telah memicu berbagai pandangan dan argumen di kalangan sejarawan dan indolog. Beberapa teori mengaitkannya dengan kelompok non-Arya, sementara yang lain mempertahankan identitas Arya-nya.
Atharwaweda dan Brahmana mengaitkan Dinasti Ikshvaku dengan masyarakat non-Arya, yang berbeda dari Arya yang menyusun himne-himne dari empat Weda. Sejarawan F. E. Pargiter menyamakan Ikshvaku dengan Dravida. Menurut Franciscus Kuiper, Manfred Mayrhofer, dan Levman, nama Ikshvaku berasal dari bahasa Munda, yang menunjukkan bahwa masyarakat Sakya, yang diyakini keturunan Ikshvaku, setidaknya adalah masyarakat bilingual. Banyak nama desa Sakya juga diyakini berasal dari non-Indo-Arya, dan kata untuk "kota" (nagaraBahasa Sanskerta) sendiri berasal dari rumpun bahasa Dravida. Sebuah teori dari Levman (2014) menyatakan bahwa pendiri klan Sakya, Raja Ikshvaku (Pali: Okkaka) memiliki nama Munda, yang menunjukkan bahwa masyarakat Sakya setidaknya adalah bilingual. Banyak nama desa Sakya diyakini berasal dari non-Indo-Arya, dan kata untuk kota itu sendiri (nagara) berasal dari rumpun bahasa Dravida.
Namun, beberapa sejarawan menentang pandangan Pargiter. G. S. Ghurye berpendapat bahwa Ikshvaku adalah penunggang kuda Arya dan pasti telah tiba di anak benua India sebelum bangsa Arya yang menyusun Regweda. Teks-teks Brahmana juga menyatakan bahwa Ikshvaku adalah garis keturunan pangeran yang berasal dari Puru. Regweda menyebutkan bahwa Puru adalah salah satu suku Arya. Mandhatri, seorang penguasa Ikshvaku, digambarkan dalam Regweda telah memusnahkan Dasyu dan mencari bantuan dari si kembar Ashvin, tabib ilahi dalam agama Weda bersejarah.
2. Pendirian Dinasti Ikshvaku
Ikshvaku dikenal sebagai pendiri Dinasti Ikshvaku, yang juga disebut Suryavamsha (Wangsa Surya), sebuah wangsa kerajaan yang berpengaruh dalam sejarah India kuno dan mitologi.
Wangsa Ikshvaku memerintah di wilayah Kosala, sebuah kerajaan kuno di India yang kini dikenal sebagai Uttar Pradesh, di sepanjang sungai Sarayu. Ibu kota kerajaan ini adalah Ayodhya. Dalam mitologi Hindu, Ikshvaku dikenang sebagai raja yang adil dan bijaksana, dan keturunannya disebut sebagai "Maharaja Dunia". Kata "dunia" dalam sastra Hindu mengacu pada seluruh wilayah Bharatakhanda atau Bharatawarsha (Bharata adalah endonim untuk India), yang kini meliputi wilayah negara India, Nepal, Bangladesh, dan Pakistan.
2.1. Keturunan dan Dinasti Cabang
Ikshvaku memiliki seratus putra. Di antara mereka, putra sulungnya adalah Vikukshi, yang juga dikenal sebagai Shashada. Setelah Ikshvaku meninggal, pemerintahan Bhuloka (dunia) diwariskan kepada Vikukshi, yang kemudian digantikan oleh putranya, Puranjaya.
Dua putranya yang paling terkemuka, selain Vikukshi, adalah Nimi dan Danda. Nimi dikenal karena mendirikan Kerajaan Videha di wilayah timur India. Berbagai catatan Purana menawarkan dua versi mengenai distribusi kekuasaan putra-putra Ikshvaku.
Menurut versi pertama, Vikukshi mewarisi kerajaan Ayodhya, sementara lima puluh putra Ikshvaku lainnya menjadi raja di wilayah utara dan empat puluh delapan putra lainnya menjadi pangeran di wilayah selatan. Versi kedua juga sepakat bahwa Vikukshi adalah putra sulung yang meneruskan takhta utama, tetapi menyatakan bahwa di antara putra-putra Vikukshi, lima belas di antaranya memerintah di sebelah utara Gunung Meru (disebut juga Sumeru), dan seratus empat belas lainnya memerintah di sebelah selatan gunung tersebut.
3. Penggambaran dalam Kitab Suci
Ikshvaku memiliki peran penting dan digambarkan secara beragam dalam berbagai kitab suci agama India, termasuk Hindu, Jainisme, dan Buddhisme.
3.1. Dalam Kitab Suci Hindu
Dalam kitab suci Hindu, Ikshvaku adalah tokoh sentral dalam silsilah kerajaan dan ajaran moral. Kisah-kisahnya dicatat dalam berbagai teks Weda, epik, dan Purana.
3.1.1. Teks Weda
Nama Ikshvaku hanya disebutkan satu kali dalam Regweda, yaitu pada Mandala 10, himne 60, bait 4, di mana ia digambarkan sebagai raja yang dilayani, kaya, dan bersinar cemerlang, seperti Lima Suku yang ada di surga. Selain itu, namanya juga muncul dalam Atharwaweda, yaitu pada himne 19.39.9, di mana ia dikaitkan dengan Manu. Penyebutan dalam Atharwaweda dan Brahmana juga mengindikasikan hubungan Dinasti Ikshvaku dengan masyarakat non-Arya, yang membedakan mereka dari Arya yang menyusun himne-himne Weda.
3.1.2. Epik dan Purana
Dalam epik Ramayana, Resi Agastya menjelaskan asal-usul Ikshvaku kepada Rama. Dikisahkan bahwa di zaman keemasan, Manu adalah penguasa bumi, dan Ikshvaku adalah putranya yang sulung. Manu menasihati Ikshvaku untuk "Menjadi pendiri dinasti kerajaan di dunia!". Manu menegaskan pentingnya memerintah dengan adil dan tidak menghukum siapa pun tanpa kesalahan, karena hukuman yang diberikan kepada orang bersalah sesuai hukum akan membawa raja ke surga. Oleh karena itu, Manu menasihati Ikshvaku untuk sangat berhati-hati dalam menjalankan kekuasaan, karena itu adalah tugas utamanya. Setelah berulang kali menasihati putranya, Manu kembali ke alam abadi Brahma. Rama, tokoh utama Ramayana, diyakini sebagai keturunan Ikshvaku.
Wisnu Purana menyatakan bahwa Ikshvaku lahir dari lubang hidung Manu ketika ia bersin. Ia memiliki seratus putra, di antaranya yang paling menonjol adalah Vikukshi, Nimi, dan Danda. Lima puluh putranya menjadi raja di wilayah utara, sementara empat puluh delapan lainnya menjadi pangeran di wilayah selatan.
Pada suatu kesempatan yang dikenal sebagai Ashtaka, Ikshvaku ingin melakukan upacara penghormatan leluhur dan memerintahkan Vikukshi untuk membawakan daging yang cocok sebagai persembahan. Sang pangeran pergi berburu di hutan dan berhasil membunuh banyak rusa serta hewan buruan lainnya. Namun, karena kelelahan, Vikukshi memakan seekor kelinci dari hasil buruannya sebelum membawa sisanya kepada ayahnya. Vashistha, pendeta keluarga Dinasti Ikshvaku, diminta untuk menguduskan persembahan tersebut. Ia menyatakan bahwa persembahan itu tidak murni karena Vikukshi telah memakan kelinci di antaranya, menjadikan makanannya sebagai sisa. Karena tindakan ini, Vikukshi diusir oleh ayahnya. Namun, setelah Ikshvaku wafat, kekuasaan atas Bhuloka jatuh ke tangan Vikukshi, yang kemudian digantikan oleh putranya, Puranjaya.
3.2. Dalam Jainisme
Dalam sastra Jainisme, Tirthankara Rishabhanatha diidentifikasi sebagai Raja Ikshvaku. Diyakini bahwa sebagian besar Tirthankara (kecuali Tirthankara ke-20 Munisuvrata dan Tirthankara ke-22 Neminatha) berasal dari garis keturunan Ikshvaku, baik dari dinasti utama maupun dinasti cabang.
Rishabhanatha memiliki legenda khusus yang berkaitan dengan tebu. Ia adalah sosok pertama yang menjalani hidup monastik. Ketika ia pertama kali keluar untuk menerima persembahan sebagai seorang pertapa, orang-orang tidak tahu apa yang harus dipersembahkan kepadanya. Akhirnya, Pangeran Shreyansa mempersembahkan jus tebu sebagai sedekah. Peristiwa ini diperingati setiap tahun dalam festival Akshaya Tritiya, yang jatuh pada hari ketiga bulan suci Vaisakha.
3.3. Dalam Buddhisme
Dalam tradisi Buddhisme, suku Shakya, tempat Siddhartha Gautama (Sang Buddha) berasal, diyakini sebagai keturunan Ikshvaku. Dalam kitab suci Buddhis, Ikshvaku kadang-kadang disebut dengan nama Pali-nya, Okkaka.
Sebuah legenda dalam kitab Buddhis, seperti Sutra Koleksi Perbuatan Raja Agung (佛本行集經Bahasa Tionghoa), menceritakan kisah yang mirip. Dahulu kala, seorang raja bernama "Raja Daemochowang" (Raja Rumput Agung) meninggalkan takhtanya untuk menjadi pertapa. Saat ia pergi mengumpulkan persembahan, ia ditembak oleh seorang pemburu yang mengira ia adalah seekor bangau. Dua gumpal darah jatuh ke tanah dan dari situ tumbuh dua batang tebu. Dari dalam tebu tersebut, lahirlah seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak laki-laki itu kemudian diangkat menjadi raja oleh rakyatnya dan dikenal sebagai "Raja Tebu" (甘蔗王Kansho-ōBahasa Jepang atau 감자왕Gamja-wangBahasa Korea). Legenda ini mengaitkan Ikshvaku dengan asal-usul suku Shakya dan julukan "Raja Tebu" karena hubungannya dengan tebu dalam mitologi.
4. Warisan dan Pentingnya
Ikshvaku adalah tokoh sentral dalam mitologi India, yang mewariskan pengaruh besar pada agama dan budaya. Ia dikenal sebagai leluhur raja-raja besar dan figur-figur suci.
4.1. Arti Nama
Nama Ikshvaku memiliki makna simbolis yang mendalam. Kata "Ikshu" (ikṣuBahasa Sanskerta) dalam nama Ikshvaku berarti "tebu" atau "sugarcane". Karena hubungan ini, ia sering disebut sebagai "Raja Tebu". Julukan "Raja Tebu" ini tidak hanya muncul dalam konteks Hindu tetapi juga sangat menonjol dalam Jainisme dan Buddhisme, di mana ada legenda yang secara langsung mengaitkan Rishabhanatha dan asal-usul suku Shakya dengan tebu. Pengaitan ini menyoroti perannya sebagai leluhur yang subur dan sebagai simbol kelanjutan garis keturunan yang mulia.