1. Awal Kehidupan dan Latar Belakang
Jun Mizutani menunjukkan bakat luar biasa sejak usia dini, yang memadukan minatnya pada berbagai olahraga dengan fondasi yang kuat dalam tenis meja.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Jun Mizutani lahir pada 9 Juni 1989 di Iwata, Prefektur Shizuoka, Jepang. Kedua orang tuanya adalah pemain tenis meja, dan ia mulai berlatih olahraga ini pada usia 5 tahun sebagai anggota angkatan pertama di Klub Olahraga Tenis Meja Remaja Toyoda-cho, yang dipimpin oleh ayahnya. Meskipun awalnya kidal, orang tuanya melatihnya untuk bermain dengan tangan kiri, menyadari keuntungan strategis dari gaya bermain tersebut.
Pada usia muda, Mizutani sudah menunjukkan potensi besar. Saat kelas satu sekolah dasar, ia meraih juara kedua di Kejuaraan Tenis Meja Seluruh Jepang kategori Bambi (untuk usia di bawah 8 tahun), dan kemudian memenangkan gelar di kategori Bambi, Cub, dan Cadet. Pada usia 14 tahun, ia menjadi juara termuda di kategori junior Kejuaraan Tenis Meja Seluruh Jepang. Untuk mengembangkan karier tenis mejanya, ia pindah ke Aomori Yamada Junior High School yang terkenal, di mana ia tinggal di asrama dan berlatih bersama atlet-atlet top seperti Ai Fukuhara. Ia juga berkontribusi pada medali emas pertama Jepang di kategori beregu putra East Asian Hopes dan medali emas pertama di kategori tunggal putra Asian Cadet.
1.2. Minat Awal pada Olahraga dan Pengaruh
Selain tenis meja, Jun Mizutani memiliki minat yang luas pada berbagai olahraga lain seperti sepak bola, bola basket, dan bola voli, menunjukkan kemampuan serbaguna dalam aktivitas fisik. Pada usia SMP, ia bahkan sempat memiliki cita-cita menjadi pegulat profesional setelah menonton gulat profesional. Ia adalah penggemar berat gulat, mulai dari pertandingan Deathmatch yang melibatkan Atsushi Onita hingga promosi seperti Big Japan Pro Wrestling dan WWE. Ketertarikan yang beragam pada olahraga ini membentuk fondasi mental dan fisik yang kuat, membantunya mengembangkan keuletan dan kemampuan adaptasi sebagai seorang atlet.
2. Karier
Karier Jun Mizutani di tenis meja profesional ditandai dengan serangkaian prestasi gemilang, dominasi di tingkat nasional, dan pencapaian historis di panggung internasional.
2.1. Awal Karier
Jun Mizutani mulai menarik perhatian dunia tenis meja pada usia muda. Pada Januari 2004, saat masih SMP kelas dua, ia memenangkan Kejuaraan Tenis Meja Seluruh Jepang kategori junior, menjadi juara termuda dalam sejarah putra saat itu. Pada usia 15 tahun, ia masuk Aomori Yamada High School dan terpilih sebagai perwakilan Jepang termuda untuk Kejuaraan Dunia Tenis Meja pada tahun 2005, sebuah rekor yang kemudian dipecahkan oleh Tomokazu Harimoto. Ia memulai debutnya pada tahun 2003.
Pada masa itu, tenis meja Jepang mengalami perombakan besar setelah hasil mengecewakan di Olimpiade Athena 2004, dan Mizutani menjadi bagian dari generasi muda yang diharapkan membawa perubahan. Ia mulai mengalahkan pemain-pemain peringkat atas dunia, termasuk Chuang Chih-yuan dari Taiwan (peringkat 8 dunia dan peraih juara kelima Olimpiade Athena 2004) di Kejuaraan Dunia Shanghai 2005, serta Wang Hao dari Tiongkok (peringkat 2 dunia dan peraih medali perak Olimpiade Athena 2004) di Kejuaraan Asia pada tahun yang sama.
Sebagai bagian dari program pengembangan tim nasional, Mizutani juga menghabiskan sebagian besar tahunnya di Jerman, bermain di Bundesliga bersama Seiya Kishikawa. Ia juga pernah bermain untuk klub Borussia Münster (2003), TTC Herne (2004), UMMC (2013-2016), dan Gazprom Fakel Orenburg (2016-2018). Selama periode ini, ia mengalami cedera patah tulang kering kanan akibat pola makan yang buruk (pizza dan cola), yang membuatnya absen dari tenis meja selama enam bulan. Pengalaman ini mendorongnya untuk lebih memperhatikan nutrisi. Pada Kejuaraan Dunia Junior 2005, ia meraih medali emas pertama Jepang di kategori beregu putra dan medali perak pertama di kategori tunggal putra.
Pada Kejuaraan Tenis Meja Seluruh Jepang tahun 2006, Mizutani meraih tiga gelar sekaligus: tunggal putra, ganda putra (bersama Seiya Kishikawa), dan tunggal junior putra. Kemenangan di tunggal putra menjadikannya juara termuda dalam sejarah kejuaraan tersebut pada usia 17 tahun 7 bulan. Setelah lulus SMP, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Meiji pada tahun 2007, memilihnya karena dukungan yang lebih baik untuk atlet tenis meja. Pada musim 2007/2008, ia bergabung dengan Borussia Düsseldorf di Bundesliga Jerman. Sejak 2009, ia juga bermain di Liga Super Tenis Meja Tiongkok.
2.2. Prestasi Kompetisi Internasional Utama
Jun Mizutani memiliki rekam jejak yang mengesankan di berbagai kompetisi tenis meja tingkat dunia, mengumpulkan sejumlah medali dan gelar bergengsi. Peringkat dunia tertinggi Mizutani adalah peringkat 4 di tunggal putra (Februari 2017), peringkat 1 di ganda campuran, peringkat 2 di beregu putra, dan peringkat 3 di ganda putra.
2.2.1. Olimpiade
Jun Mizutani telah berpartisipasi dalam empat edisi Olimpiade, dari 2008 hingga 2020.
- Olimpiade Beijing 2008**: Ia mencapai babak 32 besar di nomor tunggal putra dan tim putra Jepang menempati posisi kelima.
- Olimpiade London 2012**: Ia mencapai babak 16 besar di nomor tunggal putra dan tim putra Jepang kembali menempati posisi kelima. Meskipun diharapkan meraih medali, ia mengalami kesulitan tidur dan faktor mental yang memengaruhi performanya.
- Olimpiade Rio 2016**: Ini adalah Olimpiade terobosan baginya. Setelah mengalahkan Vladimir Samsonov dengan skor 4-1, ia meraih medali perunggu di nomor tunggal putra. Ini adalah medali tunggal pertama bagi Jepang dalam sejarah tenis meja Olimpiade. Kemudian, ia bersama rekan setimnya Koki Niwa dan Maharu Yoshimura meraih medali perak di nomor beregu putra, kalah dari tim Tiongkok.
- Olimpiade Tokyo 2020**: Mizutani dan Mima Ito menciptakan sejarah dengan memenangkan medali emas di nomor ganda campuran perdana, mengalahkan pasangan Tiongkok Liu Shiwen dan Xu Xin. Ini adalah medali emas pertama Jepang dalam tenis meja Olimpiade sejak 2004. Selain itu, ia juga meraih medali perunggu di nomor beregu putra bersama Koki Niwa dan Tomokazu Harimoto, mengalahkan tim Korea Selatan. Dengan pencapaian ini, Mizutani menjadi atlet tenis meja pertama di dunia yang meraih medali emas, perak, dan perunggu di tiga kategori berbeda dalam sejarah Olimpiade.
2.2.2. Kejuaraan Dunia Tenis Meja
Mizutani telah menjadi peraih medali yang konsisten di Kejuaraan Dunia Tenis Meja:
- 2008 Guangzhou**: Medali perunggu (Beregu putra).
- 2009 Yokohama**: Medali perunggu (Ganda putra bersama Seiya Kishikawa).
- 2010 Moskow**: Medali perunggu (Beregu putra).
- 2011 Rotterdam**: Perempat final (Tunggal putra).
- 2012 Dortmund**: Medali perunggu (Beregu putra).
- 2013 Paris**: Medali perunggu (Ganda putra bersama Seiya Kishikawa).
- 2014 Tokyo**: Medali perunggu (Beregu putra).
- 2015 Suzhou**: Perempat final (Tunggal putra).
- 2016 Kuala Lumpur**: Medali perak (Beregu putra).
2.2.3. ITTF World Tour dan Turnamen Besar Lainnya
Mizutani telah memenangkan banyak gelar di ITTF World Tour dan turnamen besar lainnya:
- ITTF World Tour**:
- Juara (7 kali)**: Korea Open 2009, Hungarian Open 2010, Kuwait Open 2012, Japan Open 2012, Slovenia Open 2016, Australian Open 2016, Polish Open 2016.
- Runner-up (4 kali)**: Japan Open 2010, Japan Open 2011, Japan Open 2014, Austrian Open 2015.
- ITTF World Tour Grand Finals**:
- Juara (2 kali)**: 2010 (tunggal putra), 2014 (tunggal putra).
- Runner-up (1 kali)**: 2019 (ganda campuran).
- Piala Dunia**: Empat kali menempati posisi keempat (2010, 2011, 2014, 2015). Meraih medali perunggu di kategori beregu putra pada 2013.
- Asian Games**: Semifinalis (tunggal putra 2010), semifinalis (beregu putra 2010, 2014).
- Kejuaraan Asia**: Medali perak (beregu putra 2007, 2009, 2012, 2013), medali perunggu (ganda putra 2007), perempat final (tunggal putra 2009, 2012).
- Piala Asia**: Medali perunggu (tunggal putra 2007, 2014, 2015).
- East Asian Games**: Medali perak (beregu putra 2009), medali perunggu (ganda putra 2009).
- Universiade**: Medali perunggu (beregu putra 2009).
- Kejuaraan Dunia Junior**: Medali emas (ganda putra 2004), medali perak (tunggal putra 2005), medali emas (beregu putra 2005).
- Final Sirkuit Dunia Junior**: Medali emas (tunggal putra 2005).
- Kejuaraan Asia Junior**: Medali emas (ganda putra 2007), medali emas (beregu putra 2007), medali perak (ganda campuran 2005).
- Kejuaraan Asia Cadet**: Medali emas (tunggal putra 2003).
- East Asian Hopes**: Medali emas (beregu putra 2001).
2.3. Karier Domestik
Jun Mizutani adalah salah satu pemain paling dominan dalam sejarah tenis meja Jepang. Ia memegang rekor sebagai juara nasional termuda pada usia 17 tahun dan menjadi pemain pertama yang memenangkan gelar tunggal putra di Kejuaraan Tenis Meja Seluruh Jepang selama lima tahun berturut-turut, dari 2007 hingga 2011. Secara keseluruhan, ia telah memenangkan gelar tunggal putra sebanyak 10 kali, sebuah rekor yang belum terpecahkan, dan mencapai final selama 13 tahun berturut-turut. Ia juga bermain untuk Kinoshita Meister Tokyo.
Selain dominasinya di tunggal, Mizutani juga meraih 7 gelar ganda putra di Kejuaraan Tenis Meja Seluruh Jepang, termasuk empat gelar berturut-turut. Ia juga memenangkan Japan Top 12 sebanyak 4 kali dan Japan Table Tennis League Big Tournament sebanyak 2 kali. Peringkat nasional tertingginya adalah peringkat 1.
2.4. Sorotan Karier: Olimpiade Rio 2016 dan Tokyo 2020
Pencapaian Jun Mizutani di Olimpiade Rio 2016 dan Tokyo 2020 merupakan puncak kariernya, di mana ia mencetak sejarah bagi tenis meja Jepang.
Pada Olimpiade Rio 2016, Mizutani meraih medali perunggu di nomor tunggal putra, menjadi pemain tenis meja Jepang pertama yang meraih medali tunggal di Olimpiade. Ia mengalahkan Vladimir Samsonov dalam pertandingan perebutan medali perunggu. Kemudian, ia bersama tim putra Jepang meraih medali perak, setelah menunjukkan performa luar biasa di semifinal dengan mengalahkan Timo Boll dari Jerman (yang sebelumnya ia kalahkan 15 kali dari 16 pertemuan) dan di final dengan mengalahkan Xu Xin dari Tiongkok (yang sebelumnya ia kalahkan 12 kali dari 12 pertemuan). Mizutani mengungkapkan bahwa perubahan peralatan bermainnya berkontribusi besar pada kemenangannya ini.
Di Olimpiade Tokyo 2020, Mizutani dan Mima Ito mengukir sejarah dengan memenangkan medali emas di nomor ganda campuran perdana. Mereka mengalahkan pasangan Tiongkok Xu Xin dan Liu Shiwen dalam pertandingan final yang dramatis, menjadi pasangan non-Tiongkok pertama yang meraih medali emas di ajang tenis meja Olimpiade sejak 2004. Selain itu, ia juga meraih medali perunggu di nomor beregu putra, mengalahkan tim Korea Selatan. Dengan dua medali ini, Mizutani menjadi atlet tenis meja pertama di dunia yang meraih medali emas, perak, dan perunggu di tiga kategori berbeda dalam sejarah Olimpiade. Untuk menghormati pencapaian bersejarahnya, sebuah "gold post" (tiang pos berwarna emas) didirikan di Kawasaki, Prefektur Kanagawa, pada 26 Desember 2021 sebagai bagian dari Proyek Gold Post.
2.5. Transisi Karier dan Pensiun
Setelah Olimpiade Tokyo 2020, Jun Mizutani mengumumkan niatnya untuk pensiun dari kompetisi aktif. Keputusan ini dikonfirmasi oleh World Table Tennis pada 10 Februari 2022. Alasan utama di balik keputusannya adalah masalah penglihatan yang semakin memburuk. Ia sering kali harus mengenakan kacamata khusus selama pertandingan karena kesulitan melihat bola dan putarannya akibat cahaya papan iklan dan kondisi mata yang tidak normal. Meskipun demikian, ia masih mampu memenangkan Kejuaraan Tenis Meja Seluruh Jepang pada tahun 2019, mengandalkan intuisi dan pengalamannya. Selain masalah mata, ia juga menghadapi cedera lama di bahu dan punggung. Pada 27 Februari 2022, upacara pensiunnya diadakan di Arena Tachikawa Tachihi, menandai akhir dari karier kompetitifnya yang gemilang.
2.6. Statistik Karier
2.6.1. Peringkat Dunia
Tahun | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agu | Sep | Okt | Nov | Des | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
2003 | 573 | 546 | 530 | 524 | 528 | 451 | |||||||||||||
2004 | 334 | 314 | 310 | 306 | 304 | 299 | 282 | 283 | 282 | 215 | 182 | 176 | |||||||
2005 | 181 | 185 | 183 | 118 | 111 | 112 | 112 | 119 | 98 | 97 | 83 | ||||||||
2006 | 82 | 86 | 88 | 89 | 93 | 95 | 91 | 91 | 93 | 96 | 96 | 102 | |||||||
2007 | 98 | 94 | 91 | 95 | 94 | 67 | 69 | 72 | 58 | 40 | 32 | 30 | |||||||
2008 | 29 | 29 | 28 | 24 | 22 | 23 | 22 | 21 | 22 | 23 | 26 | 29 | |||||||
2009 | 29 | 29 | 26 | 22 | 20 | 20 | 17 | 17 | 11 | 12 | 11 | 12 | |||||||
2010 | 10 | 11 | 10 | 11 | 11 | 9 | 9 | 8 | 10 | 10 | 9 | 10 | |||||||
2011 | 7 | 7 | 7 | 7 | 7 | 6 | 6 | 8 | 6 | 6 | 7 | 8 | |||||||
2012 | 9 | 9 | 8 | 7 | 7 | 7 | 5 | 5 | 6 | 7 | 7 | 10 | |||||||
2013 | 10 | 8 | 9 | 10 | 10 | 11 | 14 | 13 | 15 | 14 | 14 | 13 | |||||||
2014 | 13 | 13 | 11 | 10 | 8 | 8 | 8 | 8 | 7 | 7 | 5 | 5 | |||||||
2015 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 6 | 5 | 6 | 6 | 6 | |||||||
2016 | 6 | 7 | 6 | 7 | 6 | 6 | 6 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | |||||||
2017 | 5 | 4 | 6 | 6 | 6 | 6 | 7 | 6 | 8 | 7 | 6 | 7 | |||||||
2018 | 13 | 14 | 14 | 11 | 13 | 13 | 13 | 12 | 12 | 12 | 19 | 13 | |||||||
2019 | 10 | 10 | 10 | 13 | 13 | 14 | 13 | 14 | 13 | 13 | 13 | 14 | |||||||
2020 | 16 | 15 | 15 | 17 | 17 | 18 | |||||||||||||
2021 | 18 | 18 | 18 | 18 | 18 | 18 | 18 | 21 | 21 | 22 | 23 | 23 | |||||||
2022 | 23 | 28 |
2.6.2. Performa Liga
Musim | Nama Liga | Tim | Nomor Punggung | Tunggal | Ganda | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tampil | Menang | Kalah | Tampil | Menang | Kalah | ||||
2018-19 | T-League | Kinoshita Meister Tokyo | 0 | 19 | 14 | 5 | 15 | 7 | 8 |
2019-20 | 12 | 6 | 6 | 3 | 1 | 2 | |||
2020-21 | 20 | 13 | 7 | 13 | 8 | 5 | |||
2021-22 | 0 | 0 | 0 | 3 | 1 | 2 | |||
Total | 51 | 33 | 18 | 34 | 17 | 17 |
2.6.3. Rekor Head-to-Head (Tunggal)
Lawan | Rekor (Menang-Kalah) |
---|---|
Chuang Chih-yuan (Taiwan) | 16-5 |
Dimitrij Ovtcharov (Jerman) | 13-6 |
Timo Boll (Jerman) | 2-17 |
Ma Long (Tiongkok) | 0-16 |
Xu Xin (Tiongkok) | 1-14 |
Vladimir Samsonov (Belarus) | 5-3 |
Fan Zhendong (Tiongkok) | 0-6 |
Zhang Jike (Tiongkok) | 0-6 |
Wang Hao (Tiongkok) | 0-4 |
Ma Lin (Tiongkok) | 1-2 |
Wang Liqin (Tiongkok) | 0-2 |
Jörgen Persson (Swedia) | 2-0 |
Werner Schlager (Austria) | 1-1 |
Jean-Michel Saive (Belgia) | 1-0 |
Lee Sang-su (Korea Selatan) | 7-1 |
Jeoung Young-sik (Korea Selatan) | 5-4 |
Marcos Freitas (Portugal) | 7-1 |
Wong Chun Ting (Hong Kong) | 4-2 |
Tomokazu Harimoto (Jepang) | 0-3 |
Koki Niwa (Jepang) | 2-1 |
Maharu Yoshimura (Jepang) | 5-0 |
3. Gaya Bermain dan Peralatan
Jun Mizutani dikenal dengan gaya bermainnya yang unik dan serbaguna. Ia adalah pemain kidal dengan genggaman shakehand dan menggunakan karet terbalik di kedua sisi betnya, menjadikannya pemain dengan gaya all-round. Ia memiliki tinggi 172 cm dan berat 68 kg. Ia juga memegang peringkat 10 dan dalam tenis meja.
Direktur Penguatan Asosiasi Tenis Meja Jepang, Masahiro Maehara, menggambarkannya sebagai "sentuhan bola alami yang hanya muncul sekali dalam beberapa dekade." Pelatih tim nasional Jepang, Yosuke Kurashima, juga mengenang bahwa sentuhan bola Mizutani "tidak biasa" sejak ia pertama kali melihatnya di kelas enam SD.
Mizutani memiliki kemampuan prediksi dan kemampuan fisik yang luar biasa, dikombinasikan dengan sentuhan bola yang lembut. Ia dikenal memiliki salah satu kemampuan prediksi terbaik di dunia; bahkan Dimitrij Ovtcharov, mantan peringkat 1 dunia, mengatakan bahwa Mizutani adalah salah satu dari tiga pemain terbaik di dunia dalam hal kemampuan prediksi. Mizutani sendiri mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan refleks yang cepat dalam tenis meja. Ia juga memiliki kemampuan bertahan, servis, dan reli kelas dunia. Ia memiliki lebih dari 20 jenis servis yang berbeda, menjadikannya salah satu yang terbaik di dunia. Meskipun awalnya ia memiliki kelemahan dalam menghadapi pukulan cut-ball, ia berhasil mengatasinya, seperti yang terlihat saat ia mengalahkan Joo Sae-hyuk di Korea Open 2009.
Mizutani cenderung kesulitan menghadapi pemain kidal lainnya, seperti Michael Maze, Chen Qi, Xu Xin, dan Timo Boll. Namun, ia berhasil mengalahkan Xu Xin 3-2 di final beregu Olimpiade Rio dan Timo Boll 3-0 di semifinal beregu Olimpiade Rio, menunjukkan kemampuannya untuk bangkit di panggung besar.
Mengenai peralatannya, Mizutani menggunakan bet Butterfly model Mizutani Jun ZLC, dengan karet Dignics 80 di sisi forehand dan backhand. Ia dikenal sering mengubah gaya bermainnya seiring waktu, beradaptasi dengan tren permainan modern, yang sering disebut sebagai "New Mizutani."
Salah satu kebiasaan unik Mizutani adalah tidak mengenakan celana dalam saat bertanding sejak SMP kelas satu. Ia mengklaim ini adalah "tradisi Aomori Yamada High School," meskipun pemain lain dari sekolah yang sama, Koki Niwa, membantahnya.
Meskipun jarang mengalami cedera besar yang membuatnya absen dari pertandingan, Mizutani sering menderita herpes labialis akibat stres dari jadwal turnamen yang padat. Ia juga memiliki minat pada gulat profesional dan sering melakukan latihan beban. Ia memiliki persahabatan dan rivalitas yang panjang dengan Dimitrij Ovtcharov.
4. Kehidupan Pribadi
Jun Mizutani menikah dengan kekasihnya pada 22 November 2013. Pada 14 Oktober 2014, ia mengumumkan melalui blognya bahwa putrinya telah lahir.
Di luar lapangan tenis meja, Mizutani memiliki minat yang beragam. Ia adalah penggemar berat gulat profesional dan sering menonton pertandingan. Hobi lainnya termasuk latihan beban, bermain game di ponsel, dan berkolaborasi dengan YouTuber populer.
Pada tahun 2017, Mizutani tampil dalam film Jepang Mixed Doubles, di mana ia memerankan dirinya sendiri.
5. Penghargaan dan Pengakuan
Jun Mizutani telah menerima berbagai penghargaan dan pengakuan atas kontribusi dan prestasinya dalam dunia tenis meja, baik dari komunitas olahraga maupun media.
5.1. Penghargaan Utama
- Penghargaan Kehormatan Warga Prefektur Aomori (dua kali)
- Penghargaan Khusus Olahraga Prefektur Aomori
- Penghargaan Kehormatan Warga Iwata
- Penghargaan Kontribusi Khusus Universitas Meiji
- Penghargaan Kontribusi Khusus JOC
- Penghargaan MVP Perdana T-League
- Penghargaan Pemain Pasangan Terbaik
- Penghargaan Pemain Unggul
- Penghargaan Fair Play
- Penghargaan ゆうもあ大賞Yu-Moa TaishoBahasa Jepang (2021)
- Penghargaan Olahraga Too
- Penghargaan Olahraga Penyiaran Shizuoka
- Penghargaan Olahraga Chubu Grand Prize
- Penghargaan Olahraga Jepang
- Penghargaan Olahragawan Mainichi (2021)
- Forum Sports Nippon (2021)
- Medali Kehormatan dengan Pita Ungu (2021)
- Penghargaan Kesehatan Tanita (2021)
- Penghargaan Perhiasan Terbaik Jepang ke-33 (Penghargaan Khusus)
5.2. Aktivitas Media dan Pengaruh
Setelah pensiun dari kompetisi aktif, Jun Mizutani semakin aktif di berbagai platform media, memperluas pengaruhnya di luar dunia tenis meja:
- Program Televisi**: Ia menjadi MC untuk program "Tele East Table Tennis School" (TV Tokyo) dan "Tele East Table Tennis School ~Hit Rally, Ittokūūū?~", serta menjadi komentator utama. Ia juga menjadi pembawa acara olahraga untuk "Zoom In!! Saturday" (Nippon TV) dan komentator untuk "Hirunobi!" (TBS). Selain itu, ia tampil di berbagai program khusus seperti "Sports Tairiku" (NHK BS1), "Deep People" (NHK), "Junk Sports" (Fuji TV), "Honoo no Taiikukai TV" (TBS), dan "Monitoring" (TBS).
- Drama Televisi**: Ia tampil sebagai instruktur kayak di episode 8 drama "Solo Activities for Women 2" (TV Tokyo) pada tahun 2022.
- Radio**: Ia memiliki program reguler "GMO Click Securities presents Jun Mizutani's Investment & Healthcare" (TBS Radio) dan menjadi bintang tamu di "TOYOTA Athlete Beat" (TOKYO FM).
- Film**: Ia memerankan dirinya sendiri dalam film "Mixed Doubles" (2017).
- Iklan**: Ia tampil dalam iklan untuk Nintendo ("Yawaraka Atamajuku"), Kinoshita Komuten, dan MAKERS uFit.
- Buku**: Mizutani telah menulis beberapa buku, termasuk "Table Tennis King Jun Mizutani's Rules for Victory" (2015), "Losing People Do Useless Practice" (2016), dan "The Power to Hit Back" (2021).
- YouTube**: Ia juga aktif di YouTube, termasuk tampil di saluran resmi uFit.
6. Aktivitas Pasca-Pensiun
Setelah pensiun dari dunia kompetitif, Jun Mizutani tetap terlibat aktif dalam industri olahraga. Ia menjabat sebagai Duta Olahraga untuk Kinoshita Group. Selain itu, ia sering tampil sebagai komentator tenis meja, memberikan analisis ahli untuk pertandingan-pertandingan besar. Ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan bisnis terkait olahraga, termasuk menjadi duta merek untuk uFit, serta berkolaborasi dengan perusahaan seperti Suzuki Parts, Toto-mi, Shimojima, dan CHRIO. Ia bahkan mengawasi produksi makanan seperti "Jun Mizutani Curry" yang menggunakan daging babi Yamato domestik, diproduksi oleh Frieden.
7. Artikel Terkait
- Mima Ito - Rekan setim dan pasangan ganda campuran di Olimpiade Tokyo 2020. Mereka berasal dari kampung halaman yang sama dan memiliki hubungan keluarga yang dekat sejak Ito masih kecil.
- Mixed Doubles - Film Jepang tahun 2017 tentang ganda campuran tenis meja, di mana Jun Mizutani tampil sebagai dirinya sendiri.
8. Pranala luar
- [https://falcon-tt.com/mizutanijun/ Situs resmi Jun Mizutani]