1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Karl Landsteiner menunjukkan minat awal pada bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran, yang kemudian membawanya pada serangkaian penemuan penting.
1.1. Masa Kecil dan Latar Belakang Keluarga
Karl Landsteiner lahir pada tanggal 14 Juni 1868 di Baden bei Wien, dekat Wina, Kekaisaran Austria-Hungaria, dalam sebuah keluarga Yahudi. Ayahnya, Leopold Landsteiner (1818-1875), adalah seorang doktor hukum, jurnalis terkemuka, dan pemimpin redaksi surat kabar terkemuka di Wina, Die Presse. Leopold meninggal dunia pada usia 56 tahun, ketika Karl baru berusia enam tahun. Setelah kematian ayahnya, Karl menjadi sangat dekat dengan ibunya, Fanny Landsteiner (née Hess; 1837-1908). Hubungan eratnya dengan sang ibu tergambar dari fakta bahwa ia menyimpan kerudung yang menutupi wajah ibunya di dinding hingga akhir hayatnya.
1.2. Studi dan Penelitian Kimia
Setelah lulus dengan ujian Matura dari sebuah sekolah menengah di Wina, Landsteiner memulai studi kedokteran di Universitas Wina. Ia menulis tesis doktornya pada tahun 1891. Bahkan saat masih berstatus mahasiswa, ia sudah menunjukkan bakat penelitian dengan menerbitkan esai mengenai pengaruh diet terhadap komposisi darah. Untuk memperdalam pengetahuannya di bidang kimia, Landsteiner menghabiskan lima tahun berikutnya (1891-1893) belajar di bawah bimbingan para ilmuwan terkemuka di Eropa: ia belajar di Würzburg di bawah Hermann Emil Fischer, di München di bawah Eugen Bamberger, dan di Zürich di bawah Arthur Rudolf Hantzsch. Dari periode ini, ia memiliki sejumlah publikasi, beberapa di antaranya ditulis bekerja sama dengan para profesornya.
2. Karier Awal dan Penelitian di Wina
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Landsteiner memulai karier profesionalnya di Wina, di mana ia membuat beberapa penemuan paling penting dalam sejarah kedokteran.
2.1. Aktivitas di Institut Wina
Setelah kembali ke Wina, Landsteiner menjabat sebagai asisten Max von Gruber di Institut Higiene. Selama periode ini, penelitiannya difokuskan pada Sistem kekebalan tubuh dan sifat antibodi. Dari November 1897 hingga 1908, Landsteiner bekerja sebagai asisten di Institut Patologi-Anatomi Universitas Wina di bawah bimbingan Anton Weichselbaum, seorang profesor terkemuka yang telah menemukan penyebab bakteri meningitis dan bersama Albert Fraenkel menemukan pneumococcus. Di sana, Landsteiner menerbitkan 75 makalah yang membahas isu-isu dalam serologi, bakteriologi, virologi, dan anatomi patologis. Selain itu, ia melakukan sekitar 3.600 autopsi dalam rentang waktu sepuluh tahun tersebut. Weichselbaum juga merupakan tutor Landsteiner untuk kualifikasi kuliah postdoctoral-nya pada tahun 1903. Dari tahun 1908 hingga 1920, Landsteiner menjabat sebagai prosektor di Rumah Sakit Wilhelminenspital di Wina, dan pada tahun 1911, ia dilantik sebagai profesor asosiasi anatomi patologis.
2.2. Penemuan Sistem Golongan Darah ABO
Pada tahun 1900, Landsteiner menemukan bahwa darah dari dua orang yang berbeda dapat mengalami aglutinasi (penggumpalan) ketika dicampur. Pada tahun 1901, ia berhasil mengidentifikasi bahwa efek ini disebabkan oleh kontak darah dengan serum darah. Sebagai hasilnya, ia berhasil mengidentifikasi tiga golongan darah manusia: A, B, dan O (yang awalnya ia labeli sebagai C). Landsteiner juga menemukan bahwa transfusi darah antara orang-orang dengan golongan darah yang sama tidak menyebabkan penghancuran sel darah, sedangkan hal itu terjadi antara orang-orang dengan golongan darah yang berbeda. Berdasarkan temuannya, transfusi darah pertama yang berhasil dilakukan adalah oleh Reuben Ottenberg di Rumah Sakit Mount Sinai di New York pada tahun 1907.
Saat ini, transfusi darah utuh jarang dilakukan. Sudah diketahui bahwa orang dengan golongan darah AB dapat menerima donor sel darah merah dari semua golongan darah lain, dan oleh karena itu mereka disebut sebagai "penerima universal". Sebaliknya, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan sel darah merah mereka ke semua golongan darah lain, sehingga mereka dikenal sebagai "donor universal". Hubungan donor-penerima ini muncul karena golongan darah O-negatif tidak memiliki antigen golongan darah A maupun B. Oleh karena itu, sistem kekebalan orang dengan golongan darah A, B, atau AB tidak akan menolak donor tersebut. Selain itu, karena orang dengan golongan darah AB tidak membentuk antibodi terhadap antigen golongan darah A maupun B, mereka dapat menerima sel darah merah dari orang dengan golongan darah ini, serta dari orang dengan golongan darah O-negatif. Atas pencapaian penting ini, ia diakui sebagai Bapak Kedokteran Transfusi.
2.3. Isolasi Virus Polio
Pada tahun 1909, bekerja sama dengan Erwin Popper, Landsteiner membuat penemuan signifikan lainnya: ia menemukan sifat infeksi dari poliomyelitis dan berhasil mengisolasi virus polio. Penemuan ini menjadi dasar bagi upaya global untuk memerangi polio. Sebagai pengakuan atas penemuan inovatif ini, yang membuka jalan bagi pengembangan vaksin polio, Landsteiner secara anumerta dilantik ke dalam Polio Hall of Fame di Warm Springs, Georgia, sebuah penghargaan yang diresmikan pada Januari 1958.

3. Tinggal di Belanda dan Migrasi ke Amerika Serikat
Setelah Perang Dunia I, Wina dan Republik Austria Pertama secara keseluruhan berada dalam kondisi ekonomi yang terpuruk. Situasi ini membuat Landsteiner tidak melihat adanya peluang untuk melanjutkan pekerjaan penelitiannya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pindah ke Belanda dan menerima posisi sebagai prosektor di rumah sakit Katolik kecil St. Joannes de Deo (sekarang HMC Westeinde) di Den Haag. Untuk meningkatkan situasi keuangannya, ia juga mengambil pekerjaan di sebuah pabrik kecil yang memproduksi tuberkulin lama (tuberculinum pristinum). Selama di Belanda, ia juga menerbitkan sejumlah makalah, lima di antaranya diterbitkan dalam bahasa Belanda oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda. Namun, kondisi kerja di Belanda terbukti tidak jauh lebih baik daripada di Wina pasca-perang.
Karena kesulitan ini, Landsteiner menerima undangan dari Simon Flexner di New York untuk bekerja di Rockefeller Institute. Flexner, yang sangat akrab dengan karya-karya Landsteiner, menginisiasi undangan ini. Landsteiner dan keluarganya tiba di New York pada musim semi 1923.
4. Karier Lanjut dan Penelitian di Amerika Serikat
Di Rockefeller Institute di New York, Landsteiner melanjutkan penelitiannya yang revolusioner, memperluas pemahaman tentang golongan darah dan imunologi.
4.1. Penemuan Golongan Darah Tambahan
Sepanjang tahun 1920-an, Landsteiner fokus pada masalah kekebalan dan alergi. Pada tahun 1927, ia menemukan golongan darah baru: M, N, dan P, yang menyempurnakan pekerjaan yang telah ia mulai 20 tahun sebelumnya. Tak lama setelah itu, Landsteiner dan kolaboratornya, Philip Levine, mempublikasikan hasil penelitian mereka, dan pada tahun yang sama, jenis-jenis golongan darah ini mulai digunakan dalam sengketa paternitas (tes DNA untuk menentukan ayah biologis).
Pada tahun 1937, Landsteiner bersama Alexander S. Wiener berhasil mengidentifikasi faktor Rhesus (faktor Rh), sebuah penemuan kunci yang memungkinkan para dokter untuk melakukan transfusi darah tanpa membahayakan nyawa pasien. Penemuan ini sangat penting karena menjelaskan reaksi transfusi yang tidak dapat dijelaskan oleh sistem ABO saja.

4.2. Kontribusi dalam Imunologi
Landsteiner melakukan penelitian ekstensif di bidang imunologi. Ia membuat kontribusi fundamental terhadap pemahaman kita tentang hemoglobinuria paroksismal. Ia juga menemukan fakta-fakta baru tentang faktor kekebalan pada penyakit sifilis, melengkapi pemahaman tentang reaksi Wassermann. Salah satu kontribusi pentingnya adalah penemuan hapten, sebuah zat yang dapat berikatan dengan antibodi tetapi tidak dapat menginduksi respons imun tanpa dikaitkan dengan molekul pembawa.
5. Kehidupan Pribadi
Aspek-aspek kehidupan pribadi Karl Landsteiner juga mencerminkan transisi dan tantangan pada zamannya. Pada tahun 1890, Landsteiner melakukan konversi agama dari Yudaisme ke Kristen, dan ia dibaptis ke dalam Gereja Katolik. Pada tahun 1916, ia menikah dengan Leopoldine Helene Wlasto, seorang wanita Ortodoks Yunani yang kemudian juga memeluk agama Katolik suaminya. Mereka memiliki seorang putra.
Pada tahun 1937, Landsteiner secara tidak berhasil memulai tindakan hukum terhadap sebuah penerbit Amerika yang memasukkannya dalam buku Who's Who in American Jewry. Landsteiner menyatakan bahwa "akan merugikan saya untuk secara publik menekankan agama leluhur saya." Tindakan ini mencerminkan sensitivitas terhadap identitas Yahudi di tengah meningkatnya anti-Semitisme di Eropa pada masa itu, meskipun ia telah berpindah agama.
6. Penghargaan dan Kehormatan
Karl Landsteiner menerima banyak penghargaan dan pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa di bidang kedokteran dan ilmu pengetahuan.
- Hadiah Aronson pada tahun 1926.
- Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1930, atas penemuan golongan darah ABO. Kuliah Nobelnya yang berjudul On Individual Differences in Human Blood disampaikan pada 11 Desember 1930.
- Terpilih sebagai anggota National Academy of Sciences pada tahun 1932.
- Terpilih sebagai anggota American Philosophical Society pada tahun 1935.
- Menerima Cameron Prize for Therapeutics dari University of Edinburgh pada tahun 1937.
- Terpilih sebagai Foreign Member of the Royal Society (ForMemRS) pada tahun 1941.
- Secara anumerta dianugerahi Lasker-DeBakey Clinical Medical Research Award pada tahun 1946.
- Sejak tahun 2005, Hari Donor Darah Sedunia dirayakan setiap tanggal 14 Juni, bertepatan dengan hari ulang tahun Landsteiner, sebagai pengakuan atas perannya dalam keselamatan transfusi darah.
- Pada tahun 2016, Google Doodle merayakan ulang tahunnya yang ke-148.
7. Kematian
Karl Landsteiner meninggal dunia pada tanggal 26 Juni 1943, pada usia 75 tahun, di New York City. Ia wafat akibat serangan jantung (infark miokardium) saat sedang bekerja di laboratoriumnya.
8. Warisan dan Penilaian
Warisan Karl Landsteiner terus memengaruhi kedokteran dan ilmu pengetahuan, dan penemuannya tetap menjadi pilar fundamental dalam praktik medis modern.
8.1. Dampak pada Kedokteran Transfusi

Karl Landsteiner secara luas diakui sebagai "Bapak Kedokteran Transfusi". Penemuannya tentang sistem golongan darah ABO pada tahun 1900-1901 dan kemudian identifikasi faktor Rh pada tahun 1937 bersama Alexander S. Wiener merevolusi praktik transfusi darah. Sebelum penemuannya, transfusi sering kali menyebabkan reaksi fatal karena ketidakcocokan golongan darah. Penemuan Landsteiner memungkinkan transfusi yang aman, yang secara signifikan menyelamatkan jutaan nyawa dan memungkinkan prosedur bedah kompleks yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya. Dampak penemuannya bersifat global dan abadi, menjadi landasan bagi praktik kedokteran transfusi modern.
8.2. Peringatan dan Pengenangan

Kontribusi Landsteiner terus diabadikan dan dikenang di berbagai penjuru dunia:
- Pada Januari 1958, ia secara anumerta dilantik ke dalam Polio Hall of Fame di Warm Springs, Georgia, sebagai pengakuan atas perannya dalam mengidentifikasi virus polio. Patungnya di sana adalah salah satu dari banyak bentuk peringatan terhadapnya.
- Tanggal 14 Juni, hari ulang tahunnya, ditetapkan sebagai Hari Donor Darah Sedunia oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun 2005. Hari ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan global akan darah yang aman dan untuk berterima kasih kepada donor darah atas sumbangan mereka yang menyelamatkan jiwa.
- Sebuah medali yang dikeluarkan oleh Palang Merah Belanda menggambarkan potret Karl Landsteiner, menghormati kontribusinya.
- Terdapat pula penghargaan seperti Karl Landsteiner Memorial Award yang diberikan untuk menghargai pencapaian luar biasa dalam ilmu pengetahuan transfusi.
- Sebuah patung Landsteiner juga didirikan di Quy Nhon, Bình Định, Vietnam, sebagai bentuk penghormatan internasional.