1. Overview
Khushwant Singh (nama lahir Khushal Singh, 2 Februari 1915 - 20 Maret 2014) adalah seorang penulis, pengacara, diplomat, jurnalis, dan politikus terkemuka asal India. Pengalamannya selama Pemisahan India pada tahun 1947 menginspirasinya untuk menulis novel terkenal Train to Pakistan pada tahun 1956, yang kemudian diadaptasi menjadi film pada tahun 1998. Dikenal karena sekularismenya yang tajam, humor, sarkasme, dan kecintaannya pada puisi, Singh juga seorang kritikus sosial yang ulung, seringkali membandingkan karakteristik perilaku Barat dan India dengan kecerdasan yang pahit. Sepanjang kariernya, ia menjabat sebagai editor di berbagai majalah sastra dan berita, termasuk surat kabar, selama tahun 1970-an dan 1980-an, serta menjadi anggota parlemen di Rajya Sabha. Ia menerima berbagai penghargaan sipil dari Pemerintah India, meskipun ia juga mengembalikan salah satunya sebagai bentuk protes terhadap peristiwa politik tertentu.
2. Kehidupan
Khushwant Singh menjalani kehidupan yang beragam, bergerak dari bidang hukum, diplomasi, jurnalisme, hingga politik, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di setiap area yang ia geluti.
2.1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Khushwant Singh terlahir dengan nama Khushal Singh pada 2 Februari 1915 di Hadali, Distrik Khushab, Punjab (sekarang berada di Pakistan). Ia berasal dari keluarga Sikh dan merupakan putra bungsu dari Sir Sobha Singh, seorang pengembang terkemuka di Lutyens' Delhi, dan Veeran Bai. Karena pencatatan kelahiran dan kematian belum umum pada masa itu, ayahnya sengaja mencantumkan tanggal 2 Februari 1915 sebagai tanggal lahirnya untuk pendaftaran sekolah di Modern School, New Delhi. Namun, neneknya, Lakshmi Devi, bersikeras bahwa ia lahir pada bulan Agustus, sehingga Singh kemudian menetapkan tanggal 15 Agustus sebagai tanggal lahirnya sendiri. Pamannya, Sardar Ujjal Singh (1895-1983), pernah menjabat sebagai Gubernur Punjab dan Tamil Nadu.
Nama lahirnya, Khushal Singh (yang berarti "Singa Makmur"), diberikan oleh neneknya. Ia sering dipanggil dengan nama panggilan "Shalee". Di sekolah, nama ini menjadi bahan ejekan teman-temannya yang sering mengoloknya dengan ungkapan, "Shalee Shoolee, Bagh dee Moolee" (yang berarti, "Shalee atau shoolee ini adalah lobak dari kebun"). Oleh karena itu, ia memilih nama Khushwant agar berima dengan nama kakak laki-lakinya, Bhagwant. Meskipun ia menyatakan bahwa nama barunya "dibuat sendiri dan tidak bermakna", ia kemudian menemukan bahwa ada seorang dokter Hindu dengan nama yang sama, dan jumlah orang dengan nama tersebut kemudian meningkat.
2.2. Pendidikan
Khushwant Singh memulai pendidikannya di Modern School Delhi pada tahun 1920 dan belajar di sana hingga tahun 1930. Di sekolah ini, ia bertemu dengan calon istrinya, Kanwal Malik, yang setahun lebih muda darinya. Ia melanjutkan studi ke jenjang Intermediate of Arts di St. Stephen's College di Delhi dari tahun 1930 hingga 1932.
Pada tahun 1932, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Government College, Lahore, dan meraih gelar BA pada tahun 1934 dengan nilai "kelas tiga". Setelah itu, ia pergi ke King's College London untuk belajar hukum dan dianugerahi gelar LL.B. dari University of London pada tahun 1938. Ia kemudian menjadi pengacara di Inner Temple London.
2.3. Karier Hukum
Khushwant Singh memulai karier profesionalnya sebagai pengacara pada tahun 1939, berpraktik di Pengadilan Tinggi Lahore di kantor Manzur Qadir dan Ijaz Husain Batalvi. Ia bekerja di Pengadilan Lahore selama delapan tahun, berinteraksi dengan beberapa teman dan penggemar terdekatnya, termasuk Akhtar Aly Kureshy dan Raja Muhammad Arif.
2.4. Karier Diplomatik dan Jurnalistik
Pada tahun 1947, setelah kemerdekaan India dari Imperium Britania, Khushwant Singh bergabung dengan Indian Foreign Service untuk India yang baru merdeka. Ia memulai tugasnya sebagai Pejabat Informasi Pemerintah India di Toronto, Kanada. Kemudian, ia menjabat sebagai Atase Pers dan Pejabat Publik untuk Komisi Tinggi India selama empat tahun di London dan Ottawa. Pada tahun 1951, ia bergabung dengan All India Radio sebagai jurnalis. Antara tahun 1954 dan 1956, ia bekerja di Departemen Komunikasi Massa UNESCO di Paris. Kedua karier terakhir ini mendorongnya untuk mengejar karier di bidang sastra.
2.5. Karier Editorial
Sejak tahun 1956, Khushwant Singh beralih ke layanan editorial. Ia mendirikan dan menjadi editor Yojana, sebuah jurnal pemerintah India (1951-1953). Kemudian, ia menjadi editor untuk The Illustrated Weekly of India, sebuah majalah berita mingguan, dan The National Herald. Ia juga ditunjuk sebagai editor Hindustan Times atas rekomendasi pribadi Indira Gandhi.
Selama masa jabatannya, The Illustrated Weekly menjadi majalah berita mingguan terkemuka di India, dengan sirkulasi meningkat dari 65.000 menjadi 400.000 eksemplar. Setelah bekerja selama sembilan tahun di majalah tersebut, pada 25 Juli 1978, seminggu sebelum ia pensiun, manajemen meminta Singh untuk segera berhenti. Seorang editor baru diangkat pada hari yang sama. Setelah kepergian Singh, majalah tersebut mengalami penurunan pembaca yang drastis. Pada tahun 2016, Khushwant Singh diabadikan dalam Limca Book of Records sebagai bentuk penghargaan.
2.6. Karier Politik

Dari tahun 1980 hingga 1986, Singh adalah anggota Rajya Sabha, majelis tinggi parlemen India. Sebagai figur publik, Khushwant Singh dituduh memihak partai penguasa Kongres Nasional India, terutama selama pemerintahan Indira Gandhi. Ketika Indira Gandhi mengumumkan keadaan darurat di seluruh negeri, ia secara terbuka mendukungnya dan secara sinis disebut sebagai 'liberal pendirian'.
Imannya terhadap sistem politik India sempat terguncang oleh kerusuhan anti-Sikh yang terjadi setelah pembunuhan Indira Gandhi, di mana beberapa politikus Kongres diduga terlibat. Namun, ia tetap bersikap positif terhadap janji demokrasi India dan bekerja melalui Citizen's Justice Committee yang didirikan oleh H. S. Phoolka, seorang pengacara senior di Pengadilan Tinggi Delhi. Ia adalah penganut hubungan diplomatik yang lebih erat dengan Israel pada saat India tidak ingin membuat negara-negara Arab kesal, di mana ribuan warga India bekerja. Ia mengunjungi Israel pada tahun 1970-an dan terkesan dengan kemajuannya.
3. Aktivitas Sastra
Khushwant Singh dikenal luas sebagai seorang penulis produktif yang menghasilkan beragam karya, mulai dari novel, kumpulan cerita pendek, hingga tulisan sejarah dan esai.
3.1. Karya Utama
Karya-karya sastra Khushwant Singh mencakup berbagai genre, di antaranya:
- Koleksi Cerita Pendek:
- The Mark of Vishnu and Other Stories (1950)
- The Voice of God and Other Stories (1957)
- A Bride of the Sahib and Other Stories (1967)
- Black Jasmine (1971)
- The Collected Stories of Khushwant Singh (1989)
- Paradise and Other Stories (2004)
- The Portrait of a Lady: Collected Stories (2013)
- Novel:
- Train to Pakistan (1956): Novel yang paling terkenal, terinspirasi dari pengalamannya selama Pemisahan India.
- I Shall Not Hear the Nightingale (1959)
- Delhi: A Novel (1990): Sebuah novel panjang yang merupakan hasil penelitian lebih dari 25 tahun.
- The Company of Women (1999)
- The Sunset Club (2010)
- Sejarah dan Non-fiksi:
- The History of Sikhs (1953)
- The Sikhs Today (1959)
- The Fall of the Kingdom of the Punjab (1962)
- A History of the Sikhs (1963, edisi kedua 1966, 2004, 2005)
- Ranjit Singh: The Maharaja of the Punjab (1963)
- Ghadar 1915: India's first armed revolution (1966)
- Tragedy of Punjab (1984, bersama Kuldip Nayar)
- The Sikhs (1984)
- More Malicious Gossip (1989, kumpulan esai)
- Sex, Scotch & Scholarship (1992, kumpulan esai)
- Not a Nice Man to Know: The Best of Khushwant Singh (1993)
- We Indians (1993)
- Women and Men in My Life (1995)
- Declaring Love in Four Languages (1997, bersama Sharda Kaushik)
- Big Book of Malice (2000, kumpulan esai)
- India: An Introduction (2003)
- Truth, Love and a Little Malice (2002, otobiografi)
- With Malice towards One and All
- The End of India (2003)
- Burial at the Sea (2004)
- Death at My Doorstep (2004)
- The Illustrated History of the Sikhs (2006)
- Land of Five Rivers (2006)
- Why I Supported the Emergency: Essays and Profiles (2009)
- Gods and Godmen of India (2012)
- Agnostic Khushwant: There is no God (2012)
- The Freethinker's Prayer Book and Some Words to Live By (2012)
- The Good, the Bad and the Ridiculous (2013, ditulis bersama Humra Qureshi)
- Khushwantnama, The Lessons of My Life (2013)
- Punjab, Punjabis & Punjabiyat: Reflections on a Land and its People (2018, disusun secara anumerta oleh putrinya Mala Dayal)
- Cerita Pendek Terkenal:
- The Portrait of a Lady
- The Strain
- Success Mantra
- A Love Affair in London
- The Wog
- Dokumenter Televisi:
- Third World-Free Press (1983, juga sebagai presenter, bagian dari seri Third Eye).
3.2. Gaya dan Tema Sastra
Khushwant Singh dikenal luas karena gaya penulisannya yang lugas dan berani. Ciri khasnya mencakup sekularisme yang tajam, humor, sarkasme, dan kecintaannya pada puisi. Ia seringkali menghadirkan perbandingan karakteristik sosial dan perilaku antara orang Barat dan India dengan kecerdasan yang pahit.
Ia adalah seorang kritikus agama yang terorganisir dan klerus, pandangan yang ia ungkapkan secara eksplisit dalam bukunya, The Good, the Bad and the Ridiculous, yang terbit pada Oktober 2013 dan mendapat banyak pujian di India. Singh juga pernah membuat klaim kontroversial bahwa Sikhisme adalah "cabang prajurit Hinduisme".
4. Pemikiran dan Keyakinan
Pandangan filosofis dan keyakinan pribadi Khushwant Singh, terutama terkait agama, mencerminkan pemikiran yang agnostik dan kritis terhadap institusi keagamaan.
4.1. Pandangan Keagamaan
Khushwant Singh secara terbuka menyatakan dirinya sebagai seorang agnostik, sebagaimana terungkap dalam judul bukunya tahun 2011, Agnostic Khushwant: There is no God. Ia sangat menentang agama yang terorganisir. Kecenderungannya terhadap ateisme terlihat jelas dalam pernyataannya, "Seseorang bisa menjadi orang suci tanpa percaya pada Tuhan dan penjahat yang menjijikkan dengan percaya pada-Nya. Dalam agama pribadi saya, Tuhan Tidak Ada!"
Ia juga pernah menyatakan, "Saya tidak percaya pada kelahiran kembali atau reinkarnasi, pada hari kiamat atau surga atau neraka. Saya menerima finalitas kematian." Buku terakhirnya, The Good, The Bad and The Ridiculous, yang diterbitkan pada Oktober 2013, melanjutkan kritiknya terhadap agama, khususnya praktik-praktiknya di India, termasuk kritiknya terhadap para klerus dan pendeta. Buku ini mendapat banyak pujian di India.
5. Kehidupan Pribadi

Khushwant Singh menikah dengan Kanwal Malik, teman masa kecilnya yang sebelumnya pindah ke London. Mereka bertemu kembali saat Singh belajar hukum di King's College London dan segera menikah. Pernikahan mereka dilangsungkan di Delhi, dengan Chetan Anand dan Iqbal Singh sebagai satu-satunya undangan. Muhammad Ali Jinnah juga menghadiri upacara formal tersebut. Mereka dikaruniai seorang putra bernama Rahul Singh dan seorang putri bernama Mala. Istrinya meninggal dunia pada tahun 2001. Aktris Amrita Singh adalah putri dari putra saudara laki-lakinya, Daljit Singh, yaitu Shavinder Singh dan Rukhsana Sultana. Khushwant Singh tinggal di "Sujan Singh Park", dekat Khan Market di New Delhi, yang merupakan kompleks apartemen pertama di Delhi, dibangun oleh ayahnya pada tahun 1945, dan dinamai sesuai nama kakeknya.
6. Kematian
Kematian Khushwant Singh menandai berakhirnya sebuah era bagi sastra dan jurnalisme India.
6.1. Kematian dan Pemakaman
Singh meninggal dunia secara alami pada 20 Maret 2014 di kediamannya di Delhi, pada usia 99 tahun. Presiden India, Wakil Presiden India, dan Perdana Menteri India semuanya menyampaikan pesan penghormatan atas kepergian Singh. Ia dikremasi di Krematorium Lodhi di Delhi pada pukul 4 sore di hari yang sama.
Selama hidupnya, Khushwant Singh sebenarnya ingin dimakamkan karena ia percaya bahwa dengan pemakaman, kita mengembalikan ke bumi apa yang telah kita ambil. Ia sempat meminta izin kepada manajemen Baháʼí Faith apakah ia bisa dimakamkan di pemakaman mereka. Setelah kesepakatan awal, mereka mengajukan beberapa syarat yang tidak dapat diterima oleh Singh, sehingga ide tersebut kemudian dibatalkan. Ia dilahirkan di Hadali, Distrik Khushab, di Provinsi Punjab modern Pakistan, pada tahun 1915. Sesuai keinginannya, sebagian abunya dibawa dan disebar di Hadali.
6.2. Wasiat dan Batu Nisan
Pada tahun 1943, Singh telah menulis sendiri obituarinya, yang disertakan dalam kumpulan cerita pendeknya Posthumous. Dengan judul "Sardar Khushwant Singh Meninggal Dunia", teksnya berbunyi:
:Kami menyesal mengumumkan kematian mendadak Sardar Khushwant Singh pada pukul 6 sore kemarin. Ia meninggalkan seorang janda muda, dua anak kecil, dan sejumlah besar teman serta pengagum. Di antara mereka yang berkunjung ke kediaman almarhum Sardar adalah PA untuk ketua hakim, beberapa menteri, dan hakim pengadilan tinggi.
Ia juga menyiapkan epitaf (tulisan nisan) untuk dirinya sendiri, yang berbunyi:
:Di sini terbaring seseorang yang tidak menyayangkan manusia maupun Tuhan;
:Jangan buang air matamu untuknya, dia adalah sampah;
:Menulis hal-hal buruk dia anggap sangat menyenangkan;
:Syukur Tuhan dia telah mati, anak kurang ajar ini.
Ia dikremasi dan abunya dimakamkan di sekolah Hadali, di mana sebuah plakat dipasang bertuliskan:
:DALAM INGATAN
:SARDAR KHUSHWANT SINGH
:(1915-2014)
:SEORANG SIKH, SEORAN SARJANA DAN PUTRA HADALI (Punjab)
:'Di sinilah akarku. Aku telah memeliharanya dengan air mata nostalgia ...'
7. Evaluasi dan Warisan
Khushwant Singh meninggalkan warisan yang mendalam di dunia sastra, jurnalisme, dan politik India, ditandai dengan berbagai penghargaan, kritik, dan pengaruh yang berkelanjutan.
7.1. Penghargaan dan Kehormatan
Sepanjang hidupnya, Khushwant Singh menerima berbagai penghargaan dan kehormatan atas kontribusinya:
- Rockefeller Grant (1966)
- Padma Bhushan, Pemerintah India (1974): Ia mengembalikan penghargaan ini pada tahun 1984 sebagai bentuk protes terhadap pengepungan Kuil Emas di Amritsar oleh Pemerintah Persatuan, yang dikenal sebagai Operasi Bintang Biru.
- Honest Man of the Year, Sulabh International (2000)
- Punjab Rattan Award, Pemerintah Punjab (2006)
- Padma Vibhushan, Pemerintah India (2007): Penghargaan sipil tertinggi kedua di India.
- Sahitya Akademi Fellowship oleh Sahitya Akademi India (2010)
- 'All-India Minorities Forum Annual Fellowship Award' oleh Ketua Menteri Uttar Pradesh, Akhilesh Yadav (2012)
- Penghargaan pencapaian seumur hidup oleh Tata Literature Live! The Mumbai Litfest (2013)
- Fellow of King's College London (Januari 2014)
- 'The Grove Press Award' untuk fiksi terbaik.
7.2. Kritik dan Kontroversi
Khushwant Singh dikenal sebagai pribadi yang tidak segan melontarkan pandangan kontroversial. Salah satu kritik terbesar yang dihadapinya adalah dukungannya yang terbuka terhadap keadaan darurat yang diumumkan oleh Indira Gandhi. Sikap ini membuatnya dicap sebagai 'liberal pendirian' yang terlalu memihak partai Kongres yang berkuasa.
Di sisi lain, ia juga menunjukkan sikap protes yang kuat ketika mengembalikan penghargaan Padma Bhushan pada tahun 1984, sebagai bentuk penentangan terhadap Operasi Bintang Biru, serangan militer India ke Kuil Emas di Amritsar. Tindakan ini, meskipun kontroversial di kalangan tertentu, dipandang oleh banyak pihak sebagai sikap berani melawan kekerasan negara terhadap tempat ibadah. Selain itu, pandangannya yang seringkali mengkritik agama terorganisir dan klerus, serta klaimnya yang kontroversial tentang Sikhisme sebagai "cabang prajurit Hinduisme", juga memicu berbagai diskusi dan kritik.
7.3. Pengaruh
Khushwant Singh memberikan pengaruh signifikan pada dunia sastra, jurnalisme, dan debat publik di India. Melalui karyanya, ia berhasil membentuk persepsi tentang berbagai isu sosial dan politik yang relevan. Novelnya Train to Pakistan menjadi karya penting yang menggambarkan kengerian dan tragedi Pemisahan India dengan sangat realistis, memberikan suara kepada pengalaman jutaan orang yang terkena dampaknya.
Sebagai seorang jurnalis dan editor, terutama di The Illustrated Weekly of India, ia mengangkat sirkulasi majalah tersebut secara drastis, menjadikannya platform yang berpengaruh untuk berita dan opini. Gaya penulisannya yang khas, penuh dengan sekularisme, humor, dan sarkasme, menjadikannya salah satu penulis yang paling dicintai dan dibenci di India. Ia dikenal karena keberaniannya dalam menyuarakan pandangan-pandangan yang tidak populer dan menantang status quo, terutama terkait agama dan politik. Kontribusinya dalam berbagai bidang ini menjadikannya salah satu tokoh intelektual paling berpengaruh di India abad ke-20.