1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Bagian ini merinci kelahiran Lee Kun-hee, latar belakang keluarganya, serta perjalanan pendidikannya yang ekstensif di Jepang dan Amerika Serikat, termasuk gelar doktor kehormatan yang ia terima.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga
Lee Kun-hee lahir pada tanggal 9 Januari 1942 di Daegu, yang saat itu berada di bawah pendudukan Jepang di Korea. Ia adalah putra ketiga dari Lee Byung-chul dan Park Du-eul. Ayahnya, Lee Byung-chul, mendirikan Grup Samsung pada tahun 1938, yang awalnya beroperasi sebagai perusahaan pengekspor buah-buahan dan ikan kering.

1.2. Pendidikan dan Studi di Jepang
Lee Kun-hee menempuh pendidikan di Universitas Waseda di Tokyo, Jepang, di mana ia memperoleh gelar sarjana dalam bidang ekonomi atau perdagangan pada tahun 1965. Pengalaman pendidikannya di Jepang sangat dipengaruhi oleh ayahnya, yang memerintahkannya untuk "melihat dan belajar dari negara maju." Sejak usia 10 tahun (kelas 5 SD), ia menghabiskan tiga tahun bersekolah di Tokyo. Ia sempat masuk Universitas Yonsei di Korea setelah lulus SMA, namun kemudian melanjutkan studinya di Waseda sesuai keinginan ayahnya. Meskipun ia berasal dari fakultas yang berbeda, perpustakaan penelitian Fakultas Ilmu Politik dan Ekonomi di Gedung No. 3 Universitas Waseda dinamai "Perpustakaan Peringatan Lee Kun-hee" untuk menghormatinya.
Selama di Jepang, ia dilaporkan merasa sangat kesepian dan menjadi sangat terobsesi dengan menonton film dan membaca buku. Meskipun nilai akademisnya pas-pasan, pengalaman ini membentuk filosofi bisnisnya. Setelah Waseda, ia melanjutkan studi di Universitas George Washington di Amerika Serikat, menyelesaikan program MBA pada tahun 1966. Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari beberapa institusi terkemuka, termasuk gelar Doktor Filsafat Kehormatan dari Universitas Nasional Seoul pada tahun 2000 dan Universitas Korea pada tahun 2005, serta gelar Doktor Hukum Kehormatan dari Universitas Waseda pada tahun 2010.
2. Karier
Lee Kun-hee memulai kariernya di Samsung Group pada tahun 1966 dan memimpin transformasi perusahaan menjadi raksasa teknologi global.
2.1. Bergabung dengan Samsung dan Suksesi Kepemimpinan
Lee Kun-hee bergabung dengan Tongyang Broadcasting Company (afiliasi Grup Samsung saat itu) pada tahun 1966 sebagai direktur. Ia kemudian bekerja di perusahaan konstruksi dan perdagangan Samsung.
Pada tanggal 24 Desember 1987, dua minggu setelah kematian ayahnya, Lee Byung-chul, Lee Kun-hee mengambil alih posisi ketua konglomerat tersebut. Proses suksesi ini tidak tanpa intrik keluarga. Saudara laki-lakinya, Lee Chang-hee, terlibat dalam skandal penyelundupan sakarin yang menyebabkan ayahnya sempat mundur dari posisi ketua. Meskipun kakak tertuanya, Lee Maeng-hee, sempat menjabat sebagai ketua grup, Lee Byung-chul kembali memimpin dan kemudian menunjuk Lee Kun-hee sebagai penerus setelah Lee Maeng-hee diduga melaporkannya kepada Presiden Park Chung-hee.
2.2. Deklarasi "Manajemen Baru" dan Inovasi
Pada tahun 1993, Lee Kun-hee merasa bahwa Grup Samsung terlalu fokus pada produksi massal barang-barang berkualitas rendah dan tidak siap bersaing dalam hal kualitas. Untuk mendorong inovasi dan menghadapi persaingan dari rival seperti Sony Corporation, ia mengumpulkan para eksekutifnya di Frankfurt, Jerman, dan mengeluarkan pernyataan terkenal yang dikenal sebagai "Deklarasi Frankfurt": "Ubahlah segalanya kecuali istri dan anak Anda."
Pernyataan ini menjadi seruan untuk perubahan radikal dalam pendekatan perusahaan terhadap kualitas, bahkan jika itu berarti penjualan yang lebih rendah. Ia bahkan memerintahkan penarikan dan pembakaran 150.000 unit ponsel Anycall pada tahun 1995 untuk menekankan pentingnya kualitas produk.
2.3. Transformasi menjadi Perusahaan Global
Di bawah kepemimpinan Lee Kun-hee, Samsung mengalami transformasi luar biasa menjadi perusahaan elektronik dan teknologi terkemuka di dunia. Perusahaan ini menjadi produsen ponsel cerdas, televisi, dan chip memori terbesar di dunia.
Pada tahun 1993, pendapatan grup Samsung adalah 29.00 T KRW, dan pada tahun 2013, angka tersebut melonjak menjadi 380.00 T KRW. Jumlah produk Samsung yang menduduki pangsa pasar nomor satu juga meningkat drastis, dari hanya satu produk menjadi 20 produk. Pada saat kematiannya, nilai perusahaan diperkirakan mencapai 300.00 B USD, dan ia sendiri adalah orang terkaya di Korea Selatan dengan kekayaan bersih sekitar 20.70 B USD menurut indeks miliarder Bloomberg.
2.4. Kembalinya ke Manajemen dan Aktivitas Selanjutnya
Pada tanggal 14 Januari 2008, rumah dan kantor Lee digerebek oleh polisi Korea dalam penyelidikan atas tuduhan bahwa Samsung bertanggung jawab atas dana talangan yang digunakan untuk menyuap jaksa, hakim, dan tokoh politik berpengaruh di Korea Selatan. Pada 21 April 2008, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua, menyatakan, "Kami, termasuk saya sendiri, telah menyebabkan masalah bagi bangsa dengan penyelidikan khusus ini; saya sangat meminta maaf untuk itu, dan saya akan bertanggung jawab penuh atas segalanya, baik secara hukum maupun moral."
Namun, pada 24 Maret 2010, Lee mengumumkan kembalinya ke Samsung Electronics sebagai ketuanya. Ia melanjutkan posisi ini hingga tahun 2014, ketika ia menderita serangan jantung yang membuatnya tidak mampu beraktivitas. Sejak saat itu, putranya, Lee Jae-yong, menjadi pemimpin de facto Grup Samsung.
3. Filosofi Manajemen dan Kepemimpinan
Bagian ini membahas prinsip-prinsip inti yang membentuk gaya kepemimpinan Lee Kun-hee, termasuk penekanannya pada manajemen krisis, kualitas, inovasi, dan pentingnya bakat.
3.1. Pernyataan Kunci dan Prinsip Manajemen
Filosofi manajemen Lee Kun-hee sangat menekankan pada manajemen krisis, kualitas, dan inovasi. Ia dikenal sering menekankan pentingnya kesadaran akan krisis, bahkan ketika Samsung berada di puncak kesuksesan. Pada Maret 2010, saat kembali memimpin, ia menyatakan bahwa "masa depan Samsung Electronics tidak dapat diprediksi, dan sebagian besar produk yang mewakili Samsung Electronics akan hilang dalam 10 tahun ke depan, jadi kita harus memulai dari awal lagi."
Ia juga sangat menekankan pentingnya bakat dan sumber daya manusia, dengan menyatakan bahwa "satu orang jenius dapat menghidupi 100.000 orang." Prinsip "teori ikan lele" (메기론) juga sering ia sebutkan. Teori ini menyatakan bahwa jika seekor ikan lele dilepaskan ke dalam kolam yang berisi ikan loach, ikan loach akan berenang lebih giat untuk menghindari dimakan, sehingga menjadi lebih sehat. Konsep ini mendorong daya saing internal untuk mencapai pertumbuhan. Meskipun teori ini sering dikaitkan dengannya, beberapa sumber menyebutkan bahwa ayahnya, Lee Byung-chul, juga sering menggunakan analogi serupa, yang mungkin berasal dari "kisah ikan haring" oleh sejarawan Inggris Arnold J. Toynbee.
Lee juga sangat fokus pada kualitas produk, terutama ponsel. Pada tahun 1995, ia memerintahkan pembakaran 150.000 unit ponsel Anycall yang cacat, menekankan bahwa "era di mana setiap orang memiliki satu terminal nirkabel pasti akan tiba. Kita harus fokus pada kualitas telepon. Jika ponsel mahal rusak, siapa yang akan membelinya?" Penekanan ini membantu Samsung menjadi pemimpin pasar ponsel cerdas global.
4. Kehidupan Pribadi
Bagian ini menguraikan kehidupan pribadi Lee Kun-hee, termasuk pernikahannya, anak-anaknya, hubungan keluarga, serta minat dan keyakinan pribadinya.
4.1. Pernikahan dan Anak-anak
Lee Kun-hee menikah dengan Hong Ra-hee dan memiliki empat anak: putra tunggal Lee Jae-yong (lahir 1968), dan tiga putri, Lee Boo-jin (lahir 1970), Lee Seo-hyun (lahir 1973), dan Lee Yoon-hyung (1979-2005). Putrinya, Lee Yoon-hyung, meninggal dunia karena bunuh diri pada tahun 2005.
Hong Ra-hee adalah putri dari Hong Jin-ki, mantan ketua JoongAng Ilbo dan Tongyang Broadcasting Company.
4.2. Hubungan Keluarga dan Aspek Lain
Saudara-saudara Lee Kun-hee dan beberapa anak mereka juga menjabat sebagai eksekutif di berbagai grup bisnis besar Korea. Misalnya, putri sulungnya, Lee Boo-jin, adalah presiden dan CEO Hotel Shilla, sebuah jaringan hotel mewah, serta presiden Everland Resort, operator taman hiburan dan resor yang secara luas dianggap sebagai perusahaan induk de facto konglomerat Samsung.
Pada Februari 2012, kakak laki-lakinya, Lee Maeng-hee, dan kakak perempuannya, Lee Sook-hee, mengajukan gugatan hukum terhadapnya, menuntut bagian saham perusahaan Samsung senilai sekitar 850.00 M USD (913.56 B KRW), yang mereka klaim diwariskan oleh ayah mereka. Sidang pengadilan dimulai pada Mei 2012, namun pada 6 Februari 2014, pengadilan Korea Selatan menolak kasus tersebut.
Dalam kehidupan pribadinya, Lee Kun-hee dikenal sebagai penganut Won Buddhism yang taat. Ia dan istrinya, Hong Ra-hee, menyumbangkan sekitar 12.00 B KRW ke Won-Dharma Center di Columbia, New York, yang didirikan sebagai pusat misi untuk Won Buddhism di luar negeri. Ia juga memiliki koleksi seni yang sangat besar, yang menjadi sorotan setelah kematiannya.
5. Masalah Hukum dan Kontroversi
Karier Lee Kun-hee diwarnai oleh berbagai masalah hukum dan kontroversi yang menimbulkan kritik tajam terhadap praktik bisnis Samsung dan sistem peradilan Korea Selatan.
5.1. Riwayat Kriminal
Lee Kun-hee memiliki total empat catatan kriminal, termasuk pelanggaran hukum serikat pekerja, pelanggaran undang-undang perlindungan informasi pribadi, pelanggaran undang-undang standar ketenagakerjaan, dan pelanggaran undang-undang pidana pajak.
5.2. Penyuapan dan Penggelapan Pajak
Pada tahun 1996, Lee Kun-hee dihukum karena membayar suap kepada mantan presiden Roh Tae-woo. Ia kemudian diampuni oleh Presiden Kim Young-sam.
Pada 16 Juli 2008, Pengadilan Distrik Pusat Seoul menyatakan Lee bersalah atas tuduhan pelanggaran keuangan dan penggelapan pajak. Jaksa menuntut Lee dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara dan denda 350.00 B KRW (sekitar 312.00 M USD). Pengadilan akhirnya menjatuhkan denda 110.00 B KRW (sekitar 98.00 M USD) dan hukuman tiga tahun penjara yang ditangguhkan. Namun, pada 29 Desember 2009, Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak mengampuni Lee, dengan alasan untuk memungkinkannya tetap menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional. Belakangan, dalam persidangan korupsi Lee Myung-bak, terungkap bahwa pengampunan ini diberikan sebagai imbalan atas suap. Praktik suap dan korupsi politik lainnya antara mantan Presiden Lee dan Lee Kun-hee juga terungkap.
5.3. Skandal Dana Talangan Samsung
Pada 14 Januari 2008, polisi Korea menggeledah rumah dan kantor Lee dalam penyelidikan atas tuduhan bahwa Samsung bertanggung jawab atas dana talangan yang digunakan untuk menyuap jaksa, hakim, dan tokoh politik berpengaruh di Korea Selatan. Pada 4 April 2008, Lee membantah tuduhan tersebut. Setelah putaran kedua interogasi oleh jaksa Korea Selatan, pada 11 April 2008, Lee dikutip mengatakan, "Saya bertanggung jawab atas segalanya. Saya akan menanggung tanggung jawab moral dan hukum sepenuhnya." Pada 21 April 2008, ia mengundurkan diri dan menyatakan permintaan maaf yang mendalam kepada bangsa atas masalah yang disebabkan oleh penyelidikan khusus tersebut.
5.4. Suksesi Kepemimpinan dan Dugaan Praktik Ilegal
Buku "Think Samsung" tahun 2010, yang ditulis oleh Kim Yong-chul, mantan penasihat hukum Samsung, menuduh Lee bersalah atas korupsi. Secara khusus, buku itu mengklaim bahwa ia mencuri hingga 10.00 T KRW (sekitar 8.90 B USD) dari anak perusahaan Samsung, merusak bukti, dan menyuap pejabat pemerintah untuk menjamin putranya akan menggantikannya. Tuduhan praktik suksesi yang tidak teratur untuk putranya dan aktivitas ilegal terkait pasar saham juga mencuat.
Pada 22 April 2008, setelah terungkapnya rekening gelap dan tuduhan penggelapan pajak senilai 100.00 B KRW, Lee mengundurkan diri dari semua jabatan di Samsung. Ia dituduh mengalihkan saham Grup Samsung kepada putranya, Lee Jae-yong, untuk menghindari pajak hadiah, dan juga diduga menyalahgunakan dana Dana Pensiun Nasional. Pada 16 Juli 2008, ia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara yang ditangguhkan dan denda 110.00 B KRW atas tuduhan penggelapan pajak penghasilan dari pengalihan aset. Meskipun ia kembali didakwa pada 14 Agustus 2009 atas penggelapan pajak, pelanggaran pasar saham, dan pelanggaran kepercayaan, ia menerima pengampunan khusus presiden pada 29 Desember 2009.
5.5. Kontroversi Lain
Lee Kun-hee juga terlibat dalam berbagai kontroversi sosial. Pada Juli 2016, sebuah situs berita independen Korea, "Newstapa," merilis video tersembunyi yang menunjukkan Lee diduga melakukan tindakan prostitusi di rumahnya antara tahun 2011 dan 2013. Video tersebut menunjukkan beberapa wanita yang tampaknya adalah pekerja hiburan, dengan Lee memberikan amplop kepada dua wanita muda, dan suara wanita yang mengatakan bahwa mereka menerima 5.00 M KRW per sesi, dengan pengurangan 500.00 K KRW jika berat badan melebihi standar. Video ini menjadi skandal besar di Korea Selatan dan dilihat jutaan kali di YouTube.
Selain itu, terdapat tuduhan penyalahgunaan kekuasaan ("갑질") oleh karyawan Samsung C&T di bawah arahan Lee Kun-hee. Karyawan Samsung C&T diduga ikut campur dalam urusan personalia dan melakukan pelecehan verbal terhadap pemasok pihak ketiga, termasuk ancaman dan permintaan pribadi yang berulang selama delapan tahun, yang terekam dalam rekaman suara.
Pada tahun 1990-an, Lee pernah membuat pernyataan kontroversial bahwa "politik Korea adalah kelas 4, birokrasi dan organisasi administrasi adalah kelas 3, dan perusahaan adalah kelas 2," yang menuai kritik. Ia juga dikritik karena mengganggu konser band rock Cherry Filter di Phoenix Park, Gangwon-do, pada tahun 2004 karena dianggap terlalu bising. Pada tahun 2012, ia juga menjadi target kritik ketika Samsung Group menduduki peringkat ketiga dalam "Public Eye Award," sebuah penghargaan yang diberikan oleh organisasi masyarakat sipil Swiss kepada perusahaan-perusahaan global yang dianggap paling tidak etis.
6. Kesehatan dan Kematian
Bagian ini merinci riwayat kesehatan Lee Kun-hee, termasuk penyakit yang dideritanya dan peristiwa seputar kematiannya, serta implikasi finansial dari warisannya.
6.1. Masalah Kesehatan dan Penyakit Berkepanjangan
Lee Kun-hee menjalani perawatan untuk kanker paru-paru pada akhir tahun 1990-an dan kembali menjalani pemeriksaan kanker pada tahun 2005 di MD Anderson Medical Center di Houston, Texas, tanpa ada kekhawatiran lebih lanjut yang diumumkan.
Pada Mei 2014, ia dirawat di rumah sakit di Seoul setelah menderita serangan jantung. Ia kemudian mengalami koma, yang berlanjut hingga kematiannya. Ia juga menderita stroke dan penyakit jangka panjang lainnya.
6.2. Kematian dan Pengaturan Pemakaman
Lee Kun-hee meninggal dunia pada 25 Oktober 2020, pukul 4 pagi, di Samsung Medical Center di Seoul, pada usia 78 tahun, setelah enam tahun lima bulan menjalani perawatan jangka panjang. Pemakamannya dilakukan secara pribadi dan hanya dihadiri oleh anggota keluarga, sesuai dengan keinginan mereka.
Kematian Lee memicu tagihan pajak warisan terbesar dalam sejarah Korea Selatan, mencapai 12.00 T KRW (sekitar 10.78 B USD). Ini disebabkan oleh tingginya pajak warisan di Korea Selatan, yaitu 50% untuk warisan di atas 3.00 B USD, menjadikannya yang tertinggi kedua di antara negara-negara OECD setelah Jepang. Pajak warisan yang besar ini berpotensi mengurangi kepemilikan saham keluarga di konglomerat tersebut.
7. Warisan dan Evaluasi
Bagian ini mengevaluasi dampak signifikan Lee Kun-hee terhadap Samsung dan perekonomian Korea Selatan, menyoroti pencapaiannya serta kontroversi yang menyertainya.
7.1. Pencapaian dan Penilaian Positif
Lee Kun-hee dikenang sebagai salah satu tokoh bisnis paling berpengaruh dalam sejarah Korea Selatan. Pencapaian terbesarnya adalah mengubah Samsung dari produsen barang murah menjadi pemimpin global di berbagai sektor teknologi. Di bawah kepemimpinannya, Samsung Electronics menjadi produsen ponsel cerdas, televisi, dan chip memori terbesar di dunia. Ia juga berhasil memperluas bisnis Samsung ke berbagai bidang lain seperti pembuatan kapal dan konstruksi.
Ia diakui atas visi strategisnya yang berani, seperti "Deklarasi Frankfurt" pada tahun 1993 yang menekankan kualitas di atas segalanya, yang menjadi titik balik bagi Samsung. Ia juga berperan penting dalam membawa Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018 ke Korea Selatan, menjabat sebagai anggota Komite Olimpiade Internasional dari tahun 1996 hingga 2008 dan kembali dari tahun 2010 hingga 2017.
7.2. Evaluasi Kritik dan Kontroversi
Meskipun pencapaian bisnisnya luar biasa, warisan Lee Kun-hee juga diwarnai oleh berbagai kritik dan kontroversi. Ia dua kali dihukum karena penyuapan dan penggelapan pajak, meskipun kemudian diampuni. Skandal dana talangan Samsung, tuduhan praktik suksesi ilegal untuk putranya, dan dugaan penyalahgunaan kekuasaan, semuanya menimbulkan pertanyaan serius tentang etika bisnis dan transparansi di bawah kepemimpinannya.
Kasus-kasus ini, seperti pembayaran suap kepada mantan presiden dan dugaan penggelapan dana Dana Pensiun Nasional, menunjukkan sisi gelap dari strategi bisnisnya yang agresif. Kontroversi pribadi seperti video dugaan prostitusi juga merusak citra publiknya dan memicu perdebatan luas tentang moralitas di kalangan elit bisnis Korea Selatan.
7.3. Dampak Sosial dan Ekonomi
Dampak Lee Kun-hee terhadap perekonomian Korea Selatan sangat besar. Di bawah kepemimpinannya, Samsung tumbuh hingga menyumbang sekitar 20% dari PDB Korea Selatan, menjadikannya kekuatan ekonomi yang tak tertandingi. Keberhasilan Samsung di pasar global secara signifikan meningkatkan citra Korea Selatan sebagai negara inovatif dan berteknologi maju.
Namun, dominasi Samsung juga menimbulkan kekhawatiran tentang monopoli dan pengaruh berlebihan terhadap politik dan masyarakat Korea Selatan. Struktur kepemilikan saham yang kompleks dan praktik suksesi yang kontroversial juga menyoroti masalah chaebol (konglomerat keluarga) di Korea Selatan, yang sering kali dituduh kurang transparan dan rentan terhadap korupsi.
7.4. Koleksi Seni dan Penanganan Pasca Kematian
Lee Kun-hee dikenal sebagai kolektor seni yang ulung. Setelah kematiannya, ahli warisnya mengumumkan pada musim semi 2021 bahwa koleksi seni bernilai miliaran dolar miliknya, yang terdiri dari lebih dari 23.000 karya seni, akan diserahkan kepada institusi publik di Korea Selatan. Koleksi ini mencakup karya-karya seniman Korea dan internasional terkemuka. Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan, Hwang Hee, bahkan mengumumkan rencana untuk membangun museum baru yang didedikasikan khusus untuk koleksi Lee.
8. Penghargaan dan Kehormatan
Sepanjang hidupnya, Lee Kun-hee menerima berbagai penghargaan dan gelar kehormatan atas kontribusinya dalam bisnis dan olahraga:
- 1984: Ordo Jasa Olahraga, Maenghojang (Korea Selatan)
- 1986: Ordo Jasa Olahraga, Cheongryongjang (Korea Selatan)
- 1991: Ordo Olimpiade IOC
- 1993: Penghargaan Eksekutif Terbaik dari Asosiasi Studi Manajemen Korea
- 1993: Plakat Penghargaan dari Menteri Kebudayaan
- 1994: Penghargaan Pedagang Terbaik dari Asosiasi Perdagangan Korea
- 1996: Penghargaan Eksekutif Terbaik dari Asosiasi Produktivitas Korea
- 2000: Ordo Jasa Sipil, Mugunghwa Medal (Korea Selatan)
- 2002: Plakat Penghargaan dari Federasi Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Korea
- 2004: Penghargaan Eksekutif Desain Hong Kong
- 2004: Légion d'honneur (Komandan) dari pemerintah Prancis
- 2006: Penghargaan Van Fleet dari The Korea Society
9. Lihat Pula
- Samsung Group
- Lee Byung-chul
- Lee Jae-yong
- Samsung Medical Center
- Skandal dana talangan Samsung
- Koleksi Lee Kun-hee