1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Pierre Curie menunjukkan bakat ilmiah yang luar biasa sejak usia muda, yang membentuk fondasi bagi karier penelitian revolusionernya di kemudian hari.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Pierre Curie lahir di Paris, Prancis, pada tanggal 15 Mei 1859. Ia adalah putra dari Eugène Curie (1827-1910), seorang dokter keturunan Huguenot Protestan Prancis dari Alsace, dan Sophie-Claire Curie (née Depouilly; 1832-1897). Ia dididik di rumah oleh ayahnya dan juga oleh tutor, karena ia tidak suka bersekolah. Sejak remaja, ia telah menunjukkan bakat yang kuat dalam matematika dan geometri. Pada usia 16 tahun, ia berhasil meraih gelar Sarjana Sains dalam matematika.
Pada usia 18 tahun, ia memperoleh lisensi dalam ilmu fisika dari Fakultas Ilmu Pengetahuan di Universitas Paris, yang juga dikenal sebagai Sorbonne. Meskipun memiliki bakat yang cemerlang, ia tidak langsung melanjutkan ke jenjang doktoral karena keterbatasan finansial.
1.2. Awal Karier
Alih-alih langsung mengejar gelar doktoral, Pierre Curie memulai karier profesionalnya sebagai instruktur laboratorium. Ia bekerja di laboratorium Jean-Gustave Bourbouze di Fakultas Ilmu Pengetahuan saat sedang mempersiapkan gelar sarjananya. Pada tahun 1895, ia akhirnya meraih gelar doktornya di Universitas Paris. Disertasi doktoralnya berfokus pada penelitiannya tentang magnetisme. Setelah meraih gelar doktor, ia diangkat menjadi profesor fisika, dan pada tahun 1900, ia menjadi profesor di Fakultas Ilmu Pengetahuan.
Meskipun ia mencapai banyak prestasi akademik, Pierre Curie dikenal karena kurangnya minatnya pada kenaikan jabatan dan bahkan menolak Ordo Merit untuk Pendidikan. Ia lebih memilih untuk fokus sepenuhnya pada penelitiannya. Namun, di luar negeri, ia sudah mendapatkan pengakuan tinggi; pada tahun 1893, Lord Kelvin dari Inggris mengunjunginya untuk berdiskusi tentang sains. Selain itu, ia juga diundang sebagai konsultan di berbagai sekolah, pabrik industri, dan proyek ilmiah.
2. Karier Ilmiah dan Penelitian
Karier ilmiah Pierre Curie ditandai oleh serangkaian penemuan fundamental yang mengubah pemahaman kita tentang fisika dan kimia. Ia tidak hanya seorang eksperimentalis ulung tetapi juga seorang pemikir teoretis yang mendalam, yang memelopori bidang-bidang baru dalam ilmu pengetahuan.

(Disertasi Curie, 1895)
2.1. Penelitian Magnetisme dan Termodinamika
Sebelum studi doktoralnya yang terkenal tentang magnetisme, Pierre Curie merancang dan menyempurnakan neraca puntir yang sangat sensitif untuk mengukur koefisien magnetik. Variasi peralatan ini kemudian banyak digunakan oleh para peneliti di bidang tersebut. Untuk tesis doktoralnya, ia mempelajari feromagnetisme, paramagnetisme, dan diamagnetisme. Ia menemukan pengaruh suhu terhadap paramagnetisme, yang kini dikenal sebagai Hukum Curie. Konstanta material dalam Hukum Curie dikenal sebagai Konstanta Curie.
Ia juga menemukan bahwa zat feromagnetik menunjukkan transisi suhu kritis, di atas suhu tersebut zat kehilangan sifat feromagnetiknya. Fenomena ini sekarang dikenal sebagai Suhu Curie (atau titik Curie). Suhu Curie digunakan dalam berbagai aplikasi modern, termasuk studi lempeng tektonik, perawatan hipotermia, pengukuran kafeina, dan pemahaman medan magnet luar angkasa. Dalam eksperimen ini, ia juga membangun sebuah elektrometer (atau termometer) khusus.

2.2. Penemuan Efek Piezoelektrik
Pada tahun 1880, Pierre Curie, bersama dengan kakak laki-lakinya, Paul-Jacques Curie (yang juga dikenal sebagai Jacques Curie), menunjukkan bahwa potensi listrik dihasilkan ketika kristal seperti kuarsa dan garam Rochelle dikompresi. Fenomena ini disebut efek piezoelektrik. Untuk membantu pekerjaan ini, mereka menciptakan elektrometer kuarsa piezoelektrik. Setahun kemudian, pada tahun 1881, mereka menunjukkan efek sebaliknya: bahwa kristal dapat dibuat berubah bentuk ketika dikenai medan listrik. Hampir semua sirkuit elektronik digital modern kini mengandalkan prinsip ini dalam bentuk osilator kristal. Aplikasi modern lainnya dari efek ini termasuk mikrofon dan perangkat perekam suara.
2.3. Pelopor Penelitian Radiasi
Pierre Curie bekerja sama dengan istrinya, Marie Curie, dalam mengisolasi unsur-unsur polonium dan radium. Mereka adalah orang pertama yang menggunakan istilah "radioaktivitas" dan merupakan pelopor dalam studinya. Penelitian mereka, termasuk disertasi doktoral Marie Curie yang terkenal, memanfaatkan elektrometer piezoelektrik sensitif yang dibuat oleh Pierre dan saudaranya, Jacques Curie.
Pada tanggal 26 Desember 1898, publikasi Pierre Curie bersama istrinya dan M. G. Bémont mengenai penemuan radium dan polonium dihormati dengan Penghargaan Terobosan Kimia dari Divisi Sejarah Kimia American Chemical Society, yang diberikan kepada ESPCI ParisTech pada tahun 2015.
Pierre Curie dan salah satu muridnya, Albert Laborde, membuat penemuan pertama tentang energi nuklir, dengan mengidentifikasi emisi panas terus-menerus dari partikel radium. Curie juga menyelidiki emisi radiasi dari zat radioaktif dan, melalui penggunaan medan magnet, mampu menunjukkan bahwa beberapa emisi bermuatan positif, beberapa negatif, dan beberapa netral. Emisi-emisi ini kemudian diidentifikasi sebagai radiasi alfa, radiasi beta, dan radiasi gamma.
2.4. Prinsip Curie dan Kontribusi Ilmiah Lainnya
Pierre Curie merumuskan apa yang sekarang dikenal sebagai "Prinsip Disimetri Curie" (Prinsip Curie), yang menyatakan bahwa suatu efek fisika tidak dapat memiliki disimetri yang tidak ada pada penyebab efisiennya. Sebagai contoh, campuran pasir acak dalam gravitasi nol tidak memiliki disimetri (bersifat isotropik). Jika diperkenalkan medan gravitasi, akan muncul disimetri karena arah medan tersebut. Kemudian butiran pasir dapat "menyortir diri" dengan kepadatan yang meningkat seiring kedalaman. Namun, susunan baru ini, dengan susunan butiran pasir yang terarah, sebenarnya mencerminkan disimetri medan gravitasi yang menyebabkan pemisahan tersebut. Selain itu, Pierre juga membuat neraca ilmiah yang sangat sensitif, yang dikenal sebagai Neraca Curie.
2.5. Penelitian Spiritualisme
Pada akhir abad kesembilan belas, ketika Pierre Curie sedang menyelidiki misteri magnetisme biasa, ia menyadari eksperimen spiritualis yang dilakukan oleh ilmuwan Eropa lainnya, seperti Charles Richet dan Camille Flammarion. Pierre Curie awalnya berpikir bahwa penyelidikan sistematis terhadap paranormal dapat membantu menjawab beberapa pertanyaan yang belum terjawab tentang magnetisme.
Ia menulis kepada Marie, yang saat itu masih tunangannya, menyatakan, "Saya harus mengakui bahwa fenomena spiritual itu sangat menarik bagi saya. Saya pikir itu adalah pertanyaan yang berkaitan dengan fisika." Buku catatannya dari periode ini menunjukkan bahwa ia membaca banyak buku tentang spiritualisme. Ia tidak menghadiri séance seperti yang dilakukan Eusapia Palladino di Paris pada Juni 1905 hanya sebagai penonton, dan tujuannya tentu saja bukan untuk berkomunikasi dengan arwah. Ia melihat séance tersebut sebagai eksperimen ilmiah, mencoba memantau parameter yang berbeda, dan mencatat setiap pengamatan secara rinci. Meskipun demikian, Curie menganggap dirinya sebagai seorang ateis.
3. Pernikahan dan Keluarga
Kehidupan pribadi Pierre Curie tidak terlepas dari karier ilmiahnya yang cemerlang, terutama melalui pernikahannya dengan Marie Skłodowska, yang menjadi kolaborator utamanya dan juga seorang ilmuwan legendaris. Keluarga Curie juga membangun warisan ilmiah yang luar biasa melalui anak-anak dan cucu-cucu mereka.
3.1. Pernikahan dengan Marie Curie dan Kolaborasi Penelitian
Pierre Curie diperkenalkan kepada Maria Skłodowska oleh teman mereka, fisikawan Józef Wierusz-Kowalski. Curie kemudian menerimanya di laboratoriumnya sebagai mahasiswanya. Kekagumannya terhadap Marie tumbuh ketika ia menyadari bahwa Marie tidak akan menghambat penelitiannya, melainkan akan menjadi inspirasinya. Meskipun Marie awalnya menolak lamarannya, ia akhirnya setuju untuk menikah pada tanggal 26 Juli 1895.
Mereka memiliki pernikahan yang bahagia dan penuh kasih sayang, dikenal karena pengabdian mereka satu sama lain. Pierre pernah menulis kepada Marie, "Akan menjadi hal yang indah, hal yang tak berani saya harapkan jika kita bisa menghabiskan hidup kita berdekatan, terhipnotis oleh impian kita: impian patriotikmu, impian kemanusiaan kita, dan impian ilmiah kita." Kolaborasi ilmiah mereka sangat produktif, menghasilkan penemuan-penemuan yang tak ternilai. Setelah kematian tragis Pierre, Marie Curie mengambil alih posisinya sebagai dosen di Sorbonne, sebuah langkah yang mewujudkan impian Pierre.

3.2. Anak dan Keturunan
Dari pernikahannya dengan Marie Curie, Pierre memiliki dua putri:
- Irène, yang juga menjadi fisikawan dan menerima Hadiah Nobel bersama suaminya, Frédéric Joliot-Curie, atas penelitian mereka tentang radioaktivitas.
- Ève, yang menulis biografi terkenal tentang ibunya, "Madame Curie." Ève adalah satu-satunya anggota keluarga Curie yang tidak menjadi fisikawan. Ia menikah dengan Henry Richardson Labouisse Jr., yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas nama UNICEF pada tahun 1965.
Keluarga Curie memiliki warisan ilmiah yang mendalam. Kakek Pierre Curie, Paul Curie (1799-1853), seorang dokter dan humanis Malthusian, menikah dengan Augustine Hofer. Melalui nenek dari pihak ayahnya ini, Pierre Curie juga merupakan keturunan langsung dari ilmuwan dan matematikawan Swiss Jean Bernoulli (1667-1748), sama seperti Pierre-Gilles de Gennes, penerima Hadiah Nobel Fisika 1991.
Cucu perempuan Pierre dan Marie Curie, Hélène Langevin-Joliot, adalah seorang profesor fisika nuklir di Universitas Paris. Cucu laki-laki mereka, Pierre Joliot, yang dinamai dari Pierre Curie, adalah seorang biokimiawan terkemuka.
4. Kematian
Pierre Curie meninggal secara tragis akibat kecelakaan jalan di Paris pada 19 April 1906. Saat menyeberang Rue Dauphine yang sibuk di tengah hujan, di dekat Quai de Conti, ia tergelincir dan jatuh di bawah kereta kuda yang berat. Salah satu roda kereta melindas kepalanya, menyebabkan retakan di tengkoraknya, dan ia meninggal di tempat. Beberapa laporan, termasuk kesaksian ayah dan asisten laboratoriumnya, mengisyaratkan bahwa sifat Pierre yang terkadang linglung dan terlalu tenggelam dalam pikirannya mungkin berkontribusi pada kecelakaan fatal tersebut.
Baik Pierre maupun Marie Curie sering mengalami luka bakar akibat radium, baik secara tidak sengaja maupun sukarela, dan terpapar dosis radiasi yang sangat tinggi selama melakukan penelitian mereka. Mereka berdua mengalami penyakit radiasi. Marie Curie sendiri meninggal karena anemia aplastik yang disebabkan radiasi pada tahun 1934. Bahkan hingga kini, semua dokumen mereka dari tahun 1890-an, termasuk buku masak Marie, masih bersifat radioaktif. Buku-buku laboratorium mereka disimpan dalam kotak timbal khusus, dan orang yang ingin melihatnya harus mengenakan pakaian pelindung. Sebagian besar benda-benda ini dapat ditemukan di Bibliothèque nationale de France. Ada kemungkinan besar bahwa seandainya Pierre Curie tidak meninggal dalam kecelakaan tersebut, ia kemungkinan besar akan meninggal akibat efek radiasi, seperti yang dialami istrinya, putri mereka Irène, dan menantunya Frédéric Joliot.
Pada April 1995, jenazah Pierre dan Marie Curie dipindahkan dari tempat peristirahatan asli mereka, sebuah pemakaman keluarga, dan dimakamkan di kripta Panthéon di Paris, sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi besar mereka.
5. Evaluasi dan Warisan
Warisan Pierre Curie jauh melampaui pencapaian ilmiahnya; ia telah diabadikan melalui berbagai penghargaan, unit pengukuran, dan institusi yang terus menginspirasi generasi ilmuwan di seluruh dunia.

5.1. Penghargaan Utama
Pierre Curie menerima berbagai penghargaan bergengsi atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang fisika dan kimia:
- Hadiah Nobel Fisika (1903), yang dibagikan bersama istrinya, Marie Curie, dan Henri Becquerel. Penghargaan ini diberikan sebagai "pengakuan atas jasa-jasa luar biasa yang telah mereka lakukan melalui penelitian bersama mereka tentang fenomena radiasi yang ditemukan oleh Profesor Henri Becquerel." Dengan penghargaan ini, mereka menjadi pasangan suami istri pertama yang memenangkan Hadiah Nobel, memulai warisan keluarga Curie yang menghasilkan lima Hadiah Nobel. Pierre sendiri tidak dapat menghadiri upacara penghargaan karena sakit.
- Medali Davy (1903), bersama Marie Curie, dari Royal Society of London.
- Medali Berthelot (1903), bersama Marie Curie.
- Medali Penghargaan Kota Paris (1903), bersama Marie Curie.
- Matteucci Medal (1904), bersama Marie Curie, dari Asosiasi Ilmiah Italia.
- Medali Elliott Cresson (1909), dianugerahkan secara anumerta dalam upacara penghargaan Marie Curie.
- Penghargaan Terobosan Kimia (2015) dari Divisi Sejarah Kimia American Chemical Society, yang diberikan kepada ESPCI ParisTech atas penemuan radium dan polonium.
5.2. Peringatan Ilmiah dan Pengaruh
Nama dan karya Pierre Curie diabadikan dalam berbagai cara, menunjukkan pengaruh abadi dari penelitiannya:
- Unit pengukuran radioaktivitas, yaitu Curie (Ci), dinamai untuk menghormati Pierre dan Marie Curie oleh Kongres Radiologi pada tahun 1910. Satu Curie setara dengan 3,7 × 1010 peluruhan per detik atau 37 gigabecquerel. Ada sedikit perdebatan apakah nama tersebut menghormati Pierre, Marie, atau keduanya.
- Unsur kimia dengan nomor atom 96, kurium, dinamai dari nama keluarga pasangan Curie.
- Universitas Pierre dan Marie Curie (Paris VI), didirikan pada tahun 1968 sebagai bagian dari pemisahan fakultas sains dan kedokteran Universitas Paris. Universitas ini berfokus pada penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, dengan tradisi penelitian yang kuat dan kolaborasi erat dengan industri.
- Institut Curie dan Museum Curie di Paris juga merupakan institusi yang mengabadikan nama dan warisan penelitian keluarga ini.
- Potretnya, bersama dengan istrinya Marie, muncul pada uang kertas 500 franc terakhir Prancis.
- Stasiun Pierre et Marie Curie, sebuah stasiun Metro Paris di Jalur 7, juga dinamai untuk menghormati mereka.