1. Awal Kehidupan dan Karier
Riccardo Riccò lahir di Formigine, Italia. Ia memulai karier bersepedanya pada usia 13 tahun, menunjukkan bakat alami dalam olahraga tersebut sejak dini.
1.1. Latar Belakang Amatir
Selama karier amatirnya, Riccò meraih beberapa kesuksesan yang signifikan. Pada tahun 2001, ia memenangkan kejuaraan nasional junior balap sepeda lintas alam Italia. Ia melanjutkan dominasinya di kategori U-23, memenangkan kejuaraan balap jalan raya nasional Italia pada tahun 2004. Pada tahun 2005, ia berkompetisi di UCI Europe Tour bersama para pembalap profesional di Settimana Ciclistica Lombarda, di mana ia memenangkan dua etape dan meraih gelar juara umum.
1.2. Debut Profesional
Pada tahun 2005, Riccò sempat mencoba menjadi profesional dengan tim CSF, namun tidak diizinkan karena beberapa tes darah menunjukkan kadar hematokritnya melebihi batas yang diizinkan. Manajer olahraga Saunier Duval, Mauro Gianetti, menyarankan agar ia menghabiskan seminggu di laboratorium UCI di Lausanne untuk membuktikan bahwa nilai darahnya alami. Tes-tes ekstensif lebih lanjut oleh UCI mengkonfirmasi bahwa kadar hematokrit Riccò secara alami di atas 50%, batas atas yang diterima sejak 1997. Namun, hal ini kemudian dipertanyakan ketika pada 17 Juli 2008, terungkap bahwa Riccò memiliki tes non-negatif untuk EPO, obat peningkat hematokrit, setelah uji waktu etape 4 Tour de France di Cholet. Pembalap profesional lain, Jérôme Pineau, kemudian menyatakan bahwa Riccò secara terbuka menggunakan doping bahkan sebagai pembalap junior.
Pada tahun 2006, Riccò secara resmi menjadi pembalap profesional dengan tim UCI ProTeam Saunier Duval-Prodir.
2. Karier Profesional
Setelah debut profesionalnya, Riccardo Riccò dengan cepat menunjukkan potensinya, terutama sebagai pembalap tanjakan.
2.1. Saunier Duval-Scott (2006-2008)
Masa Riccò bersama tim Saunier Duval-Scott menjadi periode penting dalam kariernya, ditandai dengan pencapaian besar dan skandal doping pertamanya.
2.1.1. Terobosan dan Kesuksesan Awal
Terobosan Riccò terjadi selama Tirreno-Adriatico 2007, di mana ia memenangkan dua etape berturut-turut dan klasifikasi poin. Ia juga memenangkan satu etape dan finis kedua di Settimana Internazionale di Coppi e Bartali. Ia kemudian finis kesembilan di Amstel Gold Race 2007 dan keenam di La Flèche Wallonne 2007 dalam penampilan pertamanya di Ardennes Classics. Ia juga memenangkan Japan Cup pada tahun 2006.
Riccò tampil di Giro d'Italia 2007 sebagai domestik untuk pemimpin tim Gilberto Simoni. Dalam prosesnya, ia memenangkan etape ke-15 di Tre Cime di Lavaredo, mengungguli rekan setimnya Leonardo Piepoli. Ia finis keenam secara keseluruhan, tujuh menit di belakang pemenang Danilo Di Luca. Di final musim Giro di Lombardia 2007, ia finis kedua setelah kalah dalam sprint dua orang dengan Damiano Cunego. Ia juga finis ke-16 secara keseluruhan dalam UCI ProTour 2007.
2.1.2. Giro d'Italia 2008
Pada tahun 2008, Riccò memimpin timnya di Giro d'Italia 2008. Meskipun menghadapi cedera jari telunjuk akibat kecelakaan dan flu, ia tampil mengesankan di pegunungan, meraih dua kemenangan etape, memenangkan klasifikasi pembalap muda, dan finis kedua secara keseluruhan di klasifikasi umum, 1 menit 57 detik di belakang pemenang Alberto Contador. Penampilannya ini menimbulkan kecurigaan doping, dengan ahli doping Michel Audran menyatakan bahwa CERA digunakan oleh beberapa pembalap di Giro 2008.

2.1.3. Tour de France 2008 dan Pengungkapan Doping
Pada 10 Juli 2008, Riccò memenangkan etape ke-6 Tour de France 2008 dengan finis di puncak bukit di Super-Besse, memberinya kemenangan etape Tour de France pertamanya. Tiga hari kemudian, ia meraih kemenangan keduanya di etape ke-9 Tour de France dengan pendakian dari Col d'Aspin. Namun, desas-desus mulai beredar tentang hasil tes yang menunjukkan kelainan pada kadar darahnya. Tim dan atlet tersebut mengklaim tidak ada masalah doping, karena Riccò menyatakan memiliki kadar hematokrit yang secara alami tinggi, didukung oleh sertifikat UCI yang menyatakan hematokritnya 51%.
2.2. Upaya Kembali Pasca-Larangan (2010-2011)
Setelah larangan pertamanya berakhir pada Maret 2010, Riccò kembali berkompetisi. Ia menandatangani kontrak dua tahun dengan tim UCI Professional Continental Ceramica Flaminia. Pada bulan April, ia berkompetisi di Giro del Trentino, memenangkan etape ke-2 dan finis kedua secara keseluruhan. Pada bulan Juli, ia memenangkan Tour of Austria dengan dua kemenangan etape di puncak gunung. Namun, pada Agustus tahun yang sama, Riccò mengakhiri kontraknya dengan Flaminia karena tim tersebut tidak diundang ke Giro d'Italia. Ia kemudian menandatangani kontrak dua tahun dengan tim Vacansoleil Pro Cycling Team asal Belanda, yang saat itu merupakan tim profesional kontinental. Ia meraih kemenangan pertamanya setelah pindah tim di Coppa Sabatini.
2.3. Insiden Transfusi Darah 2011
Pada 6 Februari 2011, Riccò dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis, menderita sepsis dan gagal ginjal, yang diduga disebabkan oleh transfusi darah autologus yang ia lakukan sendiri dengan darah berusia 25 hari. Riccò mengakui kepada dokter yang merawatnya bahwa ia telah melakukan transfusi tersebut di hadapan pasangannya, Vania Rossi. Dokter tersebut melaporkan informasi ini kepada pihak berwenang, yang menyebabkan penyelidikan dibuka terhadap pembalap sepeda profesional tersebut oleh polisi dan Komite Olimpiade Italia (CONI). Riccò keluar dari rumah sakit dalam waktu dua minggu, dan kemudian dipecat oleh timnya Vacansoleil. Pada Juni 2011, ia menandatangani kontrak dengan tim UCI Continental Kroasia, Meridiana-Kamen, namun segera setelah itu ia dijatuhi larangan berkompetisi oleh Federasi Sepeda Italia dan Komite Olimpiade Italia. Riccò kemudian membantah melakukan doping darah, tetapi juga menyatakan bahwa ia telah selesai dengan olahraga tersebut dan ingin berlatih menjadi seorang barista. Namun, ia kemudian berubah pikiran dan mengatakan ia ingin balapan lagi.
Pada Oktober 2011, dilaporkan bahwa Riccò telah mengakui transfusi darah tersebut kepada CONI, meskipun pengacaranya kemudian membantah laporan ini. Insiden ini juga terjadi setelah terungkapnya kasus doping yang melibatkan pasangannya, Vania Rossi, yang positif CERA pada Januari 2010 (meskipun hasil B-sample kemudian negatif dan tuduhan ditarik kembali), dan penangkapan saudara laki-laki Vania, Enrico Rossi, pada September 2010 sebagai bagian dari penyelidikan doping yang lebih luas di Italia, yang semakin meningkatkan kecurigaan terhadap Riccò.
3. Doping dan Sanksi
Karier Riccardo Riccò secara signifikan dibayangi oleh serangkaian insiden doping yang berujung pada larangan berkompetisi.
3.1. Kasus Doping Tour de France 2008
Pada 17 Juli 2008, Riccò dinyatakan positif menggunakan peningkat darah terlarang CERA (varian dari EPO), dari sampel yang diambil setelah etape keempat Tour de France 2008. Ini menjadikannya pembalap ketiga yang positif menggunakan zat ini di Tour de France 2008 setelah Moisés Dueñas dari Barloworld dan Manuel Beltrán dari Liquigas. Ia segera dikeluarkan dari Tour, dan timnya Saunier Duval menarik diri secara sukarela dari kompetisi. Saunier Duval mengumumkan keesokan harinya bahwa manajer tim Mauro Gianetti telah "kehilangan kepercayaan" pada Riccò dan bahwa ia telah dipecat dari tim. Riccò menghabiskan malam di kantor polisi dan didakwa atas tuduhan "penggunaan zat beracun". Ia membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa ia hanya membawa vitamin. Namun, jaksa Antoine Leroy bersaksi bahwa persediaan medis termasuk jarum suntik dan peralatan untuk infus intravena ditemukan di kamar hotelnya, meskipun tidak digunakan.
Kemudian terungkap bahwa Riccò telah mencoba melarikan diri dari petugas kontrol doping setelah etape ke-4 Tour, tetapi terjebak dalam lalu lintas. Akibatnya, petugas memutuskan bahwa ia harus diuji setelah setiap etape. Juga terungkap bahwa produsen CERA, Hoffman-La Roche, secara diam-diam bekerja sama dengan World Anti-Doping Agency untuk mengembangkan tes obat tersebut, dan inilah bagaimana Riccò tertangkap.
Seminggu setelah balapan, Riccò mengakui kepada Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) bahwa, secara independen dari tim, ia telah mengonsumsi EPO sebagai persiapan untuk Tour de France 2008, dan ia menerima tanggung jawab atas tindakannya serta meminta maaf kepada rekan setim dan penggemarnya. Riccò mengatakan kepada surat kabar Italia La Repubblica bahwa dokter doping terlarang Carlo Santuccione yang memasok bentuk baru EPO tersebut.
Menyusul pengakuan bersalah Riccò dalam kasus tersebut, penasihatnya berharap ia akan menerima larangan 20 bulan. Namun, pada 2 Oktober 2008, ia dijatuhi larangan 2 tahun oleh CONI. Riccò menyatakan kekecewaannya, "Saya sangat kecewa dan pahit. Saya mengharapkan pemahaman yang lebih baik. Tapi saya membuat kesalahan dan adil jika saya membayarnya." Namun, pada 17 Maret 2009, Court of Arbitration for Sport (CAS) mengurangi larangan tersebut menjadi 20 bulan karena kerja samanya.
Riccò juga menghadapi tuntutan pidana di Italia dan Prancis atas kasus doping tersebut. Ia dihukum oleh pengadilan pidana di Padua dan didenda 3.04 K EUR. Pada Juni 2010, Riccò dijatuhi hukuman penjara yang ditangguhkan dua tahun oleh pengadilan Toulouse, yang dikuatkan dalam banding pada November 2011.
3.2. Sanksi Insiden Transfusi Darah 2011
Pada 19 April 2012, Pengadilan Anti-doping Nasional Italia (TNA - Tribunale Nazionale Antidoping) melarang Riccò dari semua aktivitas balap sepeda profesional selama 12 tahun, yang secara efektif mengakhiri kariernya. Banding yang diajukan oleh Riccò ditolak oleh Court of Arbitration for Sport pada 1 Maret 2013.
3.3. Sanksi Lebih Lanjut dan Larangan Seumur Hidup
Pada 1 Mei 2014, Riccò dituduh membeli EPO dan testosterone, setelah tertangkap oleh polisi Italia di tempat parkir restoran McDonald's di Livorno. Riccò kemudian mengklaim bahwa ia "berada di tempat yang salah pada waktu yang salah," dan pengacaranya menyatakan bahwa ia tidak berada di tempat parkir untuk membeli EPO.
Pada Desember 2020, Riccò dijatuhi larangan seumur hidup dari balap sepeda profesional oleh otoritas anti-doping Italia, mengakhiri secara definitif semua kemungkinan ia untuk kembali ke olahraga tersebut.
4. Hasil Utama
Berikut adalah daftar hasil signifikan Riccardo Riccò dalam kariernya:
4.1. Hasil Grand Tour
Grand Tour | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Giro d'Italia | |||||||
6 | 2 | ||||||
Tour de France | 95 | ||||||
DNF | |||||||
Vuelta a España | Tidak berkompetisi selama karier | ||||||
- | Tidak berkompetisi |
---|---|
DNF | Tidak menyelesaikan |
Hasil dibatalkan | Hasil dibatalkan |
4.2. Kemenangan Balapan Tahap
- Settimana Ciclistica Lombarda (2005) - Juara Umum, Klasifikasi Poin, Klasifikasi Pembalap Muda, Etape 2 & 3
- Tirreno-Adriatico 2007 - Klasifikasi Poin, Etape 3 & 4
- Giro d'Italia 2007 - Etape 15
- Giro d'Italia 2008 - Etape 2 & 8
- Tour de France 2008 - Etape 6 & 9 (dibatalkan)
- Tour of Austria (2010) - Juara Umum, Etape 2 & 4
- Giro del Trentino (2010) - Etape 2
- Settimana Ciclista Lombarda (2010) - Klasifikasi Poin, Etape 4 & 6
4.3. Kemenangan Balapan Satu Hari
- Coppa della Pace (2003)
- Kejuaraan Nasional Balap Jalan Raya U-23 Italia (2004)
- Japan Cup (2006)
- Coppa Sabatini (2010)
4.4. Penempatan dan Klasifikasi Lainnya
- 2001
- Ke-8 Klasifikasi Umum Giro della Lunigiana
- 2002
- Ke-7 Balap Jalan Raya, Kejuaraan Dunia Jalan Raya U-23 UCI
- 2003
- Ke-8 Klasifikasi Umum Giro Ciclistico d'Italia
- 2004
- Ke-4 Gran Premio Industrie del Marmo
- Ke-5 Klasifikasi Umum Giro Ciclistico d'Italia
- 2005
- Ke-2 Gran Premio della Liberazione
- Ke-3 Gran Premio Palio del Recioto
- Ke-6 GP Capodarco
- Ke-7 Klasifikasi Umum Giro di Toscana
- 2006
- Ke-3 Gran Premio Bruno Beghelli
- Ke-5 Giro dell'Emilia
- Ke-8 Coppa Placci
- Ke-9 Coppa Sabatini
- 2007
- Ke-2 Klasifikasi Umum Settimana Internazionale di Coppi e Bartali
- Ke-4 Giro dell'Emilia
- Ke-5 La Flèche Wallonne
- Ke-5 Gran Premio Bruno Beghelli
- Ke-9 Klasifikasi Umum Tour de San Luis
- 2008
- Ke-5 GP Miguel Induráin
- 2010
- Ke-2 Grand Prix de Wallonie
- Ke-4 Klasifikasi Umum Settimana Internazionale di Coppi e Bartali
- Ke-9 Giro dell'Emilia
- Ke-10 Balap Jalan Raya, Kejuaraan Nasional Jalan Raya
- 2011
- Ke-7 Grand Prix d'Ouverture La Marseillaise
5. Kehidupan Pribadi dan Kepribadian
Riccardo Riccò memiliki kepribadian yang kuat dan sering menjadi sorotan media, baik karena penampilannya di lintasan maupun komentar-komentarnya.
5.1. Julukan dan Perbandingan
Riccò sering dijuluki "Cobra" karena gaya balapnya yang agresif dan kemampuannya yang eksplosif di tanjakan. Ia juga sering dibandingkan dengan legenda balap sepeda Italia, Marco Pantani, terutama karena gaya mendaki gunungnya. Riccò sendiri menyatakan bahwa Pantani adalah idolanya, dan ia sering meniru gaya Pantani, seperti memegang bagian bawah setang saat melakukan dancing di tanjakan.
5.2. Karakteristik Pribadi
Riccò dikenal karena kepribadiannya yang percaya diri dan blak-blakan. Ia sering membuat pernyataan yang penuh keyakinan sebelum dan sesudah balapan, serta terkadang memberikan komentar keras terhadap pembalap lain. Meskipun demikian, dalam sebuah wawancara setelah Giro d'Italia 2008, ia menyatakan bahwa ia sering "menahan diri" untuk tidak mengatakan apa yang sebenarnya ingin ia katakan. Sebelum terjun ke dunia balap sepeda, Riccò juga pernah berlatih karate dan memiliki sabuk cokelat.
5.3. Keluarga
Riccardo Riccò memiliki seorang putra bernama Alberto dengan pasangannya, Vania Rossi.
6. Penilaian dan Kontroversi
Karier Riccardo Riccò adalah contoh nyata dari bakat luar biasa yang dirusak oleh keputusan-keputusan yang meragukan secara etika.
6.1. Kritik dan Pertimbangan Etika
Karier Riccò sangat kontroversial karena keterlibatannya yang berulang dalam doping. Meskipun memiliki bakat alami yang diakui dan kemampuan mendaki yang luar biasa, keputusannya untuk menggunakan zat terlarang secara signifikan merusak reputasinya dan integritas olahraga balap sepeda. Kasus-kasus dopingnya, terutama penggunaan CERA dan insiden transfusi darah yang mengancam nyawanya, menimbulkan kritik luas dari komunitas balap sepeda, penggemar, dan media. Tindakannya dianggap sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip fair play dan semangat kompetisi yang bersih.
Perdebatan seputar karier Riccò sering kali berpusat pada pertanyaan tentang tanggung jawab atlet dan dampak doping terhadap kredibilitas olahraga. Meskipun ia sempat mencoba kembali ke balapan setelah larangan pertamanya, insiden doping yang terus berlanjut menunjukkan pola perilaku yang mengabaikan aturan dan etika. Larangan seumur hidup yang dijatuhkan kepadanya adalah refleksi dari gravitasi pelanggarannya dan komitmen otoritas anti-doping untuk menjaga kebersihan olahraga. Kasus Riccò menjadi pengingat pahit akan konsekuensi serius dari doping, tidak hanya bagi individu atlet tetapi juga bagi citra dan masa depan olahraga balap sepeda.