1. Ikhtisar

Slobodan Praljak (Slobodan Praljakslobodan pralyakBahasa Kroasia; lahir 2 Januari 1945 - meninggal 29 November 2017) adalah seorang insinyur, sutradara teater dan sutradara televisi, serta pengusaha yang kemudian menjadi jenderal militer Kroasia dan penjahat perang Kroasia-Bosnia. Ia bertugas di Angkatan Darat Kroasia dan Dewan Pertahanan Kroasia-sayap militer Republik Kroasia Herzeg-Bosnia-antara tahun 1992 dan 1995. Praljak ditemukan bersalah atas pelanggaran hukum perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pelanggaran Konvensi Jenewa selama Perang Kroasia-Bosnia oleh Mahkamah Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) pada tahun 2017.
Praljak secara sukarela bergabung dengan Angkatan Bersenjata Kroasia yang baru dibentuk setelah pecahnya Perang Kemerdekaan Kroasia pada tahun 1991, naik pangkat menjadi Mayor Jenderal, dan memegang posisi penting di Kementerian Pertahanan Kroasia. Namun, ia dituduh gagal mencegah pasukannya melakukan berbagai kejahatan, termasuk perlakuan tidak manusiawi di kamp Dretelj dan penghancuran Jembatan Tua di Mostar. Ia menyerahkan diri secara sukarela kepada ICTY pada tahun 2004. Pada tahun 2013, ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara atas kejahatan perang terhadap populasi Muslim Bosnia selama Perang Kroasia-Bosnia. Saat pembacaan putusan banding pada November 2017, Praljak menyatakan penolakannya terhadap putusan tersebut dan bunuh diri dengan meminum racun di ruang sidang, yang menyebabkan kematiannya. Tindakannya ini memicu beragam reaksi di Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, dan komunitas internasional, menyoroti perpecahan dalam pandangan terhadap perang dan keadilan di bekas Yugoslavia.
2. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Slobodan Praljak memiliki latar belakang pendidikan yang luas dan beragam, yang meliputi bidang teknik, humaniora, dan seni. Kehidupannya dimulai di Čapljina, sebuah kota di Bosnia dan Herzegovina, sebelum ia mengejar studi tinggi di Zagreb, Kroasia.
2.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Slobodan Praljak lahir pada tanggal 2 Januari 1945 di Čapljina, yang saat itu merupakan bagian dari Negara Merdeka Kroasia dan kini berada di Bosnia dan Herzegovina. Ayahnya, Mirko Praljak, bekerja untuk agen keamanan negara OZNA pada masa Perang Dunia II di bekas Yugoslavia. Praljak menempuh pendidikan sekolah menengah atas di Široki Brijeg, dekat dengan Čapljina, bersama dengan calon Menteri Pertahanan Kroasia, Gojko Šušak.
2.2. Pendidikan
Praljak dikenal memiliki latar belakang akademis yang mengesankan dengan meraih tiga gelar universitas dari Universitas Zagreb di awal tahun 1970-an. Pada tahun 1970, ia lulus sebagai insinyur elektro dari Fakultas Teknik Elektro di Zagreb dengan IPK 4.5 dari 5. Kemudian, pada tahun 1971, ia lulus dari Fakultas Humaniora dan Ilmu Sosial Zagreb, mengambil jurusan filsafat dan sosiologi. Melengkapi pendidikannya, pada tahun 1972, Praljak lulus dari Akademi Seni Drama Zagreb.
3. Karier Awal
Sebelum terlibat dalam dinas militer, Slobodan Praljak menjalani berbagai karier yang menonjol di bidang akademik, seni, dan bisnis.
3.1. Kegiatan Akademik dan Artistik
Pada awalnya, Praljak berkarier sebagai profesor dan manajer laboratorium elektronika di Sekolah Menengah Kejuruan Nikola Tesla di Zagreb. Setelah itu, ia mengajar filsafat dan sosiologi. Setelah tahun 1973, ia memilih jalur sebagai seniman lepas. Praljak juga seorang sutradara teater di beberapa teater di Zagreb, Osijek, dan Mostar. Selain itu, ia menyutradarai serial televisi seperti Blesan i Tulipan (Blesan dan Tulipan), drama televisi Novela od Stanca (Prank untuk Stanac) dan Sargaško more (Laut Sargasso). Ia juga aktif dalam penyutradaraan film, termasuk film dokumenter Smrt psa (Kematian Anjing, 1980), Sandžak (1990), dan Duhan (Tembakau, 1990), serta film panjang Povratak Katarina Kožul (Kembalinya Katarina Kožul, 1989).
3.2. Awal Kegiatan Bisnis
Selain kegiatan akademik dan artistiknya, Praljak juga merambah dunia bisnis. Pada tahun 1995, ia turut mendirikan perusahaan bernama Oktavijan bersama saudaranya, Zoran. Awalnya, perusahaan ini bergerak dalam produksi film, video, dan program televisi, serta menerbitkan buku-buku karya Praljak. Di kemudian hari, Oktavijan memperluas usahanya ke bisnis properti dengan mengelola kompleks bisnis Centar 2000 di Zagreb. Sejak tahun 2005, perusahaan ini dimiliki dan dikelola oleh anak tirinya, Nikola Babić Praljak. Pada tahun 2011, perusahaan tersebut memiliki pendapatan sekitar 22.00 M HRK. Praljak juga merupakan salah satu pemilik Liberan, sebuah perusahaan yang memiliki saham di Pabrik Tembakau Ljubuški, dan ia juga memiliki saham di beberapa perusahaan lainnya.
4. Karier Militer
Slobodan Praljak secara sukarela mendaftar di Angkatan Bersenjata Kroasia setelah pecahnya Perang Kemerdekaan Kroasia pada tahun 1991, dan dengan cepat naik pangkat menjadi Mayor Jenderal. Ia memegang sejumlah posisi kunci di Kementerian Pertahanan Kroasia dan kemudian di Republik Kroasia Herzeg-Bosnia, tetapi keterlibatannya dalam Perang Kroasia-Bosnia juga diwarnai oleh tuduhan kejahatan perang yang signifikan.
4.1. Pendaftaran Militer dan Jabatan Penting
Praljak menarik perhatian publik pada September 1991 ketika ia secara sukarela bergabung dengan Angkatan Bersenjata Kroasia yang baru dibentuk setelah pecahnya Perang Kemerdekaan Kroasia. Ia membentuk unit yang terdiri dari para seniman dan intelektual dari Zagreb yang bersamanya memegang posisi di Sunja. Setelah Perjanjian Sarajevo, pada 3 April 1992, ia diangkat menjadi Mayor Jenderal. Ia menerima sejumlah tanggung jawab di Kementerian Pertahanan dan menjadi salah satu dari 14 anggota Dewan Pertahanan Nasional Kroasia serta anggota Komisi Negara Kroasia untuk Hubungan dengan Pasukan Perlindungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNPROFOR). Ia adalah Perwakilan Tinggi Kementerian Pertahanan, dan sejak 13 Mei 1993, ia menjabat sebagai perwakilan Kementerian Pertahanan di Republik Kroasia Herzeg-Bosnia dan Dewan Pertahanan Kroasia (HVO).
4.2. Keterlibatan dalam Perang Kroasia-Bosnia
Antara 24 Juli hingga 8 November 1993, Praljak menjabat sebagai Kepala Staf Dewan Pertahanan Kroasia. Meskipun terjadi konflik antara Kroasia dan Muslim dalam Perang Kroasia-Bosnia, ia dilaporkan mengirim truk penuh senjata ke Sarajevo yang terkepung untuk membantu Bosniak. Ia juga mengizinkan konvoi bantuan kemanusiaan UNHCR untuk melewati Mostar, yang sebelumnya telah dihentikan di Čitluk.
4.3. Tuduhan Kejahatan Perang dan Kontroversi
Praljak dituduh gagal mencegah angkatan bersenjata melakukan banyak kejahatan yang ia ketahui dan bisa ia perkirakan, termasuk pemindahan dan penahanan populasi Muslim di Prozor dari Juli hingga Agustus 1993, pembunuhan di munisipalitas Mostar, penghancuran bangunan di Mostar timur (termasuk masjid dan Jembatan Tua), penyerangan dan pelukaan anggota organisasi internasional, serta penghancuran dan penjarahan properti di Gornji Vakuf pada Januari 1993, Raštani pada Agustus 1993, dan Stupni Do pada Oktober 1993. Selama tahun 1993, Jenderal Praljak bertanggung jawab atas kamp Dretelj di mana pria Bosniak disiksa, kelaparan, dan beberapa di antaranya tewas.

Praljak juga dituduh memerintahkan penghancuran Jembatan Tua di Mostar pada November 1993, suatu tindakan yang menurut Mahkamah Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) telah "menyebabkan kerusakan yang tidak proporsional terhadap populasi sipil Muslim". Namun, ICTY juga sepakat bahwa jembatan tersebut merupakan target militer yang sah. Selama persidangan, Praljak membantah tuduhan tersebut karena pada bulan yang sama saat penghancuran terjadi, ia berselisih dengan komandan "Batalion Narapidana" HVO, Mladen Naletilić Tuta, yang mengakibatkan pengunduran dirinya dari jabatan Kepala Staf HVO, sehari sebelum penghancuran jembatan. Ia menyatakan bahwa jembatan itu dihancurkan oleh aktivasi muatan peledak yang dipasang di tepi kiri Neretva, tempat Angkatan Darat Bosnia dan Herzegovina berada. Selain pertanggungjawaban dan apakah itu target militer yang sah, ICTY juga memeriksa apakah pengepungan sebelumnya oleh JNA dan pasukan Serbia Bosnia berkontribusi pada runtuhnya jembatan tersebut. Praljak pensiun dari dinas militer atas permintaannya sendiri pada 1 Desember 1995.
5. Kegiatan Pasca-Perang
Setelah Perang Kroasia-Bosnia, Slobodan Praljak mengalihkan fokusnya ke dunia bisnis dan penulisan, meskipun kegiatan-kegiatan ini juga diwarnai oleh berbagai kontroversi, terutama terkait masalah keuangan dan penilaian terhadap karya-karyanya.
5.1. Kegiatan Bisnis dan Kontroversi Aset
Setelah perang, Praljak menjadi seorang pengusaha. Pada tahun 1995, ia turut mendirikan perusahaan bernama Oktavijan bersama saudaranya, Zoran. Perusahaan ini awalnya memproduksi film, video, dan program televisi, serta menerbitkan buku-buku karya Praljak. Kemudian, perusahaan tersebut terlibat dalam bisnis properti dengan mengelola kompleks bisnis Centar 2000 di Zagreb. Sejak tahun 2005, perusahaan ini dimiliki dan dikelola oleh anak tirinya, Nikola Babić Praljak. Pada tahun 2011, Oktavijan memiliki pendapatan sekitar 22.00 M HRK. Praljak juga merupakan salah satu pemilik Liberan, sebuah perusahaan yang memiliki saham di Pabrik Tembakau Ljubuški, dan ia juga memiliki saham di beberapa perusahaan lainnya.
Sejak tahun 2012, sekretariat Mahkamah Den Haag meminta Praljak untuk memulihkan biaya pembelaan sekitar 2.80 M EUR hingga 3.30 M EUR, karena mereka memperkirakan ia memiliki aset dan saham senilai 6.50 M EUR yang memungkinkannya membiayai biaya pembelaannya sendiri. Praljak dan pengacaranya menolak estimasi tersebut, menyatakan bahwa ia tidak memiliki properti atas namanya bahkan sejak awal persidangan. Ia disebut-sebut telah mengalihkan semua asetnya kepada putranya.
5.2. Kegiatan Penulisan
Praljak juga aktif menulis dan menghasilkan 25 karya. Pada tahun 2008, Kementerian Kebudayaan Kroasia menyatakan bahwa 18 dari karyanya tentang Perang Kemerdekaan Kroasia, Perang Bosnia, dan hubungan antara Kroasia dan Bosnia dan Herzegovina bukanlah buku, melainkan "brosur" literatur yang tidak bernilai atau "sund" dan pornografi. Pada tahun 2013, Kementerian Keuangan mengeluarkan tagihan penegakan pajak sebesar 435.00 K HRK terhadapnya terkait karya-karyanya ini.
6. Persidangan di Mahkamah Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY)
Peran Slobodan Praljak dalam Perang Kroasia-Bosnia menjadikannya salah satu dari enam terdakwa utama di hadapan Mahkamah Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY). Proses hukumnya berlangsung panjang dan berakhir dengan putusan yang mengukuhkan tanggung jawabnya atas serangkaian kejahatan berat.
6.1. Dakwaan dan Proses Persidangan
Praljak adalah salah satu dari enam orang yang didakwa oleh Mahkamah Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY), sehubungan dengan Republik Kroasia Herzeg-Bosnia. Pada 5 April 2004, ia secara sukarela menyerahkan diri dan dipindahkan ke ICTY. Dalam dakwaannya, diduga bahwa Praljak sebagai pejabat militer senior, baik secara langsung maupun tidak langsung, memerintahkan angkatan bersenjata Herzeg-Bosnia/HVO yang melakukan kejahatan perang massal terhadap populasi Muslim Bosnia di delapan munisipalitas di Bosnia dan Herzegovina selama usaha kejahatan bersama antara tahun 1992 dan 1994. Dalam perannya sebagai pejabat tinggi di Kementerian Pertahanan, ia terlibat erat dalam semua aspek perencanaan dan operasi militer Herzeg-Bosnia/HVO, serta tindakan polisi sipil Herzeg-Bosnia/HVO. Pada 6 April, ia hadir di hadapan ICTY dan menyatakan tidak bersalah. Ia memilih untuk membela diri tanpa pengacara.
Persidangan dimulai pada 26 April 2006. Pada 29 Mei 2013, putusan Kamar Sidang menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara kepadanya (hukuman tersebut mempertimbangkan waktu yang telah ia habiskan dalam penahanan). Pada 28 Juni 2013, Praljak mengajukan banding. Pada 29 November 2017, persidangan ICTY di tingkat banding berakhir dengan vonis bersalah. Meskipun beberapa bagian dari keyakinannya dibatalkan, hakim tidak mengurangi hukuman awal 20 tahun. Ia didakwa atas kejahatan terhadap "kemanusiaan, pelanggaran hukum atau kebiasaan perang, dan pelanggaran berat Konvensi Jenewa", juga "pengambilan properti secara luas yang tidak dibenarkan oleh kebutuhan militer" dan "penjarahan properti publik atau pribadi melalui kategori ketiga dari tanggung jawab usaha kejahatan bersama", di mana, mengingat tanggung jawab komandonya, ia gagal bertindak dan mencegah. Ia dibebaskan dari beberapa tuduhan terkait penghancuran Jembatan Tua. Karena ia telah menjalani lebih dari dua pertiga hukumannya di penjara (sekitar 13 tahun dan beberapa bulan), ia kemungkinan besar akan segera dibebaskan.
6.2. Vonis Bersalah dan Isi Tuduhan
ICTY menyatakan Praljak bersalah berdasarkan pertanggungjawaban pidana individu. Ia dinyatakan bersalah atas:
- Empat tuduhan pelanggaran berat Konvensi Jenewa: pembunuhan yang disengaja; deportasi, pemindahan, dan penahanan ilegal warga sipil; perlakuan tidak manusiawi; penghancuran properti secara ekstensif dan perampasan properti, yang tidak dibenarkan oleh kebutuhan militer dan dilakukan secara tidak sah serta sembrono.
- Enam tuduhan pelanggaran hukum atau kebiasaan perang: perlakuan kejam; kerja paksa yang melanggar hukum; penghancuran atau kerusakan yang disengaja terhadap institusi yang didedikasikan untuk agama atau pendidikan; penjarahan properti publik atau pribadi; serangan ilegal terhadap warga sipil; dan penanaman teror ilegal pada warga sipil.
- Lima tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan: penganiayaan atas dasar politik, rasial, dan agama; pembunuhan; deportasi; pemenjaraan; dan tindakan tidak manusiawi.
Tuduhan-tuduhan ini mencakup fakta bahwa Praljak, sebagai pejabat militer senior, mengomandoi pasukan Herzeg-Bosnia/HVO yang melakukan kejahatan massal terhadap populasi Muslim Bosnia di delapan munisipalitas. Tindakannya dan kegagalannya untuk mencegah kejahatan ini berdampak parah pada kelompok yang terkena dampak, menyebabkan penderitaan, kehilangan nyawa, dan kerusakan properti yang meluas.
7. Kematian di Ruang Sidang
Peristiwa bunuh diri Slobodan Praljak di ruang sidang ICTY pada tahun 2017 merupakan puncak dramatis dari persidangannya dan memicu penyelidikan mendalam mengenai penyebab dan cara racun tersebut masuk ke dalam pengadilan.
7.1. Kronologi Kematian
Pada 29 November 2017, selama pembacaan putusan banding terhadapnya, Praljak berbicara kepada para hakim, menyatakan: "Para hakim, Slobodan Praljak bukan penjahat perang. Dengan jijik, saya menolak putusan Anda!" Ia kemudian meminum cairan yang ia klaim sebagai racun, menyebabkan hakim ketua Carmel Agius menangguhkan persidangan. Staf medis ICTY segera membawa Praljak ke Rumah Sakit HMC terdekat di Den Haag, di mana ia kemudian meninggal dunia.
7.2. Penyebab Kematian dan Investigasi
Otoritas Belanda menyatakan ruang sidang sebagai tempat kejadian perkara dan meluncurkan penyelidikan. Autopsi awal memastikan bahwa Praljak meninggal karena keracunan sianida akibat kalium sianida, yang menyebabkan gagal jantung. Bagaimana racun itu diperoleh dan dibawa ke ruang sidang menjadi subjek penyelidikan resmi. Pengacara Praljak, Nika Pinter, menyatakan bahwa Praljak mungkin telah melakukan bunuh diri karena ia tidak dapat menerima dirinya dihukum sebagai penjahat perang dan bahwa tindakan tersebut telah lama direncanakan. Sianida yang diminum Praljak tidak terdaftar sebagai zat terlarang berdasarkan hukum Belanda.
Laporan jaksa menyatakan bahwa pihak berwenang Belanda melakukan penyelidikan menyeluruh mengenai bagaimana Praljak bisa mendapatkan sianida tersebut. Saksi-saksi diwawancarai, rekaman video ditonton, ruangan tempat Praljak menginap diperiksa, dan banyak materi diperiksa. Namun, tidak ada informasi yang ditemukan mengenai bagaimana Praljak mendapatkan zat tersebut. Laporan tersebut menambahkan bahwa rekaman pengawasan video tidak menunjukkan apakah Praljak membawa botol racun itu bersamanya atau apakah itu diserahkan kepadanya oleh orang lain. Jenazahnya kemudian dikremasi di Zagreb dalam upacara pribadi.
8. Reaksi dan Penilaian Setelah Kematian
Kematian Slobodan Praljak di ruang sidang memicu gelombang reaksi dan penilaian yang beragam, menyoroti kompleksitas identitas nasional, keadilan internasional, dan dampak jangka panjang dari Perang Yugoslavia.
8.1. Reaksi di Kroasia
Pemerintah Kroasia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Praljak, dengan Perdana Menteri Andrej Plenković menyatakan bahwa tindakan Praljak menunjukkan "ketidakadilan moral yang mendalam terhadap enam orang Kroasia dari Bosnia dan Herzegovina dan rakyat Kroasia." Semua kaukus partai di Parlemen Kroasia, kecuali Partai Sosial Demokrat Kroasia dan Aliansi Liberal Sipil, mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa putusan ICTY tidak menghormati "kebenaran historis, fakta, dan bukti," dan bahwa itu "tidak adil dan tidak dapat diterima," menambahkan bahwa Praljak secara simbolis memperingatkan tentang ketidakadilan semua putusan dengan bunuh dirinya. Meskipun demikian, mereka juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban kejahatan yang terjadi selama Perang Bosnia.
Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarović juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Praljak, menyebutnya "seorang pria yang lebih memilih mati daripada hidup sebagai terpidana atas kejahatan yang tidak ia lakukan." Miroslav Tuđman menyatakan bahwa tindakan Praljak adalah "konsekuensi dari posisi moralnya untuk tidak menerima putusan yang tidak ada hubungannya dengan keadilan atau realitas." Hampir seribu warga Kroasia Herzegovinian berkumpul di alun-alun Mostar dan Čapljina untuk menyalakan lilin sebagai bentuk penghormatan kepada Praljak. Di Mostar, beberapa jam setelah kematiannya, polisi berjaga di perbatasan antara wilayah timur (mayoritas Muslim Bosnia) dan barat (mayoritas Kroasia). Pada 11 Desember 2017, sebuah upacara peringatan untuk Slobodan Praljak diadakan di Zagreb yang dihadiri oleh dua ribu orang, termasuk menteri kabinet seperti Damir Krstičević dan Tomo Medved (dalam kapasitas pribadi), sejumlah anggota parlemen (kebanyakan dari partai Uni Demokratik Kroasia), dan beberapa purnawirawan militer yang berpartisipasi dalam perang tahun 1990-an. Pada malam yang sama, upacara keagamaan juga diadakan di sebuah gereja Katolik. Di hari yang sama, anggota Youth Initiative for Human Rights mengadakan peringatan untuk para korban pasukan Kroasia, mendesak kecaman terhadap kebijakan periode tersebut. Presiden Grabar-Kitarović mendapat tekanan untuk mencabut penghargaan masa perang dari Praljak dan pejabat terpidana lainnya, namun ia menolak, menyatakan bahwa mereka menerima penghargaan tersebut untuk "pertahanan melawan agresi Serbia," dan menambahkan bahwa "praktik semacam itu belum dilaksanakan sejauh ini, kecuali dalam kasus putusan yang dibuat oleh pengadilan Kroasia."
8.2. Reaksi Komunitas Internasional dan Pihak Korban
Mantan hakim ICTY, Wolfgang Schomburg dan Richard Goldstone, berkomentar bahwa "adalah sebuah tragedi bahwa seseorang dalam situasi seperti itu mengakhiri hidupnya sendiri." Goldstone menambahkan: "Dengan cara tertentu, para korban kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keadilan penuh." Martin Bell menggambarkan Praljak sebagai "karakter teatrikal" yang "meninggal dengan cara teatrikal." Andrey Shary dari Radio Free Europe/Radio Liberty mencatat bahwa "tindakan terakhir ala samurai Praljak mungkin membangkitkan rasa hormat atau simpati," tetapi "persepsi individu tentang kehormatan tidak selalu sejalan dengan kebenaran."
Menulis di The Daily Telegraph, jurnalis Harry de Quetteville berpendapat bahwa bunuh diri yang menantang ini adalah "bukti paling dramatis yang mungkin ada dari realitas yang sangat tidak nyaman: banyak orang di Balkan menolak untuk menerima bahwa pembersihan etnis yang mengerikan di tahun 1990-an itu salah." Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Isu Kejahatan Perang Stephen Rapp membandingkan bunuh diri Praljak dengan bunuh diri penjahat perang lain, Hermann Göring, yang ia sebut sebagai panutannya, mencatat bahwa dalam kedua kasus tersebut, putusan tetap "berlaku sepanjang sejarah dalam menetapkan fakta dan menunjukkan bahwa pelaku kekejaman akan dimintai pertanggungjawaban." Praljak, seperti Göring, berhasil menggagalkan proses hukum pada puncaknya.
Bakir Izetbegović, anggota Kepresidenan Bosnia dan Herzegovina dari pihak Bosniak, menyatakan bahwa Praljak didorong untuk bunuh diri oleh usaha kejahatan bersama. Sementara itu, anggota Kroasia dan Ketua Kepresidenan Bosnia dan Herzegovina, Dragan Čović, menyatakan bahwa Praljak telah mengorbankan hidupnya untuk membuktikan ketidakbersalahannya. Presiden Serbia Aleksandar Vučić mengatakan ia tidak akan mencemooh bunuh diri Praljak tetapi mengkritik reaksi pejabat Kroasia, menyatakan bahwa tidak dapat diterima baginya untuk memuji seorang penjahat perang terpidana sebagai pahlawan atau mencela putusan ICTY. Politisi Serbia Vojislav Šešelj berkomentar bahwa, meskipun Praljak adalah musuh, itu adalah "tindakan heroik yang patut dihormati" dan seharusnya ada lebih banyak pukulan kuat seperti itu terhadap tribunal.
8.3. Penilaian Historis dan Kontroversi
Kematian Slobodan Praljak, dan putusan ICTY yang mendahuluinya, menegaskan kembali kompleksitas dan perpecahan narasi sejarah di bekas Yugoslavia. Bagi banyak pihak di Kroasia dan di kalangan Kroasia Bosnia, Praljak dipandang sebagai pahlawan yang berjuang membela bangsanya dari agresi, dan tindakannya di ruang sidang diinterpretasikan sebagai protes moral terhadap sistem peradilan yang dianggap tidak adil. Perspektif ini mengakar kuat dalam pandangan nasionalis yang melihat intervensi dan putusan internasional sebagai upaya untuk menyamakan tanggung jawab semua pihak dalam konflik, atau bahkan mengkriminalisasi pertahanan diri.
Sebaliknya, bagi para korban perang, terutama Muslim Bosnia, dan bagi sebagian besar komunitas internasional serta organisasi hak asasi manusia, putusan ICTY terhadap Praljak dan tokoh-tokoh lainnya adalah penegasan keadilan dan akuntabilitas atas kejahatan brutal yang terjadi. Bunuh diri Praljak, dalam pandangan ini, tidak mengubah validitas putusan pengadilan tetapi justru memperkuat citranya sebagai penjahat perang yang enggan menerima pertanggungjawaban. Kontroversi seputar sosok Praljak mencerminkan tantangan berkelanjutan dalam upaya rekonsiliasi pasca-konflik di Balkan, di mana interpretasi sejarah dan peran individu dalam kekerasan masih sangat diperdebatkan dan sering kali dipolitisasi. Tindakan bunuh dirinya menjadi simbol perlawanan terhadap putusan pengadilan internasional dan memicu diskusi ulang tentang warisan perang dan peradilan pidana internasional.