1. Kehidupan Awal
Stanley Rous lahir di Mutford, dekat Lowestoft di East Suffolk, Inggris. Ia adalah putra tertua dari seorang pengelola persediaan. Rous menempuh pendidikan di Sir John Leman School di Beccles. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Beccles, ia dilatih sebagai seorang guru. Ironisnya, sebagai guru pendidikan jasmani di Watford Boys Grammar School, Rous berperan dalam mengubah olahraga utama sekolah dari sepak bola menjadi rugbi.
Selama Perang Dunia I, Rous bertugas sebagai perwira non-komisioner di Brigade ke-272 Royal Field Artillery (East Anglian). Ia bertugas di berbagai medan perang, termasuk Prancis, Palestina, Mesir, dan Lebanon. Setelah perang berakhir, Rous melanjutkan studinya di St Luke's College di Exeter. Setelah lulus dari perguruan tinggi, ia menjadi guru olahraga di Watford Boys Grammar School.
2. Karier Bermain Sepak Bola
Sebelum memulai karier sebagai wasit dan administrator, Stanley Rous aktif bermain sepak bola di tingkat amatir sebagai seorang penjaga gawang. Ia pernah membela beberapa klub, termasuk Kirkley dan Lowestoft Town. Namun, karier bermainnya harus berakhir lebih awal karena ia mengalami cedera serius, yaitu patah pergelangan tangan, yang memaksanya untuk pensiun dari lapangan hijau sebagai pemain.
3. Karier Wasit
Minat Stanley Rous terhadap dunia perwasitan mulai tumbuh saat ia sering menyaksikan pertandingan klub Norwich City. Setelah cedera yang mengakhiri karier bermainnya, ia memutuskan untuk mengejar profesi wasit. Ia berhasil memperoleh kualifikasi sebagai wasit saat masih menempuh pendidikan di St Luke's College.
Pada tahun 1927, Rous memulai debutnya sebagai wasit di Football League. Ia terutama aktif memimpin pertandingan di Divisi Kedua Football League, Divisi Ketiga Utara Football League, dan Divisi Ketiga Selatan Football League. Pada tahun yang sama, tepatnya 13 Maret, ia memimpin pertandingan internasional pertamanya, yaitu laga persahabatan antara Belgia melawan Belanda di Bosuilstadion, Antwerpen, yang berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk Belgia. Sepanjang kariernya, ia tercatat telah memimpin total 34 pertandingan internasional.
Puncak karier perwasitannya terjadi pada tahun 1934 ketika ia ditunjuk untuk memimpin Final Piala FA 1934 di Stadion Wembley. Dalam pertandingan tersebut, Manchester City berhasil mengalahkan Portsmouth dengan skor 2-1. Sehari setelah memimpin final Piala FA dan melakukan perjalanan ke Belgia untuk memimpin pertandingan internasional lainnya, Rous secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari profesi wasit.
4. Karier Administrasi Sepak Bola
Setelah pensiun dari dunia perwasitan, Stanley Rous beralih ke ranah administrasi sepak bola, di mana ia memegang peran penting baik di tingkat nasional maupun internasional.
4.1. Sekretaris The Football Association
Rous menjabat sebagai sekretaris The Football Association (FA), badan pengatur sepak bola di Inggris, dari tahun 1934 hingga 1962. Selama masa jabatannya yang panjang ini, ia memainkan peran krusial dalam pengelolaan dan pengembangan sepak bola di Inggris.
4.2. Presiden FIFA

Karier Rous di tingkat internasional dimulai ketika ia bergabung dengan Komite Eksekutif UEFA pada tahun 1958 dan kemudian menjadi wakil presiden pada Maret 1960. Pada tahun 1961, ia terpilih sebagai Presiden FIFA keenam, menggantikan Arthur Drewry yang meninggal dunia. Ia menjabat posisi ini hingga tahun 1974.
Selama masa kepemimpinannya sebagai Presiden FIFA, Rous menyaksikan momen bersejarah ketika Inggris berhasil meraih gelar juara dunia di Piala Dunia FIFA 1966 yang diselenggarakan di tanah airnya sendiri.
Pada pemilihan Presiden FIFA tahun 1974, Rous mencalonkan diri kembali. Namun, ia dikalahkan oleh João Havelange yang melakukan kampanye yang gencar. Kekalahan Rous juga dipengaruhi oleh ketidakpuasan banyak negara terhadap dominasi Eropa di FIFA, serta penentangan dari negara-negara Afrika dan Asia akibat sikap pro-Afrika Selatan yang dipegang Rous. Setelah pensiun dari jabatan presiden pada 11 Juni 1974, ia diangkat sebagai Presiden Kehormatan FIFA.
5. Kontribusi pada Sepak Bola
Stanley Rous memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan sepak bola melalui inovasi dan perubahan yang ia perkenalkan.
5.1. Perubahan Hukum Permainan
Salah satu kontribusi paling terkenal dari Stanley Rous adalah perannya dalam merevisi Hukum Permainan pada tahun 1938. Ia menyederhanakan aturan-aturan tersebut agar lebih mudah dipahami tidak hanya oleh para pemain, tetapi juga oleh penonton. Revisi ini bertujuan untuk membuat permainan lebih jelas dan dapat diakses oleh semua pihak yang terlibat.
5.2. Penerapan Sistem Diagonal Pengendalian
Rous juga merupakan orang pertama yang secara resmi memperkenalkan dan menerapkan sistem diagonal pengendalian (diagonal system of control) sebagai metode standar bagi para wasit untuk mengatur posisi mereka di lapangan pertandingan. Sistem ini dirancang untuk memastikan bahwa wasit dapat memantau seluruh area lapangan secara efektif dan membuat keputusan yang akurat. Meskipun Rous yang mempopulerkannya sebagai praktik standar, wasit Belgia John Langenus, yang memimpin Final Piala Dunia FIFA 1930, sebelumnya telah melihat wasit dari negaranya melakukan upaya serupa dalam penentuan posisi ilmiah di lapangan.
6. Kehidupan Pribadi
Di luar karier profesionalnya di dunia sepak bola, Stanley Rous juga memiliki kehidupan pribadi yang stabil.
6.1. Pernikahan dan Keluarga
Stanley Rous menikah dengan Adrienne Gacon pada tahun 1924. Berdasarkan informasi yang tersedia, mereka tidak memiliki anak.
6.2. Penghargaan dan Gelar
Atas kontribusinya, Stanley Rous menerima beberapa penghargaan sipil yang prestisius. Ia diangkat sebagai Commander of the Order of the British Empire (CBE) pada tahun 1943. Kemudian, pada tahun 1949, ia dianugerahi gelar kebangsawanan (Sir). Selain itu, setelah pensiun dari jabatan Presiden FIFA, ia juga diangkat sebagai Presiden Kehormatan FIFA. Rous juga diketahui sebagai seorang Freemason, anggota dari Exonian Lodge No. 3415 di London. Ia juga berteman dengan salah satu anggota pendiri FIFA, Ivo Schricker (1877-1962).
7. Kematian
Stanley Rous meninggal dunia pada 18 Juli 1986 di Paddington, London, Inggris, pada usia 91 tahun. Penyebab kematiannya adalah leukemia. Sebuah upacara peringatan untuk mengenangnya diadakan di Westminster Abbey pada bulan September di tahun yang sama. Ia dimakamkan bersama istrinya, Lady Rous, di Holy Trinity Church di Lickey Hills, dekat Bromsgrove dan Birmingham.
8. Evaluasi dan Warisan
Karier dan kontribusi Stanley Rous terhadap sepak bola telah dievaluasi dari berbagai sudut pandang, mencakup penilaian positif atas inovasinya serta kritik dan kontroversi yang menyertainya.
8.1. Penilaian Positif
Stanley Rous diakui secara luas atas kontribusi positifnya yang signifikan terhadap perkembangan sepak bola. Ia dipuji atas perannya dalam merevisi dan menyederhanakan Hukum Permainan pada tahun 1938, yang membuat aturan lebih mudah dipahami oleh semua pihak. Pengenalan sistem diagonal pengendalian bagi wasit juga merupakan inovasi penting yang meningkatkan efektivitas perwasitan di lapangan. Selain itu, masa jabatannya sebagai sekretaris The Football Association selama hampir tiga dekade dan sebagai Presiden FIFA selama 13 tahun menunjukkan dedikasi dan pengaruhnya yang besar dalam administrasi sepak bola global.
8.2. Kritik dan Kontroversi

Meskipun memiliki banyak pencapaian, masa kepemimpinan Stanley Rous di FIFA juga diwarnai oleh kritik dan kontroversi, terutama terkait isu-isu sosial dan hak asasi manusia. Salah satu isu paling menonjol adalah dukungannya terhadap Asosiasi Sepak Bola Afrika Selatan yang beroperasi di bawah rezim apartheid. Afrika Selatan diterima di FIFA pada tahun 1954, tetapi kemudian dikeluarkan dari konfederasi regional mereka, Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF), pada tahun 1958, dan diskors dari FIFA pada tahun 1961 karena gagal memenuhi ultimatum terkait aturan anti-diskriminasi.
Pada tahun 1963, Afrika Selatan diterima kembali ke FIFA setelah Rous melakukan perjalanan ke negara tersebut untuk "menyelidiki" sepak bola di sana. Ia menyimpulkan bahwa sepak bola dapat menghilang di negara tersebut jika tidak diterima kembali. Saat itu, Asosiasi Sepak Bola Afrika Selatan bahkan mengusulkan untuk menurunkan tim yang seluruhnya berkulit putih untuk Piala Dunia FIFA 1966 dan tim yang seluruhnya berkulit hitam pada tahun 1970. Namun, keputusan ini berumur pendek. Pada kongres tahunan FIFA berikutnya yang diadakan di Tokyo setelah Olimpiade, kehadiran perwakilan Afrika dan Asia yang lebih banyak menyebabkan Afrika Selatan diskors lagi, dan akhirnya dikeluarkan dari FIFA pada tahun 1976. Meskipun demikian, Rous terus mendesak agar mereka diterima kembali, bahkan sampai pada titik di mana ia bersedia membentuk konfederasi Afrika Selatan agar Afrika Selatan dan Rhodesia (yang juga dikeluarkan pada tahun 1970) dapat berkompetisi. Namun, ia terpaksa mundur setelah anggota CAF menyatakan dengan jelas bahwa mereka akan menarik diri secara massal dari FIFA pada kongres FIFA tahun 1966 di London.
Kontroversi lain terjadi pada tahun 1973 ketika Rous bersikeras agar tim Uni Soviet memainkan pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Chili setelah Jenderal Pinochet melakukan kudeta militer. Pada saat itu, ribuan tahanan politik ditahan di Estadio Nacional Julio Martínez Prádanos, stadion tempat pertandingan akan dilangsungkan. Uni Soviet menolak untuk bermain, sehingga Chili secara otomatis lolos ke Piala Dunia FIFA 1974.
8.3. Peringatan dan Penghargaan
Sebagai pengakuan atas warisan dan kontribusinya, beberapa hal dinamai untuk menghormati Stanley Rous. Piala Rous (Rous Cup), sebuah turnamen sepak bola berumur pendek, dinamai sesuai namanya. Selain itu, tribun Rous (Rous Stand) di stadion Vicarage Road milik klub Watford F.C. juga dinamai untuk menghormatinya, meskipun kemudian diganti namanya menjadi Graham Taylor Stand pada tahun 2014. Rous juga merupakan seorang penulis; ia menulis buku A History of the Laws of Association Football, yang diterbitkan pada tahun 1974, dan Football Worlds: A Lifetime in Sport, yang diterbitkan pada tahun 1978.