1. Tinjauan Umum
Zhang Juanjuan (张娟娟Bahasa Tionghoa; lahir 2 Januari 1981) adalah seorang pemanah asal Republik Rakyat Tiongkok. Ia dikenal luas atas pencapaiannya meraih medali emas dalam nomor perorangan putri pada panahan di Olimpiade Musim Panas 2008 di Beijing. Kemenangan bersejarah ini mengakhiri dominasi Korea Selatan yang telah berlangsung selama 24 tahun di nomor tersebut. Sepanjang kariernya, Zhang Juanjuan juga berhasil meraih medali perak beregu di Olimpiade Musim Panas 2004 di Athena dan kembali meraih perak beregu di Olimpiade Beijing 2008.

2. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Zhang Juanjuan lahir pada 2 Januari 1981 di Qingdao, Shandong, Republik Rakyat Tiongkok. Ia memiliki tinggi 169 cm. Sebelum menekuni panahan, Zhang Juanjuan aktif dalam berbagai disiplin atletik, termasuk tolak peluru, lempar lembing, dan lempar cakram. Latar belakangnya dalam olahraga-olahraga ini mungkin telah memberinya dasar fisik yang kuat untuk panahan.
3. Kehidupan Pribadi
Zhang Juanjuan menikah pada tahun 2009 dan menyambut kelahiran anaknya pada tahun 2010. Setelah pensiun dari kompetisi profesional, ia tetap terlibat dalam dunia panahan. Pada tahun 2015, ia menjabat sebagai wakil direktur di sebuah pusat panahan yang berlokasi di kampung halamannya, Qingdao.
4. Karier Panahan
Karier panahan Zhang Juanjuan ditandai dengan partisipasi dan pencapaian signifikan di berbagai kompetisi internasional besar, termasuk Kejuaraan Dunia, Olimpiade, dan Asian Games.
4.1. Kejuaraan Dunia Panahan
Zhang Juanjuan telah menunjukkan performa yang kuat di ajang Kejuaraan Dunia Panahan, terutama dalam nomor beregu.
4.1.1. 2001 Beijing
Pada Kejuaraan Dunia Panahan 2001 yang diselenggarakan di Beijing, Zhang Juanjuan berhasil meraih medali emas sebagai bagian dari tim beregu putri Tiongkok. Ini menandai salah satu pencapaian awal penting dalam karier internasionalnya.
4.2. Olimpiade
Partisipasi Zhang Juanjuan dalam ajang Olimpiade menjadi sorotan utama dalam kariernya, di mana ia berhasil meraih beberapa medali dan mencetak sejarah.
4.2.1. Olimpiade Musim Panas 2004 (Athena)
Zhang Juanjuan mewakili Tiongkok di Olimpiade Musim Panas 2004 di Athena, Yunani.
Dalam nomor perorangan putri, ia menempati posisi ke-5 di babak kualifikasi dengan skor 663 dari 72 anak panah. Di babak eliminasi pertama, ia menghadapi Aurore Trayan dari Prancis (peringkat 60) dan berhasil mengalahkannya dengan skor 135-122 dalam pertandingan 18 anak panah. Ia kemudian maju ke babak 32 besar, di mana ia mengalahkan pemanah Polandia peringkat 28, Iwona Marcinkiewicz, dengan skor 166-157 dalam 18 anak panah standar. Namun, di babak 16 besar, ia kalah dari Alison Williamson dari Britania Raya, yang kemudian meraih medali perunggu, dengan skor 161-165, sehingga Zhang Juanjuan finis di posisi ke-10 dalam panahan perorangan putri.
Dalam nomor beregu putri, bersama rekan setimnya, Zhang Juanjuan berhasil meraih medali perak. Saat itu, dalam pertandingan melawan Korea Selatan, Zhang Juanjuan sempat melakukan gerakan menari untuk mengganggu konsentrasi Park Sung-hyun dari Korea Selatan yang akan menembak anak panah terakhir. Meskipun demikian, Park Sung-hyun berhasil mencetak 10 poin, yang membuat Tiongkok harus puas dengan medali perak.
4.2.2. Olimpiade Musim Panas 2008 (Beijing)
Di Olimpiade Musim Panas 2008 yang diselenggarakan di kampung halamannya, Beijing, Zhang Juanjuan menunjukkan performa yang luar biasa, terutama dalam nomor perorangan.
Dalam babak kualifikasi perorangan, ia menyelesaikan putaran dengan total 635 poin, menempatkannya di posisi ke-27 untuk babak eliminasi final. Di babak pertama, ia menghadapi Tetyana Berezhna dari Ukraina dan menang 109-97. Di babak kedua, Zhang mengalahkan unggulan ke-6, Yuan Shu Chi dari Taiwan, dengan skor 110-105. Ia kemudian melaju ke perempat final setelah kemenangan 110-98 atas unggulan ke-11, Natalia Erdyniyeva dari Rusia. Di perempat final, ia mengalahkan Joo Hyun-Jung dari Korea Selatan 106-101.
Di semifinal, ia secara mengejutkan mengalahkan pemanah Korea Selatan lainnya, Yun Ok-Hee, dengan skor 115-109. Skor 115 poin yang dicetaknya ini menyamai rekor Olimpiade yang baru saja dicetak oleh Park Sung-hyun pada hari yang sama. Park Sung-hyun kemudian menjadi lawan Zhang Juanjuan di final. Dalam pertandingan yang sangat ketat, di mana keunggulan silih berganti, Zhang Juanjuan akhirnya memenangkan medali emas dengan skor 110-109. Kemenangan ini menjadikannya pemanah non-Korea pertama yang memenangkan nomor perorangan putri Olimpiade sejak Keto Losaberidze di Olimpiade Musim Panas 1980 di Moskwa.
Bersama Chen Ling dan Guo Dan, Zhang Juanjuan juga berpartisipasi dalam nomor beregu putri. Dengan skor 635 miliknya dari babak kualifikasi, digabungkan dengan 645 poin dari Chen Ling dan 636 poin dari Guo Dan, tim Tiongkok berada di posisi ketiga setelah babak kualifikasi. Hal ini memberi mereka tempat langsung di perempat final, di mana mereka mengalahkan tim India 211-206. Di semifinal melawan Britania Raya, mereka mencetak 208 poin berbanding 202 poin milik Britania, mengamankan tempat mereka di final. Di final, mereka menghadapi Korea Selatan, yang memenangkan medali emas dengan performa kuat 224 poin, sementara Tiongkok, dengan 215 poin, meraih medali perak.
4.3. Asian Games
Zhang Juanjuan juga berpartisipasi dan meraih medali di ajang Asian Games.
4.3.1. Asian Games 2002 (Busan)
Pada Asian Games 2002 yang diselenggarakan di Busan, Korea Selatan, Zhang Juanjuan berhasil meraih medali perunggu dalam nomor beregu putri.
4.3.2. Asian Games 2006 (Doha)
Di Asian Games 2006 yang berlangsung di Doha, Qatar, Zhang Juanjuan kembali meraih medali dalam nomor beregu putri, kali ini medali perak.
5. Evaluasi dan Kontroversi
Kemenangan Zhang Juanjuan di Olimpiade Musim Panas 2008 di Beijing, khususnya medali emas perorangan putri, adalah pencapaian yang sangat signifikan dalam sejarah panahan. Kemenangan ini secara historis mengakhiri dominasi panjang Korea Selatan di nomor tersebut, yang telah berlangsung selama 24 tahun.
Namun, di balik kegemilangan tersebut, muncul pula kontroversi terkait kondisi pertandingan. Dilaporkan bahwa selama pertandingan, terutama saat atlet Korea Selatan akan menembakkan anak panah, penonton tuan rumah mengeluarkan suara bising yang sangat keras. Tindakan ini bertujuan untuk mengganggu konsentrasi atlet lawan, dan beberapa pihak menyebut medali emas Zhang Juanjuan sebagai "medali emas separuh" atau "setengah emas" karena adanya faktor eksternal yang memengaruhi jalannya pertandingan.
Insiden kebisingan ini memiliki dampak jangka panjang pada tim panahan Korea Selatan. Setelah Olimpiade Beijing, tim tersebut mulai mengimplementasikan sesi latihan adaptasi kebisingan sebagai bagian dari persiapan mereka, untuk menghadapi potensi gangguan serupa di kompetisi mendatang.
6. Aktivitas Pasca-Karier
Setelah mengakhiri karier kompetitifnya, Zhang Juanjuan tetap menjadi figur publik dan terlibat dalam berbagai kegiatan. Pada tahun 2015, ia diundang ke Nanjing untuk tampil dalam sebuah program televisi populer di Tiongkok yang berjudul "Mission Impossible". Ini adalah program televisi Tiongkok pertama yang menampilkan kompetisi panahan.
Acara tersebut, yang disiarkan oleh Jiangsu Broadcasting Corporation pada 22 Februari 2015, menarik perhatian sekitar 250 juta pemirsa di Tiongkok. Dalam program tersebut, Zhang Juanjuan berpartisipasi dalam tantangan menembakkan panah ke cincin yang jatuh. Ia bermain imbang dengan pemanah Austria, Peter O. Stecher, di mana masing-masing berhasil mengenai tujuh dari lima belas cincin yang jatuh.
7. Warisan
Kemenangan medali emas Zhang Juanjuan di nomor perorangan putri pada Olimpiade Musim Panas 2008 di Beijing memiliki warisan yang mendalam dalam dunia panahan. Kemenangan ini secara historis mematahkan rentetan kemenangan Korea Selatan yang telah mendominasi nomor tersebut sejak Olimpiade Musim Panas 1984 di Los Angeles. Selama 24 tahun, tidak ada pemanah non-Korea yang berhasil meraih medali emas di kategori ini.
Pencapaian Zhang Juanjuan tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Tiongkok, tetapi juga memberikan inspirasi global bahwa dominasi yang tampaknya tak terpecahkan dapat diakhiri melalui kerja keras dan determinasi. Kemenangannya menandai pergeseran penting dalam lanskap panahan internasional dan menegaskan posisinya sebagai salah satu atlet panahan paling berpengaruh dalam sejarah.