1. Personal life
Azza Besbes lahir dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi olahraga. Ayahnya, Ali, adalah mantan pemain bola basket yang kemudian menjadi guru pendidikan jasmani. Ibunya, Hayet Ben Ghazi, adalah mantan atlet anggar foil yang kemudian menjadi wasit internasional. Sebelum Azza lahir, orang tuanya telah menetap di Abu Dhabi. Mereka mendorong semua anak mereka-putri Azza, Sarra, Héla, dan Rym, serta putra Ahmed Aziz-untuk menekuni olahraga anggar. Saudari Azza, Sarra Besbes, juga merupakan seorang atlet anggar yang berkompetisi dalam épée putri di Olimpiade Musim Panas 2012 di London.
2. Career
Karier Azza Besbes dalam anggar dimulai sejak usia muda dan berkembang melalui berbagai tahapan pelatihan serta partisipasi dalam kompetisi-kompetisi penting di tingkat nasional, kontinental, dan internasional, termasuk Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.
2.1. Early career and training
Besbes mulai menekuni anggar pada usia enam tahun. Awalnya, ia menggunakan senjata foil, namun ia merasa senjata tersebut terlalu "tenang" dan kemudian beralih ke sabre di bawah bimbingan pelatih Yan Nowara. Pada usia sepuluh tahun, ia bergabung dengan Klub Tunis Air, tempat ia berlatih hingga tahun 2005, ketika bagian anggar klub tersebut ditutup karena kekurangan dana. Setelah itu, ia melanjutkan latihannya dengan tim nasional Tunisia selama dua tahun sebelum akhirnya pindah ke Prancis.
Di Prancis, ia pertama kali bergabung dengan Cercle d'Escrime di Orléans, kemudian US Metro di Paris. Kedua klub ini dikenal sebagai spesialis sabre, dan Besbes berlatih di sana dengan beasiswa dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Tunisia. Ia juga diundang untuk mengikuti sesi latihan bersama tim nasional Prancis. Pada tahun yang sama, Besbes berhasil masuk delapan besar di Kejuaraan Dunia Anggar Junior di Belek dan meraih medali perak di Pesta Olahraga Seluruh Afrika 2007 di Aljir.
2.2. Olympic participation and results
Azza Besbes telah berpartisipasi dalam tiga edisi Olimpiade Musim Panas, menunjukkan performa yang konsisten dan mencapai hasil yang signifikan bagi Tunisia.
Pada Olimpiade Musim Panas 2008 di Beijing, Besbes lolos ke nomor individu sebagai atlet anggar peringkat teratas dari zona Afrika. Ia mengalahkan Jyoti Chetty dari Afrika Selatan di babak pertama, kemudian Léonore Perrus dari Prancis, sebelum bertemu Olga Ovtchinnikova dari Kanada di babak 16 besar. Pertandingan melawan Ovtchinnikova sempat terganggu oleh masalah teknis: setelah Ovtchinnikova unggul 9-5, ia melakukan pukulan yang tidak terdaftar pada alat elektronik dan akhirnya dianulir. Insiden ini terjadi dua kali. Setelah masalah diselesaikan, Besbes berhasil mencetak sepuluh pukulan berturut-turut untuk memenangkan pertandingan. Pada usia 18 tahun, ia menjadi atlet putri Afrika pertama yang mencapai perempat final Olimpiade dalam anggar. Di perempat final, ia berhadapan dengan atlet anggar Amerika Serikat dan peringkat 1 dunia, Rebecca Ward. Besbes sempat unggul 9-6, namun Ward berhasil menyamakan kedudukan, kemudian unggul 14-12. Besbes berhasil menyamakan kedudukan menjadi 14-sama di akhir waktu pertandingan. Pukulan terakhir membutuhkan tinjauan video yang panjang dan akhirnya diberikan kepada Ward, yang memenangkan pertandingan. Besbes menempati peringkat ke-7 di Olimpiade Beijing.
Di Olimpiade Musim Panas 2012 di London, Besbes kembali lolos sebagai atlet anggar Afrika dengan peringkat teratas, kali ini bersama rekan senegaranya, Amira Ben Chaabane. Di babak pertama, ia mengalahkan Au Sin Ying dari Hong Kong dengan skor 15-13. Namun, di babak 16 besar, ia kalah dari atlet Amerika lainnya, Dagmara Wozniak, dengan skor 13-15. Besbes finis di peringkat ke-9 pada Olimpiade London.
Pada Olimpiade Musim Panas 2016 di Rio de Janeiro, Besbes sekali lagi berhasil lolos ke nomor individu dan mencapai perempat final. Ia akhirnya menempati peringkat ke-5 setelah kalah tipis 14-15 dari atlet anggar Prancis, Manon Brunet.
2.3. World Championships and World Cup
Azza Besbes telah menunjukkan performa yang luar biasa dalam berbagai kompetisi internasional besar, termasuk Kejuaraan Dunia dan seri Piala Dunia Anggar.
Pada musim Piala Dunia Anggar 2008-09, Besbes berhasil masuk delapan besar di Piala Dunia Ghent dan meraih medali emas di Kejuaraan Anggar Afrika di Dakar. Tahun berikutnya, ia meraih medali perak di Kejuaraan Afrika yang diadakan di Tunis dan mencapai perempat final di Kejuaraan Dunia Anggar 2010 di Paris, sebelum dihentikan oleh Olena Khomrova dari Ukraina.
Pada musim Piala Dunia Anggar 2010-11, ia meraih medali Piala Dunia pertamanya dengan medali perunggu di Piala Dunia Bologna. Ia kembali merebut gelar juara Afrika di Kairo dan mencapai babak 16 besar di Kejuaraan Dunia Anggar 2011 di Catania. Hasil-hasil ini memungkinkannya untuk menutup musim di peringkat dunia No.8, sebuah pencapaian terbaik dalam kariernya hingga tahun 2015.
Pada tahun 2017, ia berhasil meraih posisi kedua di Kejuaraan Dunia di Leipzig, menjadikannya atlet Tunisia pertama yang menjadi wakil juara dunia dan satu-satunya yang berhasil memenangkan medali di Kejuaraan Dunia dalam ketiga kategori usia (junior, kadet, dan senior).
2.4. Continental and other championships
Selain pencapaian di level dunia dan Olimpiade, Azza Besbes juga meraih kesuksesan signifikan di turnamen regional dan kontinental.
Ia meraih medali perak di Pesta Olahraga Seluruh Afrika 2007 di Aljir. Besbes juga merupakan juara Kejuaraan Anggar Afrika sebanyak lima kali, memenangkan gelar pada tahun 2009 di Dakar dan 2011 di Kairo. Selain itu, pada tahun 2018, Azza memenangkan medali emas di Pesta Olahraga Mediterania yang diselenggarakan di Tarragona, Spanyol.
3. Awards and honors
Sepanjang kariernya, Azza Besbes telah mengumpulkan sejumlah penghargaan dan pengakuan yang menyoroti dominasinya dalam anggar, terutama di benua Afrika dan sebagai pelopor bagi Tunisia di kancah internasional. Ia dikenal sebagai juara Afrika sebanyak lima kali. Salah satu pencapaian paling menonjol adalah gelarnya sebagai wakil juara dunia pada Kejuaraan Dunia 2017 di Leipzig, menjadikannya atlet Tunisia pertama yang meraih posisi tersebut. Selain itu, ia juga merupakan atlet Tunisia pertama yang berhasil memenangkan medali di Kejuaraan Dunia dalam semua kategori usia (junior, kadet, dan senior), sebuah rekor unik yang menunjukkan konsistensi dan bakatnya sejak dini hingga level senior.